OLEH :
I Komang Cakra Wibawa Yuti
NIM: 1914201140
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROPESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
d. Komplikasi
1) Oedema Pulmonal
2) Kejang
3) Masalah Mobilisasi
4) Hipertensi
5) Hipertermi
6) Takikardi
7) Gangguan pola istirahat dan tidur.(Brunner &Suddarth, 2013).
6. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan penunjang terkait KDM
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
2) Pemeriksaan laboratorium, sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
3) Sinar – X (Rontgen), untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal
4) CT-Scan (cidera kepala), untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
5) MRI
b. Parameter Yang Diperiksa
1) Skala nyeri
2) Tanda-tanda vital
3) Ekspresi wajah pasien
4) Respon pasien
c. Hasil Temuan (yang tidak normal) dan Interpretasi hasil
1) Face Pain Assessment Scale (Faces of Pain Scale )
2) Verbal Rating Scale (VRS)
(Hidayat, 2014)
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Farmakologi
a) Pemberian analgesic
Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu dan
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan
narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah
dan menimbulkan depresi pada fungsi vital,seperti respirasi. Jenis bukan
narkotika yang paling banyak ditemukan dimasyarakat adalah aspirin,
asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nosteroid. Golongan aspirin
(asetysalicylic acid) digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral
dan perifer,kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin yang
memiliki khasiat setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-
2 jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis
lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu
peredaran darah dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi.
Golongan asetaminofen sama seperti aspirin,akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis Nonsteroid Anti
Inflammatory Drugs (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin
dan dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesi.Kelompok obat ini
meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac,
dan lain-lain.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini
dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan
pasien
2) Non Farmakologi
a) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan setress, sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Contoh tindakan relaksasi adalah nafas dalam dan
relaksasi otot.
b) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang. Distraksi visual (melihat TV atau pertandingan bola), distraksi
audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase, memegang
mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur).
c) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
Contoh tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan,
perawat memberikan penjelasan/informasi pada klien tentang
pembedahan, dengan begitu klien sudah punya gambaran dan akan lebih
siap menghadapi nyeri.
d) Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
e) Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter
terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan
otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
f) Stimulasi kutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah
cara ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi
nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres
dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/
transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS merupakan stimulasi
pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan
melalui elektroda luar.
b. Penatalaksanaan Operatif
Dengan melakukan pembedahan atau pengangkatan pada faktor yang
menyebabkan nyeri.
c. Penatalaksaan dengan pemberian kompres hangat/dingin
1) Pemberian kompres hangat
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada
bagian tubuh yang memerlukan.tindakan ini selain untuk melancarkan
sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit serta memebrikan
ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada
radang persendian, kekejangan otot, perut kembung dan kedinginan.
2) Kompres dingin
Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat
dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es
sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan
kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau trauma,
mencegah kongesti kepala, memperlambat denyut jantung, mempersempit
pembuluh darah dan mengurangi arus darah lokal. Tempat yang diberikan
kompres dingin tergantung lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit
klien diperiksa setelah 5 menit pemberian, jika dapat di toleransi oleh kulit
diberikan selama 20 menit. (Brunner & Suddarth, 2013).
1) Subyektif :
(1) Mengeluh nyeri
2) Objektif :
(1) Tampak meringis
(2) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)
(3) Gelisah
(4) Frekuensi nadi meningkat
(5) Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor :
1). Subyektif (tidak tersedia)
2). Objektif
(1) Tekanan darah meningkat
(2) Pola napas berubah
(3) Nafsu makan berubah
(4) Proses berpikir tertanggu
(5) Menarik diri
(6) Berfokus pada diri sendiri
(7) Diaforesis
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
b. Nyeri kronis
Definisi : Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
1) Subyektif :
(1) Mengeluh nyeri
(2) Merasa depresi (tertekan)
2) Objektif :
(1) Tampak meringis
(2) Gelisah
(3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan Tanda Minor :
1). Subyektif
(1) Merasa takut mengalami cedera berulang
2). Objektif
(1) Bersikap protektif (misalnya posisi menghindari nyeri)
(2) Waspada
(3) Pola tidur berubah
(4) Anoreksia
(5) Fokus menyempit
(6) Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait :
1) Kondisi kronis (misalnya arthritis rheumatoid)
2) Infeksi
3) Cedera medula spinalis
4) Kondisi pasca trauma
5) Tumor
3. Intervensi
1 2 3
5. Evaluasi
Evaluasi dapat di bedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi
proses dievaluasi selesai melakukan tindakan, dan evaluasi hasil berdasarkan
rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang
perencanaan lanjutan terhadap masalah nyeri yang di alami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, I. R., Widyawati, I. Y., & Hidayati, L. (2019). Kenyamanan Pasien Pre
Operasi Di Ruang Rawat Inap Bedah Marwah Rsu Haji Surabaya. Critical,
Medical and Surgical Nursing Journal, 4(1).
Mekanik
1. Kerusakan
intergument Kram abdomen, diare,
Stimulus Nyeri
2. Trauma jaringan dan muntah
3. Perubahan
Dingin Panas
Impuls Nyeri
Konsus Dorsalis
Medula Spinalis
Thalamus
Skala Nyeri
Korteks Selebri
Timbul Nyeri