NIM : H041191023
EKOLOGI DASAR A
1. Jelaskan perbedaan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yang dilakukan pada komunitas
hutan hujan tropis.
Jawab:
Hutan hujan tropis adalah hutan yang selalu basah atau lembab yang ditemui di wilayah
sekitar khatulistiwa, kurang lebih pada lintang 0°– 10° ke utara dan selatan khatulistiwa. Hutan hujan
tropis adalah vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan yang terletak pada 10° LU dan
10° LS dan terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah curah hujan 2.000-4.000 mm pertahun, rata-
rata temperatur 25°C dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun dan rata-rata
kelembaban udara 80%. Posisi geografis hutan tropis meliputi wilayah Asia Selatan, Asia Tenggara,
Australia bagian utara, Amerika Tengah dan sebagian besar di Amerika Selatan. Hutan tropis
merupakan hutan yang berada di daerah tropis (Hairunnisa, dkk., 2018).
Menurut Denzin & Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Erickson (1968) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan
dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka (Anggito, dkk., 2018).
Dari beberapa pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik,
tetapi melalui pengumpulan data, analisis, kemudian diinterpretasikan. Metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam (Anggito, dkk., 2018).
Struktur tegakan digambarkan dalam jumlah individu jenis-jenis tertentu pada ukuran kelas-
kelas yang berbeda dalam suatu tegakan hutan. Hutan hujan tropis terkenal karena adanya
pelapisan atau stratifikasi. Ini berarti bahwa populasi campuran didalamnya disusun pada arah
vertikal dengan jarak teratur secara tidak berkesinambungan. Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan
misalnya sebagai berikut (Hidayat, dkk., 2018) :
1. Stratum A : Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30-45 m
keatas. Biasanya mempunyai tajuk diskontinu, batang pohon tinggi dan
lurus, batang bebas cabang tinggi. Selain itu, rumah bagi banyak jenis
burung dan serangga.
2. Stratum B : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m, tajuknya kontinu, batang
pohon bisanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi.
Selain itu, rumah bagi banyak kehidupan, yaitu serangga, burung, reptil,
mamalia, dll.
3. Stratum C : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuknya kontinu. Pohon-
pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak bercabang.
4. Stratum D : Terdiri dari lapisan perdu dan semak. Tingginya 1-4 m.
5. Stratum E : lapisan tumbuhan penutup tanah (ground cover), tingginya 0-1 m.
3. Jelaskan pengertian sumber daya alam dan pembagian sumber daya alam berdasarkan
pemanfaatannya, ketersediannya dan jenisnya. Beri contoh masing-masing sumber daya alam
tersebut.
Jawab:
Sumber daya alam ialah segala sesuatu yang berada di bawah maupun di atas bumi
termasuk tanah itu sendiri. Artinya adalah sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar
bumi yang sifatnya masih potensial dan belum dilibatkan dalam proses produksi untuk
meningkatkan tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian. Sumber daya alam (SDA) berarti
sesuatu yang ada di alam yang berguna dan mempunyai nilai dalam kondisi dimana kita
menemukannya. Tidak dapat dikatakan SDA apabila sesuatu yang ditemukan tidak diketahui
kegunaannya sehingga tidak mempunyai nilai, atau sesuatu yang berguna tetapi tidak tersedia dalam
jumlah besar dibanding permintaannya sehingga ia dianggap tidak bernilai. Secara ringkasnya,
sesuatu dikatakan SDA apabila memenuhi 3 syarat yaitu : 1) sesuatu itu ada, 2) dapat diambil, dan 3)
bermanfaat. Dengan demikian, pengertian SDA mempunyai sifat dinamis, dalam arti peluang sesuatu
benda menjadi sumberdaya selalu terbuka (Solihin, dkk., 2007).
Begitu pun juga dengan jaring makanan di darat, jika hewan memakan sampah kemudian
daging hewan tersebut dijual dipasaran lalu manusia mengonsumsinya, maka sudah pasti juga
manusia akan memakan mikroplastik yang ada di dalam tubuh hewan tersebut dan berdampak
buruk untuk kesehatan manusia.
Gambar 9. Jaring makanan
5. Jelaskan 5 faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara megabiodiversity yang
memiliki keragaman hayati flora dan fauna yang tinggi.
Jawab:
Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua bentuk kehidupan yang
mencakup gen, spesies, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses
ekologi. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki mega diversitas spesies hayati
dan merupakan mega center biodiversitas dunia. Kekayaan biodiversitas Indonesia sebanding
dengan Negara Brasil yang memiliki luasan daratan lebih dari 5 kali besarnya. Pada saat ini, telah
tercatat keanekaragaman jenis flora sebagai berikut: 1.500 jenis alga, 80.000 jenis tumbuhan
berspora berupa jamur, 595 jenis lumut kerak, 2.197 jenis paku-pakuan, dan 30.000-40.000 jenis
tumbuhan berbiji. Sementara itu, data diversitas faunanya terdapat 8.157 spesies vertebrata
(mamalia, burung, herpetofauna, dan ikan) dan 1.900 spesies kupu-kupu. Di samping itu, karena
keunikan geologi Indonesia menyebabkan tingginya endemisitas flora, fauna, dan mikroba. Indonesia
memiliki endemisitas tertinggi di dunia untuk beberapa kelompok fauna, di antaranya 270 jenis
mamalia, 386 jenis burung, 328 jenis reptil, 204 jenis amphibian, dan 280 jenis ikan (Kusmana,
dkk., 2015).
2. Hasil penelitian biogeografi hewan oleh Wallace menunjukkan bahwa jenis- jenis hewan
yang hidup di wilayah bagian barat Indonesia berbeda dengan jenis-jenis hewan di
wilayah bagian timur Indonesia, batasnya kira-kira dari Selat Lombok ke Selat Makassar.
Garis batas ini dikenal dengan Garis Wallace. Selain Wallace, peneliti berkebangsaan
Jerman, Weber, mengadakan penelitian tentang biogeografi fauna di Indonesia, yang
hasilnya mencetuskan Garis Weber yang menetapkan batas penyebaran hewan dari
benua Australia ke wilayah bagian timur Indonesia.
5. Pola persebaran flora di Indonesia sama dengan pola persebaran faunanya yang
berpangkal pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa zaman
es. Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia (Dataran Sunda: Jawa,
Bali, Sumatera, dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, sedangkan wilayah
bagian timur Indonesia (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia. Dengan
demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah migrasi fauna dan flora antar kedua
benua tersebut. Selanjutnya, pada akhir zaman es, dimana suhu permukaan bumi
meningkat, permukaan air lautpun naik kembali, sehingga Pulau Jawa terpisah dari
benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu pula pulau-pulau lainnya saling terpisah
satu sama lain.
Gambar 13. Peta Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, A., dan Jonathan S. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat. CV Jejak.
Hairunissa, Noor, M. Sabiruddin. Broer, K. M. 2018. Edukasi Kesadaran Masyarakat Menjaga dan
Melestarikan Huta Hujan Tropis Pada Masyarakat Kota Bontang.
Metacommunication: Journal of Communication Studies, 3(2)109-131.
Hidayat, M., Olyfia, P., Riza, S., Veroza, S. 2018. Stratifikasi dan Model Arsitektur Pohon di Kawasan
Hutan Sekunder Pegunungan Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik. 1(2):
174-190.
Kusmana, C., & Hikmat, A. 2015. Keanekaragaman hayati flora di Indonesia. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources an
Environmental Management), 5(2), 187.
Nursal., Suwondo., Irma, N.S. 2013. Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon
Komunitas Riparian di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Jurnal Biogenesis. 9(2): 40-46.
Pongtuluran, Y. 2015. Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Solihin, M., dan Rija S. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Terpadu untuk Memperkuat
Perekonomian Lokal. Jurnal SoilREns. 15(8): 782-793.
Victoria, A. 2017. Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. Jurnal Ekologi. 2(1): 1-10.