GADAR
DISUSUN OLEH:
TAHUN 2020
Saya mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini: Nama :
NIM : 18062
Alamat : jl.kamboja
Judul: ASUHAN KEPERAWATAN GADAR PADA KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA KEBERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI DESA
TORJUN KABUPATEN SAMPANG
Demikian pernyataan ini saya buat, jika ada kesalahan yang terbukti
sengaja saya
Mahasiswa
NIM : 18062
Alamat: Jl.Kamboja
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GADAR PADA KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA KEBERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI DESA
TORJUN KABUPATEN SAMPANG
Laporan ini telah diteliti dan disetujui untuk dilanjutkan ke tahap ujian
praktik klinik keperawatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Mahasiswa
1.1.1 Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapatbulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
4
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain
adalah ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang
bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke
belakang lubang esofagus).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau
gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli).Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel.Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan
dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-
paru kiri dan kanan) Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.Tiap lobus
tersusun oleh lobulus.Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus
inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di
dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2-0,3 mm.Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru
atau hilus. Pada media stinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua
pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru- paru dapat berkembang kempis
dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernapas.
1.1.3 Etiologi
Reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenalseperti
debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2) Faktor intrinsik (non-alergik)
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2008)
2. Ada dua faktor yang menjadi pencetus asma:
1) Pemicu Asma (Trigger)
Bakat alergi merupakan hal yang diturunkan dari faktor genetik, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya dengan jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi.Adanya bakat alergi ini menyebabkan penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor
pencetus.Selain itu hipersentivisitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
2) Faktor presipitasi
(1)Alergen
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami
stres/gangguan emosi perlu diberi nasihat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
1. Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada faktor
pencetus.
2. Tingkat II penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik tetapi
fungsi paru menunjukan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
3. Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru menunjukan obstruksi jalan nafas.
3. Tingkat IV penderita asma yang paling sering dijumpai mengeluh sesak nafas,
batuk dan nafas berbunyi.
Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan ditemukan obstruksi jalan nafas.
Pada serangan asma yang berat gejala yang timbul antara lain:
3. Silent chest
4. Gangguan kesadaran
6. Takikardi
4. Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat refrater
sementara terhadap pengobatan yang langsung dipakai:
1. Tes kulit (tuberculin dan alergen)
Tes kulit (+) reaksi lebih hebat, mengidentifikasi alergi yang spesifik.
4. Pemeriksaan darah:
1.1.5 Penatalaksanaan
Contoh: Atrofin
4. Kortikosteroid
Contoh: natrium bromosin adalah bagian integral dari pengobatan asma yang
berfungsi mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik.
1.1.6 Komplikasi
1. Pneumothorax
3. Atelektasis
5. Alergi
6. Gagal nafas
7. Bronchitus
8. Fraktur iga.
1.2 WOC ( Web of Cautation )/ PathWay
1.2.1 WOC ( Web of Cautation )/ PathWay
Faktor pencetus
Alergi Idiopatik
Airway
Breathing
Circulation
e. Pemeriksaan Fisik
Fisiologis
1. Spasme jalan nafas
2. Hipersekresi jalan nafas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan nafas
5. Adanya jalan nafas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan nafas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis
3. Data mayor
Subjektif (tidak
tersedia)
Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5. Meconium dijalan nafas (pada neonates)
4. Data minor
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
6. Standar luaran
1) Luaran utama: bersihan jalan nafas
2) Definisi: kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan tetap paten
3) Ekspektasi: meningkat
4) Kriteria hasil:
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum menurun
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun
5. Mekonium (pada neonatus) menurun
6. Dispnea menurun
7. Ortopnea menurun
8. Sulit bicara menurun
9. Sianosis menurun
10. Gelisah menurun
11. Frekuensi napas membaik
12. Pola napas membaik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu
1. Definisi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
2. Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuskular
6) Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala, ganguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
3. Data mayor
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernafasan
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
8. Ekskursi berubah
5. Kondisi klinis terkait
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrome
5. Mutiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
6. Standar luaran
Luaran utama: pola nafas
Definisi: inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan
ventilasi adekuat.
Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
1) Ventilsi semenit meningkat
2) Kapasitas vital meninkat
3) Diameter thoraks anteriorposterior meningkat
4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi meningkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu napas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip menurun
11) Pernapasan cuping hidung menurun
12) Frekuensi napas membaik
13) Kedalaman napas membaik
14) Ekskursi dada membaik
7. Intervensi dan tindakan
1. Intervensi utama: manajemen jalan nafas
2. Tindakan:
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan flsioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum menghisap
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Anjarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. FW DENGAN PENYAKIT ASMA BRONCHIALE
DI DESA TORJUN SAMPANG
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. FW
Umur : 56 tahun
Status : Kawin
No Register :-
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.B
Umur : 59 tahun
Pekerjaan : petani
Batuk tidak produktif, sekret kental lengket sulit keluar, wheezing, suara
dasar bronkial expirasi diperpanjang, ronkhi basah area paru (Jalan Nafas
Tidak Efektif).
b. Breathing
Sesak napas, RR 30 x/menit, tarikan nafas dangkal dan cepat irama teratur,
inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, tarikan otot intercosta, nafas
cuping hidung
c. Circulation
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 95 x/menit, suhu 36,80 C, akral hangat,
gelisah,.
Klien mengeluh sesak nafas, badan panas, batuk berdahak, rasanya ketika
asmanya kambuh secara terus menerus klien merasa sulit berbicara (seperti
tercekik) dan klien sebelum tidur selalu menyalakan obat nyamuk bakar
kadang klien kambuh karena merasa ampeg.
Klien mengeluh sesak nafas sejak tadi malam. Batuk disertai sekret kental
yang sulit keluar. Selama tiga minggu terakhir ini klien sudah tiga kali
mengalami serangan asma. Bila ada serangan klien terbiasa minum amoxilin
500 mg dan salbutamol. Karena sesak yang dirasakan tidak berkurang
kemudian klien saya kunjungi kerumah untuk diberikan terapi non
farmakologis.
Klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil. Akhir-akhir ini serangan
sesak nafas sering kambuh dan keluarga baru mengetahui kalau klien
menderita asma. Sesak kambuh terutama bila klien menggunakan obat nyamuk
bakar.
Ibu klien mempunyai riwayat sesak nafas sejak kecil tapi sekarang sudah tidak
pernah kambuh.
5. Pola kebiasaan
6. Pemeriksaan fisik
dicabut
bening
Paru - paru
I : bentuk simetris, gerakan dada simetris, tarikan otot
intercosta
Jantung
LMCS Pe : Pekak
Au : Bj S1-S2 murni
Abdomen
I : datar
Pe : timpani
Ekstrimitas:
Hb :-
Ht :-
Leukosit : -
Trombosit : -
GDS :-
8. Terapi
- Nebulezer : (Atrovent 1cc + berotec 1cc + bisolvon 1cc) dan nacl 0,9 %
6 cc
- Non farmakologis (batuk efektif, dan air hangat baik ketika kambuh
maupun setiap pagi selepas bangun tidur)
ANALISA DATA
Do:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Spasme jalan napas d/d Klien mengatakan sulit
berbicara ketika sesak nafas terus menerus kambuh, batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, Auskultasi : wheezing di bronkus dan area paru, gelisah, RR= 30 kali
permenit.
NURSING CARE PLAN
NO DP TUJUAN INTERVE TT
NSI D
1. Bersihan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
jalan nafas tindakan
Observasi
tidak efektif keperawatan
b/d Spasme selama 1x2 jam ,
Identifikasi kemampuan batuk
jalan napas bersihan jalan
d/d nafas meningkat Monitor adanya retensi sputum
Klien dengan kriteria Monitor tanda dan gejala infeksi
mengatakan hasil : saluran napas
sulit
- Batuk efektif
berbicara Monitor input dan output cairan
meningkat
ketika sesak (missal nya : jumlah dan
- Produksi
nafas terus karakteristik)
sputum
menerus
menurun Terapeutik okta
kambuh,
- Wheezing
batuk tidak
menurun Atur posisi semi-fowler atau fowler
efektif, tidak
- Sulit bicara Pasang perlak dan bengkok di
mampu
membaik pangkuan pasien
batuk,
- Pola nafas
Auskultasi :
membaik Buang secret pada tempat sputum
wheezing di
- Gelisah
bronkus dan Edukasi
membaik
area paru,
- Frekuensi nafas
gelisah, Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
membaik
RR= efektif
30 kali
permenit.
Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidurng selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
Kolaborasi
Obeservasi
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head tilt dan chin lift (jaw
thrust jika curiga ada nya trauma
servikal)
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika itu perlu
Pemantauan Respirasi
Terapeutik
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika itu perlu
CATATAN KEPERAWATAN
- Memberikan nebulezer
(atrovent 1 cc, bisolvon 1
cc, berotec 1 cc dan Nacl
0,9 % 6 cc)
- Mengajarkan keluarga
bagaiman cara menangani
asma pada saat dirumah
R : keluarga faham cara
melakukan clapping, batuk
efektif dan pemberian air
hangat agar secret encer
(pengganti nebulizer)
R : dyspnea berkurang
- Mengajarkan keluarga
bagaiman cara menangani
asma pada saat dirumah
R : keluarga faham cara
melakukan clapping, batuk
efektif dan pemberian air
hangat agar secret encer
(pengganti nebulizer)
08-12-2020 3 - Mengkaji tanda dan gejala S : Klien mengatakan
hypoxia badannya masih agak lemah
11.05
R : Klien hanya gelisah, nadi O :
95x/mnt, akral hangat
- TD : 120/80 mmHg
tidak terjadi hypoxia.
- Nadi 95x/menit
- Mengajarkan tehnik
relaksasi dengan nafas
dalam
- Menganjurkan pasien
tiduran dan istirahat
11.50
R : pasien kooperatif
- Memonitor TTV
R= TD 120/80 mmHg
RR= 24x/menit
S= 36,90 C
N= 96x/menit