Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI HOME CARE PERAWATAN DIRI TERHADAP

PRILAKU MANDIRI PADA ANAK AUTIS DI SDLB BHAKTI WIYATA


SURABAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
DWI ANA FAHDHIAH
NIM 20161660051

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam rangka meningkatkan kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus, perlu
upaya dan kebijakan yang bertujuan untuk membantu peserta didik, khususnya anak autis
agar mampu mengembangkan sikap mandiri.
Autisma berasal dari kata “Auto” yang berarti sendiri. “ Autisme merupakan suatu
gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau gangguan pervasif dan bukan suatu
bentuk penyakit mental” (Peeters, 2004:15).
Mayoritas abak autis dalam melakukan perawatan dirinya sendiri mengalami
kesulitan dikarenakan anak autis juga memiliki gangguan perilaku susah berkonsentrasi
dan cenderung hiperaktif. Gangguan tersebut secara otomatis dapat menghambat
pembelajaran dalam merawat dirinya sendiri, sehingga anak belum mampu menerapkan
teori kemandirian yang sebenarnya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
bahwa anak autis mampu mempelajari cara merawat dirinya sendiri.
Dengan adanya permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa melakukan terapi Home care perawatan diri merupakan usaha agar anak autis
hidup secara kompeten. Salah satu pembelajaran terapi Home Care Perawatan Diri
adalah mengajarkan anak untuk memakai baju dan makan sendiri.
Keunggulan dari Home care perawatan diri ini yaitu sebagai seorang perawat
diharapkan terapi ini dapat membantu anak autis untuk bisa lebih mandiri dan merawat
dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, sehingga dengan demikian
kekhawatiran orang tua terhadap masa depan anaknya menjadi berkurang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana perbedaan perilaku anak
autis sebelum dan sesudah diberikan terapi Home Care Perawatan Diri.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
 Tujuan Umum : Untuk mengetahui pengaruh home care perawatan diri terhadap
perilaku mandiri pada anak autis.
 Tujuan Khusus :
o Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada anak autis sebelum diberikan
terapi home care perawatan diri
o Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada anak autis sesudah diberikan
terapi home care perawatan diri
o Membandingkan perbedaan perilaku mandi pada anak autis sesudah dan
sebelum diberikan terapi Home Care perawatan diri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 Home Care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka (Departemen
Kesehatan,2002)
Home Health Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
diberikan di rumah kepada orang-orang cacat atau orang-orang yang harus tinggal dirumah
karena kondisi kesehatannya.

2.1.2 Perilaku Mandiri


Definisi mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain. Kemandirian anak,
kemampuannya disesuaikan dengan tugas perkembangan, apabila seorang anak telah mampu
melakukan tugas perkembangan, ia telah memenuhi syarat kemandirian. Untuk itu
membentuk kemandirian, perlu dikembangkan sejak anak usia dini. Untuk meningkatkan
kemandirian pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Anak perlu dukungan, seperti
sikap positif dari orang tua dan latihan-latihan keterampilan menuju kemandirian.

2.1.3 Anak Autis


Secara etimologis kata autisme berasal dari kata “Auto” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu paham atau aliran. Dengan demikian autisme diartikan sebagai
suatu paham yang hanya tertarik pada dunianya sendiri. Autis adalah suatu gangguan
perkembangan yang komplek menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktifitas
imajinasi, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, emosi.
Menurut Sutadi (2003 :13), anak autis adalah anak yang mempunyai gangguan
perkembangan dalam komunikasi, fungsi sosial adaptif, dan aspek kognitif yang muncul pada
saat anak berusia kurang dari 3 tahun sehingga memerlukan pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang khusus.
Menurut Lovas (1987 : 56) Autisme adalah suatu kelainan otak yang berpengaruh
pada perkembangan seseorang. Autisme mempunyai gangguan atau masalah dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Dari pendapat diatas maka dapat di ungkapkan bahwa anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan pervasif pada anak yang di tandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial.

2.2 KETERKAITAN TERAPI HOME CARE DENGAN PERILAKU MANDIRI


ANAK AUTIS
Menurut Sutadi (2003 :13), anak autis adalah anak yang mempunyai gangguan
perkembangan dalam komunikasi, fungsi sosial adaptif, dan aspek kognitif yang muncul pada
saat anak berusia kurang dari 3 tahun sehingga memerlukan pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang khusus.
Anak autis identik dengan perilaku yang manja dan tidak bisa jauh dari campur tangan
orang tua dalam segala tindakannya, baik itu dalam bidang pendidikan atau perawatan dirinya
sendiri.
Banyak dari orang tua yang merasa tidak terbebani oleh tingkah anak mereka tersebut
karena adanya pemikiran awam bahwa itu sudah merupakan hal yang wajar bila orang tua
membantu anak mereka yang memiliki keterbatasan mental. Akan tetapi pemikiran tersebut
dapat membuat dampak buruk bagi kelangsungan hidup anak autis, karena tidak selamanya
anak autis dapat bergantung dengan orang tua mereka. Oleh karena itu pendidikan kesehatan
berupa terapi home care dibutuhkan dalam menangani masalah ini karena anak autis juga
berhak untuk mendapatkan kehidupan dan kesehatan yang layak seperti halnya anak normal
lainnya.
Dalam hal ini terapi Home care perawatan diri ini bertujuan untuk membuat anak
autis bisa merawat dirinya sendiri tanpa bantuan orang tua mereka sehingga mereka bisa
menumbuhkan sikap mandiri dalam diri mereka. Walau tidak seluruhnya mereka bisa
melakukan kebutuhan diri mereka akan tetapi setidaknya mereka bisa merawat tubuh mereka
sendiri agar terhindar dari penyakit- penyakit yang menyerang bagian tubuh karena tidak
adanya perawatan pada tubuh mereka.
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Faktor predisposisi : Faktor pendukung : Faktor pendorong :


 Pendidikan  Pendapatan  Sikap dan perilaku
keluarga
 Pengetahuan petugas
 Ketersediaan  Media Promosi
 Sikap
makanan
 Persepsi

Autisme pada anak

Gangguan Perilaku Gangguan Komunikasi Gangguan Interaksi Sosial

Self care deficit :


 Anak belum dewasa
 Kebutuhan melebihi
kemampuan
perawatan Defisit perawatan
Terapi Home Care
 Kemampuan diri
perawatan diri
sebanding dengan
kebutuhan tapi
diprediksi untuk masa
depan Meningkatkan
kemandirian dalam
merawat dirinya sendiri
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan), yaitu suatu pernyataan
yang masih lemah yang membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat
diterima atau ditolak.
Dalam hal ini penulis menggunakan hipotesis yang berbunyi : “ Adanya pengaruh
terapi home care perawatan diri terhadap perilaku mandiri pada anak autis”, dimana
dalam penyusunan Hipotesis ini penulis membuat dua hipotesis, yaitu :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Hipotesis yang menyatakan kalimat positif, yaitu “ Adanya pengaruh terapi Home
Care Perawatan Diri terhadap perilaku mandiri pada anak autis”

2. Hipotesis Nihil (Ho)


Hipotesis yang menyatakan kalimat negatif, yaitu “ Tidak ada pengaruh terapi Home
Care terhadap perilaku mandiri anak autis dalam merawat dirinya sendiri”.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian saya yang berjudul “Pengaruh terapi Home Care
Perawatan Diri Terhadap Pengaruh Perilaku Mandiri Pada Anak Autis” ini saya
menggunakan desain penelitian Eksperimen. Pengertian Desain eksperimen sendiri
yaitu penilitian yang dilakukan dengan suatu percobaan/perlakuan yang dapat
dilakukan di laboratorium maupun dilapangan. Menurut Sugiyono (2009) dalam
penelitian Eksperimental terdapat beberapa jenis desain penelitian di antaranya pre-
eksperimental, quasi eksperimental, dan true eksperimental. Dalam penelitian saya ini
saya menggunakan Pre-Eksperimental berupa One Group Pretest-Posttest design yang
saya lakukan dengan cara mengukur terlebih dahulu kemampuan anak Autis dalam
merawat dirinya kemudian barulah saya mengajarkan bagaimana cara untuk merawat
dirinya sendiri setelah itu baru saya lakukan pengukuran kembali untuk mengetahui
kemampuan anak autis tersebut dalam merawat dirinya sendiri.

3.2 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilakukan dirumah penderita autis dari SDLB Bhakti Wiyata
pada tanggal 10 November 2018 sampai tanggal 27 November 2018

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, Arikunto, 2006).
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh anak
autisme yang tidak bisa merawat dirinya sendiri di SD Bhakti Wiyata pada tanggal
10 November 2018 sampai tanggal 27 November 2018 sebanyak 10 orang .

3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, Arikunto,
2006). Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-
cara tertentu (Waris, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa anak yang
menderita autisme di SD Bhakti Wiyata pada tanggal 10 November 2018 sampai
tanggal 27 November 2018 sebanyak 10 orang sebanyak 3 orang.
1) Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Nursalam, 2003).
Kriteria Inklusi :
 Anak Autis yang berada di SDLB Bhakti Wiyata Surabaya
 Anak Autis yang berumur 10-13 tahun yang mengalami Defisit
Self Care

2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penlitian tidak ada
yang mewakili karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Nursalam,2003).

3.3.3 Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari
populasi (Arikunto, 1998 : 196). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi
porsi dari suatu populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,2001 : 66).
Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah teknik sampling
Consecutive Sampling. Consecutive sampling atau Sampling kuota adalah cara
pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang
telah ditentukan.

3.4 Variabel
Menurut Sugiyono (dalam Iskandar,2010 : 48), Variabel penelitian merupakan
suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya antara lain :
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel penyebab atau variabel operasional yang
mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah “
Terapi Home Care Perawatan Diri”

2. Variabel Control (Dependen)


Variabel control adalah variabel akibat atau yang ditimbulkan oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah “ Perilaku Mandiri Pada Anak
Autis”.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Dengan judul penelitian “ Pengaruh Terapi Home Care Perawatan Diri
Terhadap Perilaku Mandiri Pada Anak Autis”, maka di dapatkan definisi
operasionalnya adalah :
Variabel Independenya adalah Terapi Home Care Perawatan Diri
Variabel dependenya adalah Perilaku mandiri pada anak autis
No Variabel Definisi Operasional Skala Penilaian
1. Intervensi Home Pemberian asuhan Nominal 1 => Pemberian
Care keperawatan selama 3 intervensi
minggu pada anak autis home care
yang terdiri pengkajian, 2 => Belum
perencanaan, intervensi, dilakukan
dan evaluasi intervensi
home care
2. Defisit Perawatan Ketidak mampuan anak Nominal 1 => Bisa
Diri autis dalam merawat dan melakukan
memenuhi kebutuhan dengan baik
dirinya sendiri 2 => Bisa
melakukan
sedikit
3 => Tidak bisa
melakukan
3. Perilaku mandiri Kemandirian yang Nominal Intensitas :
anak autis dilakukan anak autis 1. Sering
dalam upaya memenuhi membutuhkan
kebutuhannya sendiri orang lain
dalam upaya
memenuhi
kebutuhannya
sendiri
2. Tidak
membutuhkan
bantuan dalam
memenuhi
kebuthannya
sendiri

3.6 Indikator
Variabel Dimensi Indikator No. Pertanyaan
Persepsi Prosedur pemberian 1. Usia
pemeberian
intervensi
2. Cara
pemberian
intervensi
3. Waktu
pemberian
intervensi
Manfaat 1. Kesehatan
anak
2. Melatih
kemandirian
anak
3. Memberi
kelegaan pada
orang tua

Anda mungkin juga menyukai