Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“KONSEP PROMOSI KESEHATAN DAN PROGRAM

PROMOSI KESEHATAN”

DOSEN PENGAMPU:

NS. Ari Rahmat Aziz,S.Kep,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Rafica (180101150)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AL-INSYRAH PEKANBARU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kamiucapkan kepada Allah SWT karana atas rahmat dan hidayah-nya
kami dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kosep Promosi Kesehatan
Dan Program Promosi Kesehatan”sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Dalam
penusunan makalah ini,kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi pemyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah.

Pekanbaru, 7 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. LATAR BELAKANG................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
C. TUJUAN....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Konsep promosi kesehatan.........................................................................................


B. Metode dan media promosi kesehatan........................................................................
C. Kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.................................
D. Konsep continue of care.............................................................................................

BAB II PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007).

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pemberdayaan masyarakat?
b. Apa saja strategi pemberdayaan masyarakat?
c. Apa saja partnership/kemitraan dalam kesehatan masyarakat
d. Apa saja langkah dan model kemitraan?
e. Apa Indicator hasil kemitraan?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam  membandingkan antara
teori dalam konsep pemberdayaan masyarakat, serta untuk mengetahui informasi-
informasi mengenai konsep pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian konsep pemberdayaan masyarakat.
b. Mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat
c. Mengetahui partnership/kemitraan
d. Mengetahui langkah dam model kemitraan
e. Indicator hasil kemitraan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Model Promosi Kesehatan


1. Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007). Tujuan promosi
kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan, menurut (Ahmad, 2014), yaitu berdasarkan
program, pendidikan dan perilakunya. Tujuan program (jangka panjang) meliputi
refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan mengenai hal-hal yang
akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan pendidikan (jangka menengah) merupakan pembelajaran yang harus dicapai
agar perilaku yang diinginkan dalam mengatasi masalah kesehatan dapat tercapai
(Green dalam Ahmad, 2014). Sementara, tujuan perilaku (jangka pendek)
merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan.

B. METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN


1. Metode promosi keehatan
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan
dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses
pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan
perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses
pendidikan di samping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi
atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang
optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini
berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara
tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat
bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus
berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan sebagainya.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan
individual, kelompok dan massa (publik).
a. Metode Promosi Individual (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari
atau ibu hamil segera imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan di
sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi
mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta
membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini,
antara lain:
 Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
 Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan
tergantung pula besarnya sasaran pendidikan.
 Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.
 Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah antara
lain:
1. Persiapan:
 Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai
materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri.
 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dengan diagram atau skema.
 Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat,
slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
2. Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu


dan gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.

 Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli
atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
dianggap hangat di masyarakat.

 Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok
kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
1. Diskusi Kelompok
Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu
sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi
juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih
tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga
tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan
pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan
dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua
orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari
salah seorang peserta.

2. Curah Pendapat (Brain Storming)


Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompk. Bedanya, pada permulaan pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta
memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau
jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan
tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya,
tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3. Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5
menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung
lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
4. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)
yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
5. Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain
sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6. Permainan Simulasi (Simulation Game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang
menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

c. Metode Promosi Kesehatan Massa


Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat ialah pendekatan
massa. Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada
perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui
media massa.
Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain:
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah
satu bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh: billboard Ayo ke
Posyandu.

2. Media promosi kesehatan


Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui
media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah
positif terhadap kesehatan.
Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-
pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya
perilaku yang positif.
a. Tujuan Media Promosi Kesehatan
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam
pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain adalah:
1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3) Dapat memperjelas informasi.
4) Media dapat mempermudah pengertian.
5) Mengurangi komunikasi verbalistik.
6) Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
7) Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.
b. Penggolongan Media Promosi Kesehatan
Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek,
antara lain:
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan,
dibedakan menjadi:
a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin,
dan sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film,
dan seterusnya.
2) Berdasarkan cara produksi:
Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar
atau foto dalam tata warna. Adapun macam-macamnya adalah:
1. Poster,
2. Leaflet,
3. Brosur,
4. Majalah,
5. Surat kabar,
6. Lembar balik,
7. Stiker,
8. Pamflet, dan sebagainya.
b. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah:
1. TV,
2. Radio,
3. Film,
4. Video film,
5. Cassette,
6. CD,
7. VCD, dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan media elektronik.
1) Kelebihannya:
 Sudah dikenal masyarakat.
 Mengikutsertakan semua pancaindera.
 Lebih mudah dipahami.
 Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
 Bertatap muka.
 Penyajian dapat dikendalikan.
 Jangkauan relatif lebih besar.
 Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
2) Kelemahannya:
 Biaya lebih tinggi.
 Sedikit rumit.
 Perlu listrik.
 Perlu alat canggih untuk produksinya.
 Perlu persiapan matang.
 Peralatan selalu berkembang dan berubah.
 Perlu keterampilan penyimpanan.
 Perlu terampil dalam pengoperasian.

c. Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya
1. Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara
umum di perjalanan.
2. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar
yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan
dipasang di suatu tempat strategis agar dapat dilihat oleh semua orang.
3. Pameran.
4. Banner.
5. TV layar lebar.
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:
1) Kelebihannya:
 Sebagai informasi umum dan hiburan.
 Mengikutsertakan semua pancaindera.
 Lebih mudah dipahami.
 Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
 Bertatap muka.
 Penyajian dapat dikendalikan.
 Jangkauan relatif lebih besar.

2) Kelemahannya:
 Biaya lebih tinggi.
 Sedikit rumit.
 Ada yang memerlukan listrik.
 Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.
 Perlu persiapan matang.
 Peralatan selalu berkembang dan berubah.
 Perlu keterampilan penyimpanan.
 Perlu keterampilan dalam pengoperasian.

C. KONSEP KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DIBIDANG KESEHATAN
1. Konsep Kemitraan

Kemitraan adalah suatu hubungan atau sebuah kerja sama antara kedua belah
pihak atau lebih, didasarkan pada kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2012). Victoria Health
Promotion Foundation (2011) mengemukakan tujuan dari kemitraan, yang dibagi
menjadi tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari kemitraan adalah untuk
meningkatkan percepatan, efektivitas, serta efisiensi terkait upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya. Tujuan khususnya adalah berhubungan dengan
aspek rasa di dalam sebuah kesepakatan kerja sama, terkait rasa saling
membutuhkan, percaya, memerlukan, membantu, dll. Hasil yang diharapkan dengan
bermitra berhubungan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu terjadinya percepatan,
efektivitas, dan efisiensi dalam berbagai upaya termasuk kesehatan.

Tingkatan kemitraan dalam promosi kesehatan menurut Victoria Health


Promotion Foundation (2011) adalah: (1) Jaringan/ Networking (melibatkan
pertukaran informasi dan memerlukan waktu serta kepercayaan; (2) Koordinasi/
Coordinating (informasi, dan menggubah kegiatan berdasarkan tujuan bersama); (3)
Kerjasama/ Cooperating (informasi, kegiatan, dan berbagi sumber daya); (4)
Kolaborasi/ Collaborating (sampai pada tahap peningkatab kapasitas mitra lain
untuk saling menguntungkan dengan berpegang pada tujuan bersama).

Sifat kemitraan bergantung pada kebutuhan, tujuan, serta kesediaan dari


lembaga, profesi, atau individu yang berpartisipasi untuk terlibat dalam kemitraan.
Menurut Kuswidanti (2008) sifat kemitraan terdiri dari:

a. Incidental (sifat kerja sesuai dengan kebutuan sesaat ex: peringatan hari anak
Indonesia)
b. Jangka pendek (proyek dalam kurun waktu tertentu)
c. Jangka panjang (pelaksanaan program tertentu, ex: pemberantasan TB paru)

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:

a) Potential Partnership (peduli tetapi belum bekerja bersama secara dekat)

b) Nascent Partnership (pelaku kemitraan adalah patner, tetapi belum efisien)

c) Complementary Partnership (antar mitra sudah mendapay keuntungan dan telah


saling berpengaruh)

d) Synergistic Partnership (Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan


pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian)
Prinsip dalam kemitraan yang menjadi pondasi dalam penatalaksanaan terhadap
tujuan bersama yang telah ditetapkan, terdiri dari (Ditjen P2M & PL, 2004): (1)
Prinsip Kesetaraan (Equality); (2) Prinsip Keterbukaan; (3) Prinsip Azas Manfaat
Bersama (Mutual Benefit). Keberhasilan dari suatu kemitraan dapat diniai melalui
indikator berikut (Kuswidanti, 2008):

1. Input (semua sumber daya yang dimiliki)

2. Proses (kegiatan yang membangun, frekuensi dan kualiatas pertemuan tim atau
secretariat sesuai kebutuhan ex: lokakarya, kesepakatan, dll)

3. Output (terbentuknya jaringan kerja, yang terdiri dari berbagai unsur, dan jumlah
kegiatan yang berhasil terrealisasi dari rencana yang dimiliki)

4. Outcome (dampak yang dihasilkan dari terbentuknya suatu kemitraan terhadap


kesehatan masyarakat. Outcome kemitraan adalah menurunnya angka atau
indikator kesehatan (negatif), misalnya menurunkan angka orang kesakitan atau
angka kematian. Atau meningkatnya indikator kesehatan (positif), misalnya
meningkatnya ststus gizi anak balita)

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan suatu kemitraan (Kuswidanti, 2008):

1) Pengenalan masalah dan seleksi masalah;

2) Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial

3) Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama mitra dalam upaya


mencapai tujuan

4) Membuat kesepakatan

5) Menyusun rencana kerja (jadwal kegiatan, pengaturan peran dan tanggung


jawab)

6) Melaksanakan kegiatan terpadu yaitu menerapkan kegiatan sesuai kesepakatan,


dan melaporkannya secara berkala.

7) Pemantauan dan evaluasi.


Langkah-langkah Kemitraan Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan yaitu:

1. Penjajakan : Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja. Tahapan


sebelum melakukan penjajakan adalah identifikasi calon mitra kerja. Tujuan
penjajakan ini yaitu untuk mencari pihak-pihak yang memiliki potensi untuk
mendukung program yang akan dilaksanakan.
2. Penyamaan persepsi : Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan awal guna
menyamakan persepsi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi agar
keberhasilan mencapai tujuan bisa dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.
Tujuan lain juga agar masing-masing mitra memahami kedudukan serta tupoksi
masing-masing secara terbuka.
3. Pembagian peran : Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran masing-
masing mitra beragam namun sama pentingnya. Oleh karena itu perlu
dibicarakan secara terbuka dan bersama sebelum menuangkan dalam
kesepakatan tertulis.
4. Komunikasi intensif : Komunikasi intensif sangat diperlukan guna mengetahui
perkembangan program kemitraan yang sudah terjalin. Komunikasi antarmitra
dapat dilakukan secara teratur dan terjadwal. Permasalahan yang muncul dapat
segera dipecahkan dengan cara ini.
5. Pelaksanaa : Pelaksanaan kegiatan haruslah  dikerjakan sesuai dengan rencana
yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga harus
dikomunikasikan secara intensif pada waktu yang telah disepakati sehingga
masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.
6. Monitoring dan evaluasi  : Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka kegiatan ini
juga disepakati sejak awal. Hal ini mencakup cara monitoring dan juga evaluasi
terhadap jalannya kemitraan maupun dalam upayanya mencapai tujuan bersama.
Bila dipandang perlu, hasil monev dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan
kemitraan
2. Konsep pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan upaya menumbuhkan


kemampuan masyarakat agar mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup
mandiri menjaga kesehatannya (Depkes RI, dalam Maulana, 2009). Upaya tersebut
dilakukan sesuai dengan keadaan, masalah, dan potensi sepempat dan dilakukan dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat. Hasil output dari pemberdayaan adalah
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan. Pemberdayaan peran klien dalam promosi
kesehatan berhubungan dengan sadar sehat klien. Sadar sehat melibatkan kemampuan
membaca, mengatahui, memahami, dan bertindak berdasarkan informasi medis dan
kesehatan. Pemberdayaan klien penting bagi perawat, karena jika klien mempunyai
kesadaran sehat yang rendah akan berdampak pada ketidak mampuan klien dalam
membuat keputusan yang efektif ketika bekerja sama dengan tenaga kesehatan, yang
akan mengahasilkan kesehatan yang buruk.

Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah perorangan, keluarga, dan masyarakat


umum. Sasaran primer pemberdayaan adalah masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan melalui partisipasi aktif masyarakat. Menurut Kasmel dan
Andersen (2011), pemberdayaan melalui partisipasi memliki tiga komponen esensial
yaitu:

a. Partisipasi adalah proses aktif, dimana semua anggota masyarakat saling


menyuarakan pendapatnya.
b. Partisipasi adalah pilihan, dimana semua berhak untuk membuat keputusan yang
berpengaruh dalam kehidupan.
c. Partisipasi yang efektif
Menurut Maulana (2009) ada beberapa prinsip, model atau bentuk, dan langkah
kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:
A. Prinsip
1. Menumbuh- kembangkan potensi masyarakat.
2. Menumbuhkan kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan
3. Mengembangkan kegiatan kegotong- royongan di masyarakat
4. Bekerja sama dengan masyarakat
5. Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin menggunakan dan
memanfaatkan potensi setempat
6. Upaya dilakukan secaran kemitraan dengan berbagai pihak
7. Desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat)

B. Model dan bentuk


1. Pemberdayaan pimpinan masyarakat
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
3. Pemberdayaan pendanaan masyarkat
4. Pemberdayaan sarana masyarakat
5. Peningkatan pengetahuan masyarakat
6. Peningkatan pengetahuan masyarakat
7. Pengembangan teknologi tepat guna

C. Langkah kegiatan di tingkat operasional


1. Pendekatan pada pimpinan masyarakat (ad vokasi)
2. Survei mawas diri, atau pengkajian masalah di masyarakat (community
diagnosis)
3. Perumusan masalah dan kesepakatan bersama dalam musyawarah masyarakat
desa (community prescription)
4. Pemecahan masalah bersama (community treatment)
5. Pembinaan dan pengembangan (development)

3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Sulistiyani (2009) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh
daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau
kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum
berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan
upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada
individu dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif
pemecahnya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara
mandiri (Nurbeti, M. 2009).
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat
kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Nurbeti, M. 2009).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan
mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta
secara aktif (Supardan, 2013).
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang
lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat
sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai
contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di
wilayah pedesaan (Nurbeti, M. 2009).
Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada
dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi
Rukminto Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk
menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan
dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan
berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian
menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata
peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu
memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat
desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat
dan lain-lain (Nurbeti, M. 2009).

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Strategi pemberdayaan masyrakat meliputi:

a. Meningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan


mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi
b. Meningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat
c. Mengembangkan dan pengorganisasian masyarakat
d. Menguatkan dan Meningkatan advokasi kepasa pamangku kepentingan
e. Meningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sector, Lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, dan swasta
f. Meningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan local
g. Meningtegrasian program, kegiatan, dan atau kelembagaan pemberdayan
masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan
masyarakat.
h. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang memiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan
i. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka(transparan)

 
Masyarakat Setempat Secara umum, langkah – langkah dalam mengembangkan
Peran Serta Masyarakat adalah :
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan menggerakkan
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, apabila diperlukan bantuan dari luar
bentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata
bertumpu pada bantuan tersebut
3. Menunbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat
yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti memenfaatkan puskesmas,
polindes, puskesmas pembantu, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan
kesehatan, mau menjadi peserta tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
4. Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan kesehatan
Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya masyarakat Indonesia
hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Adanya semangat gotong-royong ini dapat diukur
dengan melihat apakah masyarakat bersedia bekerjasama dalam peningkatan
sanitasi lingkungan, penggalakan gerakan 3M dalam upaya pembrantasan
pnyakit demam berdarah dan sebagainya
5. Bekerja bersama masyarakat Dalam setiap pembangunan kesehatan hendaknya
pemerintah atau petugas kesehatan menggunakan prinsip bekerja untuk dan
bersama masyarakat. Maka akan meningkatkan motifasi dan kemampuan
masyarakat karena adanya bimbingan, dorongan, alih pengetahuan dan
ketrampilan dari tenaga kesehatan kepada masyarakat.
6. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada
dimasyarakat. Prinsip lain dari penggerakan PSM dibidang kesehatan adalah
pemerintah dan tenaga kesehatan hendaknya memanfaatkan dan bekerja sama
dengan LSM serta organisasi kemasyarakatan yang ada di tempat tersebut.
Dengan demikian, upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat lebih berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien).
7. Penyerahan pengembalian keputusan kepada masyarakat. Semua bentuk upaya
penggerakan PSM termasuk dibidang kesehatan apabila ingin berhasil dan
berkesinambungan hendaknya bertumpu pada budaya dan adat setempat.

5. Model dan jenis Kemitraan

Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang ada,


secara umum dikelompokan menjadi dua yaitu :
I. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja.
Masing-masing mitra atau intitusi telah memiliki program tersendiri mulai dari
perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena
adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya. Sifat
kemitraan ini juga disebut koalisi. Contohnya Koalisi Indonesia Sehat.  
II.  Model II
Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini
karena setiap anggota mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
program atau kegiatan bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Contohnya Gerakan Terpadu Nasional (GERDUNAS), Gebrak Malaria (Rollback
Malaria).

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
1. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum
bekerja bersama secara lebih dekat.
2. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal.
3. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh
melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas
seperti program delivery dan resource mobilization.
4. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian.

6. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat


1. Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah  sumber daya yang dimiliki oleh
masing-masing unsur yang menjalin kemitraan meliputi sumber daya manusia,
sumber daya lainnya seperti dana, sistem informasi, teknologi dan lain sebagainya
2. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatan untuk
membangun hubungan kemitraan. Kegiatan membangun kemitraan dapat dilakukan
melalui sebuah pertemuan dengan tahapan diantaranya:
a. Penjajakan
b. Sosialisasi/advokasi
c. Di bangunnya kesepakatan
d. Pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.
3. Output
Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja
atau networking, aliansi atau forum. Disamping itu pada output kemitraan juga
terdapat penguraian tugas, fungsi dan tanggungjawab masing-masing anggota mitra.
4. Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-
indikator derajat kesehatan masyarakat, yang merupakan akumulasi dampak dari
upaya-upaya lain disamping kemitraan. Contoh dari outcome kemitraan yaitu
meningkatnya status gizi balita, meningkatnya cakupan asi eksklusif di masyarakat.

D. KONSEP PENDAMPINGAN BERBASIS CONTINUM OF CARE


Continuity of care dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perawatan
yang berkesinambungan. Continuum of Care is a concept involving a system that
guides and tracks patients over time through a comprehensive array of health services
spanning all levels and intensity of care. Continuum of Care adalah konsep yang
melibatkan sistem yang memandu dan melacak pasien dari waktu ke waktu melalui
rangkaian layanan kesehatan yang komprehensif yang mencakup semua tingkat dan
intensitas perawatan. Continuum of Care dapat mencakup serangkaian layanan yang
luas, dan biasanya tidak mengacu pada sistem formal pemberian perawatan.
Program Continuum of Care (CoC) dirancang untuk mempromosikan komitmen
seluruh masyarakat, mempromosikan akses dan efek pemanfaatan program oleh
individu dan keluarga, serta mengoptimalkan swasembada di kalangan individu,
keluarga ibu hamil.
Gambar 2.1. Pendekatan Keluarga “Continum Of Care & Life Cycle”

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kholid. (2014). Promosi kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.


Alhamda, S. (2015). Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.

ANA. (2010). Nursing’s social policy statement: the essence of the profession.
Washington: Nursesbooks.org.

Ayubi, D. (2006). Universitas Indonesia. Retrieved from Universitas Indonesia:


Black, J., M., & Hawks, J., K. (2009) . Keperawatan medical bedah. (Terj. Rizal
Ashari). Jakarta: Salemba Medika.

Barker, S. (2007). Vital notes for nurses: psychology. Hoboken: Blackwell Publishing
Ltd.
ncapaian PHB. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam
Pengendalian Kesehatan. Depkes RI.

Ditjen P2M & PL. (2004). Pelatihan Manajemen P2L & PL Terpadu Berbasis Wilayah
Kabupaten/Kota Membina Kemitraan Berbasis Institusi. Depkes RI.

Dixey, R. (2013). Health Promotion: Global Principles and Practice. Pondicherry:


Gutenberg press.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fertman, C. I., & Allensworth, D. D. (Ed.). (2016). Health promotion programs: from
theory to practice. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.
Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbiit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai