Anda di halaman 1dari 60

MOTIVASI LANSIA DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE

POSYANDU MERPATI KECAMATAN SAMPANG

OLEH:

OKTANIA AGUS RIANI

NIM:18.062

POLITEKNIK NEGERI MADURA

JURUSAN KESEHATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


MOTIVASI LANSIA DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE
POSYANDU MERPATI KECAMATAN SAMPANG

KARYA TULIS ILMIAH


diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan Program
Studi DIII Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura

Disusun oleh :
OKTANIA AGUS RIANI
NRP. 33411801062

POLITEKNIK NEGERI MADURA

JURUSAN KESEHATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


LEMBAR PERNYATAAN

saya bersumpah bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya
sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
dari berbagai jenjang pendidikan perguruan tinggi manapun.

Pamekasan, Januari 2021


Yang menyatakan

OKTANIA AGUS RIANI


NRP. 33411801062

Mengetahui

Pembimbing II
Pembimbing I

Ns. Hilmah Noviandry R.


Ns. Endang Fauziyah, S.Kep.,M.Kep.
S.Kep.,M.Kep.
NIP. 4110182015
NIP. 197411292000122002

Ketua Jurusan Kesehatan

Anggeria Oktavisa Denta, S.Si.,M.M.,M.Biotech


NIP. 4110182018
LEMBAR PERSETUJUAN

MOTIVASI LANSIA DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE


POSYANDU MERPATI KECAMATAN SAMPANG

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya

Pamekasan, Januari 2021


Yang menyatakan

OKTANIA AGUS RIANI


NRP. 33411801062

Mengetahui

Pembimbing II
Pembimbing I

Ns. Hilmah Noviandry R.,


Ns. Endang Fauziyah, S.Kep.,M.Kep.
S.Kep.,M.Kep.
NIP. 4110182015
NIP. 197411292000122002

Ketua Jurusan Kesehatan

Anggeria Oktavisa Denta, S.Si.,M.M.,M.Biotech


NIP. 4110182018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII
Keperawatan Juruan Kesehatan Politeknik Negeri Madura

Tim Penguji
Ketua : Prastomo Suhendro, SE.,MM. (………………….)
NIP. 4110181017
Anggota :
1. Ns. Edy Suryadi Amin, S.Kep., M.MKes.,M.Kep. (………………….)
NIP. 1978041720005011011

2. H. Taufiqur Rahman, S.ST.,M.MKes. (………………….)


NIP. 197503262005011010

3. Ns. Endang Fauziyah, S.Kep.,M.Kep. (………………….)


NIP. 197411292000122002

4. Ns. Hilmah Noviandry R. S.Kep.,M.Kep. (………………….)


NIP. 4110182015

Ketua Jurusan Kesehatan

Anggeria Oktavisa Denta, S.Si.,M.M.,M.Biotech


NIP. 4110182018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain kepada:
1. Allah SWT., karena telah memberi kemudahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini
2. Ibu Anggeria Oktavisa Denta, S.Si.,M.M.,M.Biotech., Ketua Jurusan
Kesehatan Politeknik Negeri Madura
3. Jajaran Dosen Prodi DIII Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura
4. Ibu Ns. Endang Fauziyah, S.Kep.,M.Kep., selaku pembimbing I Karya Tulis
Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan saran kritik membangun untuk
kelancaran Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Ns. Hilmah Noviandry R. S.Kep.,M.Kep., selaku pembimbing II Karya Tulis
Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan saran kritik membangun untuk
kelancaran Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Prastomo Suhendro, SE.,MM., selaku penguji I Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII Keperawatan Juruan Kesehatan Politeknik Negeri Madura
7. Bapak Ns. Edy Suryadi Amin, S.Kep., M.MKes.,M.Kep., selaku penguji II
Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Juruan Kesehatan Politeknik Negeri
Madura
8. Bapak H. Taufiqur Rahman, S.ST.,M.MKes., selaku penguji III Karya Tulis
Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Juruan Kesehatan Politeknik Negeri Madura
9. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Misdan dan Ibu Salma yang tidak henti-hentinya
mendo’akan, memberikan motivasi, semangat untuk kelancaran penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
10. Semua responden yang berbahagia, terimakasih karena telah bersedia meluangkan
waktu dan tenaganya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Teman-temanku yang telah memberikan semangat dan motivasi yang membantu
kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang belum bisa peneliti sampaikan satu
persatu
Karya Tulis Ilmiah ini penulis sajikan secara sistematis, sehingga mempermudah
pembaca untuk mempelajarinya. Karya Tulis Ilmiah ini penulis akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang peneliti miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
selaku penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pamekasan, Januari 2021

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan

akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi

suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai

tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan

dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan

suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo,

2014 )

Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus

meningkat. Perkiraan peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat

ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut meningkat dari 605 juta

menjadi 2 milyar lansia (WHO 2014). Dari tahun 2010-2014 pertumbuhan

penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat, dari 3,54 juta per tahun

menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara

27 juta (angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38

juta atau 11,8% dari seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di

kota Surakarta sebesar 11,3% (DKK Surakarta, 2016)Pada tahun 2005 jumlah

lansia sudah mencapai 3.832.295 orang (10,34%) dari jumlah penduduk Jawa

Timur sebesar 37.070.731 jiwa. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus apalagi

masih banyak daerah yang cakupan kunjungan ke posyandu lansia masih di bawah
target. Seharusnya lansia bisa tiap bulan berkunjung. Adapun Jenis pelayanan

kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya yaitu promotif, preventif, diagnosa

dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan (BPS Prop. Jatim, 2005). Di

Kabupaten Sampang pelaksanaan program pembinaan Lansia sudah dilaksanakan

tentang cakupan pelayanan Lansia menggambarkan bahwa cakupan kunjungan

Pra Lansia / Lansia ke Posyandu Lansia dari Bulan Maret sampai dengan Mei

2018 di Kabupaten Sampang rendah dan belum mencapai target yang ditetapkan

yaitu 75% dan terjadi penurunan trend kunjungan pada Bulan Mei yang mencapai

10,6%. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan posyandu lansia,

Nurhayati (2007) dipuskesmas Helvetia Medan menunjukkan bahwa pemanfaatan

posyandu lansia dalam satu tahun terakhir yang terbanyak yaitu 7 kali sebanyak

62 orang dan paling sedikit memanfaatkan < 5 kali yaitu sebanyak 15 orang

(12,5%) artinya bahwa masyarakat yang mempunyai keluarga lansia menunjukkan

bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan diposyandu lansia sangat

rendah, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu pun juga sangat

rendah.Posyandu Lansia Merpati pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018

kunjungan lansia juga masih rendah, dimana kunjungan lansia dari bulan Maret

sampai dengan Mei 2018 di Posyandu Lansia Merpati walau terjadi peningkatan

tren, namun masih jauh dari target yang ditetapkan. Dari data diatas maka pokok

permasalahannya adalah rendahnya cakupan kunjungan Lansia ke Posyandu

Lansia Merpati Kecamatan Sampang. Fenomena di lapangan memang

menunjukkan bahwa posyandu lansia itu hanya ramai pada awal pendirian saja.

Selanjutnya lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia antara


lain : peran kader yang masih kurang, rendahnya motivasi atau kesadaran lansia

akan manfaat posyandu, tidak adanya dukungan keluarga, dan tidak adanya

partisipasi dari warga setempat.

Berkunjung ke posyandu lansia merupakan cara untuk dapat memenuhi

status kesehatan lansia. Upaya untuk berperilaku sangat dipengaruhi oleh

motivasi. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik respon ekstrinsik

yang merangsang perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakkan

perilaku manusia. Motivasi dapat diukur dengan perilaku yang dapat diobservasi

dan dicatat. Menurut Nursalam (2001), motivasi adalah proses manajemen untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai “apa

yang membuat orang tergerak”, ini merupakan faktor internal yang datangnya dari

dalam diri individu. Menurut Supriyanto (2000), mengatakan bahwa lansia yang

mendapat dukungan dari pasangannya, anak, cucu, ataupun dari keluarga yang

dianggap penting akan membangkitkan motivasi lansia untuk berperilaku. Hal ini

merupakan faktor eksternal yang datang dari luar individu.

Motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan

yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang

mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan sedangkan motivasi lansia

dalam melakukan kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

merupakan kondisi yang berpengaruh dalam membangkitkan, mengarahkan,

memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan pada lansia (Siagian,

2004). Keaktifan Posyandu Lansia sangatlah berhubungan dengan keaktifan kader

kesehatan karena kader kesehatan merupakan orang yang terdekat dengan


masyarakat khususnya Lansia. Sementara itu kader kesehatan yang ada memiliki

beban kerja ganda yaitu sebagai kader posyandu balita dan posyandu lansia.

Sehingga mereka tidak bisa fokus terhadap program kegiatan posyandu lansia.

Dengan tidak efektifnya kegiatan posyandu karena peran serta kader yang kurang

dan masyarakat lansia yang kurang aktif, tentunya akan menghambat pencapaian

target tujuan dalam meningkatkan kesehatan lansia (Notoatmodjo, 2003). keluarga

sangatlah penting untuk lansia dalam keaktifan mengikuti kegiatan di Posyandu

Lansia. Berdasarkan uraian diatas mendorong peneliti untuk mengetahui

gambaran motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke posyandu merpati

kecamatan sampang .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu

“Bagaimana motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke Posyandu

Merpati Kecamatan Sampang?

1.3 Tujuan Penelitian

Megidentifikasi gambaran motivasi lansia dalam melakukan

kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

1.2.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Keluarga

Sebagai bahan masukan bagi keluarga lansia untuk lebih

meningkatkan dukungan kepada lansia dalam mengikuti kegiatan

Posyandu lansia agar lansia bisa aktif dalam menghadiri kegiatan

Posyandu Lansia.
1.4.2 Bagi Lansia

Dengan mendapat dukungan keluarga diharapkan lansia menjadi lebih

bersemangat kemudian aktif berkunjung ke Posyandu Lansia.

1.4.3 Bagi Posyandu Lansia

Sebagai acuan untuk memotivasi kader turut berperan aktif

mendukung keluarga para lansia dalam memberikan dukungan dalam

kegiatan Posyandu Lansia.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan merujuk pada hasil ini, diharapkan dapat memberikan peran

yang berarti serta informasi yang actual mengenai lansia.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlaha-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides,1994).

Gerontologi adalah ilmu yang menangani tentang proses penuaan dan

masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut (Nugroho, 2000).

Menurut Genontologi lansia adalah suatu masa atau tahap hidup manusia

dari bayi, anak-anak, dewasa, tua dan usia lansia (Nugroho, 2005). Menurut

WHO lansia adalah seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun keatas

(Nugroho, 2000).

Lanjut Usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan.

Umur manusia sebagai mahluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,

maksimal sekitar 6 (enam) kali masa bayi sampai dewasa, atau 6 x 20 tahun,

sama dengan 120 tahun (DepKes RI, 2000). Proses menjadi tua disebabkan

oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu :

a. Fase progresif

b. Fase stabil

c. Fase regresif.
Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang

dimulai dalam sel, Komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel–sel menjadi

aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang

dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik

proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini

berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang

selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis

pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan badan secara keseluruhan ( DepKes RI, 2000).

Menjadi tua ditandai oleh : Kemunduran biologis yang terlihat

sebagai gejala- gejala kemunduran fisik antara lain :

1) Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-

garis yang menetap

2) Rambut mulai beruban dan menjadi putih

3) Gigi mulai ompong

4) Penglihatan dan pendengaran berkurang

5) Mudah lelah

6) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

7) Kerampingan tubuh menghilang, disana sini terjadi timbunan lemak

terutama di bagian perut dan pinggul.

Kemunduran kemampuan kognitif antara lain sebagai berikut :

1) Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik

Ingatan kepada hal- hal di masa muda lebih baik dari pada kepada hal-

hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama nama.
2) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga

mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan

juga karena pandangan biasanya sudah menyempit

3) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai

dalam tes-tes intelegensi menjadi lebih rendah

4) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

Keberadaan lansia ditandai dengan umur harapan hidup yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya

pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua

yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif (Pasal 19 UU No. 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan )

Lansia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat

mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan

tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar

dapat menikmati masa usia emas serta menjadi lansia yang berguna dan

bahagia.

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusa (Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),

(4) UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.


2.1.2 Teori- Teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori

biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual.

a. Teori Biologi

Teori ini mencakup teori genetik dan mutasi, imunology slow theory,

teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

b. Teori Stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel – sel

tubuh lelah terpakai.

c. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas ( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan –

bahan organik seperti karbohidrat dan proteon. Radikal ini

menyebabkan sel – sel tidak dapat regenerasi.

d. Teori rantai silang

Sel – sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan,

dan hilangnya fungsi.


2.1.3 Teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )

1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia

yang sukses adalah merek yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial.

2) Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari

lanjut usia.

3) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu

agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang

dimilikinya. 13

c. Teori pembebasan ( Didengagement Theory )

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan

sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda

( Triple Loos ), yakni : (1) Kehilangan peran ( Loss of Role ) (2)

Hambatan kontak sosial ( Restrastion of Contracts and Relation


Ships ) (3) Berkurangnya komitmen ( Reuced commitment to Social

Mores and Values ) ( Siti Bandiyah, 2009 )

2.1.4. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut adalah klasifikasi pada lansia (Depkes, 2003) :

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain .

Menurut organisasi kesehatan dunia, lansia di kelompokkan menjadi :

a. Usia pertengahan ( Middle Age ) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun.

b. Lansia ( Elderly) antara 60 dan 74 tahun.

c. Lansia tua ( Old ) antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua ( Very Old ) diatas 90 tahun.


2.1.4. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang Kesehatan )

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal bervariasi

2.1.5 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho,

2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik

dan banyak menuntut.


d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

dependen( ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius,

tipe pemarah / frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu),

serta tipe putus asa ( benci pada diri sendiri ).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai

berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari ( indeks

kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe,

yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung

keluarganya, lansia dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan

bantuan badan sosial, lansia di panti werda, lansia yang dirawat di rumah

sakit dan lansia dengan gangguan mental

2.1.6 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau

menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi oleh

proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya

melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina

hubungan yang serasi dengan orang-orang sekitarnya, maka pada usia lanjut
ia akan tetap melakukan kegaiatan yang biasa ia lakukan pada tahap

perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi

bercocok tanam, dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan lansia adalah

sebagai berikut :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

d. Mempersiapkan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara

santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

2.1.7 Mitos seputar lansia

Menurut (Sheira, 1974 ) dalam (Nugroho, 2000 ) mitos- mitos seputar

lansia antara lain sebagai berikut :

a. Mitos kedamaian dan ketenangan

Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup,

hasil kerja, dan jerih payahnya di masa muda. Berbagai guncangan

kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataannya sering

ditemui lansia yang mengalami stres karena kemiskinan dan berbagai

keluhan serta penderitaan karena penyakit.

b. Mitos konservatif dan kemunduran

Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan,

tradisi, dan keadaan yang berlaku. Adanya anggapan bahwa para

lansia itu tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam,


kembali ka masa kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala dan

cerewet. Kenyataannya tidak semua tidak semua lansia bersikap dan

mempunyai pikiran demikian.

c. Mitos berpenyakitan

Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi

biologis yang disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan.

Kenyataannya tidak semua lansia berpenyakitan. Saat ini sudah

banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin melakukan

pemeriksaan berkala sehingga lansia tetap sehat dan bugar.

d. Mitos senilitas

Adanya anggapan bahwa para lansia sudah pikun. Kenyataannya

banyak yang masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat,

karena banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan daya

ingat.

e. Mitos tidak jatuh cinta

Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan

bergairah kepada lawan jenis. Kenyataannya perasaan dan emosi

setiap orang berubah sepanjang masa serta perasaan cinta tidak

berhenti hanya karena tua.

f. Mitos aseksualitas

Adanaya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun,

minat, dorongan, gairah, kebutuhan daya seks berkurang.

Kenyataannya kehidupan seks para lansia normal-normal saja dan

tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya lansia yang


ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada rencana ingin

menikah lagi.

g. Mitos ketidakproduktifan

Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi.

Kenyataannya bahwa para lansia yang mencapai kematangan,

kemantapan dan produktivitas mental maupun material. Mitos-mitos

diatas harus disadari dalam memberikan pelayanan kesehatan, karena

banyak kondisi lansia yang sesuai dengan mitos tersebut dan sebagian

lagi tidak mengalaminya.

2.1.8 Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembinaan Kesehatan Lansia

Dasar hukum dalam upaya pengembangan program Pembinaan

Kesehatan Usia Lanjut adalah :

a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pada

pasal 19, bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta

pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk

meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

b. UU No. 13 Tahun 1998 ini berisikan antara lain :

1) Hak dan, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,

masyarakat dan kelembagaan

2) Upaya pemberdayaan

3) Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan

tidak potensial
4) Pelayanan terhadap lansia

5) Perlindungan sosial

6) Bantuan sosial

7) Koordinasi

8) Ketentuan pidanadan sanksi administrasi

9) Ketentuan peralihan.

c. Kebijaksanaan Pemerintah dan Upaya Pembinaan Kesehatan pada

Lansia (Depkes RI, 2000) :

1) Pembinaan kesehatan lnjut usia terutama ditujukan pada upaya

peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar

selam mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam

pembangunan

2) Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai bagian

dari upaya kesehatan keluarga melalui pelayanan kesehatan di

tingkat dasar dan rujukannya.

3) Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui

pendekatan holistik dengan memperhatikan nilai sosial budaya

yang ada.

4) Upaya pembinaan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu

dengan meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor

5) Upaya promotif dan preventifdalam penyelenggaraan

pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara

komprehensif bersama-sama dengan usaha kuratif dan

rehabilitatif.
6) Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan

partisipasi lankut usia sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar

kekeluargaan dan kegotongroyongan serta di bina oleh

pemerintah pada semua tingkat administrasi

7) Bentuk partisipasi aktif masyarakat yang diharapkan berupaya

partisipasi dalam masalah pendataan, pemanfaatan pelayanan,

pengenalan dini masalah kesehatan pada lanjut usia dan

pengaturan transportasi serta pendanaan bagi rujukan yang

diperlukan

8) Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan penerapan

kendali mutu pelayanan di setiap jenjang, penyusunan prosedur,

penerapan standar pelayanan, penerapan standar pelayanan,

pelatihan tenaga kesehatan lanjut usia. Upaya pembinaan

kesehatan secara garis besar pada lanjut usia meliputi beberapa

sasaran yaitu (Depkes RI, 2000) :

a) Sasaran Langsung : menyelengarakan pembinaan yang

meliputi penyuluhan,pelayanan kesehatan, gizi maupun

psiko-sosial pada Kelompok pralansia ( 45-59 tahun),

kelompok lansia ( 60 tahun keatas) dan kelompok lansia

dengan resiko tinggi ( 70 tahun keatas)

b) Sasaran tidak langsung : menyelenggaraan pembinaan

melalui upaya penyuluhandalam rangka meningkatkan

pengetahuan, kemampuan dan keterampilan pada


keluarga, mayarakat termasuk organisasi mayarakat dalam

mengatasi masalah lansia.

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan,

dan jenis pelayananyang diterima :

a. Azas

Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years that have been

added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi

(partisipation), perawatan (care), pemenuhan diri (self

fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh

Departemen Kesehatan RI adalah add life to the years, add health to

life, and add years to life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lansia,

meningkatkan kesehatan dan memperpanjang usia.

b. Pendekatan

Menurut WHO (1982) pendekatan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1) Menikmati hasil pembangunan

2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan

3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal

4) Lansia turut memilih kebijakan

5) Memberikan perawatan di rumah

6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah

7) Mendorong ikatan akrab antarkelompok/ antar generasi

8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia

9) Para lansia terus berguna dalam menghasilkan karya


10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia

c. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi : promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan.

2.2. Konsep Posyandu Lansia

2.2.1.Pengertian Posyandu Lansia

Salah satu pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah

posyandu lansia. Posyandu adalah forum komunikasi alih tehnologi dan

pelayanan kesehatan dari oleh dan untuk masyarakat, mempunyai nilai

strategis dalam mengembangkan Swadaya Masyarakat sejak dini (Depkes

RI, 2003). Menurut Erfandi (2008) Posyandu lansia adalah pos pelayanan

terpadu untuk masyarakat pada lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang

telah disepakati, yang digerakkan bersama masyarakat. Posyandu

merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah yang

penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran

serta lansia, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya. Prinsip Dasar dari posyandu adalah usaha masyarakat

(perpaduan) pelayanan profesional dan non profesional oleh masyarakat.


2.2.2. Tujuan Posyandu dan Pembinaan lansia

Tujuan pokok dari posyandu adalah :

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang kemampuan

hidup sehat

b. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dalam cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk (letak geografi)

c. Pembinaan Peran Serta Masyarakat untuk alih tehnologi pada

swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

Tujuan Pembinaan Lansia (Depkes RI, 2000) ada dua tujuan :

a. Tujuan Umum : Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan

lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam

keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

b. Tujuan Khusus :

1) Meningkatkan kesadaran para lansia untuk membina sendiri

kesehatannya

2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan

masyarakat dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lansia.

3) Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lansia

4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.


2.2.3. Sasaran Pembinaan Kesehatan Lansia

Pembinaan kesehatan lansia meliputi beberapa kelompok sasaran

yaitu (DepKes RI 2000) :

Sasaran langsung :

a. Kelompok usia virilitas/prasenilis 45-59 tahun

b. Kelompok usia lanjut 60-69 tahun

c. Kelompok usia lanjut resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun atau

lansia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

Sasaran tidak langsung :

a. Keluarga dimana lansia berada

b. Masyarakat di lingkungan lansia berada

c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia

d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia

e. Masyarakat luas.

2.2.4 Langkah – langkah Kegiatan

Langkah pembentukan posyandu (Depkes RI, 2000) :

a. Persiapan Sosial : Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan

pelaksana posyandu serta persiapan masyarakat umum sebagai

pemalkai jasa posyandu.

b. Perumusan Masalah : survey mawas diri dan penyajian hasil SMD

(lokakarya mini)

Langkah-langkah kegiatan dalam pelayanan kesehatan lansia (Depkes RI,

2000) :
a. Memantapkan kerjasama dan partisipasi dengan lintas program, lintas

sektor, lembaga swadaya masyarakat serta peran-serta masyarakat

melalui kesepakatan dan rencana kerja disetiap tingkat administrasi

antara lain dalam pendataan sasaran, bantuan transportasi dan

pendanaan yang diperlukan bagi rujukan kasus.

b. Mengembangkan dan meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan

edukasi yang sesuai dengan kebutuhan program dan dapat

diadopsi oleh masyarakat.

c. Meningkatkan upaya deteksi dini adanya kasus lansia beresiko tinggi

dan melakukan penanganan dengan pelayanan kesehatan yang tepat

dan memadai

d. Meningkatkan pembinaan tehnis dan manajerial kepada pengelola

program di tingkat propinsi, kabupaten dan puskesmas.

e. Memantapkan kemampuan pengelola program lansia di dalam

perencanaan, penggerakan sasaran, pemantauan dan evaluasi antara

lain melalui pendidikan dan pelatihan.

f. Penerapan tehnologi tepat guna dalam pembinaan kesehatan lansia

antara lain melalui pemanfaatan KMS (Kartu Menuju Sehat) dan

Buku Pemeliharaan Kesehatan Lansia di masyarakat.

g. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pembinaan

kesehatan lansia yang diintegrasikan dengan sistem informasi

manajemen puskesmas.

h. Melakukan penelitian yang dapat mendukung kebijaksanaan dan

pelaksanaan pembinaan kesehatan lansia melalui rapid assesment.


Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia secara umum

mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif termasuk rujukannya:

a. Kegiatan promotif.

Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup

para lansia agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna. Upaya

promotif juga ditujukan kepada keluarga dan masyarakat di

lingkungan lansia. Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan

mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang gizi lansia,

tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada lansia, upaya

meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat

memelihara kemandirian serta produktivitas lansia.

b. Kegiatan preventif

Upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin

terjadinya penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses

degeneratif. Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan

lansia yang dapat dilakukan di kelompok, puskesmas. Instrumen yang

dipergunakan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan kesehatan

lansia adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia dan Buku Pedoman

Pemeliharaan Kesehatan Lansia (BPPK).

c. Kegiatan kuratif

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatanbagi lansia

yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti

puskesmas pembantu, puskesmas, dokter praktek swasta.


d. Kegiatan rehabilitatif

Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif dan

pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan

semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri

pada lansia.

e. Kegiatan rujukan

Upaya dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif, rehabilitatif

yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat

dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat

pelayanan spesialistik di rumah sakit, atau secara horisontal kesesama

tingkat pelayanan yang mempunyai sarana lebih lengkap.

2.2.5. Strategi Pembinaan Kesehatan Lansia

Strategi pembinaan kesehatan lansia dilaksanakan sebagai berikut :

a. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan lansia dalam

perencanaan puskesmas

b. Menyesuaikan pengorganisaian dan pelaksanaan pembinaan kesehatan

lansia dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini

puskesmas

c. Melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan

lansia sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.

d. Mendorong terwujudnya peranserta masyarakat khususnya dalam

pembinaan kesehatan lansia melalui lembaga swadaya masyarakat,

PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang ada.


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lansia meliputi kegiatan skrining

kesehatan berupa KMS (Kartu Menuju Sehat) yang dirancang khusus bagi

keperluan pembinaan kesehatan lansia untuk mengetahui lebih awal penyakit yang

diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.

Skrining adalah mengidentifikasi ada tidaknya penyakit atau kelainan yang

sebelumnya tidak diketahui dengan menggunakan pemeriksaan fisik, mental dan

laboratorium. Bila pada Skirining hasilnya positif selanjutnya dilakukan

pemeriksaan diagnostik kalau perlu dengan pengobatan. Sasaran skrining

kesehatan memang ditujukan bagi setiap lansia, namun sasaran utamanya adalah

mereka yang dalam kategori resiko tinggi ( Broklehurst & Allen dalam Darmojo,

R.B. Geriatri, 1999).

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan dalam posyandu lansia meliputi:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari yaitu kegiatan dasar dalam

kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, buang

air besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental emosional.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh

(IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop

serta penghitungan nadi.

e. Pemeriksaan hemoglobin

f. Pemeriksaan gula darah sebagai deteksi dini adanya diabetes mellitus.


g. Pemeriksaan adanya protein dalam urine sebagai deteksi awal adanya

penyakit ginjal.

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila ada keluhan dan ditemukan

kelainan pada pemeriksaan.

i. Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi wilayah masing-masing seperti Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia. Serta

kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai untuk

meningkatkan kebugaran.

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan Lansia di Posyandu Lansia.

Kesehatan individu dan kesehatan masyarakat dipengaruhi dua faktor yaitu

faktor perilaku dan diluar perilaku. Faktor perilaku sendiri sangat ditentukan oleh

tiga faktor yaitu (Notoadmodjo, 2003) :

a. Faktor pemudah, yang mencakup : pengetahuan, pendidikan, sikap,

pekerjaan, nilai. Keyakinan dan demografi (sosial ekonomi, umur,

jenis kelamin, jumlah keluarga).

b. Faktor pendukung, yang mencakup : ketersediaan fasilitas kesehatan

dan ketersedian sumberdaya kesehatan.

c. Faktor penguat, yang mencakup : keluarga, peran serta kader dan

lingkungan masyarakat.
Adapun faktor diluar faktor yaitu :

a. Kondisi kesehatan

Kondisi lansia biasanya sangat rentan terhadap penyakit, sehingga

kondisi ini mempengaruhi semangat lansia untuk berkunjung ke

posyandu.

b. Peran serta kader

Kader kesehatan salah satu tugasya memberikan motivasi kepada

lansia agar bisa berkunjung rutin ke Posyandu Lansia. Peran serta

kader tersebut dapat berupa pemberian tugas yang selalu di

monitordan di superfisi, untuk melakukan peninjauan terhadap

pelaksanaan kegiatan posyandu.

c. Pekerjaan lansia

Desakan ekonomi merupakan hal pendorong untuk para lansia masih

bekerja atau mencari pekerjaan. Pekerjaan merupakan sumber

pencarian sehingga masyarakat jarang berkunjung ke posyandu dan

lebih mementingkan pekerjaannya.

d. Motivasi lansia

Motivasi ini sangatlah diperlukan oleh lansia untuk datang ke

posyandu untuk kesejahteraan kesehatan lansia dan untuk mengurangi

rendahnya kunjungan lansia untuk datang ke posyandu.


2.3. Konsep Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang

memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi

aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi

pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang

motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali

dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas

manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap

(attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984).

Kootz cit Ali (1989) mendefinisikan motivasi sebagai suatu reaksi yang

diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya

mencapai tujuan, selanjutnya menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan

timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan.

Menurut Swanburg (2000) motivasi adalah konsep yang menggambarkan

baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, dan respon instrinsik

yang menampakkan perilaku manusia.

Sedangkan Robins (Muchlas, 2005), mendefinisikan motivasi dalam

perilaku organisasi sebagai kemauan untuk berjuang / berusaha ke tingkat yang

lebih tinggi menuju tercapainya organisasi, dengan syarat tidak mengabaikan

kemampuannya untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan –

kebutuhan pribadi.

Motivasi menurut Stoner dan freeman cit Nursalam (2002) adalah

karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen


seseorang termasuk faktor – faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan

mempertahankan tingkah laku dalam arah tekad tertentu.

Sudjoko (1998) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa upah

merupakan faktor yang memiliki keterkaitan paling tinggi terhadap motivasi.

2.3.2. Teori Motivasi

Menurut Stoner & Freeman (1995) cit Nursalam (2002) ada beberapa

teori motivasi yaitu:

a. Teori Kebutuhan

1). Teori Hirarki Kebutuhan menurut Maslow

Dikembangkan oleh Abraham Maslow cit Nursalam (2002),

dimana dia memandang manusia sebagai hirarki lima macam

kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling

mendasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisais diri.

Menurut Maslow cit Nursalam (2002), individu akan termotivasi

untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling

kuat bagi mereka pada waktu tertentu.

2). Teori ERG

Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan orang

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan eksistensi (existence,

kebutuhan mendasar dari Moslow), kebutuhan keterkaitan

(relatednees, kebutuhan hubungan antara pribadi ) dan

kebutuhan pertumbuhan (growth, kebutuhan akan kreativitas

pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ERG menyatakan

bahwa kalau kebutuhan yang lebih tinggi mengalami


kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali,

walaupun sudah terpuaskan.

3). Teori Tiga Macam Kebutuhan

John. W. Atkinson cit Nursalam (2002) ada tiga macam

dorongan mendasar dalam diri orang yang termotivasi,

kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achivement),

kebutuhan kekuatan (need of power), dan kebutuhan untuk

berafiliasi atau terhubung dekat dengan orang lain.

4). Teori Motivasi Dua Faktor

Dikembangkan oleh Frederick Herzberg cit Nursalam (2002)

karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaanya sendiri dan

didalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan

tujuan organisasi. Ketidak puasan kerja dalam bekerja muncul

dari dua set faktor yang terpisah.

b. Teori keadilan

Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam

motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan atau

penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi kalau mereka

menglami kepuasan dan mereka terima dari upaya dalam proporsi dan

dengan usaha yang mereka pergunakan.

c. Teori harapan

Menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif

tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang

diperoleh dari tiap tingkah laku.


Teori harapan berpikir atas dasar :

1). Harapan hasil prestasi

Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku

mereka. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan

mereka tentang cara bertingkah laku.

2). Valensi

Hasil dari suatu tingkah laku tertentu mempunyai valensi atau

kekuatan atau memotivasi, yang bervariasi dari satu individu ke

individu lain.

3). Harapan prestasi usaha

Harapan orang mengenai seberapa sulit untuk melaksanakan

tugas secara berhasil dan mempengaruhi keputusan tentang

tingkah laku. Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu

akan tergantung, pada tipe hasil yang diharapkan. Beberapa

hasil berfungsi sebagai imbalan intrinsik – imbalan yang

“dirasakan” langsung oleh orang yang bersangkutan.Imbalan

ekstrinsik, sebagainya, seperti bonus pujian atau promosi

diberiakan oleh pihak luar, seperti supervisor atau kelumpok

kerja.

d. Teori penguatan

Teori penguatan, yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F

Skinner cit Nursalam (2002) menunjukan bagaimana kensekuensi

tingkah laku dimasa lampau yang mempengaruhi tindakan pada masa


depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai

rangsangan respon konsekuensi respon masa depan

Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang terhadap

suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi

tertentu.

Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai

pengalaman rangsangan respon kensekuensi. Menurut teori penguatan,

seseorang termotivasi kalau dia memberikan respon pada rangsangan

dalam pola tingkah laku konsisten sepanjang waktu.

2.3.3. Fungsi Motivasi

Sardiman ( 2001) mengungkapkan tiga fungsi motivasi, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi, motivasi dalam hal ini merupakan

faktor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah perbuatan yang akan dicapai,

sehingga motivasi sesuai dengan tujuan.

c. Menyelesaikan perbuatan, yaitu untuk mencapai tujuan dengan

menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

2.3.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri

seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

antara lain :
1. Faktor Eksterna

a. Lingkungan kerja

b. Pemimpin dan kepemimpinannya

c. Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas

d. Dorongan atau bimbingan atasan

2. Faktor Interna

a. Pembawaan individu

b. Tingkat pendidikan

c. Pengalaman masa lampau

d. Keinginan atau harapan masa depan.

Sumber lain mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat

suatu rangkaian interaksi antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang

dimaksud meliputi

a. Individu dengan segala unsur-unsurnya : kemampuan dan

ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut,

pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya, tingkat

kedewasaan, dsb.

b. Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai

rangsangan: persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita

dalam keja itu sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap

kerja, kemungkinan timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang

disebabkan oleh pekerjaan.

c. Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing

individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya.


d. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak : pengaruh dari sesama

rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan

kepentingan keluarga, pengaruh dari berbagai hubungan di luar

pekerjaan

e. Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu

f. Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu

g. Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan

tujuan

Parrek (2005) mengemukakan 6 (enam) indikator yang lazim

digunakan untuk mengukur motivasi yaitu:

a. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang manajer

dibawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam

menyelesaikan tugas yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang

ketat yang harus dipenuhi, seseorang pekerja dapat menyelesaikan

tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

b. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan

gagasan atau argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang

ingin ditanamkan kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang

diterima sebagai bentuk partisipasi dari seseorang pekerja akan

menumbuhkan motivasi, apalagi jika gagasan atau pemikiran tersebut

dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai sebagai metode kerja

baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik.

c. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan

terhadap bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap


tanggung jawab yang besar dari bawahan, seorang atasan dapat

memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bekerja sendiri

sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan

partisipasi.

d. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang –

orang yang berada dilingkungan kerjaannya, baik terhadap sesama

pekerja maupun terhadap atasan. Adanya saran, gagasan ataupun ide

dari atasan kepada bawahan yang dapat membantunya memahami

suatu masalah atau cara penyelesaian masalah akan menjadi motivasi

yang positif.

e. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap

pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan

kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan

ataupun pelatihan. Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang

kuat bagi karyawan. Disamping pengembangan yang menyangkut

kepastian karir pekerja. Pengertian pengembangan yang dimaksudkan

disini juga menyangkut metode kerja yang dipakai. Adanya perubahan

metode kerja yang dirasakan lebih baik karena membantu

penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

f.Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang – orang atas

dasar sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada dilingkungan

kerja yang memungkinkan hubungan antara pribadi dapat berjalan

dengan baik, saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi

yang positif dari pekerja.


Sedangkan Porter & Miles dalam Danim (2004) mengemukakan

bahwa terdapat 3 (tiga) variabel yang mempengaruhi motivasi seseorang

yaitu:

a. Sifat-sifat individual. Ini meliputi kepentingan setiap individu, sikap,

kebutuhan atau harapan yang berbeda pada setiap individu.

Perbedaan-perbedaan tersebut membuat derajat motivasi di dalam diri

pekerja menjadi bervariasi satu dengan lainnya. Seorang pekerja yang

menginginkan prestasi kerja yang tinggi, misalnya cenderung akan

terdorong untuk melakukan pekerjaan yang dapat meningkatkan taraf

hidupnya. Sebaliknya, seseorang yang dimotivasi oleh uang akan

cenderung memilih pekerjaan yang imbalannya besar.

b. Sifat-sifat pekerjaan. Ini meliputi tugas-tugas yang harus

dilaksanakan, termasuk tanggung jawab yang harus diemban dan

kepuasan yang muncul kemudian. Pekerjaan yang banyak

membutuhkan tanggungjawab, misalnya akan mendatangkan

kepuasan tertentu dan dapat meningkatkan derajat motivasi.

c. Lingkungan kerja dan situasi kerja karyawan. Seorang individu betah

pada lingkungan kerjannya akan senantiasa berinteraksi baik sesama

rekan sekerja maupun atasan. Disini, seorang karyawan dapat

dimotivasi oleh rekan sekerjanya atau oleh atasannya. Penghargaan

yang diberikan oleh atasan baik dalam bentuk materi maupun non

materi akan meningkatkan motivasi.


BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Dukungan
keluarga:
Dukungan sosial:
1.emosional.
2.penghargaan
3.instrumental
4.insformatif
Keaktifan lansia ke
posyandu lansia

Motivasi:

1.Faktor Internal

2. Faktor Eksternal

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Motivasi Lansia Dalam Melakukan


Kunjungan ke Posyandu

Keterangan:

=Diteliti

=Tidak Diteliti
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa Dukungan keluarga teridiri dari

Dukungan sosial yang meliputi emosional, penghargaan, .instrumental

dan.insformatif. Dukungan dari keluarga akan menyebabkan lansia aktif

untuk menghadiri posyandu hal tersebut akan memotifasi lansia agar

semangat menghadiri posyandu. Motivasi memiliki Faktor yaitu factor

internal dan factor eksternal. Motivasi sebagai proses batin atau proses

psikologis dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor.Faktor Eksternal meliputi Lingkungan kerja, Pemimpin dan

kepemimpinannya, Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas dan

Dorongan atau bimbingan atasan sedangkan Faktor Internal meliputi

Pembawaan individu, Tingkat pendidikan dan Pengalaman masa lampau.

Dari factor internal dan eksternal diatas dapan menjadikan lansia makin

efektifan untuk pergi ke posyandu terganggu.


BAB 4

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

yang memungkinkan pemaksimalna control beberapa factor yang bisa

mempengaruhi akurasi suatu hasil ( Nursalam, 2003)

Berdasarkan tujuan penelitian maka desain penelitian yang digunakan

adalah dekriptif. Penelitaian deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau

memaparkan peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini.

Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematik dan lebh menekankan pada

data factual dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya

tanpa manipulasi dan peneliti tidk mencoba mmenganalisa bagaimana dan

mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh karena itu tidak perlu adanya

hipotesis (Nursalam, 2003)


4.2 Kerangka Kerja (Frame work)

POPULASI
Semua lansia dalam melakukan kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan
Sampang. Jumlah sebanyak 15 Lansia

SAMPEL
Semua lansia dalam melakukan kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan
Sampang. Jumlah sebanyak 15 Lansia

DESAIN SAMPLING
Total Sampling

DESAIN PENELITIAN
Deakriptif

PENGUMPULAN DATA
Kuensioner

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


Editig, Coding, Scoring Dan Tabulasi Data

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN


Tabel, Diagram Dan Gambar

PENARIKAN KESIMPULAN

Gambar 4.2 Kerangka kerja motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke


Posyandu Merpati Kecamatan Sampang
4.3 Populasi, Sampel dan Desain Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian

yang dapat berupa; orang, benda, suatu hal yang di dalamnya dapat

diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian. (Kuntjojo,

2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia dalam melakukan

kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang yaitu 15 orang

4.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki sifat

dan karakteristik yang sama bersifat representatif dan menggambarkan

populasi sehingga dianggap dapat mewakili semua populasi yang diteliti.

Teknik pengambilan sampel berguna untuk membantu para peneliti dalam

melakukan generalisasi terhadap populasi yang diwakili. (Kuntjojo, 2009).

Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia dalam melakukan

kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang yaitu 15 orang.

4.3.3 Sampling

Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik

sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan

kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. (Kuntjojo, 2009).

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Total Sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling


karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya

4.4 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap suatu benda, manusia dan lain-lain (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini

hanya terdapat satu variable yang diteliti yaitu gambaran motivasi lansia dalam

melakukan kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

4.5 Definisi Oprasional

Tabel 3.1 : Definisi Oprasional gambaran motivasi lansia dalam melakukan


kunjungan ke Posyandu Merpati Kecamatan Sampang
Variabel Definisi Indikator Instrumen Skala Skor
oprasional
Motivasi Pengertian Motivasi sebagai Kuensioner Nominal Motivasi
lansia motivasi proses batin atau proses lansia
dalam adalah proses psikologis dalam diri diukur
melakukan yang seseorang, sangat dengan
kunjungan menjelaskan dipengaruhi oleh memberi
ke mengenai beberapa jenis motivasi kan
Posyandu adanya sebuah tersebut antara lain : pertanyaa
Merpati intensitas, 1. Motivasi Eksternal n 10
ketekunan, a. Lingkungan kerja pertanyaa
dan arah dari b. Pemimpin dan n untuk
lansia untuk kepemimpinannya pernyataa
mendatangi c. Tuntutan n
Posyandu di perkembangan YA: 1
Posyandu organisasi atau TIDAK:2
Mepati tugas Dengan
Kecamatan d. Dorongan atau katagori:
Torjun bimbingan atasan Baik:1
2. Motivasi Internal Cukup:2
a. Pembawaan Kurang:3
individu
b. Tingkat pendidikan
c. Pengalaman masa
lampau
d. Keinginan atau
harapan masa
depan.
4.6 Pengumpulan dan Analisa data

4.6.1 Pengumpulan Data

1. Proses pengumpulan data

Pengumpulan data dalam dimulai dari penyelesaian

proposal Karya Tulis Ilmiah, setelah mendapatkan persetujuan

dari pembimbing dan penguji serta ketua jurusan peneliti mulai

melaksanakan searching artikel. Menggunakan kata kunci

“MOTIVASI LANSIA DALAM MELAKUKAN

KUNJUNGAN KE POSYANDU MERPATI KECAMATAN

SAMPANG “

Peneliti melakukan seleksi artikel yang berhasil

didownload, proses seleksi dilaksanakan dengan memperhatikan

unsur abstrak, tujuan, pembahasan dan hasil. Peneliti

selanjutnya membuat data dalam bentuk tabel keaslian

penelitian dan membuat review terkait dengan hasil penelitian

yang telah didapat oleh peneliti artikel yang ada.

Kemudian diserahkan kepada Bapak Kepala Puskesmas

Torjun untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di

Posyandu Merpati untuk melakukan penelitian tentang

gambaran motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke

Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

2. Instrumen Pengumpula Data

Instrumen pada pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan Kuensioner.langsung kepada responden.


Kuensioner adalah daftar pertanyaan yang disusun tertulis

dalam rangka pengumpulan data suatu penelitian (Hidayat,

2003). Bentuk kuensioner yang digunakan adalah berupa close

ended question type italic dichotomy yang berisi 10 pertanyaan

tentang motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke

Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

3. Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Posyandu Merpati

Puskesmas Torjun Kecamatan Sampang yang akan dilakukan

pada bulan januari tahun 2020

4.6.2 Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian akan dilakukan dengan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Editing

Editing yaitu melakukan pengecekan kelengkapan data diantaranya

adalah mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi,mengecek

kelengkapan data artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan

data,dan mengecek macam isian data untuk mengetahui

ketidaksesuaian antara item dalam instrumen dengan yang

dikehendaki peneliti.

b. Coding

Coding adalah memberi kode pada data, dengan merubah kata

menjadi angka,yaitu untuk pertanyaan soal umum jenis kelamin


perempuan dibri kode 1 dan jenis kelamin laki-laki diberi kode 2.

Untuk pertanyaan soal pendidikan untuk lansia yang tidak menempuh

pendidikan diberi kode 0, untuk pendidikan SD diberi kode 1, untuk

pendidikan SMP diberi kode 2, untuk pendidikan SMA diberi kode 3

dan untuk pendidikan sarjana diberi kode 4. Dan untuk pertanyaan

soal pekerjaan untuk yang bekerja diberi kode 1 dan untuk yang tidak

bekerja diberi kode 2. Untuk soal khusus berisi pertanyaan pertanyaan

seputar motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke posyandu

untuk jawaban “ya” :1 dan jawaban “tidak” :0.

c. Scoring

Scoring merupakan pemberian nilai untuk tiap item pertanyaan, dan

menentukan nilai yang terendah serta nilai yang tinggi. Dengan

memberikan skor tiap item Skor jawaban ya= 1, tidak =0

Jawaban dari masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan

dibandingkan dengan jumlah pertanyaan, kemudian 100% hasilnya

berupa persentase dengan menggunakan rumus:

Ʃf
P= x 100 %
N

Keterangan:

P = Prosentase

F = Jumlah diambil

N = Nilai skor maksimal

Kemudian dari hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan kalimat:

1. 76% - 100% : Baik

2. 56% - 75% : Cukup


3. < 56% : Kurang

d. Tabulating

Tabulasi adalah mentabulasi nilai dari data yang di peroleh sesuai

dengan item pertanyaan. Data umum dan data khusus di lakukan

tabulasi untuk mengetahui jumlah responden berdasarkan karakteristik

data umum dan data khusus. Data yang sudah scoring di masukkan ke

tabel distribusi frekuensi dan setelah data di berikan kode, di lanjutkan

dengan

3.7 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan subjek tidak boleh bertentangan dengan

etika. Pada penelitian ini penelitian akan mengajukan permohonan kepada

pihak terkait.

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent )

Informed consent merupakan bentuk bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan informed consent sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden (Aziz

Alimul Hidayat, 2007. Tujuan informat consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2007) masalah etika keperawatan

merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan

3. Confidentiality (Kerahasiaan )

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya (Aziz Alimul Hidayat, 2007). Dan hanya dipublikasikan

dalam bentuk laporan sebagai tugas akhir pada Program Studi D III

Keperawatan.
LEMBAR PENGUMPULAN DATA

Judul Penelitian :Motivasi Lansia Dalam Melakukan Kunjungan Ke


Posyandu Merpati Kecamatan Sampang

Tanggal Penelitian :
No. Kode Responden :

PETUNJUK
I. Mohon dijawab pertanyaan yang tersedia dengan cara memberi tanda (X)
pada jawaban yang anda pilih
II. Mohon untuk diteliti ulang supaya tidak ada pertanyaan yang terlewatkan

A. DATA UMUM diisi


oleh petugas
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki
b. perempuan
2. Usia
a. 30-36 tahun
b. 37-43 tahun
c. 44-50 tahun
d. 51-57 tahun
e. 58-64 tahun
f. >65 tahun
3. Pendidikan terakhir
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan tinggi/ Akademi
4. Pekerjaan
a. tidak bekerja/ IRT
b. petani
c. wiraswasta
d. PNS/ TNI/ POLRI

KUENSIONER MOTIFASI KUNJUNGAN LANSIA DI POSYANDU


MERPATI

N KUENSIONER YA TIDAK

O
Faktor instrinsik
1 apakah pelayanan posyandu lansia sesuai prosedur
yang telah ditetapkan
2 apakah pelayanan posyandu lansia kepada pasien
dengan penuh tanggung jawab.
3 apakah kebutuhan lansia sesuai kondisi kesehatan
secara maksimal melalui pelayanan posyandu lansia
4 apakah pelayanan posyandu lansia sesuai jadwal yang
telah ditetapkan
5 Selama memberikan perhatian sehingga lansia merasa
nyaman selama pelaksanaan pelayanan posyandu
Faktor ekstrinsik
1 apakah pelayanan posyandu lansia karena ingin
meningkatkan derajat kesehatan lansia
2 apakah pelayanan posyandu sesuai kebutuhan dan
kemajuan kesehatan lansia
3 apakah pelayanan posyandu dalam meningkatkan
kinerja sebagai kader
4 apakah pelayanan posyandu sesuai standar pelayanan
posyandu lansia
5 apakah pelayanan posyandu karena ingin mengikuti
perkembangan dan kemajuan di bidang kesehatan
lansia

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo.(2014). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka


Cipta.
Nursalam. (2001). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

Siagian, Sondang. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Bumi

Aksara

Constantinides P. 1994. In General Pathobiology, Appleton & Lange

Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistic Penelitian

Dengan SPSS, Andi Yogyakarta, Yogyakarta

Departemen Kesehatan RI, 2000,pengertian Lansia

Depkes RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Aziz Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis

Data.Jakarta: Salemba Medika

Alimul, Hidayat. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I.

Jakarta: Salemba Medika

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. Metodologi Penelitian, 51. Retrieved


from https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Motivasi Lansia Dalam Melakukan Kunjungan Ke Posyandu


Merpati Kecamatan Sampang

Oleh :
OKTANIA AGUS RIANI
NRP. 33411801062
Proposal ini disusun sebagai syarat tugas akhir Mahasiswa Politeknik
Negeri Madura
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan dalam Prodi DIII Keperawatan Politeknik Negeri Madura. Oleh
karena itu saya mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. selanjutnya kami mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya, dan
jawaban dari Bapak/Ibu/Saudara/i terjamin kerahasiaannya.
Demikian atas bantuan dan partisipasinya kami sampaikan terimakasih

Tanda tangan : ……………………………….

Tanggal : ……………………………….

No. Responden : ……………………………….


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Motivasi Lansia Dalam Melakukan Kunjungan Ke Posyandu


Merpati Kecamatan Sampang

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bersedia untuk turut
berperan sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan Mahasiswa DIII
Keperawatan Politeknik Negeri Madura yang sebelumnya telah menjelaskan
kepada saya tentang tujuan penelitian ini dan saya memahami bahwa peneliti
mengambil data dan informasi yang telah saya berikan. Apabila ternyata
pertanyaan yang diajukan menimbulkan kesan yang kurang baik bagi saya, maka
peneliti akan menghentikan pengumpulan data ini dan saya berhak mengundurkan
diri.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa ada
pakssan dari siapapun, atas pertahiannya terimakasih.

Tanda tangan : ……………………………….

Tanggal : ……………………………….

No. Responden : ……………………………….

Anda mungkin juga menyukai