Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare
Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare
Disusun Oleh :
Kelompok
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi
dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik
1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai
penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang
tua mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun
dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti
penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan
anak yang menderita penyakit tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?
3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?
4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena
penyakit Diare ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang penyakit Diare.
2. Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.
3. Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.
4. Menjelaskan cara mengatasi Diare.
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena
penyakit Diare .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair
disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
B. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi
3
pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,
obstruksi usus
C. Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
4
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
5
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
E. Pathway
6
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein
DIARE
Kehilangan
nutrisi Kehilangan cairan & elekt gangguan
berlebihan berlebihan integritas kulit
perubahan gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Gangg. Tumbang
7
F. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :
- Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
- Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
8
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .
- Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
- Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
- Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
H. Penatalaksanaan
1. Medis
9
a. Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
10
1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu.
4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.
- Obat anti spasmolitik.
- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh makanan.
2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,
kaki, dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan
11
sendiri saat ke sekolah.
7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan
tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi
standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
12
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara
1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
- Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan
libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/
13
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
- Autonomy vs Shame and doundt
- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari
anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan
sedikitpun
2) hitungan (GK)
3) Meniru membuat garis lurus (GH)
4) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
(BBK)
5) Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah
14
menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,
PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
15
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,
RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
16
pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)
R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses
3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk
memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit
5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi
6) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental
setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi
8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman
berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah
elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi
Kolaborasi :
1) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
17
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
4) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi
R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
terhadap aturan terapeutik
18
- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
- obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat
R/ untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik
19
baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
20
menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas
1. Nama/Nama panggilan : An.K
2. Tempat tgl lahir/usia : Cirebon, 11 Desember 2016/1 tahun
5 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.
Gegesik, Kab. Cirebon
7. Tgl masuk : 19 Mei 2018
8. Tgl pengkajian : 20 Mei 2018 (10:00 WIB)
9. Diagnosa medik : Gastrointestinal Akut
10. Rencana terapi :-
22
f. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.
Gegesik, Kab. Cirebon
2. Ibu
a. Nama : Ny.D
b. Usia : 30 tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Guru
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.
Gegesik, Kab. Cirebon
23
Ibu pasien mengatakan sebelum datang ke rumah sakit anaknya
mencret-mencret, cair, berlendir, ada sedikit ampas, tanpa darah,
warna hijau dan berbau khas disertai demam naik turun sejak hari
jumat dan sorenya berobat ke dokter dan diberi antibiotik saja,
namun tidak ada perubahan. Di rumah pasien muntah 3 kali sehari,
muntah berisi cairan seperti susu tanpa disertai darah.
Pada tanggal 19 Mei 2018 orang tua membawa pasien ke RSUD
Arjawinangun, masuk ruang IGD pukul 19.55 WIB dan diagnosa
oleh dokter Gastrointestinal Akut (GEA) dengan dehidrasi ringan-
sedang. Dokter menyarankan pasien untuk di rawat, dan pasien
dibawa ke ruang Ade Irma Suryani pukul 21.30 WIB.
24
sehat. Saat masa kehamilan ibu pasien juga sempat drop,
lemas dan nafsu makan menurun karena rasa mual dan
muntah yang berkepanjangan hingga usia kehamilan 5
bulan. Sempat di infus di puskesmas.
b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada riwayat keluarga yang
mempunyai penyakit menular
c. Riwayat berat badan selama hamil : Ibu mengatakan berat
badan naik 13 Kg
d. Riwayat imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT pada
saat hamil
e. Golongan darah ibu A, golongan darah ayah B
2. Antenatal Care
a. Tempat melahirkan : RSUD Arjawinangun
b. Jenis persalinan : Secara karena sudah pecah ketuban
c. Penolong persalinan : dr. SpOG
d. Komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan :
3. Postnatal Care
a. Kondisi bayi : berat badan bayi saat lahir 2.300 gram, tinggi
34 cm. Appereance : merah muda seluruhnya, Pulse : 110
kali/menit, Grimace : menangis, Activity : fleksi dengan
baik, Respiratory : menangis kuat
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : -
25
sakit batuk pilek dan demam pada 4 bulan terakhir tidak
lebih dari 3 hari.
Riwayat kecelakaan : menurut orang tua pasien tidak
pernah mengalami kecelakaan
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa
anjuran dokter dan menggunakan zat/substansi kimia
berbahaya : ibu pasien mengatakan saat pilek dan
demam yang lalu mengkonsumsi obat dari apotek yaitu
obat termorex anak.
Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :
Ket :
Perempuan : D Meninggal :
26
1 Hb0 Saat lahir Demam 2 hari
2 DPT Usia 2, 3, 4 bulan Demam 2 hari
3 BCG Usia 2 bulan Demam 2 hari
4 Rotavirus Usia 2, 4, bulan Demam 2 hari
5 Campak Belum dilakukan
27
3. Cara pemberian : melalui dot karena ibu merasakan nyeri ketika
langsung m enete
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-6 bulan ASI Sampai saat ini
2. 6-12 bulan ASI, bubur tim, 3 bulan
pisang yang
dihaluskan
3. Saat ini Nasi/bubur tim, Sampai saat ini
sereal (ikan, telur,
sayur)
28
Ibu membawa anaknya ke RS karena : Mencret-mencret,
disertai demam naik turun, muntah 3 kali sehari.
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : dokter
mendiagnosa Gastrointestinal Akut (GEA) dengan dehidrasi
ringan-sedang.
Perasaan orang tua saat ini : ibu mengatakan sedih
melihat anaknya merintih kesakitan, dan ibu khawatir takut
terjadi sesuatu yang lebih parah dari saat ini.
Orang tua selalu berkunjung ke RS : pasien selalu
ditemani orang tua.
Yang akan tinggal dengan anak : ibu pasien mengatakan yang
menemani pasien selalu bergantian antara ayahnya atau
neneknya jika ibu atau ayahnya sedang bekerja.
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : -
29
pantangan tim,telur,tempe, kacangan
ikan, telur
f. Nafsu makan Nafsu makan Nafsu makan
bertambah menurun
g. Cara makan Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
h. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
menelan/tidak menelan menelan
MASALAH Tidak ada masalah Sulit makan
B. Minum
a. Jenis Air putih, ASI, the Air putih , ASI
manis
b. Frekuensi 8x perhari 6x sehari
c. Jumlah (cc) 60 cc 60 cc
d. Cara minum Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
MASALAH Tidak ada Sering merasa haus
2. ELIMINASI
A. Buang Air Besar
a. Frekuensi 1x perhari 10x perhari
b. Waktu 1x perhari 10x perhari
c. Warna Feses kuning Feses hijau
kecoklatan kekuningan
d. Bau,darah ,lender Tidak berdarah Cair sedikit ampas,
tidak berlendir, tidak
ada darah saat BAB
dan berbau khas
e. Konsistensi Lembek Cair
f. Obstipasi Tidak mengalami Tidak mengalami
obstipasi obstipasi
30
g. Diare
h. Kolostomi Tidak melakukan Tidak melakukan
kolostomi kolostomi
i. Pengeluaran Sendiri Sendiri
sendiri/bantu
j. Kenggunaan - Memberikan obat
pencahar termorex
B. Buang Air Kecil
a. Frekuensi 7x perhari 10x sehari
b. Jumlah urine 740ml 1000 ml
output (cc)
c. Warna Bening kekuningan Bening kekuningan
d. Ada tidaknya Tidak ada Tidak ada
bau
e. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
darah/hematuria
f. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
kesulitan
g. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan Tidak menggunakan Tidak menggunakan
kateter kateter kateter
i. Cara Sendiri Sendiri
pengeluaran
dibantu/sendiri
MASALAH Tidak ada Tidak ada
3. ISTIRAHAT&TIDUR
a. Waktu tidur 8 jam 6 jam
sendiri
b. Waktu tidur 2 jam 1 jam
31
siang
c. Lamanya 10 jam 8 jam
d. Kebiasaaan Tidak ada Tidak ada
penghantar tidur
e. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
masalah tidur
f. Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada
dilakukan saat
istirahat
4. A. Mandi
a. frekuensi 2x sehari 1x sehari
b. penggunaan sabun Menggunakan sabun Menggunakan sabun
atau tidak dan sampo
c. cara melakukan Dibantu Dibanttu
sendiri/bantu
B. oral hygiene
a. frekuensi 2x sehari 1xsehari
b. waktu Pagi Pagi
c. menggunakan Gosok gigi Tidak gosok gigi
sikat gigi
d. menggunakan Menggunakan Tidak
pasta gigi
MASALAH Tidak ada Tidak ada
5. AKTIFITAS DAN
LATIHAN
A. Olahraga
a. Jenis Tidak ada Tidak ada
b. Frekuensi Tidak ada Tidak ada
B. Kegiatan diwaktu Main dilingkungan Tiduran ditempat
luang rumah tidur
32
C. Cara melakukan Dibantu dibantu
sendiri/bantu
Masalah Tidak ada Tidak ada
palpasi
benjolan : tidak ada
nyeri tekan : tidak ada
tekstur rambut : Rambut halus
7. Muka
Inpeksi
a. Simetris/tidak : simetris
33
b. Bentuk wajah : oval
c. Gerakan abnormal : tidak terdapat gerakan
d. Ekspresi wajah : menangis
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak
Data lain : tidak ada
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : edema/tidak : tidak
Radang/tidak : tidak
b. Sclera : Icterus/tidak : tidak
c. Conjungtiva : radang/tidak : tidak
Anemis/tidak : tidak
d. Pupil : -Reflesk pupil terhadap cahaya normal karena
bereaksi sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya.
e. Posisi mata
Simetris/tidak : Simestris
f. Gerakan bola mata : gerakan normal
g. Penutupan kelopak mata : penutupan mata yang sehat
h. Keadaan bulu mata : terdapat bulu mata panjang
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : - kabur/tidak : tidak
- Diplopia/tidak : tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri
Data lain : tidak ada
9. Hidung&Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : simetris
c. Keadaan septum : normal
34
d. Secret/cairan : tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran/bentuk telinga : normal (simetris)
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : simetris
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada, bersih, tidak ada sekret
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak ada nyeri
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinner : positif
b. Weber : tidak ada lateralis simetris antara kiri dan
kanan
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : normal
Data lain : tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Bersih
- Karang gigi/karies : tidak ada
- Pemakain gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah/Radang/Tidak : Tidak
c. Lidah
Kotor/tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis/pucat/tidak : tidak pucat
- Basah/kering/pecah : basah
- Mulut berbau/tidak : Tidak berbau
35
- Kemampuan bicara : terbete-bete
Data lain : tidak ada
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : pucat kering
b. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan
c. Nyeri menelan : nyeri
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar tyroid : simetris, tidak ada lesi
Palpasi
a. Kelenjar tyroid : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
b. Kaku kuduk/ tidak : tidak ada kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidaka ada nyeri tekan dan benjolan atau
pembesaran
Data lain
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : normal tidak ada kelainan bentuk dada, simetris
b. Irama pernafasan : teratur
c. Pengembangan diwaktu bernapas : 2:1
d. Tipe pernapasan: menggunakan pernafasan dada
Palpasi
a. Vocal fremitus : normal dapat merasakan getaran
b. Massa/ nyeri : tidak ada massa/ nyeri
Auskultasi
a. Suara napas : vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada suara tambahan
Perkusi : sonor/ resonan (dug)
15. Jantung
Palpasi
36
Ictus cordis : tidak ada pulsasi, teraba ICS V MCL selebar (1
jari)
Perkusi
Pemesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi
a. BJ I : Normal terdengar saat ekspirasi maksimal
b. BJ II : normal sesaat setelah inspirasi dalam
c. BJ III :
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada suara tambahan
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak membncit
b. Ada luka/ tidak : tidak ada luka
Palpasi
a. Hepar : tidak nyeri tekan
b. Lien : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
Peristaltik : 17x/menit
Perkusi
a. Tympani
b. Redup
Data lain : saat d auskultasi pekak artinya terdapat cairan, saat
auskultasi peristaltic meningkat dan memanjang (borboritmi)
17. Genitalia dan anus : vagina menutup tampak bersih tidak ada tanda
infeksi seperti kemerahan atau iritasi
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
Pergerakan kanan dan kiri : simetris
Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal
37
Kekuatan otot kanan/ kiri : 4 (1-4)
Tonus otot kanan/ kiri : Normal
Koordinasi gerak : Normal
b. Refleks
Biceps kanan/ kiri : refleks positif
Triceps kanan/ kiri : refleks positif
c. Sensori
Nyeri : tidak ada nyeri
Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
Rasa raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
Ekstremitas bawah
a. Motorik
Gaya berjalan : tegap
Kekuatan kanan/ kiri : 4 (1-4)
Tonus otot kanan/ kiri
b. Refleks
KPR kanan/ kiri
APR kanan/ kiri
Babinsky kanan/ kiri : hyperfleksi
c. Sensori
Nyeri : tidak ada nyeri
Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
Rangsang raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
19. Status neurologi
Saraf- saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penciuman: Pasien dapat merasakan bau susu
dan minyak telon yang biasa dipakai
b. Nervus II (Opticus) : penglihatan : Pasien dapat melihat gambar kuda
dalam jarak 30 cm
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
38
Kontriksi pupil : Normal, mengecil saat terkena cahaya
Gerakan kelopak mata : Normal, mata dapat digerakan keatas dan
kebawah dengan mengikuti objek
Pergerakan bola mata : Pasien dapat menggerakan bola mata
kesamping kana/ kiri
Pergerakan mata ke bawah & dalam : pasien dapat menggerakan
bola mata kebawah dan kedalam
d. Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas/ sensori : Normal
Refleks dagu : Normal
Refleks cornea : Normal
e. Nervus VII (Facialis)
Gerkana mimic : pasien merintih dan menangis saat mainannya
hilang
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : pasien menengok ketika di panggil oleh ibunya
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan : fungsi menelan baik saat pasien makan
Refleks muntah : positif
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
Suara
h. Nervus XI (Assesorius) : ketika diberi obat pasien dapat mengangkat
bahu dan memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri
Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan
Mengangkat bahu
i. Nervus XII (Hypoglossus) :
Deviasi lidah : pasien dapat menggerakan lidah ketika mengunyah
makanan
Tanda- tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : terhadap tahanan kuat
39
b. Kernig sign : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut 120
derajat
c. Refleks Brudzinski : kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
d. Refleks Lasegu : Normal dapat mencapai 70 derajat sebelum adanya
tambahan
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 tahun)
Dengan menggunakan DDST :
Interpretasi Denver pada An. K disimpulkan “Normal” karena tidak ada F
dan hanya ada satu C di indikator personal sosial.
C. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai Nilai Normal
Pemeriksaan feses
1. makroskopis
Warna Kuning hijau
Bau Khas Khas
Konsistensi Cair Luak
Lender Negative Negative
Darah Negative Negative
Nanah Negative Negatif
2. mikroskopis
Leukosit (+) 1-3/LPB -
Eritrosit (+) 1-3/LPB -
40
Eritrosit 5,74 106/uL 35-43 %
MCV 49,8 f/L 3,6-5,2 106/Ul
MCH 15,7 pg 74-102 Fl
Monosit 13,9 % 21-31 pg
1-6 %
Analisa Data
41
kehijauan, tidak Berlebih
berlendir dan tidak
disertai darah
3. frekuensi nadi 130 Diare
x/menit
4. mata cekung
5. kekenyalan kulit
kurang
6. emam dan muntah
hilang pada hari ke 2
7. peristatik usu 17
x/menit
8. minum dengan lahap
9. hasil laboratorium
Bakteri : positif
Kehilangan cairan
42
Kekurangan volume
cairan
3. DS : ibu pasien Hiperperistaltik Nyeri akut
mengatakan anaknya berhubungan
sering merintih Kehilangan cairan dan dengan
kesakitan terkadang elekrolit peningkatn
memegangi perutnya. defekasi
Pasien sering Pengeluaran isi usus
mengatakan “lara”
DO : Feses berlebihan
1. Cengeng
Area anus lecet
Nyeri akut
4. DS : ibu mengatakan Masuknya Kerusakan
terdapat kemerahan mikroorganisme integritas kulit
disekitar anus dalam saluran cerna berhubungan
DO : dengan iritasi
- Sering buang air Pertahanan tubuh lapisan rektum
besar memproduksi HCL akibat
- Frekuensi BAB lebih peningkatan
dari 10 kali Peningkatan HCL defekasi.
dalam saluran cerna
Pengeluaran feces
berlebihan
43
Kerusakan integritas
kulit
44
Intervensi Keperawatan
44
x/menit) perawatannya.
2. Kekurangan Setelah dilakukan 1. kaji vital sign. 1. untuk mengetahui gejala dini yang
volume cairan perawatan selama 3 x terjadi pada pasien.
berhubungan 24 jam kekuragan 2. pertahankan intake dan output 2. untuk memastikan dengan tepat
dengan cairan akan teratasi yang akurat. input dan output pasien.
kehilangan cairan dengan indicator : 3. Pantau pendarahan pada feces 3. Untuk mengetahui terjadinya
melalui feces 1. memiliki dan daerah anus. perdarahan di saluran pencernaan.
keseimbangan 4. Kaji status dehidrasi 4. untuk mengetahui tanda-tanda
asupan cairan dan (kelemahan membrane dehidrasi.
haluaran yang mukosa, nadi adekuat).
seimbang. 5. Timbang berat badan anak. 5. Mendeteksi kehilangan cairan ,
2. menampilkan penurunan 1 kg BB sama dengan
hidrasi yang baik kehilangan cairan 1 lt
(mukosa bibir 6. monitor cairan/makanan dan 6. untuk memberikan diit dan cairan
lembab, turgor hitung intake kalori harian. yang tepat.
kulittida kering, 7. kolaborasikan pemberian 7. untuk mencegah komplikasi yang
mata tidak cekung) cairan iv atau oral sesuai terjadi.
3. tidak mengalami program.
haus yang tidak
45
normal
3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. kaji penyebab nyeri yang 1. Mengevaluasi perkembangan nyeri
berhubungan perawatan selama 3 x dirasakan anak. untuk menetapkan intervensi
dengan 24 jam rasa nyeri selanjutnya.
peningkatn berkurang dengan 2. Lakukan perubahan posisi dan 2. Menurunkan tegangan permukaan
defekasi menunjukan : anjurkan orang tua untuk abdomen dan mengurangi nyeri.
1. tidak merintih dan masase punggung anak.
menangis 3. Anjurkan orang tua untuk 3. Meningkatkan relaksasi,
2. skala nyeri memberikan metode distraksi mengalihkan fokus perhatian nyeri
berkurang menjadi dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan
3 (nyeri pinggang) seperti bercerita, dan koping.
3. mempertahankan mengajaknya bernyanyi.
selera makan
dengan baik
4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda kerusakan 1. Mendeteksi dini kerusakan
integritas kulit perawatan selama 3 x integritas kulit meliputi kulit integritas kulit.
berhubungan 24 jam kerusakan yang kering, ruam dan lecet,
dengan iritasi integritas kulit teratasi warna kemerahan, kekeringan
lapisan rektum dengan tidak adanya yang berlebihan sehari sekali.
46
akibat tanda-tanda kerusakan 2. Bersihkan kulit saat terkena 2. Kebersihan mencegah perkembang
peningkatan kulit. Seperti : kotoran. biakan kuman
defekasi. 1. Mukosa kulit ruam 3. Anjurkan orang tua untuk 3. Mencegah terjadinya iritasi kulit
dan lecet mengganti popok setiap jam yang tak diharapkan oleh karena
2. Kulit yang kering atau basah. kelebaban dan keasaman feces.
3. Tidak ada 4. Berikan lotion pelembab kulit 4. Menjaga agar kulit bayi yang
kemerahan pada untuk anak di kulit yang kering agar tetap lembab.
kulit anus kering.
4. Kekenyalan kulit
kembali normal.
47
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K USIA 17 BULAN DENGAN DIARE
48
mukosa kesadaran , tingkat dehidrasi seperti kesadaran ,
lembab, pernafasan, nadi, dan sebagai pernafasan, nadi,
turgor bola turgor kulit, acuan untuk turgor kulit,
mata baik, mukosa mulut. melanjutkan mukosa mulut.
turgor kulit intervensi R:
baik) selanjutnya. - kesadaran
3. frekuensi composmetis
nadi normal - RR : 25 x/menit,
(80-90 nadi : 130 x/menit
x/menit) - Mukosa bibir
kering, kulit
kembali lambat (1
detik)
49
- zink 1 x 5 ml
- L-Bio 1 sachet
untuk pemakaian
(2x ½ sachet)
50
keseimbanga : 370C 440-478 = -38 ml
n asupan A : masalah teratasi
cairan dan 2. pertahankan 2. untuk 2. mempertahankan sebagian
haluaran intake dan output memastikan intake dan output P : intervensi
yang yang akurat. dengan tepat yang akurat. dihentikan (pasien
seimbang. input dan output R : balance cairan : pulang)
2. menampilka pasien. input-output : 740-
n hidrasi 1000 = -260 ml
yang baik
(mukosa 3. Pantau 3. Untuk 3. memantau
bibir pendarahan pada mengetahui pendarahan pada
lembab, feces dan daerah terjadinya feces dan daerah
turgor anus. perdarahan di anus.
kulittida saluran R : tidak ada
kering, mata pencernaan. perdarahan pada feces
tidak dan anus.
cekung)
3. tidak 4. kaji status 4. untuk 4. Mengkaji status
mengalami dehidrasi mengetahui dehidrasi
51
haus yang (kelemahan tanda-tanda (kelemahan
tidak normal membrane dehidrasi. membrane
mukosa, nadi mukosa, nadi
adekuat). adekuat).
R : anak gelisah,
cengeng, lesu, mukosa
bibir kering, mata
cekung, kulit kembali
lambat (1 detik ), nadi
: 130 x/menit
Balance cairan : -260
52
6. monitor 6. untuk 6. monitor
cairan/makanan memberikan diit cairan/makanan
dan hitung intake dan cairan yang dan hitung intake
kalori harian. tepat. kalori harian.
R : BB : 8 kg
Rumus : 100 ml/kg
BB
: 100 X 8 kg
: 800 ml/24 jam/hari
53
berhubungan dilakukan nyeri yang perkembangan penyebab nyeri mengatakan
dengan perawatan dirasakan anak. nyeri untuk yang dirasakan anaknya tidak
peningkatn selama 3 x 24 menetapkan anak. rewel jarang
defekasi jam rasa nyeri intervensi R : nyeri anak menangis
berkurang 2. Lakukan selanjutnya. dirasakan karena O : pasien terlihat
dengan perubahan posisi frekuensi BAB yang tenang, mulai diam
menunjukan : dan anjurkan meningkat, pasien tidak sering
4. tidak orang tua untuk terkadang memgangi menangis,
merintih dan masase perutnya ketika terkadang
menangis punggung anak. menangis. tersenyum.
5. skala nyeri 3. Anjurkan orang A : masalah teratasi
berkurang tua untuk 2. Menurunkan 2. melakukan P : intervensi
menjadi 3 memberikan tegangan perubahan posisi dihentikan
(nyeri metode distraksi permukaan dan anjurkan
pinggang) dalam abdomen dan orang tua untuk
6. mempertaha mengurangi mengurangi masase punggung
nkan selera nyeri seperti nyeri. anak.
makan bercerita, dan R : pasien terlihat
dengan baik mengajaknya tenang dan tidak
54
bernyanyi. menangis.
55
rektum akibat teratasi dengan warna kemerahan, daerah anus hilang
peningkatan tidak adanya kemerahan, kekeringan yang A : masalah teratasi
defekasi. tanda-tanda kekeringan yang berlebihan sehari P:intervensi
kerusakan kulit. berlebihan sehari sekali. dihentikan
Seperti : sekali.
R : mukosa bibir
1. Mukosa 2. Bersihkan kulit
kering, tidak ada lecet
kulit ruam saat terkena
namun terdapat
dan lecet kotoran.
kemerahan pada
2. Kulit yang 3. Anjurkan orang
daerah anus.
kering tua untuk
3. Tidak ada mengganti popok
2. Membersihkan
kemerahan setiap jam atau 2. Kebersihan
kulit saat terkena
pada kulit basah. mencegah
kotoran.
anus 4. Berikan lotion perkembang
4. Kekenyalan pelembab kulit biakan kuman R : ibu membersihkan
kulit untuk anak di kulit daerah anus saat
kembali kulit yang mengganti popok.
normal. kering.
3. Mencegah 3. Menganjurkan
56
terjadinya iritasi orang tua untuk
kulit yang tak mengganti popok
diharapkan oleh setiap jam atau
karena kelebaban basah.
dan keasaman
R : ibu mengganti
feces.
popok setiap basah
dan terasa berat.
4. Menjaga agar
4. memberikan lotion
kulit bayi yang
pelembab kulit
kering agar tetap
untuk anak di kulit
lembab.
yang kering.
57
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal
100-200 cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk
mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :
58
B. Saran
Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan
diare kami masih memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan
saran yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
dari sebelumnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak
http://digillib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia-
213-1-askepgas-pdf.
https://www.slideshare.net/mobile/FransiskaOktafiani/asuhan-keperawatan-pada-
anak-usia-17-bulan-toddler-dengan-diare
60