KATA
PENGANTAR 2
BAB I
PENDAHULUAN 3
1.1 LATAR BELAKANG 3
BAB II
PEMBAHASAN 4
2.1 STRATEGI BERBASIS BIAYA 5
2.2 HUBUNGAN DIANTARA BEBERAPA UNSUR 5
2.3 MARJIN KONTRIBUSI 6
2.4 TITIK IMPAS 8
2.5 TITIK IMPAS MULTIPRODUK 10
BAB III
PENUTUP 14
3.1
KESIMPULAN 14
DAFTAR
PUSTAKA 15
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat manfaatnya untuk masyarakan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis) merupakan
suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena
analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual,
dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis cvp dapat
menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan
ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Analisis CVP juga dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus
dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para manajer
untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari berbagai tingkat harga atau
biaya terhadap laba.
Meskipun bab ini berkaitan dengan mekanika dan terminology analisis CVP, kita harus
ingat bahwa analisis CVP merupakan suatu bagian integral dari perencanaan keuangan dan
pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan manajer harus mengenal seluruh konsep-
konsepnya, bukan hanya mekanikanya.
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Jika penjuala dinaikkan lagi menjadi 100 unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan
penjualan produk sebesar Rp75.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp30.000.000 harus
dikeluarkan, yang akan mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar
Rp45.000.000. tetapi karena perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar
Rp900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp855.000.000
Jika penjualan dinaikkan lagi menjadi 1000 unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan
penjualan produk sebesar Rp750.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp300.000.000 harus
dikeluarkan, yang mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar
Rp450.000.000. tetapti karena perusahaan harus menanggung biaya etap sebesar
Rp900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp450.000.000.
Bahkan saat penjualan dinaikkan menjadi 1.500 unit, perusahaan masih harus mengalami
kerugian sebesar Rp225.000.000 walaupun marjin kontribusi yang diperoleh adalah
Rp675.000.000.
Tetapi pada saat penjualan mencapai volume 2.000 unit, perusahaan memperoleh
pendapatan penjualan sebesar Rp1.500.000.000 dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar
Rp600.000.000, sehingga memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp900.000.000. karena harus
menanggung biaya tetap sebesar Rp900.000.000, maka pada volume ini perusahaan tidak
mengalami rugi tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Artinya volume ini merupakan
batas penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pada saat penjualan diatas 2.000 unit, setiap sumbangan marjin kontribusi per unit berarti
merupakan sumbangan terhadap laba perusahaan. Atau setiap tambahan marjin kontribusi
diatas Rp900.000.000 berarti tambahan terhadap laba usaha sebesar jumlah yang sama.
Misalkan pada saar penjualan sebanyak 2.001 unit, perusahaan akan memperoleh marjin
kontribusi sebesar Rp900.50.000 sehingga akan memperoleh laba usaha sebesar Rp450.000.
ketika penjualan mencapai 2.100 unit, perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar
Rp945.000.000 dan itu berarti laba usaha sebesar Rp45.000.000. pada saat penjualan
mencapai 5.000 unit, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi sebesar
Rp2.250.000.000 dan itu berarti terjadi laba usaha sebesar Rp1.350.000.000. ketika 10.000
unit produk terjual, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp4.500.000.000
dan diperoleh laba usaha sebesar Rp3.600.000.000.
Dari ilustrasi tersebut jelas bahwa setiap perubahan volume penjualan akan diikuti dengan
perubahan besarnya biaya variabel toal, yang selanjutnya akan menghasilakn perubahan
perolehan marjin kontribusi. Perubahan marjin kontribusi akan berdampak langsung pada
perubahan perolehan laba usaha perusahaan.
2.4 TITIK IMPAS
Anggaran penjualan adalah rencana kerja yang berkaitan dengan aktivitas penjualan
perusahaan selama suatu periode tertentu. Rencana kerja tersebut disusun berdasarkan
beberapa asumsi, seperti daya beli masyarakat, selera konsumen, dan sebagainya. Perubahan
asumsi akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan merealisasikan anggaran
penjualan tersebut. Keberhasilan atau kegagalan perusahaan untuk mencapai target penjualan
akan berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan
akhir, yaitu memperoleh laba yang optimal.
Karena itu wajib bagi perusahaan untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang
harus dicapai agar tidak mengalami kerugian. Sarana untuk mengetahui volume penjualan
minimal tersebut adalah dengan menggunakan analisis titik impas.
Titik impas adalah volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Titik impas tersebut dapat
diketahui dengan membagi antara total biaya tetap dengan rasio margin kontribusi.
Biaya tetap dalam rumus tersebut adalah seluruh biaya tetap yang dikeluarkan
perusahaan untuk membuat keseluruhan produk selama suatu periode tertentu. Sedangkan
biaya variabel adalah biaya per unit dan penjualan adalah harga jual per unit produk. Dari hasil
perhitungan tersebut akan diketahui volume tertentu yang merupakan nilai penjualan
minimum yang harus dicapai, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jadi ketika titik impas tercapai, perusahaan telah mampu menutup seluruh biaya tetap
yang dibebankan selama periode tersebut beserta biaya variabel yang harus dikeluarkan untuk
volume produk pada titik impas.
Ilustrasi 3.2
PT. Warna Kita adalah produsen zat pewarna kain. Kapasitas produksi perusahaan ini dalam
sau tahun adalah 1.200 ton at pewarna. Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut,
dikeluarkan biaya tetap sebesar Rp360.000.000. sedangkan biaya variabel total yang
dibutuhkan adalah Rp1.080.000.000. harga jual zat pewarna tersebut adalah Rp1.500.000 per
ton.
Berdasarkan data tersebut, jika dihitung dari titik impasnya, maka harus dihitung
terlebih dahulu biaya variabel per ton zat pewarna. Biaya variabel total untuk memproduksi
1.200 ton zat pewarna adalah Rp1.080.000.000. sehingga biaya variabel yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu ton zat pewarna adalah Rp900.000 yaitu dari hasil membagi
Rp1.080.000.000 dengan 1.200 at pewarna.
Kemudian, dari data yang telah tersedia dapat dihitung volume titik impasnya, yaitu :
Ilustrasi 3.3
PT. Pelangi Indonesia memproduksi empat jenis barang yang diberi kode A1, B2, C3, dan D4.
Produk tersebut rencananya akan diproduksi dan dijual dengan komposisi volume 20.000 unit,
15.000 unit, 10.000 unit, dan 5.000 unit masing-masing untuk A1, B2, C3, dan D4. Sedangkan
masing-masing produk dijual dengan harga per unit sebesar Rp11.000 untuk A1, Rp16.000
untuk B2, Rp21.000 untuk C3, dan Rp26.000 untuk D4. Untuk membuat seluruh produk
tersebut dengan komposisi volume seperti itu dan dalam kapasitas produksi perusahaan,
dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp144.000.000. sedangkan biaya variabel per unit yang harus
dikeluarkan untuk masing-masing produk adalah sebesar Rp7.000 untuk A1, Rp8.000 untuk
B2, Rp11.000 untuk C3, dan Rp14.000 untuk D4.
Seperti terlihat dalam data diatas bahwa masing-masing produk rencananya akan akan
dijual sebanyak 20.000 unit A1, sebanyak 15.000 unit B2, sebanyak 10.000 unit C3, dan
sebanyak 5.000 unit D4. Kemudian data tersebut, jika diringkas akan terlihat seperti tabel
berikut ini :
Keterangan A1 A2 A3 A4
Harga jual per unit 11.000 16.000 21.000 26.000
Biaya variabel per 7.000 8000 11.000 14.000
unit
Jadi, titik impas perusahaan dapat dihitung dengan rumus titik impas biasa, yaitu
memperhitungkan perbandingan volume penjualan antara satu produk yang lain, seperti
terlihat berikut ini :
Itu berarti titik impas akan tercapai pada saat penjualan mencapai nilai Rp320.000.000.
Titik impas dalam unit akan tercapai dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan
harga jual gabungan dari keempat jenis produk, yaitu (20.000x11.000) + (15.000x16.000) +
(10.000x21.000) + (5.000x26.000) = Rp800.000.000.
Titik impas (dalam unit)= 320.000.000
800.000.000
= 0,4 paket
Itu berarti titik impas perusahaan akan tercapai jika masing-masing produk dijual
dengan komposisi volume penjualan sebesar :
A1 = 20.000 X 0,4 = 8.000 unit
B2 = 15.000 x 0,4 = 6.000 unit
C3 = 10.000 x 0,4 = 4.000 unit
D4 = 5.000 x 0,4 = 2.000 unit
Metode Lain :
Jika titik impas dihitung dengan metode tersebut, akan diperoleh hasil kali perhitungan
dengan nilai nominal yang besar. Untuk menghindari angka yang terlalu besar, dapat
digunakan metode lain, yaitu dengan mencari terlebih dahulu perbandingan antara
volume satu produk dan produk lainnya. Seperti terlihat dalam data sebelumnya bahwa
masing-masing produk direncakan akan dijual sebanyak 20.00 unit A1, sebanyak 15.000 unit
B2, sebanyak 10.000 unit C3, dan sebanyak 5.000 unit D4. Itu berarti perbandingan volume
penjualan dari keempat tersebut adalah 20 : 15 : 10 : 5, atau dapat diperkecil lagi menjadi 4 :
3 : 2 : 1. Volume penjualan yang terkecil harus menjadi angka 1 sebagai patokan. Kemudian
data tersebut, jika diringkas, akan terlihat seperti pada tabel berikut ini :
Keterangan A1 A2 A3 A4
Harga jual per unit 11.000 16.000 21.000 26.000
Biaya variabel per unit 7.000 8.000 11.000 14.000
Volume penjualam 20.000 15.000 10.000 5.000
Perbandingan volume 4 3 2 1
penjualan
Jadi, titik impas perusahaan tersebut dapat dihitung dengan rumus titik impas biasa, yaitu
memperhitungkan perbandingan volume penjualan antara satu produk dan produk lainnya,
seperti terlihat berikut ini :
Bukti :
Laba = penjualan – Biaya Total
= Penjualan – Biaya Tetap – Biaya Variabel
= ((8.000 unit x Rp11.000) + (6.000 unit x Rp16.000) + (4.000 unit x Rp21.000) + (2.000 unit x
Rp26.000) – 144.000.000 – ((8.000 unit x Rp7.000) + (6.000 unit x Rp8.000) + (4.000 unit x
Rp11.000) + (2.000 unit x Rp14.000))
=(88.000.000 + 96.000.000 +84.000.000+52.000.000) – 144.000.000 – (56.000.000 +
48.000.000 + 44.000.000 + 28.000.000)
= 320.000.000 – 144.000.000 – 176.000.000
= 0
Jadi, pada volume penjualan tersebut perusahaan tidak memperoleh laba sama sekali. Itu
juga berarti volume bauran penjualan itu merupakan volume penjualan minimal agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Pada volume penjualan tersebut, seluruh biaya tetap
perusahaan sebesar Rp144.000.000 telah ditutup.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Titik impas (break-even point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan
total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untuk pendapatan sama dengan total biaya, kita
focus pada laba operasi. Pertama, kita akan membahas cara menentukan titik impas, kemudian
melihat bagaimana pendekatan kita dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah unit yang
harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan.
Laba operasi (operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari
operasional normal perusahaan. Laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi pajak
penghasilan.
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi
total biaya variable. pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.
Rasio biaya variable (variable cost ratio) sebesar 60 % pada contoh ini merupakan
bagian dari setiap dolar penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio
biaya variable dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu
saja, persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan
rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi(contribution margin ratio) adalah bagian
dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba
DAFTAR PUSTAKA
Anthony,Dearden,Belford, Management Controll System, 6th Edition, Irwin Inc.
Atkinson, Banker,Kaplan,Young,Management Accounting,Prentice Hall International,Inc,Second
Edition,1997.
Apandi Nasehatum,Bugdet & Control, Grasindo, Jakarta, 1999
Blocher, Chen, Lin, Cost Management : A Strategi Emphasis, The Mcgraw-Hill Companies,Inc,
1999.
Bambang Riyanto, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan , Penerbit BPFE, Yagyakarta, Edisi
Keempat, 1997.