Anda di halaman 1dari 21

Hubungan Ekonomi Internasional

dengan Ekonomi Nasional

GNP = C + I + G + (X-M)

GNP = Gross National Product


C = konsumsi nasional
I = Investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = ekpor – impor
Instrumen Perdagangan Internasional
Sebuah Negara
Tarrif atau bea masuk

Tarrif adalah pajak yang diterapkan ketika sebuah


barang diimpor.
Tujuan dari penerapan tarrif adalah:
1. Tarrif proteksi, yaitu pengenaan tarrif bea masuk
yang ditujukan untuk mencegah/membatasi impor
barang tertentu dalam rangka melindungi ekonomi/
industri dalam negeri.
2. Tarrif revenue, yaitu pengenaan tarrif bea masuk
yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan
negara, sekaligus juga untuk pemerataan
pendapatan nasional
Subsidi Ekspor

• Adalah pembayaran oleh negara kepada


perusahaan atau individual yang
mengirimkan produknya keluar negeri.
• Efek dari subsidi ekspor terhadap harga
adalah kebalikan dari tarrif. Pada negara
eksportir, konsumen akan terpukul,
produsen meraih keuntungan, dan
pemerintah menderita kerugian karena
mereka harus mengeluarkan uang untuk
subsidi
Kuota Impor
• Adalah pembatasan secara langsung pada
sejumlah barang yang akan diimpor.
Pembatasan atau restriksi biasanya
diberlakukan dengan cara menerbitkan lisensi
kepada beberapa kelompok individual atau
perusahaan.
• Kuota impor juga akan menaikkan
harga, sebagaimana tarrif, yang juga akan
membatasi impor pada level yang sama.
Bedanya adalah pada kuota impor pemerintah
tidak menerima pemasukan.
Voluntary Expor Restrain (VER)
• Adalah kuota perdagangan yang
diterapkan oleh negara pengekspor
dan bukan pengimpor.
• VER selalu lebih merugikan justru
kepada negara pengimpor.
Tuntutan Kandungan Lokal (local
Content requirements)
Adalah peraturan yang menuntut
sekian persen dari komponen produk
barang jadi untuk diproduksi secara
domestik.
Peraturan kandungan lokal secara luas
dipergunakan oleh negara-negara
berkembang untuk menggeser basis
manufaktur mereka dari assembling
menjadi produksi barang-barang
intermediate.
Dumping
• ialah praktek diskriminasi harga, yaitu
menetapkan harga barang yang lebih murah untuk
tujuan ekspor dan lebih mahal ketika dijual secara
domestik.
• Mengapa perusahaan-perusahaan melakukan
dumping? Karena secara ekonomis beberapa
barang dianggap lebih menguntungkan untuk
dilakukan dumping. Ini adalah strategi untuk
“profit-maximizing” bila penjualan ekspor dianggap
lebih responsif terhadap harga dibandingkan
penjualan domestik. Dumping adalah isu
kontroversial pada perdagangan internasional dan
dianggap sebagai “unfair”.
Instrumen kebijakan perdagangan lainnya:

1. Subsidi Kredit Ekspor


Kebijakan ini mirip seperti subsidi ekspor namun ia
mengambil bentuk pinjaman bersubsidi kepada pembeli.
Biasanya negara memiliki bank ekspor-impor untuk
menyediakan pinjaman subsidi guna menunjang ekspor.
2. Pembelian Nasional (National Procurement)
Adalah pembelian dari pemerintah atau perusahaan-
perusahaan yang diregulasi secara ketat terhadap
barang-barang yang diproduksi secara domestik
meskipun harga barang-barang ini lebih mahal dari
impor.
3. Red-Tape Barriers
Kebijakan ini biasanya diambil oleh pemerintah yang ingin
membatasi impor namun tidak ingin melakukannya
secara formal. Adalah lebih mudah untuk memelintir
kebijakan dengan alasan kesehatan, keselamatan, atau
prosedur bea cukai sebagai cara untuk menghalangi
perdagangan.
Apa argumentasi sebuah negara
melakukan perdagangan bebas
• Setiap negara akan bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip keuntungan komparatif dan tidak
akan coba-coba mengganggu mekanisme
pasar bebas. Sebuah negara yang bukan
penghasil kopi tidak akan memaksakan diri
untuk memproduksi kopi karena hanya akan
berefek inefisiensi dan inkompetitif. Hal ini akan
memaksimalkan gain from trade (manfaat
perdagangan) mereka.
• Ketersediaan barang bagi konsumen
• Harga yang kompetitif bagi konsumen
Apa argumentasi sebuah negara memberlakukan proteksi

• Proteksi tarif dibutuhkan untuk melindungi sebuah industri


yang masih infant (bayi) dari kompetisi secara terbuka.
• Tarif dapat melindungi tenaga kerja lokal dari ancaman
PHK.
• Beberapa produk tertentu biasanya sangat sensitif dan
bagaimana pun harus selalu dilindungi karena
menyangkut keamanan negara. Contoh: kasus keamanan
pangan dan produk pertanian.
• Tarif dapat menjadi senjata diplomasi politik suatu negara.
Bahkan tarif dapat menjadi sebuah bentuk “ tariff arms
race” atau perlombaan “senjata tarif”, dengan tujuan
politis beggar-thy-neighbour (memiskinkan tetanggamu).
REZIM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Dari GATT ke WTO
• Negosiasi multilateral untuk membicarakan
perdagangan internasional dimulai seiring dengan
berakhirnya Perang Dunia II. Negara-negara sekutu
pemenang perang pada saat itu menginginkan adanya
negosiasi perdagangan di bawah sebuah lembaga
bernama International Trade Organization (ITO) yang
pararel dengan IMF dan World Bank.
• Namun ITO tidak pernah terwujud karena adanya
keengganan Amerika Serikat pada waktu. Keengganan
AS untuk mewujudkan ITO disebabkan adanya
resistansi politik dan bisnis domestik terhadap
liberalisasi perdagangan.
• Meskipun demikian konferensi Havana pada tahun
1947, yang merupakan pertemuan pertama negosiasi
perdagangan internasional, tetap berjalan. Konsensus
mengenai perdagangan internasional ini kemudian
terangkum dalam apa yang disebut sebagai General
Agreement on Tarrif and Trade.
• Dengan adanya GATT maka dimulailah
perundingan multilateral di bidang perdagangan
yang disebut sebagai putaran perdagangan
(trade round) sebagai upaya mendorong
liberalisasi perdagangan internasional.
• Sejarah mencatat ada delapan putaran
perdagangan di bawah GATT dan putaran
terakhir adalah Uruguay Round yang
menghasilkan terbentuknya World Trade
Organization (WTO). WTO merupakan GATT
dengan banyak kelebihan.
• Pertemuan tertinggi dalam WTO adalah
Ministrial Conference (Konferensi Tingkat
Menteri).
1. KTM I, 1996 di Singapura. Membahas apa yang disebut
sebagai Isu Singapura (Government procurement,
perdagangan dan investasi, kompetisi, serta fasilitasi). Muncul
ketidaksepakatan di antara negara-negara berkembang dengan
negara-negara maju berkaitan dengan isu-isu ini.
2. KTM II, 1998 Jenewa
3. KTM III, 1999 Seattle. Berakhir dengan kegagalan dengan
demonstrasi besar-besaran yang berujung kerusuhan
4. KTM IV, 2001 Doha. Muncul Agenda Pembangunan Doha yang
memuat isu-isu pembangunan negara berkembang.
Pembahasan mengenai isu-isu ini dilanjutkan dalam
pertemuan-pertemuan tingkat menteri berikutnya yang disebut
Doha Development Round.
5. KTM V, 2003 Cancun. Dimaksudkan untuk melanjutkan
pembicaraan mengenai Doha Round. Muncul aliansi 22
negara-negara berkembang termasuk negara-negara G-20
yang dipimpin Cina, India, dan Brasil yang menentang tuntutan
negara-negara maju terhadap “Isu Singapura”. Negara-negara
berkembang juga menuntut dihapuskannya subsidi pertanian
Uni Eropa dan AS. Tidak progres dalam pertemuan ini.
6. KTM VI, 2005 Hongkong. Pertemuan ini dianggap vital bagi
perkembangan Doha Round. Salah satunya adalah seluruh
negara menyanggupi menghapus subsidi ekspor pertanian
pada 2013.
7. KTM VII, 2009 Jenewa. Tersendatnya pertemuan rutin WTO
disebabkan karena terhambatnya progres Doha Round
Prinsip-Prinsip WTO
1. Most-Favoured Nation
Adalah perlakuan yang sama terhadap semua mitra dagang dan tidak
dapat mendiskriminasi begitu saja mitra-mitra dagangnya.
2. National Treatment
Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan yang sama
terhadap barang impor dan lokal, paling tidak setelah barang impor
memasuki pasar domestik.
3. Transparency
Negara-negara anggota diwajibkan untuk bersikap terbuka/transparan
terhadap berbagai kebijakan perdagangannya sehingga memudahkan
pelaku usaha melakukan kegiatan perdagangan.
4. Resiprositas
Timbal balik, yaitu negara-negara mitra dagang harus siap saling
memberikan konsensi yang sama-sama menguntungkan
5. Binding (mengikat) dan Enforceable Commitment (komitmen yang dapat
ditegakkan)
Persetujuan tarrif di dalam WTO bersikap mengikat dan setiap
perubahan dari suatu negara haruslah dirundingkan dengan mitra
dagangnya sehingga tidak akan merugikan. Perselisihan dalam
perdagangan ini diselesaikan dalam Dispute settlement mechanism.
Kritik Terhadap WTO
– WTO dianggap secara sistematis bersikap
bias dan memihak terhadap negara-negara
kaya dan perusahaan-perusahaan
multinasional (MNC) besar, serta merugikan
negara-negara miskin yang tidak memiliki
power negosiasi
– WTO dianggap tidak cukup melindungi
tenaga kerja dan lingkungan
– Pembuatan keputusan di dalam WTO
bersifat rumit, tidak efektif, tidak
representatif, dan non-inklusif.
Regionalisme Ekonomi dan Globalisasi: sebuah kontradiksi?
• Integrasi ekonomi akan terjadi bila sekelompok negara-
negara dalam kawasan geografis yang sama bergabung
untuk membentuk suatu uni ekonomi (economic union) atau
sebuah blok perdagangan regional (regional trading bloc).
• Bila tarif diberlakukan secara berbeda-beda oleh para
anggota terhadap pihak eksternal kawasan, sedangkan
untuk perdagangan internal sesama anggotanya
dibebaskan maka dikatakan bahwa negara-negara kawasan
tersebut telah membentuk apa yang disebut kawasan
perdagangan bebas (Free Trade Area).
• Namun pada tingkat yang lebih tinggi, bila tarif diberlakukan
secara seragam terhadap pihak luar dan secara bersamaan
membebaskan tarif di antara sesama anggota ini disebut
sebagai persekutuan pabean (costum union).
• Bentuk persekutuan pabean ini dapat ditingkatkan kepada
bentuk yang lebih tinggi lagi yaitu pasar bersama (common
market). Dalam common market, negara-negara anggota
selain membentuk persekutuan pabean juga sepakat untuk
membebaskan pergerakan faktor-faktor produksi (terutama
tenaga kerja dan modal) di antara sesama mereka.
Dampak Integrasi Ekonomi:
• Argumentasi trade creation mengatakan bahwa hubungan
perdagangan di antara sesama anggota akan tercipta atau
meningkat (sebelumnya sudah ada meskipun terbatas)
apabila memberlakukan hambatan tarif yang seragam bagi
anggota eksternal dan pada waktu yang bersamaan
membebaskan perdagangan internal.
• Sedangkan argumentasi trade diversion mengatakan
bahwa adanya keseragaman tarif bagi negara bukan
anggota menyebabkan harga barangnya menjadi lebih
mahal (meskipun sebenaranya berbiaya lebih rendah bila
diberlakukan tarif secara fair) dibandingkan negara anggota
(yang seringkali kurang efisien dan berbiaya lebih mahal
namun menjadi lebih murah karena tanpa tarif). Karena
lebih mahal, pasar dan konsumen para anggota kemudian
akan mencari perdagangan di antara sesama anggota yang
menjadi lebih murah ketimbang di luar anggota.
• Perlu dicatat bahwa trade diversion juga terjadi di antara
sesama anggota dari negara yang produknya lebih mahal
dan tidak efisien kepada negara sesama anggota yang
produknya lebih murah dan lebih efisien
• Regionalisme ekonomi bila dihadapkan dengan globalisasi
memiliki beberapa persoalan yang bersifat kompetitif. Para
pengusung globalisasi seringkali menganggap bahwa
regionalisme ekonomi merupakan ancaman terhadap proses
globalisasi. Singkatnya perdagangan bebas dalam ruang
lingkup satu kawasan pada banyak kasus sering bersikap
protektif terhadap perdagangan bebas pada ruang yang lebih
luas. Keberadaan suatu kawasan perdagangan bebas yang
sangat protektif dapat menjadi ancaman terhadap
keberadaan World Trade Organization yang mengusung
perdagangan bebas dunia.
• Namun tidak sedikit pula yang menganggap bahwa
keberadaan regionalisme ekonomi justru merupakan satu
tahapan yang akan mendorong terciptanya perdagangan
bebas mondial. Dalam hal ini regionalisme ekonomi akan
memperkuat landasan negara-negara kawasan sehingga
akan lebih siap menghadapi globalisasi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai