Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEMBUATAN RANCANGAN MEDIA

“POLA HIDUP SEHAT BAGI PENDERITA HIV”

KELOMPOK 2

Disusun Oleh:

Novyatul Maulannat ( I1B016017) Tika Emiliasari ( I1B016025)


Novita Simamora ( I1B016018) Irna Karunia Min A. ( I1B016026)
Ika Nur Masitoh ( I1B016019) Siska Mutiara.H.S ( I1B016027)
Lutviya Aris Setyani ( I1B016020) Hasri Kuswiharyanti ( I1B016028)
Aulia Rahmayanti ( I1B016021) Vidi Ahmad Raafi ( I1B016030)
Windi Astruti ( I1B016022) Ninik Juarti ( I1B016031)
Kiki Rizqi Ependi ( I1B016023) Tria Amaliadiana ( I1B016032)
Nandini Dian Ayu ( I1B016024)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2018

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau lebih dikenal di
kalangan umum sebagai narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif)
adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi dan biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan untuk penghilang rasa sakit. Efek lain dari NAPZA yaitu
menimbulkan rasa nikmat yang kemudian menyebabkan NAPZA banyak
disalahgunakan untuk pemakaian di luar bidang kesehatan.
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia sangan memprihatinkan
melihat semakin banyaknya pengguna NAPZA di semua kalangan. Faktor
yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA antara lain
faktor keluarga, ekonomi, kepribadian, pergaulan, dan sosial. Mirisnya,
penggnaan NAPZA kini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja
(BNN, 2011) dimana seharusnya remaja adalah generasi penerus bangsa di
masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya berusia 11 sampai 24
tahun artinya usia tersebut tergolongkan usia produktif atau usia pelajar.
Pada masa remaja emosi seseorang labil dan belum memiliki
kemantapan dalam hidup dan dalam proses mencari jati diri, sehingga
memerlukan adanya perhatian yang lebih dari orang tua agar remaja tidak
terjerumus pada hal-hal yang merugikan masa depan (Maryati &Suryawati,
2001). Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Mahi 2007: 46)
diperoleh data dan kesimpulan bahwa pada umumnya kasus penyalahgunaan
NAPZA dilakukan pada usia remaja yakni sebanyak 97% karena pada masa
remaja sedang mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai
keinginan besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan dan
teman sebaya.
Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba cenderung semakin
menurun dalam 10 tahun terakhir, baik untuk pernah pakai dan setahun pakai.
Angka prevalensi pernah pakai menurun dari 8,1% (2006) menjadi 3,8%
(2016). Atau bisa diartikan, jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100 orang
pelajar/mahasiswa yang pakai narkoba maka sekarang hanya ada 4 orang
yang pakai narkoba (2016). Angka prevalensi dua tahun terakhir juga
cenderung turun dari 5.2% (2006) menjadi 1,9% (2016). Atau bisa dikatakan
pada tahun 2006 mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir (current
users) ada 5 dari 100 pelajar/mahasiswa, tetapi saat ini hanya ada 2 orang saja
dari 100 pelajar/mahasiswa (2016). Dengan demikian, lebih dari separuh
mereka yang pakai narkoba dalam setahun terakhir dapat dikurangi dalam 1
dekade terakhir. Di tahun 2016, dari mereka yang pernah pakai narkoba
(3,8%), sekitar separuhnya masih mengkonsumsi narkoba dalam setahun
terakhir (1,9%) (BNN,2016).
Melihat latar belakang diatas kita bisa tahu bahwa penyalahgunaan
NAPZA merupakan masalah yang serius, baik bagi masyarakat maupun
bidang kesehatan. Maka dari itu perlu diterapkan upaya-upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum pembuatan media


Setelah melihat video,diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
dampak penyalahgunaan napza dan dapat menghidari diri dari
penylahgunaan NAPZA dikehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Khusus pembuatan media


Setelah sasaran melihat video, diharapkan dapat :
 Mengetahui bahaya dari penyalahgunaan NAPZA oleh mahasiswa
 ‌Mengetahui upaya preventif untuk menghindari NAPZA
 Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari cara menghindari NAPZA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi NAPZA

NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan


adiktif lainnya yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruh pada
kerja tubuh, terutama otak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan
apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian.

Pengetahuan yang setengah-setengah tentang bahaya- bahaya


penyalahgunaan NAPZA di kalangan anak-anak dan remaja membuat mereka
tidak berpikir panjang lagi untuk mencoba-coba barang haram tersebut.
Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengenal lebih jauh, apa
sebenarmya NAPZA itu. Zat-zat yang tergolong NAPZA sebenarnya
mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko pade
pemakainya yaitu kecanduan (adiksi). NAPZA merupakan bahan/zat yang
bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi ubuh terutama susunan
syaraf pusatiotak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan
gangguan fisik, psikis/ jwa, dan fungsi sosial. Pengaruh tersebut berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya. (Sofiyah, 2009)

B. Jenis-jenis NAPZA
1. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan
:
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codein.
2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri
dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
3. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian
dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol : a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 %
( Bir ). b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman
anggur). c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker).
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat
luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

C. Faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA


 Hubungan yang kurang harmonis didalam eluarga membuat anak
memiliki kesempatan untuk menyalahgunakan NAPZA
 Adanya tekanan atau tuntutan dari keluarga, misalnya tuntutan dalam
bidang akademik
 Adanya pengaruh dan bujukan teman sebaya (peer group)
 Ancaman dari teman satu kelompok untuk menggunakan NAPZA
(Saleh,2014)
 Karakteristik padaa usia remaja dan dewaasa awal untuk mencari
jatidiri
 Tingkat emosi yang masih sangat labil.
 Meiliki rasa ingintahu yang besar yang tidak diimbangi dengan
pengetahuan dan pendidikan moral yang baik.
 Mengatasi perasaaan tidak bahagia (anhedonia), pelampiasan nafsu
(hedonisme banal), mencapai kenikmatan sempurna (ultimate
aesthetica), meringankan perasaan kalah terhadap lingkungan
(doping), suatu pemberontakan (mind in rebellion), identitas yang
salah (mal identification), pengalaman spiritual (supernatural) serta
untuk mengatasi rasa takut dan bersalah (disinhibisi)
(Nur’artavia,2017)

D. Tanda dan gejala ketergantungan NAPZA


 Tanda seseorang yang mengalami kecanduan NAPZA atau narkotika
awalanya mengalami kemunduran fungsi otak seperti daya igat yang
menurun, sulit berkonsentrasi, lemas, letih dan sering marasa mengantuk
yang menyebbkan individu merasa malasdalam menjalankan aktifitas
sehar-hari akibat dari rusaknya fungsi otak.
 Pecandu atau pengguna NAPZA akan merasakan perubahan fisik mulai
dari rasa lemas hingga kesakita, kurangnya kepercayaan diri dan timbul
perasaan tidak nyaman pabila tidak menggunakan NAPZA yang sering
disebuat dengan gejala putus zat (withdrawal syndrome) sehingga selalu
berusaha memperoleh NAPZA dengan cara apapun.
 Pecandu membutuhkan sejumlah dosis yang dibutuhkan agar tubuhnya
merasa sehat meskipun sebenarnya sakit, namun apabila dosisnya
dikurangi atau dihentikan akan merasakan sakit dan tidak nyaman (sakaw).
 Adanya fase toleransi, suatu keadaan di mana jumlah NAPZA yang
dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh yang sama
seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan
meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan (overdosis),
dapat terjadi kematian.

E. Bahaya dari penyalahgunaan NAPZA


Dampak NAPZA, memang sangatlah berbahaya bagi manusia. NAPZA
dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik, emosi, maupun perilaku
pemakainya. Bahkan, pada pemakaian dengan dosis berlebih atau yang
dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan kematian tapi
masih saja yang menyalahgunakannya (di dalam Masjid, 2007).
1. Dampak NAPZA terhadap fisik pemakai NAPZA akan mengalami
gangguan-gangguan fisik sebagai berikut berat badannya akan turun secara
drastis, matanya akan terlihat cekung dan merah, mukanya pucat, bibirnya
menjadi kehitam-hitaman, tangannya dipenuhi bintik-bintik merah., buang
air besar dan kecil kurang lancer, sembelit atau sakit perut tanpa alasan
yang jelas.
2. Dampak NAPZA terhadap emosi pemakai NAPZA akan mengalami
perubahan emosi sebagai berikut sangat sensitif dan mudah bosan , jika
ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang ,
emosinya tidak stabil, Kehilangan nafsu makan.
3. Dampak NAPZA terhadap perilaku pemakai NAPZA akan menunjukkan
perilaku negatif sebagai berikut malas sering melupakan tanggung jawab,
jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya menunjukan sikap tidak peduli,
menjauh dari keluarga, mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat
pekerjaan, menggadaikan barang-barang berharga di rumah, sering
menyendiri menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti
di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar, takut akan air ,batuk dan pilek
berkepanjangan,bersikap manipulatif, sering berbohong dan ingkar janji
dengan berbagai macam alasan, sering menguap, mengaluarkan keringat
berlebihan, sering mimpi buruk, sakit kepala, nyeri sendi (di dalam Masjid,
2007).

F. Upaya preventif untuk menghindari penyalahgunaan NAPZA

Yuanita Fachril menyatakan bahwa yang menjadi sasaran tindakan


preventif ini ada tiga lembaga, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga
a. Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan napza. Orangtua mempunyai
kekuasaan sepenuhnya untuk membentuk pribadi yang baik
terhadap kehidupan anak-anaknya. Misalnya seperti saling
menghormati, sopan satun terhadap orang tua, serta dalam
kehidupan beragama pun orang tua yang harus memulainya sejak
dari kecil.
b. Orang tua wajib melarang anak-anaknya untuk tidak merokok dan
tidak minum minuman keras. Karena dengan kebiasaan merokok
dan meminum minuman keras itu menjadi salah satu gerbang
untuk penyalahgunaan narkotrika

2. Sekolah
Anak sekolah dari kelompok umur 13 – 20 tahun, masih sangat
rentan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba/napza, di usia
sekolah itu mereka berupaya untuk mencari jati diri. Perkembangan
biologi pada masa pubertas, perkembangan kejiwaan, rasa ingin tahu
yang tinggi dapat menyeret mereka pada pengalaman yang tidak
semestinya. Jadi penting artinya membentengi mereka dengan
langkah-langkah yang tepat.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari para
pendidik atau para guru untuk menangkal bahaya penyalahgunaan
narkoba/napza di sekolah adalah sebagai berikut :
a. Perlu diadakan penyuluhan dan bimbingan terhadap masalah
napza oleh tenaga ahli semisal dokter sehingga memiliki imunitas
atau kekebalan terhadap bahaya napza.
b. Perlu diadakan kontrol terhadap tempat-tempat yang
mencurigakan di sekolah dan sekitarnya serta diadakan informan
khusus. Sekali-sekali diadakan razia narkoba, baik oleh para guru
maupun dibantu oleh petugas dari kepolisian.
c. Jika terdapat siswa yang menjadi penghisap ganja atau morfinis
lainnya, para guru tak usah panik, takut akan ancaman anak-anak.
Pihak sekolah harus segera menghubungi pihak kepolisian yang
terdekat untuk penyelidikan lebih lanjut. Demikian pula terhadap
tua murid harus segera diberi tahu agar tidak terjadi salah paham.
d. Murid-murid yang gemar membolos, bandel, berlaku tidak sopan
kiranya perlu mendapat perhatian khusus karena gejala tersebut
merupakan gejala penyalahgunaan napza.

3. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat komponen kerohanian seperti ulama,
tokoh masyarakat, pemimpin kepemudaan, dan lain-lain. Para tokoh
masyarakat tersebut bekerjasama memberi wawasan dari masing-
masing tokoh masyarakat untuk memberi bekal menangkal
penyalahgunaan napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan kepada
remaja, yaitu : (1) apa dan bagaimana napza itu; (2) siapa yang
berwenang memiliki; dan (3) mengedar dan memakainya dan
bagaimana segi hukum pemakai napza ditinjau dari sudut agama dan
hukum pidana.
BAB III
PEMBUATAN MEDIA

A. Rancangan Media
 Topik : NAPZA
 Sub Topik : Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA di
Kalangan Mahasiswa
 Sasaran : Mahasiswa

B. Media
Media yang akan kami gunakan untuk memberikan pengetahuan dan
penyuluhan kepada sasaran kami yaitu dalam bentuk video menarik. Video ini
nantinya akan kami upload di youtube. Alasannya karena video lebih menarik
perhatian dan akan lebih mudah untuk dipahami oleh sasaran. Dengan
perkembangan zaman yang semakin maju dan banyaknya masyarakat yang
lebih sering menggunakan media sosial khususnya youtube mempermudah
kami untuk membagikan informasi terkait dengan Upaya Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA di Kalangan Mahasiswa

C. Deskripsi Video
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Hanifah & Nunung, Unayah. 2011. Mencegah Dan Menanggulangi


Penyalahgunaan Napza Melalui Peran Serta Masyarakat. Vol.16,
No.1

Anggraeni, Dewi. 2015. Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan


Zat Adiktif (Napza) Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu :
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 3, No.3, Hal. 37-51

Azmiyati, SR, dkk. 2014. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 9 (2):
137-143.

Djuharis, Rasul. PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI


KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DRUGS
ABUSE PREVENTIVE ACTION IN VOCATIONAL HIGH
SCHOOL CURRICULUM. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013

Hesty Damayanti Saleh, Dewi Rokhmah, Iken Nafikadini. Fenomena


Penyalahgunaan NAPZA Di Kalangan Remaja Ditinjau Dari Teori
Interaksionisme Simbolik Di Kabupaten Jember (The Phenomenon
of Substance Abuse among Adolescents Based on Symbolic
Interactionism Theory in Jember Regency ). e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014

Maydiya Restacendi Nur’artavia. KARAKTERISTIK PELAJAR


PENYALAHGUNA NAPZA DAN JENIS NAPZA YANG
DIGUNAKAN DI KOTA SURABAYA. The Indonesian Journal
of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 27–38

Nur’artavia, M. 2017. Karakteristik Pelajar Penyalahguna Napza Dan Jenis Napza


Yang Digunakan Di Kota Surabaya. The Indonesian Journal of
Public Health. 1(12), 27-38.
Saleh, H.D., Rokhmah, D., Nafikadini, I. 2014. Fenomena Penyalahgunaan
NAPZA Di Kalangan Remaja Ditinjau Dari Teori Interaksionisme
Simbolik Di Kabupaten Jember (The Phenomenon of Substance
Abuse among Adolescents Based on Symbolic Interactionism
Theory in Jember Regency ). 3(2)

Sholihah, Qomariyatus. 2015. Efektivitas Program P4GM Terhadap Pencegahan


Penyalahgunaan Napza : Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.10
No.2 hal.153-159

Sofiyah. 2009. Mengenal NAPZA dan Bahayanya. Jakarta: Be Champion.

Anda mungkin juga menyukai