Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah terhadap jabatan notaris, bahwa Negara Republik
Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I. tahun
1945 bertujuan menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum, yang
berintikan kebenaran dan keadilan. Segala hal yang dilakukan oleh setiap individu,
yang merupakan bagian dalam suatu tatanan masyarakat sosial, tidak akan lepas dari
apa yang dinamakan dengan tanggung jawab. Siapa dan di mana saja keberadaannya
baik yang akan, sedang maupun telah dilakukan tidak lepas dari suatu tanggung
jawab. Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang, baik dengan
sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban, terlebih lagi
yang berkaitan dengan etika profesi dari seorang profesi hukum. Dengan adanya
suatu amanah yang menyangkut perlindungan nasib seseorang, maka tanggung jawab
yang berat diletakkan di atas bahu anggota profesi hukum yang bersangkutan. Hal ini
tidak hanya menyangkut kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan umum.
Tanggung jawab yang harus dibebankan kepada seorang profesi hukum dalam
menjalankan tugas dan jabatan profesinya tidaklah ringan. Oleh karena itu, terhadap
tanggung jawab profesi hukum diperlukan suatu ruang lingkup yang jelas, agar segala
perbuatan yang dilakukan karena jabatannya dapat dipertanggungjawabkan. Dewasa
ini, jabatan notaris telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, dan juga Kode Etik Notaris, maka notaris adalah suatu jabatan yang
menjalankan sebagian tugas Negara dalam bidang hukum keperdataan dengan
kewenangan untuk membuat akta-akta otentik yang diminta oleh para pihak yang
menghadap notaris. Notaris sebagai suatu jabatan berdasarkan hukum diperkenankan
menggunakan lambang Negara.

1
2

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, selanjutnya dalam penulisan
ini disebut dengan UUJN. Pasal 1 UUJN menentukan bahwa “Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana maksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang
lainnya”. Mengenai Pejabat Umum diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas
untuk membuat akta otentik yang melayani kepentingan publik, dan kualifikasi
seperti itu diberikan kepada notaris.1
Berdasarkan ketentuan diatas notaris adalah pejabat umum yang punya
kewenangan untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan perjanjian dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundangan dan/atau yang dikehendaki
oleh yang berkepentingan, selama pembuatan akta tersebut tidak dikhususkan bagi
pejabat umum lainnya. Pemberian wewenang, kepada pejabat atau instansi lain,
seperti kantor Catatan Sipil, tidak berarti memberikan kualifikasi sebagai pejabat
umum tapi hanya menjalankan fungsi sebagai pejabat umum saja ketika membuat
akta-akta yang dientukan oleh aturan hukum, dan kedudukan mereka tetap dalam
jabatannya semula sebagai Pegawai Negeri.2
Akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris tersebut, bukan hanya
karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena
dikehendaki oleh para pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan
kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi para
pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan sehingga
diharapkan dapat menghindari terjadinya sengketa. Dalam hal terjadi sengketa, maka
akta otentik yang merupakan alat bukti terkuat dan terpenuh dapat memberi solusi
terbaik bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat. Baik sifat dari jabatan
notaris maupun keluhuran dari martabat jabatannya itu mengharuskan adanya

1
Habib Adjie, 2009, Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan), Mandar Maju,
Bandung, hlm.16.
2
Ibid.,hlm. 17.
3

tanggung jawab dan kepribadian serta etika hukum yang tinggi. Jabatan yang
dipangku oleh notaris adalah suatu jabatan kepercayaan dimana masyarakat
mempercayakan perbuatan hukum mereka kepadanya, yang dengan sendirinya pula
membawa tanggung jawab yang berat baginya.
Dalam pelaksanaan jabatan, ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi notaris juga
berlaku bagi notaris pengganti, diantaranya dalam hal pembuatan akta otentik
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 15 ayat (1) UUJN. Perbedaan
notaris dan notaris pengganti adalah notaris pengganti menjabat sebagai notaris atau
pejabat umum hanya untuk jangka waktu tertentu, yaitu selama notaris yang
digantikan olehnya sedang dalam masa cuti, sakit, ataupun berhalangan menjalankan
jabatannya sebagai notaris. Dengan demikian, seorang notaris pengganti juga harus
melaksanakan tugas dan jabatannya dengan penuh tanggung jawab yang artinya
diapun harus mampu bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang timbul
dari pelaksanaan jabatannya dan bersikap profesional. Hal ini dimaksudkan agar
dapat mengemban amanat yang diberikan oleh masyarakat dengan sebaikbaiknya dan
sebagaimana mestinya, karena masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada
notaris tanpa memandang terlebih dahulu apakah notaris tersebut adalah notaris
sebenarnya ataupun notaris pengganti, meskipun peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai jabatan notaris bahkan terdapat juga Kode Etik Notaris yang
mengatur mengenai kepribadian notaris dalam menjalankan jabatannya.
Notaris menyerahkan protokol notarisnya kepada notaris pengganti. Dengan
demikian, dalam penguasaan notaris pengganti terdapat protocol notaris dari notaris
yang digantikan oleh notaris pengganti dan protokol yang meliputi akta-akta yang
dibuatnya sendiri. Pada saat notaris pengganti menjabat, dalam praktek masih ada
pekerjaan yang belum diselesaikan oleh notaris yang digantikannya, dan ada pula
pekerjaan yang baru datang. Disamping itu dalam melaksanakan jabatan sebagai
notaris pengganti, terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh notaris pengganti.
4

Berdasarkan uraian tersebut, penulis terdorong untuk membuat dan


mengkajinya dalam makalah yang berjudul “Peranan Dan Tanggung Jawab
Notaris Pengganti Dalam Menjalankan Jabatan Notaris Yang Digantikan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka dapat
ditarik suatu rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana peranan notaris pengganti dalam menjalankan jabatan notaris yang
digantikannya?
2. Bagaimana tanggung jawab notaris pengganti terhadap protokol yang telah
diserahkan oleh notaris yang telah digantikannya?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui peranan notaris pengganti dalam menjalankan jabatan notaris
yang digantikannya.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab notaris pengganti terhadap protokol yang
telah diserahkan oleh notaris yang telah digantikannya.
5

BAB III
PEM BAHASAN
A. Peranan Notaris Pengganti Dalam Menjalankan Jabatan Notaris Yang
Digantikannya
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, selanjutnya dalam penulisan
ini disebut dengan UUJN. Pasal 1 UUJN menentukan bahwa “Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana maksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang
lainnya”. Mengenai Pejabat Umum diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas
untuk membuat akta otentik yang melayani kepentingan publik, dan kualifikasi
seperti itu diberikan kepada notaris
Dalam menjalankan jabatannya menggunakan hak cutinya. Oleh karena notaris
cuti, maka notaris menunjuk seseorang untuk menjadi notaris pengganti guna
menggantikanya menjalankan jabatan notaris. Pada umumnya, orang yang ditunjuk
oleh notaris sebagai notaris pengganti adalah salah satu karyawan yang bekerja di
kantornya. Dalam kurun tertentu notaris yang menggunakan hak cutinya dan
menunjuk seseorang sebagai notaris pengganti, untuk kemudian menggantikannya
menjalankan tugas jabatan sebagai notaris.
Notaris menyerahkan protokol notarisnya kepada notaris pengganti. Dengan
demikian, dalam penguasaan notaris pengganti terdapat protokol notaris dari notaris
yang digantikan oleh notaris pengganti dan protokol yang meliputi akta-akta yang
dibuatnya sendiri. Pada saat notaris pengganti menjabat, dalam praktek masih ada
pekerjaan yang belum diselesaikan oleh notaris yang digantikannya, dan ada pula
pekerjaan yang baru datang. Disamping itu dalam melaksanakan jabatan sebagai
notaris pengganti, terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh notaris pengganti.
Peranan Notaris sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum
berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak
6

dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Kepastian dan perlindungan hukum itu
tampak melalui akta otentik yang dibuatnya sebagai alat bukti yang sempurna di
Pengadilan. Alat bukti sempurna karena akta otentik memiliki tiga kekuatan
pembuktian yaitu kekuatan pembuktian lahiriah (uitwendige bewijsracht), kekuatan
pembuktian formal (formele bewijskracht) dan kekuatan pembuktian material
(materiele bewijskracht).Menurut TAN THONG KIE keberadaan Notaris: “tidak
terlepas dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan seseorang (figure) yang
keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercaya, yang tanda tangannya serta
segelnya (capnya) memberi jaminan dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak memihak
dan penasehat yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar) atau (unimpeachhable), yang
tutup mulut dan membuat suatu perjanjian yang dapat melindungi di hari-hari akan
datang. Kalau seorang advocate membela hak-hak seseorang ketika timbul suatu
kesulitan, maka seorang Notaris harus berusaha mencegah terjadinya kesulitan itu”.
Begitupun dengan Notaris pengganti yang menggantikannya yang memiliki peranan
yang sama pentingnya dengan Notaris yang digantikannya.
Mengingat bahwa Notaris dianggap sebagai profesi yang terhormat karena
bertugas melayani kepentingan masyarakat umum. Kedudukan yang terhormat
memberikan beban dan tanggungjawab bagi setiap Notaris untuk menjaga wibawa
dan kehormatan profesi Notaris. Wibawa dan kehormatan profesi Notaris dalam
menjalankan tugas jabatan sebagai pejabat umum harus dijaga, karena itu diperlukan
aturan-aturan yang mengatur, membatasi dan menjadi pedoman bagi Notaris dalam
melaksanakan jabatan serta berperilaku diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Undang-
Undang Jabatan Notaris merupakan satu-satunya Undang-Undangyang mengatur
mengenai jabatan Notaris di Indonesia, pengganti Staatsblad Tahun 1860 No. 3
Tentang Peraturan Jabatan Notaris . Undang- Undang ini diharapkan dapat
memberikan pedoman secara umum bagi Notaris dan di dalamnya juga terdapat
sanksi-sanksi yang tegas bagi setiap Notaris yang melanggar Undang-Undang
tersebut. Undang-Undang Jabatan Notaris terdiri dari tiga belas bab yaitu
7

mengenai ketentuan umum yang berisi pengertian-pengertian yang terdapat


dalam Undang-Undang Jabatan Notaris; pengangkatan dan pemberhentian
Notaris; kewenangan, kewajiban dan larangan; tempat kedudukan, formasi dan
wilayah jabatan Notaris; cuti Notaris dan Notaris pengganti; honorarium; akta
Notaris; pengambilan minuta akta dan pemanggilan Notaris; pengawasan;
organisasi Notaris; ketentuan sanksi; ketentuan peralihan; dan ketentuan penutup.
Undang-Undang Jabatan Notaris memberikan kewenangan kepada Majelis
Pengawas untuk mengawasi penegakan pelaksanaan Undang-Undang ini.
2. Kode Etik Notaris. Notaris sebagai suatu profesi memiliki perkumpulan yaitu
Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang merupakan kelanjutan dari “de
Nederlandsch-Indische Notarieele Vereeniging” didirikan di Batavia pada
tanggal 1 Juli 1908. Kongres Ikatan Notaris Indonesia tanggal 27 Januari 2005
menetapkan Kode Etik Notaris yang baru. Kode Etik Profesi Notaris mengatur
perilaku Notaris yang harus ditaati oleh setiap Notaris dalam menjalankan
jabatan dan juga di luar menjalankan jabatannya. Namun demikian sanksi yang
diberikan atas pelanggaran Kode Etik Notaris hanya merupakan sanksi disipliner
yang berlaku intern di dalam organisasi. Kode Etik Notaris terdiri atas delapan
bab yaitu ketentuan umum yang berisi pengertian-pengertian yang terdapat dalam
Kode Etik Notaris; ruang lingkup Kode Etik Notaris; kewajiban, larangan dan
pengecualian; sanksi; tata cara penegakan Kode Etik Notaris; pemecatan
sementara; kewajiban pengurus pusat; dan ketentuan penutup. Untuk menjamin
pelaksanaan Kode Etik Notaris, maka dibentuk Dewan Kehormatan.
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia yang
dibuat oleh Ikatan Notaris Indonesia. Ketentuan dalam Anggaran Dasar Ikatan
Notaris Indonesia wajib ditaati oleh para Notaris. Ketentuan-ketentuan dalam
Anggaran Dasar juga ada yang berhubungan dengan Kode Etik Notaris yaitu
Pasal 12 yang mengatur mengenai Dewan Kehormatan dan Pasal 13 tentang
Kode Etik Notaris dan penegakannya. Berbeda dari kedua ketentuan sebelumnya
Anggaran Dasar ini tidak memiliki sanksi-sanksi. Anggaran Rumah Tangga
8

Ikatan Notaris Indonesia adalah uraian atau pejabaran atas Kode Etik Notaris dan
Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia. Meskipun Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia tidak memberikan sanksi-
sanksi kepada para Notaris tetapi keduanya tetap merupakan pedoman bagi para
Notaris dalam menjalankan jabatannya.
Selain peraturan tersebut di atas, Notaris juga harus mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kepatutan-kepatutan yang ada dalam
masyarakat.

B. Tanggung Jawab Notaris Pengganti Terhadap Protokol Yang Telah Diserahkan


Oleh Notaris Yang Telah Digantikannya
Ruang lingkup tanggung jawab notaris pengganti meliputi 4 (empat) hal yakni :
1. Tanggung jawab dalam pelaksanaan jabatan;
2. Tanggung jawab secara perdata ;
3. Tanggung jawab secara pidana; dan
4. Tanggung jawab terhadap kode etik notaris.
Profesi notaris pengganti diletakkan tanggung jawab yang berat menyangkut
penegakan hukum dan kepercayaan yang luar biasa yang diberikan kepadanya.
Bentuk formal akta otentik yang sesuai dengan undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya adalah tanggung jawab seorang notaris pengganti, akan tetapi isi akta
yang dibuat dihadapannya di luar tanggung jawab seorang notaris pengganti
sepanjang telah melakukan tugas jabatannya sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan kepadanya. Notaris pengganti tidak boleh menolak memberikan
bantuannya apabila hal itu diminta kepadanya oleh yang berkepentingan sepanjang
hal tersebut tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum.
Seorang notaris pengganti bertanggung gugat secara pribadi atas akta yang
dibuat dihadapannya jika dikemudian hari ada masalah yang mengakibatkan kerugian
bagi pihak lain. Notaris pengganti mempunyai kewenangan sebagai notaris untuk
membuat semua akta yang berkualitas dalam lingkup hukum perdata, yakni semua
9

perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau
oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta.
Berdasarkan Pasal 84 UUJN, pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-
ketentuan dalam UUJN yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagia akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum,
dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada notaris.
Tanggung jawab notaris pengganti dalam hal ini dapat juga dituntut
berdasarkan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menegaskan, “Tiap perbuatan
melawan hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu menggantikan kerugian tersebut”.
Tanggung jawab notaris pengganti secara perdata juga ditelusuri dari hubungan
hukum dalam suatu perikatan antara notaris pengganti sebagai penyedia jasa dengan
klien (para pihak/penghadap) sebagai pengguna jasa, dimana perikatan itu harus
memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perikatan berdasarkan Pasal 1320 KUH
Perdata, baik perikatan antara notaris pengganti dengan kliennya maupun perikatan
yang terjadi diantara klien (para pihak) yang akan dikonstatir dalam akta otentik yang
dibuat notaris pengganti. Tanggung jawab secara pidana merupakan tanggung jawab
pribadi notaris pengganti dalam melaksanakan jabatannya bilamana melakukan suatu
perbuatan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan dengan ancaman sanksi
pidana. Tanggung jawab pidana seorang notaris terkait dengan tanggung jawab
terhadap pelaksanaan jabatannya diatur diantaranya dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), yakni Pasal 52, Pasal 55, Pasal 263, Pasal 264, Pasal 266,
Pasal 378 dan Pasal 415 KUHP. Dalam melaksanakan jabatannya seorang notaris
pengganti juga harus berpegang teguh kepada kode etik notaris. Keharusan notaris
berpegang teguh dengan kode etik notaris diamanatkan dalam Pasal 83 ayat (1)
UUJN yang menegaskan bahwa organisasi notaris menetapkan dan menegakkan kode
etik notaris.
10

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Peranan Notaris sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum
berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut
tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Kepastian dan perlindungan
hukum itu tampak melalui akta otentik yang dibuatnya sebagai alat bukti yang
sempurna di Pengadilan. Alat bukti sempurna karena akta otentik memiliki tiga
kekuatan pembuktian yaitu kekuatan pembuktian lahiriah (uitwendige
bewijsracht), kekuatan pembuktian formal (formele bewijskracht) dan kekuatan
pembuktian material (materiele bewijskracht).Menurut TAN THONG KIE
keberadaan Notaris: “tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang
membutuhkan seseorang (figure) yang keterangannya dapat diandalkan, dapat
dipercaya, yang tanda tangannya serta segelnya (capnya) memberi jaminan dan
bukti kuat, seorang ahli yang tidak memihak dan penasehat yang tidak ada
cacatnya (onkreukbaar) atau (unimpeachhable), yang tutup mulut dan membuat
suatu perjanjian yang dapat melindungi di hari-hari akan datang. Kalau seorang
advocate membela hak-hak seseorang ketika timbul suatu kesulitan, maka
seorang Notaris harus berusaha mencegah terjadinya kesulitan itu”. Begitupun
dengan Notaris pengganti yang menggantikannya yang memiliki peranan yang
sama pentingnya dengan Notaris yang digantikannya.
2. Ruang lingkup tanggung jawab notaris pengganti meliputi 4 (empat) hal yakni :
a. Tanggung jawab dalam pelaksanaan jabatan;
b. Tanggung jawab secara perdata ;
c. Tanggung jawab secara pidana; dan
d. Tanggung jawab terhadap kode etik notaris.

Anda mungkin juga menyukai