Anda di halaman 1dari 3

Notulensi CC Sabtu 5 September 2020

Pasien Siang:
1. Ny. Istrini/ Stroke Non Hemoragik dd Brain Metastase/ Melati 3-14A
2. Tn Ngadimin/ Stroke Susp SNH dd SH/Melati 1-11B/ Konsulan TS Paru

Pasien Malam:
1. Ny. Lasmi Al Sulasmi/ Post Stroke Infark Emboli/ Flamboyan 8-12E/ Konsulan TS Interna
2. Nn. Hesty/ Encephalopati Hipoksik/ Flamboyan 8-3A / Konsulan TS Paru/ Meninggal
dunia
3. Tn. Mulyono/ Susp SNH dd Stroke mimic ec coma hipoglikemia/ Unit Stroke-F

Diskusi
1. Pada pasien Istrini adakah gejala yg muncul dari fossa posterior, karena dari ct
scan curiga gambaran lesi nya di fossa posterior?
-tidak didapatkan gejala posterior dari hasil pemeriksaan.
2. Apa itu brachyterapy:
-Radiasi internal, memasukkan logam radioterapi di dekat tumor, dalam kasus ini
ke dalam serviks, diradiasi secara internal
3. Adakah tanda metastase ke tempat lain:
-Dari thorax, paru masih normal, tidak ada metastase paru.
4. Untuk keluhan paru distended dan gangguan GI Tract bagaimana, apakah
mungkin ileus? foto dan konsul bedah digest untuk gangguan ususnya jika tidak
berkurang dengan pemasangan NGT?
-Pengobatan abdominal distended: bisa dengan vit B6, atau asetilkolinesterase
(seperti prostigmin/ mestinon) untuk mengatasi ileus, terutama yang paralisis
5. Diagnosa lain pasien Ny Istrini? masih mungkin paraneoplastic syndrome
6. Apa bedanya metastase cervix, tumor lisis syndrome dan paraneoplastic
syndrome?
-Paraneoplastic syndrome: tidak ada bukti imaging, hanya menduga terdapat
reaksi dari tumor yang mengeluarkan reaksi inflamasi, bukti sulit untuk diketahui
karena yang muncul hanya secara klinis. bukti yang tepat sulit didapatkan.
-Metastasis: bisa stroke mimic, untuk brain ada nyeri kepala progresif, ada bukti
yang jelas seperti ct scan dengan edema
-Tumor lisis syndrome: biasanya durante kemoterapi atau radioterapi, ada tumor
yang lisis ke peredaran darah. ada hiperkalemi dan hipokalsemi.
-Pada pasien ada gangguan elektolit, bisa di dd tumor lisis syndrome.
Penatalaksanaannya dengan memperbaiki gejala klinisnya. Tetap bisa didiagnosis
stroke karena onset akut.
Brachiterapy pada ca cervix bisa menyebabkan gangguan gi tract/ ileus
7. pasien covid dengan keluhan otak, tidak kita lakukan imaging, kita lakukan
pemeriksaan ddimer dan crp meningkat, apakah diberikan tatalaksana infeksi
atau stroke?
Pada stroke hscrp meningkat >300, bisa overlapping dengan d dimer. Bila ada
gangguan sistem koagulasi, bisa diberikan antikoagulan dan atitrombotik jika d
dimer tinggi, baik ada infeksi atau tidak. Bisa ditreatment dua-duanya baik untuk
infeksi serta stroke.
Pada pasien ngadimin tatalaksana lebih ke arah stroke.
jika PT-APTT tinggi walaupun d dimer tinggi tidak bisa diberikan antikoagulan
maupun antitrombotik.
8. Bagaimana tatalaksana pada emboli karena tumor lisis syndrome?
Dilakukan trombektomi, untuk menjaga perfusi otak yang baik. Pemberian
antikoagulan dan anitrombotik masih kontroversial pada saat serangan, tapi
berguna untuk mencegah kejadian embolik iskemik ulang (hanya 20-30%), yang
paling penting menjaga hemodinamik dengan MAP 70-110 untuk perfusi yang
cukup.
9. Apa pertimbangan pemberian aspilet pada pasien Ny Lasmi post stroke emboli?
pada pasien ada hematemesis.
-Karena belum didapatkan focus emboli pada pasien.
-aspilet ditunda karena masih hematemesis
10. Kenapa pada pasien wagiyo di dd spondylitis TB. spondylitis TB paring sering
dimana? di lumbal, jarang sekali terjadi di cervical.
11. Pada pasien lasmi, area posterior juga terkena. Jadi vaskularisasi mana yang
terkena
terkena PCA, MCA, ACA, cerebellum terkena. kemungkinan di bawahnya ICA, bisa
aortra atau yang lain. Proses kranial di bawahnya ICA. lapor dr bandi untuk DSA
12. Pada foto MRI kedua ada edema dan herniasi subfalcin/lateral, apa
penyebabnya?
-pada lab ada hiponatremi, kemungkinan disebabkan hal tersebut.
13. hiponatremia akut atau kronik?
Akut, karena tidak ada gangguan renal (Ur, Cr). kemungkinan hiponatremi
kemungkinan karena intake yang tidak adekuat. Perbaikan cepat setelah koreksi
natrium.
14. Batasan akut dan kronik berdasarkan waktu: 48 jam.
<48 jam akut, boleh dikoreksi cepat (nacl 3% 100 mg dalam 10 menit, bisang
dioulang 3x bila perlu dlam 24 jam. Sumber AAN), perbaikan cepat, edema turun.
>48 jam: hiponatremia kronik, harus pelan, untuk menghindari CPN. harus pelan
sesuai target (6-8meq)
15. Pemberian aspilet pada emboli, kalupun tidak ada perdarahan lambung, kapan
memilih diberikan aspilet, antikoagulan, kapan mulai antikoagulan/anti
trombotik?
-pasien kardioemboli di PNPK, antikoagulan ditunda setelah 4-14 hari untuk
kecurigaan infark luas atau transformasi hemoragik.
-untuk bridging terapi disarankan di guidline 2014, tetapi guideline perdossi
terbaru 2019 sudah tidak digunakan bridging terapi, cenderung mengalami resiko
recc iskemik dan transformasi hemoragik.
16. Parameter untuk keamanan apa yang dipakai? apakah NIHSS bisa dipakai?
<8 rendah, bisa diberikan di onset awal dengan resiko perdarahan ringan
8-12: asesmen ulang, pertimbangkan risiko sedang
>12 ct scan ulang, antikoagulan ditunda
Terkadang dalam praktik sering diberikan IV dan SC antikoagulan ,atau LMWH.
tapi sebenarnya berisiko untuk transformasi hemoragik. pemberian antikoagulan
tidak perlu buru-buru, karena bukan sebagai tatalaksana akut tapi untuk
pencegahan rekurensi.
-Parameter NIHSS, imaging, bisa juga menggunakan kadar glukosa.
-Pada pasien sangat penting dicari sumber emboli. tatalaksana paling penting
menjaga homeostasis yang lain dna juga elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai