Anda di halaman 1dari 3

Laporan jaga CC via Zoom 19 Agustus 2020 jam 07.

00

Lapjag pagi Rabu 19 Agustus 2020


1. Ny. Susanti - TTH

2. Ny. Saliyem - BPPV


Diagnosis lain: pneumonia komunitas, tumor paru kiri, efusi pleura, probable
mikosis paru
Tidak dilakukan manuver kemarin karena mengangkat badan kesulitan, tidak
ada pusing berputar.
Vertigo:
- vestibular : rotational, positional, recurrent dizziness dengan muntah,
imbalance
- non vestibular
Vertigo BPPV : nystagmus (+), mudah diprovokasi Hall-pike manuver, deficit
neurologis tidak ada, gangguan keseimbangan ringan, mual, muntah, ruangan
berputar

Penggunaan bridging antikoagulan (by dr. Befrie, 19 Agustus 2020)

Target pemberian Heparin (UFH) adalah peningkatan nilai aPTT sebanyak


1,5-2,5 nilai normal. (normal 20-40 detik).
-UFH dapat menginduksi trombositopenia, white-clot syndrome dan
perdarahan.
-UFH dapat diberikan pada fase akut sebelum obat antagonis vitamin K
(Warfarin) mencapai dosis terapetik dengan alasan :
• UFH memiliki onset kerja sangat cepat, sedangkan warfarin butuh
beberapa hari. (UFH : segera-20 menit, Warfarin 48 jam)
• Mencegah adanya reaksi hiperkoagulasi yang kadang muncul pada
pemberian warfarin tanpa didahului heparin.
-LMWH bekerja dengan meningkatkan aktfititas AT III namun tidak
mengganggu aktifitas platelet  resiko perdarahan lebih minimal. Monitoring
nya dapat diukur menggunakan kadar factor Xa.
-Target INR pemberian warfarin adalah :
• Pencegahan Stroke secara umum target INR  2,0-3,0
• Pada usia > 75 tahun target INR  2,0-2,5
• Pada pasien katup jantung buatan target INR  2,5-3,5

Perbedaan tatalaksana guideline stroke perdossi 2004, 2011, AHA ASA


2019, dan ESC guideline 2016:
-Guideline Perdossi 2004:
• Pemberian LMWH dengan dosis 2 x 0.4 cc sub kutan selama 5 –7 hari
• Monitoring trombosit hari 1 dan 3. Jika < 100.000  tidak diberikan
• Pemberian Warfarin pada malam hari (jam 17.00-19.00)
Hari I : 2 mg
Hari II : 2mg
Hari III : periksa INR (jam 09.00 – 11.00).
• Jika didapatkan:
INR 1.1 – 1.4 dosis hr ke 3 naik (10-20% TDM). Cek ulang INR 1 mg kmd.
INR 1.5 – 1.9 dosis hr ke 3 naik (5-10% TDM). Cek ulang INR 2 mg kmd.
INR 2.0 – 3.0 tidak ada perubahan dosis. Cek ulang INR 4 mg kmd.
INR 3.1 – 3.9 dosis hr ke 3 turun (5-10% TDM). Cek ulang INR 2 mg kmd.
INR 4.0 – 5.0 stop antikoagulan, monitor INR tiap hr sampai 3.0
-Guideline stroke perdossi 2011:
• Pasien-pasien dengan fibrilasi atrial dan mempunyai risiko tinggi
terjadi stroke :
1. Menderita stroke atau TIA dalam 3 bulan terakhir
2. CHADS skor 5 atau 6
3. Terpasang katup mekanik
4. Menderita penyakit katup jantung rematik
• Dimana pasien kondisi diatas memerlukan terapi sementara antikoagulan
oral  dapat dipertimbangkan mendapat terapi bridging dengan
pemberian LMWH subkutan (AHA/ASA, Class II, Level of evidence C).
-Jurnal AHA ASA 2019 terkait bridging anticoagulant:
Pada penelitian jurnal ini menggunakan studi meta-analisis yang membagi dua
grup pasien dengan bridging terapi LMWH dan tanpa bridging terapi.
Obat Birdging therapy yang digunakan adalah Enoxaparin 100UI/Kg 2 kali
sehari, sedangkan antikogulan oral yang digunakan setelahnya dalah Warfarin
oral maupun NOAC. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada pasien pada
group bridging therapy menggunakan LMWH menunjukkan peningkatan
kejadian rekurensi stroke iskemik (Odds Ratio 2,2) dan kejadian
Transformasi Perdarahan (Odss ratio 2,4).
- ESC guideline 2016:

Anda mungkin juga menyukai