KELOMPOK 2
Disusun Oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau lebih dikenal di
kalangan umum sebagai narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif)
adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi dan biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan untuk penghilang rasa sakit. Efek lain dari NAPZA yaitu
menimbulkan rasa nikmat yang kemudian menyebabkan NAPZA banyak
disalahgunakan untuk pemakaian di luar bidang kesehatan.
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia sangan memprihatinkan
melihat semakin banyaknya pengguna NAPZA di semua kalangan. Faktor
yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA antara lain
faktor keluarga, ekonomi, kepribadian, pergaulan, dan sosial. Mirisnya,
penggnaan NAPZA kini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja
(BNN, 2011) dimana seharusnya remaja adalah generasi penerus bangsa di
masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya berusia 11 sampai 24
tahun artinya usia tersebut tergolongkan usia produktif atau usia pelajar.
Pada masa remaja emosi seseorang labil dan belum memiliki
kemantapan dalam hidup dan dalam proses mencari jati diri, sehingga
memerlukan adanya perhatian yang lebih dari orang tua agar remaja tidak
terjerumus pada hal-hal yang merugikan masa depan (Maryati &Suryawati,
2001). Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Mahi 2007: 46)
diperoleh data dan kesimpulan bahwa pada umumnya kasus penyalahgunaan
NAPZA dilakukan pada usia remaja yakni sebanyak 97% karena pada masa
remaja sedang mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai
keinginan besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan dan
teman sebaya.
Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba cenderung semakin
menurun dalam 10 tahun terakhir, baik untuk pernah pakai dan setahun pakai.
Angka prevalensi pernah pakai menurun dari 8,1% (2006) menjadi 3,8%
(2016). Atau bisa diartikan, jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100 orang
pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba maka sekarang hanya ada 4 orang
yang pakai narkoba (2016). Angka prevalensi dua tahun terakhir juga
cenderung turun dari 5.2% (2006) menjadi 1,9% (2016). Atau bisa dikatakan
pada tahun 2006 mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir (current
users) ada 5 dari 100 pelajar/mahasiswa, tetapi saat ini hanya ada 2 orang saja
dari 100 pelajar/mahasiswa (2016). Dengan demikian, lebih dari separuh
mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir dapat dikurangi dalam 1
dekade terakhir. Di tahun 2016, dari mereka yang pernah pakai narkoba
(3,8%), sekitar separuhnya masih mengkonsumsi narkoba dalam setahun
terakhir (1,9%) (BNN,2016).
Melihat latar belakang diatas kita bisa tahu bahwa penyalahgunaan
NAPZA merupakan masalah yang serius, baik bagi masyarakat maupun
bidang kesehatan. Maka dari itu perlu diterapkan upaya-upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
B. TUJUAN
A. Definisi NAPZA
B. Jenis-jenis NAPZA
1. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan
:
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri
dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
3. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian
dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol : a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 %
( Bir ). b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman
anggur). c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
1. Keluarga
a. Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan napza. Orangtua mempunyai
kekuasaan sepenuhnya untuk membentuk pribadi yang baik
terhadap kehidupan anak-anaknya. Misalnya seperti saling
menghormati, sopan satun terhadap orang tua, serta dalam
kehidupan beragama pun orang tua yang harus memulainya sejak
dari kecil.
b. Orang tua wajib melarang anak-anaknya untuk tidak merokok dan
tidak minum minuman keras. Karena dengan kebiasaan merokok
dan meminum minuman keras itu menjadi salah satu gerbang
untuk penyalahgunaan narkotrika
2. Sekolah
Anak sekolah dari kelompok umur 13 – 20 tahun, masih sangat
rentan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba/napza, di usia
sekolah itu mereka berupaya untuk mencari jati diri. Perkembangan
biologi pada masa pubertas, perkembangan kejiwaan, rasa ingin tahu
yang tinggi dapat menyeret mereka pada pengalaman yang tidak
semestinya. Jadi penting artinya membentengi mereka dengan
langkah-langkah yang tepat.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari para
pendidik atau para guru untuk menangkal bahaya penyalahgunaan
narkoba/napza di sekolah adalah sebagai berikut :
a. Perlu diadakan penyuluhan dan bimbingan terhadap masalah
napza oleh tenaga ahli semisal dokter sehingga memiliki imunitas
atau kekebalan terhadap bahaya napza.
b. Perlu diadakan kontrol terhadap tempat-tempat yang
mencurigakan di sekolah dan sekitarnya serta diadakan informan
khusus. Sekali-sekali diadakan razia narkoba, baik oleh para guru
maupun dibantu oleh petugas dari kepolisian.
c. Jika terdapat siswa yang menjadi penghisap ganja atau morfinis
lainnya, para guru tak usah panik, takut akan ancaman anak-anak.
Pihak sekolah harus segera menghubungi pihak kepolisian yang
terdekat untuk penyelidikan lebih lanjut. Demikian pula terhadap
tua murid harus segera diberi tahu agar tidak terjadi salah paham.
d. Murid-murid yang gemar membolos, bandel, berlaku tidak sopan
kiranya perlu mendapat perhatian khusus karena gejala tersebut
merupakan gejala penyalahgunaan napza.
3. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat komponen kerohanian seperti ulama,
tokoh masyarakat, pemimpin kepemudaan, dan lain-lain. Para tokoh
masyarakat tersebut bekerjasama memberi wawasan dari masing-
masing tokoh masyarakat untuk memberi bekal menangkal
penyalahgunaan napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan kepada
remaja, yaitu : (1) apa dan bagaimana napza itu; (2) siapa yang
berwenang memiliki; dan (3) mengedar dan memakainya dan
bagaimana segi hukum pemakai napza ditinjau dari sudut agama dan
hukum pidana.
BAB III
PEMBUATAN MEDIA
A. Rancangan Media
Topik : NAPZA
Sub Topik : Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA di
Kalangan Mahasiswa
Sasaran : Mahasiswa
B. Media
Media yang akan kami gunakan untuk memberikan pengetahuan dan
penyuluhan kepada sasaran kami yaitu dalam bentuk video menarik. Video ini
nantinya akan kami upload di youtube. Alasannya karena video lebih menarik
perhatian dan akan lebih mudah untuk dipahami oleh sasaran. Dengan
perkembangan zaman yang semakin maju dan banyaknya masyarakat yang
lebih sering menggunakan media sosial khususnya youtube mempermudah
kami untuk membagikan informasi terkait dengan Upaya Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Mahasiswa
C. Deskripsi Video
DAFTAR PUSTAKA
Azmiyati, SR, dkk. 2014. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 9 (2):
137-143.