Anda di halaman 1dari 46

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Rusmita, 2011). Kehamilan ialah

proses bergabungnya sperma dan ovum (gamet pria dan wanita) untuk menciptakan

suatu sel tunggal yang disebut dengan zigot, yang kemudian menggandakan diri

berkali-kali melalui pembelahan sel untuk menjadi lahir (Papalia, et al. 2008).

Gambar 2.1
Periode kehamilan (Anonim, 2017)

Kehamilan terbagi menjadi 3 periode yang disebut trimester I pada minggu

1-12, dimana pada masa ini merupakan masa perkembangan dan pembentukan organ.

Trimester II pada minggu 13-27 yang merupakan tahap perkembangan dan


2

pertumbuhan lanjutan dan trimester III pada minggu 28 sampai dengan persalinan (28-

40 minggu) yang merupakan masa tumbuh kembang dan persiapan kelahiran karena

pada awal masa ini janin telah dapat hidup di dunia luar dengan atau tanpa bantuan

medis (Rusmita, 2011).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Kehamilan.

Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu hamil. Kebanyakan dari perasaan

ketidaknyamanan tersebut berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi yang

berhubungan dengan aspek emosi dalam masa kehamilan (Walsh, 2007). Kehamilan

merupakan masa transisi bagi wanita, karena terdapat banyak perubahan-perubahan

yang terjadi baik fisik maupun psikologis (Bobak, et al., 2005).

Perubahan anatomi dan fisiologi pada saat kehamilan yaitu:

a. Sistem Reproduksi dan payudara

Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada sistem reproduksi dan payudara

adalah sebagai berikut :

1. Perubahan Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh

hormon estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Uterus meningkat

dari ukuran sebelum hamil sebesar 5 -10 cm menjadi 25-36 cm. ukuran uterus

meningkat hingga 5-6 kali lipat, kapasistasnya meningkat 3000-4000 kali lipat

dan beratnya meningkat 20 kali lipat pada akhir kehamilan. Pada akhir

kehamilan panjang semua sel otot di uterus meningkat hingga 10 kali lipat dari
3

ukuran sebelum kehamilan. Begitu uterus mengembang ke atas dan

meninggalkan pelvis, uterus tidak lagi menjadi organ pelvis melainkan organ

abdominal (Kisner, et al., 2017).

2. Serviks Uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan, sehingga serviks

menjadi lebih lunak dan warnanya lebih biru. Perubahan serviks terutama terdiri

atas jaringan fibrosa. Glandula cervikalis mensekresikan lebih banyak mucus

dan plak yang akan menutupi kanalis cervikalis. Fungsi utama dari plak mukus

ini adalah untuk menutup kanalis cervikalis dan untuk memperkecil resiko

infeksi genital yang meluas ke atas. Menjelang akhir kehamilan kadar hormone

relaxin memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada serviks

(Yulianti, et al., 2009).

3. Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis

setinggi ostium interna dan isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dibanding

segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-minggu

terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung

presenting part janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang

setelah persalinan terjadi (Yulianti, et al., 2009).

4. Kontraksi Braxton – Hicks


4

Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri

disepanjang kehamilan. Kontraksi ini membantu sirkulasi darah dalam plasenta

(Yulianti, et al., 2009).

5. Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena

pelebaran pembuluh darah, PH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya produksi

asam laktat karena kerja laktobaci achidophilus (Yulianti, et al., 2009).

6. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus

luteum graviditas berdiameter kira-kira 3 cm lalu mengecil setelah plasenta

terbentuk.

7. Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomammotropin,estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga

mammae menjadi lebih besar. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting

susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrum.

Perubahan pada payudara disebabkan oleh kadar estrogen, progesteron,

laktogen plasental, dan prolaktin. Stimulasi hormonal menimbulkan proliferasi


5

jaringan, dilatasi pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara.

Sedikit pembesaran payudara, peningkatan sensitivitas dan rasa geli mungkin

dialami khususnya oleh primigravida pada kehamilan minggu ke- 4.

b. Sistem endokrin, dan perkemihan

1. Sistem endokrin

Selama minggu-minggu pertama, korpus luteum dalam ovarium

menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen merupakan faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan

natrium serta pelepasan hormon hipofise. Progesteron mempengaruhi tubuh

ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan suhu,

pengembangan duktus laktiferus dan alveoli serta perubahan sekretorik dalam

payudara.

Perubahan endokrin lainnya yaitu sekresi kelenjar hipofise umumnya

menurun, dan penurunan ini akan meningkatkan sekresi semua kelenjar

endokrin (khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal).

2. Sistem Perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh

uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing (berkemih).

Frekuensi berkemih yang meningkat juga akibat peningkatan aliran ginjal

sampai 80% (Lescher, 2014).

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus

keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun
6

kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena

kandung kemih mulai tertekan kembali. Disamping sering kencing, terdapat

pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah

diginjal, sehingga filtrasi di glumerulus juga meningkat sampai 69 %.

c. Sistem Pencernaan, Musculoskeletal, Kardiovaskuler dan Integument

1. Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan mual (nausea)

atau muntah (vomitus) yang terjadi pada saat bangun tidur. Penyebabnya secara

pasti tidak diketahui namun kemungkinan besar akibat reaksi terhadap

peningkatan hormon yang mendadak.

Ketika kehamilan berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh

uterus yang membesar. Apendiks biasanya bergeser kearah atas dan agak

kelateral dan seringkali dapat mencapai pinggang kanan. Pada sekitar 15%-

20% wanita hamil, herniasi bagian atas lambung (hiatus hernia) terjadi setelah

bulan ketujuh atau kedelapan kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran

lambung keatas, yang menyebabkan hiatus diafragma melebar. Kondisi ini

lebih sering terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita

yang lebih tua.

2. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil,

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah. Peningkatan distensi

abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
7

dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan

penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita

bergeser ke depan.

Gambar 2.2
Postur tubuh wanita hamil (Wagey, 2011)

Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat

gravitasi dan garis bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah

bentuk untuk mengimbangi pembesaran abdomen. Menjelang akhir kehamilan

banyak wanita yang memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis).

Demikian pula pada jaringan ikat dan persendian panggul akan melunak dalam

mempersiapkan persalinan.

Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena kompensasi

posisi uterus yang membesar dan menggeser daya berat ke belakang lebih

tampak pada masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit bagian tubuh

belakang karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang
8

dapat mempengaruhi postur tubuh. Bayi yang semakin membesar selama

kehamilan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu

hamil dan dapat mengakibatkan edema pada tangan yang disebabkan oleh

perubahan hormonal akibat retesi cairan

Selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah

kadang kala dialami pada anggota tubuh bagian atas sebagai akibat lordosis

yang besar dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan

menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus.

3. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi pada jantung, yang khas yaitu denyut nadi

istirahat meningkat sekitar 10-15 denyut permenit, akibat diafragma semakin

naik terus selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas, sehingga apeks

jantung agak kelateral dari posisinya. Perubahan-perubahan ini dipengaruhi

oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen dan konfigurasi

abdomen dan toraks.

Peningkatan volume darah selama kehamilan akan meningkat sebanyak

kurang lebih 40-50% diatas normal. Peningkatan volume darah terjadi pada

minggu ke-32 kehamilan untuk memenuhi kebutuhan bagi sirkulasi janin dan

kebutuhan nutrisi (Lescher, 2014).

4. Sistem Integument

Timbulnya kloasma gravidarum merupakan keluhan yang sering terjadi

sejak akhir bulan kedua. Perubahan pigmen tersebut akibat melanocyt


9

stimulating hormone (MSH) yang merupakan perangsangan estrogen dan

progesterone. Perubahan kulit timbul pada trimester II dan III karena melanocit

yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Stretch mark terjadi karena

peregangan kulit yang berlebihan, biasanya pada paha atas dan payudara akibat

peregangan kulit ini dapat menimbulkan rasa gatal. Stretch mark tidak dapat

dicegah tapi dapat diobati setelah persalinan.

2.1.3 Faktor Predisposisi pada Kehamilan

Faktor predisposisi pada masa kehamilan antara lain :

1. Pertumbuhan uterus yang menyebabkan perubahan postur

Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat

gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan

posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot,

penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum

hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan

kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan

menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian punggung ibu hamil (

Eileen, 2008).

2. Penambahan berat badan secara drastis

NPB terjadi pada ibu hamil trimester II-III karena merupakan nyeri

yang terjadi akibat perubahan postur yang terjadi akibat penambahan beban

kandungan yang semakin besar yang menyebabkan pertambahan sudut


10

lengkungan tulang belakang. Pertambahan sudut lengkungan menyebabkan

fleksibilitas dan mobilitas dari lumbal menjadi menurun.

NPB kadang akan menyebar sampai ke panggul paha dan turun ke kaki,

kadang akan meningkatkan nyeri tekan di atas simpisis pubis. Nyeri tersebut bisa

muncul seiring dengan pertambahan berat badan.

3. Peregangan berulang

Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan

kelelahan pada tubuh ibu hamil, terutama pada bagian tulang belakang, pelvis,

dan sendi penahan berat, sehingga hal ini dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri

pada bagian tersebut (Eileen, 2008).

4. Peningkatan kadar hormon estrogen terhadap ligament

Penyebab NPB pada wanita hamil adalah adanya perubahan hormonal

yang menimbulkan perubahan pada jaringan lunak penyangga dan penghubung

(connective tissue) sehingga mengakibatkan menurunnya elastisitas dan

flexibilitas otot ( Kisner, et al., 2017 ).

2.2 Nyeri Pinggang Bawah


2.2.1 Definisi
The International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri

sebagai suatu perasaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

berupa ngilu, linu, kesemutan dan rasa baal akibat adanya kerusakan suatu jaringan

yang nyata atau yang berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri
11

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

NPB adalah nyeri yang dirasakan di daerah pinggang bawah, dapat berupa

nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari

pinggang bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang berasal dari

daerah lain dirasakan di daerah pinggang bawah (referred pain). NPB pada hakekatnya

merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik (Meliala,

2003).

NPB akibat kehamilan adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan

gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tubuh bagian

belakang dari rusuk terakhir atau Vertebra Thoracal 12 sampai bagian pantat atau anus

karena pengaruh hormon yang menimbulkan gangguan pada substansi dasar bagian

penyangga dan jaringan penghubung sehingga mengakibatkan menurunnya elastisitas

dan fleksibilitas otot (Kisner, et al., 2017).

2.2.2 Anatomi

1. Pinggang Bawah

Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Dibagian ventral

terdiri atas corpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan

ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal

tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arcus vertebra dengan lamina dan

pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligament diantaranya ligamen

interspinal, ligamen intertransversa dan ligamen flavum. Pada processus spinosus dan
12

transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi columna vertebra

(Meliala, 2003).

Gambar 2.3
Columna Vertebralis (Grent’s atlas of anatomi. Dalley, et al., 2016)

Columna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri

dari segmen anterior dan posterior (Meliala, 2003).

a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga

badan. Segmen ini meliputi Corpus vertebra dan discus intervebralis yang

diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior dibagian depan dan

ligamentum longitudinale posterior dibagian belakang. Sejak dari oksiput,

ligament ini menutup seluruh bagian belakang discus. Mulai L1 ligament ini
13

menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh

asalnya.

b. Segmen posterior, dibentuk oleh arcus, prosesus transverses dan prosesus

spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan

diperkuat oleh ligament serta otot. Struktur lain pada nyeri punggung bawah

adalah discus intervertebra yang berfungsi sebagai penyangga beban dan

peredam kejut. Discus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan

anyaman serat-serat fibroelastik. Tepi atas dan bawah melekat pada “end plate”

vertebra, hingga terbentuk rongga antar vertebra yang berisi nukleus pulposus

suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air (Meliala,

2003).

2. Otot Regio Lumbal

Berdasarkan perannya otot regio lumbal dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Core Muscle

Core Muscle terdiri dari otot silinder yang menyelimuti lapisan dalam dari perut

yang terdiri dari 4 grup otot utama yaitu :

a) Transversus Abdominis

b) Multifidus

c) Diafragma

d) Pelvic floor

Keempat grup otot ini bekerja secara harmonis dan berkontraksi secara

bersama-sama untuk menjaga posisi stabil pada vertebra


14

b. Global Muscle

a) Rectus Abdominis

b) Obliqus Abdominis Internus dan Externus

c) Erector Spine

d) Quadratus lumborum

2.2.3 Biomekanik

Pada manusia tegak yang dilihat dari belakang, central of gravity (COG)

berlokasi pada pelvis di depan bagian atas depan sacrum dan pada sekitar 58% tinggi

seseorang dari tanah. Garis vertikal dari COG melewati antara kaki.

Kontrol otot yang buruk, kehamilan, kelebihan berat atau postur yang

buruk dapat mengubah posisi COG ke depan sehingga proyeksi vertikalnya lewat

dibawah pusat kaki, menyebabkan tubuh berkompensasi dengan membentuk posisi

tidak normal yang mengarah pada kemungkinan ketegangan otot (Cameron, et al.,

2006).

Ketika COG berpindah ke depan akibat beban yang bertambah dibagian

abdominal maka tubuh akan merespon untuk menyeimbangkan posisi ibu hamil

sehingga terjadi rotasi pada pelvic, lumbal cenderung ke depan, posisi kepala dan bahu

condong ke depan mengakibatkan terjadinya kompensasi pada otot belakang leher

memendek. Otot pectoralis mayor dan minor, upper trapezius,levator scapula dan

sternocleidomastoideus cenderung kaku dan memendek. secara bersamaan middle dan

lower trapesiuz, serratus anterior, dan rhomboids cenderung melemah.


15

Gambar 2.4
Pusat gravitasi normal dan pusat gravitasi pada ibu hamil

Pada lower crossed syndrome, otot iliopsoas, rectus femoris, tensor fascia

latae, adductors hip, dan erector spine cenderung kaku dan memendek. Pada waktu

bersamaan, otot-otot perut dan gluteus melemah (Riggs, et al., 2009).

Gambar 2.5
Upper and lowed crossed syndromes (Riggs, et al., 2009)
16

Ketika otot perut dan gluteus melemah maka intra abdominal preassure

(IAP) menurun. IAP akan meningkat ketika diafragma berkontraksi (inspirasi) dan

menurun pada saat diafragma relaksasi (ekspirasi). Penurunan tekanan intra abdominal

akan menyebabkan tekanan pada intra diskal (IDP) meningkat. Tekanan intradiskal

timbul akibat adanya pembebanan yang diakibatkan oleh perubahan postur tubuh.

Peningkatan tekanan intradiskal akan menyebabkan pembebanan pada otot lumbal

yang berakibat jaringan di sekitar lumbal mudah cedera.

Normalnya sudut lumbosacral yaitu 30 derajat. Pada ibu hamil sudut

lumbosacral semakin besar sehingga lordosis lumbal juga semakin besar. Dampak lain

dari lordosis lumbal yaitu akan terjadi hyper ekstensi knee, perputaran di pelvic, kepala

condong ke depan sehingga terjadi kompensasi otot belakang leher. Terjadi

pemendekan dan ketegangan pada otot-otot fleksi hip (iliacus, Sartorius, dan psoas

mayor), neck extensor (splenius capitis, dan cervicis), serta lower back. Sebaliknya

akan terjadi pemanjangan dan kelemahan otot pada erector spine, hamstring, upper

back, neck fleksor (hyoid), dan abdominal.


17

Gambar 2.6
Kondisi tulang dan otot pada ibu hamil (Anonim, 2017)

2.2.4 Faktor Resiko Nyeri Pinggang Bawah

Faktor resiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,

masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor

(kurvatura >80º), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan dengan

pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-

jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik

beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan (Picavet, et al., 2002).


18

Postur tubuh yang tegak tergantung pada lekukan tulang belakang yang

normal, dan lekukan tersebut bukan penyebab nyeri pinggang. Obesitas yang

menyebabkan bobot abdomen menjadi berat, dan proses kehamilan pada tahap lanjut,

dapat mengubah kelengkungan tulang belakang dan menyebabkan nyeri pinggang

(Ehrlich, 2003).

2.3 Pengaruh Kehamilan Terhadap Kemampuan Fungsional Ibu Hamil

Nyeri pinggang pada ibu hamil terjadi akibat adanya perubahan hormonal

yang menimbulkan perubahan pada jaringan lunak penyangga dan penghubung

(connective tissue) sehingga mengakibatkan menurunnya elastisitas dan flexibilitas

otot, perubahan sikap statis, penambahan beban, dan perubahan pusat gravitasi.

Perubahan pusat gravitasi dan garis bentuk tubuh diakibatkan oleh

perkembangan uterus. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk

mengimbangi pembesaran abdomen dan menjelang kelahiran banyak wanita yang

memperlihatkan tubuh yang khas (lordosis). Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan

yang khas karena kompensasi posisi uterus yang membesar dan menggeser daya berat

ke belakang.

Kondisi ini lebih tampak pada masa trimester III yang menyebabkan rasa

sakit bagian tubuh belakang karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam

kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh. Bayi yang semakin membesar

selama kehamilan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu

hamil dan dapat mengakibatkan edema pada tangan yang disebabkan oleh perubahan

hormonal akibat retesi cairan (Rusmita, 2011).


19

Meskipun nyeri pinggang pada ibu hamil sifatnya fisiologis, namun

memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan keluarga dan kemampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Tingkat keparahan nyeri pinggang berdampak pada

kualitas hidup ibu hamil. Permasalahan yang muncul pada ibu hamil antara lain nyeri

disekitar pinggang, kelemahan otot-otot pinggang akibat regangan dari otot-otot

abdomen, keterbatasan lingkup gerak sendi lumbal.

NPB dapat mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas fungsional pada

ibu hamil. Adanya nyeri dan spasme otot akan membuat ibu hamil takut menggunakan

otot punggungnya untuk melakukan gerakan-gerakan yang akan memicu terjadinya

nyeri, sehingga akan mengakibatkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut,

seperti berkurangnya massa otot (atropi) dan menurunnya kekuatan otot, akhirnya ibu

hamil tersebut akan mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsional. Penurunan

aktivitas fungsional atau kemampuan fungsional yang terjadi merupakan suatu reaksi

hilangnya mobilitas lingkup gerak sendi yang menyebabkan timbulnya nyeri sebelum

dapat mencapai gerakan akhir secara penuh, kondisi ini timbul karena gerakan yang

dihasilkan tidak cukup untuk dilakukan saat pemendekan jaringan lunak berlangsung

Aktivitas fungsional atau kemampuan fungsional diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

aktivitas sehari-hari. Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan diri,

mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur, jongkok, melakukan perjalanan jauh, dan

aktivitas seks (Hills, 2006). Kemampuan fungsional sangat berperan penting dalam

kehidupan seseorang sebab jika kemampuan fungsionalnya terganggu maka semua


20

aktivitasnya juga terganggu. Nyeri pinggang akan menghambat ibu hamil untuk

melakukan aktivitas fungsional dengan baik.

Gangguan aktivitas pada ibu hamil dapat dievaluasi menggunakan Pain

Disability Index (PDI). PDI merupakan kuisioner yang didesain untuk mengukur

persepsi nyeri yang dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup ibu hamil.

2.4 Pengukuran Kemampuan Fungsional dengan Pain Disability Index (PDI)

Pain Disability Indeks mengukur secara umum ketidakmampuan yang

berhubungan dengan nyeri. Pasien menilai keseluruhan tingkat ketidakmampuan dalam

melakukan aktivitas, yang termasuk didalamnya respon keluarga dan lingkungan

rumah, rekreasi, aktivitas sosial, pekerjaan, perawatan diri, dan aktivitas yang

berhubungan dengan life support (Trisnowiyanto, 2012).

PDI dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran oleh pasien sendiri,

maupun fisioterapis. Nilai total berjumlah antara 0-70. Semakin tinggi nilai yang

didapat, maka mengindikasikan tingkat ketidakmampuan (disability) yang lebih tinggi.

PDI sebelumnya dilaporkan sebagai instrumen yang andal, valid dan

responsive untuk mengukur dan mengevaluasi ketidakmampuan akibat nyeri pada

berbagai kondisi musculoskeletal dan gangguan tulang belakang. PDI telah

diterjemahkan dan divalidasi kedalam berbagai bahasa, termasuk Perancis, Finlandia,

dan Belanda (Remko, et al 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad et al., (2010), mengungkapkan

bahwa hasil uji validitas dan reabilitas yang dilakukan oleh peneliti memperlihatkan
21

bahwa PDI merupakan instrumen yang reliebel dan valid. Beberapa penelitian

menggunakan sampel dengan nyeri kronis menyatakan bahwa keandalan uji coba PDI

adalah 0,44 dan konsistensi internal adalah 0,86 (Cronbach alpha rating). Versi lain

PDI yang diterjemahkan kedalam bahasa Swedia juga menunjukkan keandalan yang

baik dengan nilai alpha Cronbach 0,83.

Tabel 2.2
Pain Disabilty Index (Trisnowiyanto, 2012)

Kuisioner PDI

Lingkari nomor dalam skala yang menggambarkan tingkat keterbatasan yang


anda alami. Skor 0 berarti tidak ada keterbatasan dan skor 10 menandakan bahwa
semua kegiatan benar-benar terganggu akibat dari rasa nyeri yang anda alami.
22

1. Tanggung jawab pada keluarga / Rumah tangga : Kategori ini mengacu pada
kegiatan rumah tangga atau keluarga, termasuk aktivitas yang dilakukan
disekitar rumah misalnya membersihkan halaman atau bantuan untuk
anggota keluarga lainnya.
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak
mampu.
2. Rekreasi : Mencakup hobi, olahraga dan aktivitas waktu luang
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak
mampu.

3. Kegiatan Sosial : Kategori ini mengacu pada kegiatan, yang melibatkan


partisipasi dengan teman/kenalan selain anggota keluarga. Termasuk pesta,
konser, makan di luar, dan fungsi sosial lainnya.
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak
mampu.

4. Pekerjaan: Kategori ini mengacu pada kegiatan yang terkait langsung dengan
pekerjaan seseorang. Termasuk Pekerjaan ibu rumah tangga.
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak
mampu.

5. Seks: Kategori ini mengacu pada frekuensi dan kualitas kehidupan seks
seseorang.
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak mampu.
6. Perawatan Diri : Kategori ini mencakup kegiatan, yang melibatkan perawatan
pribadi dan kehidupan sehari-hari (misalnya mandi, berpakaian, dll.)
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__ Tidak
mampu.

7. Aktivitas Pendukung : Kategori ini mengacu pada perilaku pendukung


kehidupan dasar seperti makan, tidur, berjalan, berdiri, mengangkat dll
Mampu 0__. 1__. 2__. 3__. 4__. 5__. 6__. 7__. 8__. 9__. 10__. Tidak
Mampu.

2.5 Modifikasi Senam Hamil dan Gym Ball

2.5.1 Defenisi
23

Ball exercise atau birth ball adalah latihan atau gerakan tubuh sederhana

menggunakan bola yang dapat dilakukan pada saat hamil, melahirkan, dan pasca

melahirkan bertujuan sebagai pengurang rasa nyeri non farmakologi dan juga mencoba

meningkatkan komponen asuhan yang bersifat emosional dan psikologis (Yulinda,

2016).

Gym ball adalah bola latihan yang digunakan untuk berolahraga selama

kehamilan yang bertujuan untuk membantu mengurangi rasa sakit punggung,

mengurangi rasa sakit pada saat kontraksi, mengurangi kecemasan, dan mengurangi

rasa sakit saat persalinan. Birth ball dapat membantu memberi posisi nyaman selama

kehamilan, persalinan, dan setelah bayi lahir (Makvandi, 2015).

Modifikasi senam hamil dan gym ball adalah suatu latihan aktif yang mengacu

pada senam hamil konvensional yang diberikan kepada ibu hamil dengan tambahan

beberapa variasi gerakan menggunakan bola

2.5.2 Tujuan Modifikasi Senam Hamil dan Gym ball

1. Melalui latihan yang teratur dapat menjaga kondisi otot dan persendian

yang berperan dalam proses mekanisme persalinan.

2. Untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri

sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan.

3. Untuk penguatan otot tungkai, mengingat bahwa tungkai akan menopang

berat tubuh ibu yang makin lama makin berat seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan.
24

4. Untuk membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu

mengatasi keluhan-keluhan, letak janin, dan mengurangi sesak nafas.

5. Dapat mengatur diri pada ketenangan.

2.5.3 Manfaat Modifikasi Senam Hamil dan Gym ball

Watkins (2001), menjelaskan bahwa manfaat penggunaan gym ball yaitu:

1. Latihan dengan menggunakan ball dapat memperbaiki postur,

keseimbangan, koordinasi dan kesadaran tubuh.

2. Latihan dengan menggunakan ball meningkatkan kebugaran

kardiovaskuler, kekuatan dan fleksibilitas otot terutama pada otot punggung

dan hamstring.

3. Dapat menghilangkan ketidak nyamanan selama kehamilan. Bagi ibu hamil

yang masih bekerja di kantor, bola ini dapat digunakan sebagai kursi untuk

membantu menurunkan ketegangan otot.

4. Latihan dengan menggunakan ball dapat meminimalisir atau meringankan

nyeri pinggang

5. Memperluas ruang gerak bayi karena pinggul terbuka secara optimal

sehingga membantu bayi mengoptimalkan posisi masuk ke panggul.

6. Sebagai sarana latihan dan permainan yang dapat mereduksi stress dan

ketegangan.

2.5.4. Kontraindikasi Modifikasi Senam Hamil dan Gym ball

Kontraindikasi gym ball mengacu pada kontraindikasi senam hamil

konvensional. Selain itu ada beberapa keadaan yang membuat latihan menjadi
25

kontraindikasi atau membutuhkan pembatasan atau tindakan kewaspadaan yang sangat

spesifik.

Kontraindikasi Absolut

a. Inkompetensi serviks: dilasi dini serviks sebelum kehamilan cukup

b. Pendarahan vagina, terutama trimester II atau III

c. Plasenta Previa : plasenta berada diuterus dalam posisi yang dapat lepas

sebelum bayi lahir

d. Gestasi ganda dengan resiko persalinan prematur

e. Pre-eklampsia : hipertensi akibat kehamilan

f. Ruptur membran : kehilangan cairan amnion sebelum persalinan

g. Pecah ketuban : persalinan yang terjadi sebelum kehamilan 37 minggu

h. Penyakit jantung maternal, penyakit tiroid, atau gangguan pernafasan serius

i. Diabetes tipe I maternal

j. Retardasi pertumbuhan intrauteri

k. Tindakan kewaspadaan pada latihan

Wanita hamil yang mengalami salah satu atau beberapa kondisi berikut

dapat mengikuti program dibawah pengawasan ketat dokter dan terapis selama

tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Latihan mungkin membutuhkan

modifikasi.

a. Diabetes gestasional

b. Anemia berat

c. Infeksi sistemik
26

d. Kelelahan ekstrem

e. Keluhan muskuloskeletal

f. Panas tinggi

g. Obesitas ekstrem atau kurang berat badan ekstrem

h. Diastasis rekti.

2.5.5. Petunjuk Melakukan Modifikasi Senam Hamil dan Gym ball

Menurut Taavoni, et al., (2016), beberapa hal penting yang harus diperhatikan

sebelum melaksanakan modifikasi senam hamil dan gym ball yaitu :

a. Konsultasikan terlebih dahulu kondisi kandungan kepada dokter kandungan

sebelum melakukan program latihan.

b. Gunakan pakaian yang fleksibel dan nyaman untuk gerakan-gerakan latihan.

c. Latihan dilakukan harus secara teratur dan disiplin

d. Letakkan bola di karpet dan bukan di permukaan lantai yang halus atau licin

agar bola lebih stabil.

e. Gunakan sepatu atau kaos kaki non slip atau lebih baik bertelanjang kaki

f. Sebaiknya meminta seseorang untuk mendukung bola dari belakang atau

letakkan kursi di depan bola.

g. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah

bimbingan seorang instruktur.

2.5.6. Gerakan Modifikasi Senam Hamil dan Gym ball

Gerakan Gym ball pada dasarnya mengacu pada semua gerakan senam

hamil konvensional. Beberapa gerakan pada senam hamil yang biasanya


27

dilakukan pada lantai akan dilakukan di atas bola. Gerakan-gerakan pada

pemanasan senam hamil yang dimodifikasi diantaranya:

a. Duduk diatas bola

Duduk tegak di atas bola dapat membantu mendukung dan membuka

panggul. Duduk di atas bola jauh lebih baik dibanding duduk di kursi yang

keras. Sandaran kursi membuat posisi mudah untuk membungkuk sementara

bola memaksa untuk tetap duduk tegak karena bola tidak memiliki sandaran.

Dengan tetap seimbang di atas bola dapat memperkuat otot-otot inti dasar

panggul yang berperan dalam persalinan. Gerakan dasar yang bisa dilakukan

pada saat duduk diatas bola adalah :

a) Duduk diatas bola, jaga panggul dan tulang belakang pada posisi netral

b) Angkat tangan keatas kepala secara perlahan sambil menarik nafas

c) Turunkan tangan perlahan ke posisi semula sambil menghembuskan nafas.

d) Goyangkan panggul dari sisi ke sisi dan dari depan ke belakang. Usahakan

untuk tetap menjaga bahu sehingga gerakan tersebut berasal dari pinggang

dan di pinggul. Putar pinggul searah jarum jam kemudian berlawanan arah

jarum jam.

Gambar 2.7
28

Duduk di atas bola (Fournier, et al., 2017)


b. Latihan ringan

Bersandar di atas bola dari posisi berlutut, lalu goyang pinggul ke depan

dan ke belakang.

Gambar 2.8
Bersandar di atas bola (Fournier, et al., 2017)

c. Latihan penguatan otot kaki

Posisi berbaring terlentang, kedua tangan berada disamping badan.

Letakkan kedua kaki diatas bola, lakukan penekanan pada bola menggunakan

tungkai dengan 1 kaki. Lakukan bergantian dengan kaki yang lain.


29

Gambar 2.9
Penguatan otot tungkai (Fournier, et al., 2017)
d. Wall Squat

Posisi kaki selebar bahu, bola berada di antara punggung bawah dan

dinding. Tangan berada di pinggul atau berada di sisi badan jika menahan

beban. Jongkok secara perlahan, tekuk lutut dan putar bola ke dinding sampai

lutut ditekuk kira-kira 90º. Kemudian kembali keposisi awal secara perlahan.

Gambar 2.10
Wall Squat (Fournier, et al., 2017)

e. Duduk diatas bola bersandar ke depan

Setelah menggerakkan pinggul mengikuti irama gelinding bola, lakukan

fase istirahat dengan bersandar ke depan pada kursi atau pendamping (bisa

instruktur atau salah satu anggota keluarga). Rileksasi dengan menarik nafas

dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan (Sukerti, 2015).

Gambar 2.11
30

Duduk bersandar ke depan (Fournier, et al., 2017)


2.5.7. Mekanisme Latihan Gym Ball Terhadap Peningkatan Kemampuan

Fungsional

Latihan menggunakan gym ball akan mengaktifkan proprioceptive.

Proprioceptive adalah kemampuan tubuh untuk mentransmisikan rasa posisi,

menganalisis informasi dan reaksi terhadap rangsangan dengan gerakan yang tepat.

Sederhananya, kemampuan untuk mengetahui dimana letak bagian tubuh tanpa harus

melihat. Secara keseluruhan, proprioceptive mencakup keseimbangan, koordinasi, dan

kelincahan. Proprioceptive terdiri dari saraf sensorik dan motorik yang mengirim dan

menerima impuls ke dan dari sistem saraf pusat dari rangsangan di dalam kulit, otot,

sendi dan tendon (Houglum 2001). Terdapat empat jenis mekanoreseptor yang

berperan dalam memberikan informasi proprioseptive yaitu, reseptor ruffini, reseptor

pacini, golgi tendon organ (GTO), dan muscle spindle.

Penggunaan gym ball dengan berbagai gerakan dapat meningkatkan

keseimbangan baik statis maupun dinamis. Keseimbangan merupakan interaksi yang

kompleks dari sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk

proprioseptive) dan muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang diatur

di dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, serebelum).

Proprioseptive akan memberikan informasi - informasi dari alat tubuh seperti

kekuatan otot, posisi sendi dan informasi dari lingkungan seperti kondisi permukaan

lantai. Proprioseptive memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi tubuh

terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan
31

itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada pada sendi, tendon, otot,

ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan

tungkai.

Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi

otot. Dengan terjadinya peningkatan fungsi proprioseptive maka akan menyebabkan

terjadinya peningktan input sensoris yang akan diproses diotak sebagai central

processing. Central processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan

alligment gravitasi sehingga terjadi kontrol postural yang baik dan mampu

menciptakan stabilitas yang baik ketika bergerak.

Postur adalah hal yang paling penting untuk memelihara kesehatan punggung

bawah dan untuk mencegah terjadinya cedera terutama dalam peningkatan aktivitas

fungsional. Perbaikan postur tubuh pada ibu hamil dapat meminimalisir terjadinya

nyeri pinggang bawah sehingga akan terjadi peningkatan kemampuan aktifitas

fungsional pada ibu hamil.

2.5.8 Efek Modifikasi Senam Hamil dan Gym Ball Terhadap Kemampuan

Fungsional Ibu Hamil

Terget utama pada gym ball adalah otot yang lebih dalam letaknya pada abdomen

(deep muscle) yang terkoneksi dengan tulang belakang (spine), panggul (pelvic), dan

bahu (shoulder). Gym ball akan mengembangkan kerja otot-otot dynamic musculur

corset. Latihan tersebut mengakibatkan teraktivasinya otot core yang berfungsi sebagai

otot stabilisator tulang belakang akan membuat otot global muscle yang tadinya spasme
32

menjadi rileks, dengan demikian didapatkan pula stabilitas tulang belakang yang baik

dan posisi tulang belakang dalam keadaan netral.

Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan IAP dan

memberikan rigiditas cylinder untuk menopang thrunk, menurunkan beban pada otot-

otot spine dan meningkatkan stabilitas thrunk. Kontribusi diaphragma pada IAP

penting sebelum menginervasi gerakan-gerakan dari ekstremitas atau anggota gerak,

sehingga thrunk menjadi stabil. Pada akhir komponen yang terpenting pada thrunk

terhadap otot core adalah otot pelvic floor karena kesulitan untuk menilai otot ini secara

langsung sehingga sering diabaikan.

Rectus abdominalis, obligus externus dan internus adalah otot global

multisegmental yang besar dan merupakan guy wire penting untuk menstabilisasi

tulang belakang melawan gangguan postural. Transversus abdominalis (TrA) adalah

otot abdominal yang paling dalam dan merespons terhadap gangguan postural. TrA

melekat di posterior dan tengah fasia torakolumbal dan melalui aksinya meningkatkan

tegangan yang berperan seperti gelang penopang disekitar abdomen dan tulang lumbal.

Kontraksi otot TrA, OI, dan OE meningkatkan tekanan intra-abdominal. Kontraksi TrA

sendiri mendorong isi abdominal ke atas melawan diafragma.

Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid cylinder yang meningkatkan

kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot rectus abdominalis dan oblique abdominal

mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan penting terhadap gerakan anggota

gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah

bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang meningkatkan tekanan intra abdominal
33

terjadi sebelum inisiasi gerakan segmen yang besar pada anggota gerak atas (Hopkins,

et al., 2016).

Dengan terjadinya kontraksi yang terkoordinasi dan bersamaan (co-contraction)

dari otot-otot tersebut akan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang trunk,

akibat tekanan intradiskal berkurang dan akan mengurangi beban kerja dari otot

lumbal, sehingga jaringan tidak mudah cidera, ketegangan otot lumbal yang abnormal

berkurang (Kisner, et al., 2017), dengan terjadinya pelemasan otot diharapkan akan

terjadi perbaikan muscle pump yang berakibat meningkatkan sirkulasi darah pada

jaringan otot puggung, dengan demikian suplai makanan dan oksigen dijaringan otot

menjadi lebih baik, nyeri yang ditimbulkan karena spasme akan berkurang sehingga

kemampuan atau aktifitas fungsional akan mudah untuk dilakukan.

2.6 Senam Hamil Konvensional

2.6.1 Definisi

Senam hamil konvensional adalah senam hamil yang umum yang digunakan di
rumah sakit, Puskesmas, dan layanan kesehatan lainnya yang terdiri dari latihan
pemanasan, latihan kebugaran, latihan penguatan dan peregangan, dan latihan rileksasi.

Senam hamil adalah latihan jasmani yang bertujuan membuat elastis otot dan

ligament yang ada dipanggul, memperbaiki sikap tubuh, mengatur kontraksi dan

relaksasi, serta mengatur teknik pernapasan (Saminem, 2008).

Senam hamil adalah suatu latihan yang diberikan kepada ibu hamil agar

menyiapkan mental dan jasmani ibu hamil dalam menghadapi persalinan yang aman,

lancar dan spontan. Senam hamil merupakan suatu metode untuk mempertahankan atau
34

memperbaiki keseimbangan fisik ibu hamil dan merupakan latihan yang diberikan pada

ibu hamil dengan tujuan mencapai persalinan yang cepat, mudah dan aman

(Maryunani, 2011).

Senam hamil merupakan latihan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk memperoleh

keadaan prima dengan melatih dan mempertahankan kekuatan otot dinding perut dan

dasar panggul, jaringan penyangganya serta dapat memeperbaiki kedudukan janin

(Kusmiyanti, 2009).

Senam hamil merupakan pelayanan prenatal efektif untuk menurunkan kecemasan

ibu hamil dalam menghadapi persalinan pertama dan efektif untuk menurunkan nyeri

punggung bawah pada trimester ketiga (Wahyuni, 2010).

2.6.2 Tujuan Senam Hamil Konvensional

Yulianti, et al., (2009), menjelaskan bahwa senam hamil memiliki tujuan penting

diantaranya :

a. Tujuan Umum

1. Dapat menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam

proses mekanisme persalinan.

2. Meningkatkan kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri

sendiri dalam menghadapi persalinan

3. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis

b. Tujuan Khusus
35

1. Untuk memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, otot-otot dasar panggul, ligament, dan jaringan serta fasia yang

berperan dalam mekanisme persalinan.

2. Untuk membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat mengatasi

keluhan-keluhan dan mengurangi sesak nafas.

3. Untuk menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan.

4. Untuk mengetahui cara melakukan kontraksi dan relaksasi yang

sempurna.

2.6.3 Manfaat Senam Hamil Konvensional

Manfaat senam hamil menurut Siswosuharjo (2010), yaitu :

1. Senam hamil melatih untuk menguasai teknik pernafasan saat

kehamilan dan persalinan

2. Memperkuat dan mempertahankan otot pada bagian tubuh seperti perut,

panggul, dan paha.

3. Melatih sikap tubuh yang benar selama kehamilan.

4. Mengurangi nyeri pinggang

5. Untuk relaksasi tubuh dan mencegah timbulnya Varises, mengatasi rasa

nyeri dan bengkak pada kaki.

6. Mencegah wasir.

7. Mempersiapkan kondisi fisik yang prima saat hari persalinan tiba.

8. Mampu memberikan ketenangan batin, mengurangi kecemasan, dan

menambah rasa percaya diri ibu dalam melakukan persalinan.


36

2.6.4 Kontraindikasi Senam Hamil Konvensional

Menurut Wiyono (2004), ada beberapa kontra indikasi senam hamil

yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak

Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit

paru, serviks inkompeten, riwayat perdarahan, pervaginam pada trimester II

dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa, preeklamsi maupun

hipertensi.

2. Kontra Indikasi Relatif

Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung tidak

teratur, paru bronchitis kronis, riwayat DM, obesitas, terlalu kurus, penyakit

dengan riwayat operasi tulang ortopedi, dan perokok berat.

3. Segera menghentikan senam hamil

Bila terjadi gejala perdarahan pervaginam, sesak saat senam, sakit

kepala, nyeri dada, nyeri otot, gejala kelahiran prematur, penurunan gerakan

bayi intra uterin.

2.6.5 Petunjuk Melakukan Senam Hamil Konvensional

Menurut Maryunani (2011), beberapa hal penting yang harus

diperhatikan sebelum melaksanakan senam hamil yaitu :


37

1. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan sebelum melakukan

senam hamil. Karena beberapa kondisi kehamilan yang beresiko (plasenta

previa atau harus bed rest) tidak diperbolehkan melakukan senam hamil.

2. Mulai melakukan senam hamil saat usia kehamilan 25 minggu.

3. Saat melakukan senam hamil, gunakan pakaian yang fleksibel dan nyaman.

4. Minumlah air yang cukup saat senam, selama senam, dan setelah senam

hamil untuk menghindari dehidrasi.

5. Melakukan 2x seminggu secara teratur.

6. Hentikan latihan senam hamil, apabila terjadi keluhan nyeri dibagian dada,

kepala, persendian, kesulitan untuk berjalan, sering merasakan kontraksi

rahim, keluar cairan dari alat kelamin, denyut jantung meningkat (140 /

menit), dan rasa mual atau muntah.

7. Melakukan senam hamil dengan panduan dari instruktur.

2.6.6 Gerakan Senam Hamil Konvensional

a. Pemanasan

Pemanasan ini bertujuan agar otot-otot tubuh tidak kaku saat akan men-

jalani latihan inti.

1) Pengaturan Pernafasan

Sambil jalan ditempat tarik nafas dari hidung dan keluarkan

lewat mulut. Saat menarik nafas, tangan diangkat keatas, waktu

membuang nafas tangan diturunkan.

2) Regang leher
38

Tetap jalan ditempat, pegang perut dengan kedua tangan, tunduk

tegakkan kepala miring kekanan dan kekiri serta tengok kanan kiri.

3) Putar bahu ke belakang

Dengan posisi duduk bersila, bahu diputar ke belakang dan ke

depan secara bergantian.

Gambar 2.12
Gerakan pada bahu (Manuaba, 2010)

4) Peregangan Otot
Duduk bersila dengan memutar badan ke kanan dan ke kiri, regang

otot samping sambil menarik satu tangan bergantian. Pada saat

peregangan dipertahankan beberapa detik.

5) Peregangan lengan, punggung dan pinggang.

Dengan posisi membungkuk lempar-tarik lengan ke depan dan

selanjutnya ke bawah untuk meregang pinggang.

6) Peregangan panggul

Dengan satu kaki jinjit bergantian, rasakan peregangan panggul

dan tarik dubur maupun perut bagian bawah ke dalam.

b. Latihan kebugaran
39

Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki kerja jantung, pembuluh darah

dan paru dalam mengedarkan makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Prinsip

gerakan dalam latihan ini adalah menggerakkan seluruh otot, terutama otot

besar yang ada di kaki, punggung dan lengan, sehingga jantung terpacu

berdenyut lebih cepat dan keras, frekuensi pernafasan meningkat dan tubuh

mengeluarkan keringat.

Gerakan dasar pada latihan ini adalah jalan di tempat atau melangkahkan

kaki ke depan, belakang dan samping dengan berbagai variasi gerakan tangan

dan badan.

Gambar 2.13
Variasi gerakan tangan badan dan tungkai (Nurhudriani, 2015).

c. Latihan penguatan dan peregangan

Dalam latihan ini semua otot terutama yang berperan dalam persalinan

dikuatkan dan diregang. Otot lain yang berperan dalam perbaikan postur tubuh

ibu hamil juga dilatih dalam latihan ini. Otot perut dan otot dasar panggul

menjadi sasaran utama, ditambah dengan otot leher, lengan, punggung, dan

kaki. Beberapa contoh gerakannya antara lain :


40

1) Penguatan otot leher

Satu tangan menyangga kepala, tangan yang lain berada di belakang

pinggang. Dorong kepala ke tangan dan dorong tangan ke kepala. Lakukan

bergantian dengan sisi yang lain.

2) Penguatan otot belikat

Dengan posisi tidur telentang kaitkan kedua tangan di belakang kepala.

Tekan kedua lengan ke lantai tahan beberapa detik, kemudian lemaskan.

Ulangi gerakan ini beberapa kali.

3) Penguatan otot lengan

Posisi merangkak, julurkan satu lengan ke depan setinggi bahu.

Lakukan gerakan ini bergantian kanan dan kiri.

Gambar 2.14
Gerakan Penguatan otot lengan (Nurhudhariani, 2015).

4) Penguatan otot perut


41

Posisi tidur telentang tarik kedua kaki mendekati perut angkat kepala

dan tahan beberapa saat untuk kemudian dikendorkan kembali. Pada saat

mengangkat kepala nafas harus ditahan.

Gambar 2.15
Gerakan penguatan otot perut (Manuaba, 2010).
5) Penguatan otot tubuh bagian atas

Posisi tidur telentang dan kedua lutut ditekuk angkat panggul sampai

badan lurus membentuk segitiga antara kedua tungkai bawah dengan lantai.

Gambar 2.16
Gerakan penguatan otot tubuh bagian atas (Nurhudhariani, 2015)

6) Penguatan Otot Punggung

Dengan posisi merangkak naik turunkan punggung secara perlahan dan

berulang kali.
42

Gambar 2.17
Gerakan penguatan otot punggung (Nurhudhriani, 2015)

7) Penguatan otot dasar panggul

Dengan posisi duduk bersila, tekan lutut dengan kedua tangan,

kemudian bungkukkan badan.

Gambar 2.18
Penguatan otot dasar panggul (Nurhudhariani, 2015)

8) Penguatan otot kaki

Posisi duduk dengan kedua tangan menyangga di belakang badan,

luruskan kaki kemudian tarik ke depan dan ke belakang secara bergantian


43

dan teruskan dengan kedua kaki bersama-sama. Variasikan gerakan ini

dengan gerakan kaki ke samping maupun memutar.

Gambar 2.19
Gerakan pada kaki (Manuaba, 2010)

d. Latihan Relaksasi

Latihan relaksasi sangat bermanfaat untuk menghadapi kontraksi rahim

kala I maupun kala II. Di samping itu relaksasi juga dapat mengurangi stress

ibu saat kehamilan berlangsung. Gerakan relaksasi ini antara lain:

1) Relaksasi anggota gerak atas

Posisi tidur terlentang, angkat lengan secara perlahan disertai tarikan

nafas melalui hidung, turunkan kembali lengan dan hembuskan nafas

melalui mulut.

2) Relaksasi seluruh tubuh


44

Posisi tidur terlentang, kontraksikan seluruh otot dan ambil nafas

teratur, relaks. Bayangkan sesuatu yang menyenangkan dan nikmatilah

relaksnya tubuh.

3) Latihan Pernafasan

Latihan ini pada dasarnya untuk melatih teknik pernafasan perut

(diafragma) dan pernafasan dada. Sesuai dengan kebutuhannya untuk

mengatasi nyeri selama persalinan.

a) Pernafasan perut

Posisi tidur terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping

badan, dan relaks, letakkan tangan kiri di atas perut. Tarik nafas dalam

melalui hidung, sampai perut menggelembung dan tangan kiri terangkat.

Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut. Ulangi

dengan frekuensi 8 kali per menit. Teknik pernafasan ini digunakan untuk

mempercepat relaksasi, mengatasi stress dan mengatasi nyeri his palsu

maupun his permulaan kala I.

b) Pernafasan dada

Posisi tidur terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan di samping

badan dan relaks, letakkan tangan di atas dada. Tarik nafas dalam melalui

hidung dengan mengembangkan dada sehingga tangan kanan terangkat.

Tahan satu sampai dua detik, dan hembuskan nafas lewat celah bibir

sehingga tangan kanan turun mengikuti surutnya badan. Frekuensi yang


45

dianjurkan 8 kali per menit. Teknik pernafasan ini menggantikan

pernafasan perut apabila nyeri his kala I sudah cukup .

2.6.7 Efek Senam Hamil Konvensional Terhadap Kemampuan Fungsional Ibu

Hamil

Nyeri pinggang merupakan masalah yang sering terjadi pada masa kehamilan.

Nyeri pinggang muncul akibat perpaduan dari peningkatan hormon relaxin dan

progesteron serta perubahan anatomis dan fisiologis tubuh wanita selama kehamilan.

Keluhan nyeri yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan fungsional ibu hamil.

Aktivitas fisik seperti berjalan, berdiri lama, bepergian, aktivitas seks dan saat tidur

sangat mempengeruhi derajat gangguan fungsional.

Salah satu mekanisme yang sering muncul adalah adanya faktor mekanik

seiring bertambahnya berat badan selama kehamilan yang meningkatkan diameter

sagital dan perubahan titik gravitasi tubuh yang semakin anterior dapat meningkatkan

stress pada tulang belakang. Selain itu respon dari discus intervertebral pada saat

terjadi kompresi tulang belakang setelah wanita hamil melakukan aktivitas, yang

menyebabkan lamanya nyeri pinggang teratasi. Jika nyeri pinggang tidak segera

diatasi, ini bisa mengakibatkan nyeri pinggang jangka panjang, meningkatkan

kecenderungan nyeri pinggang pascapartum dan nyeri pinggang kronis yang akan lebih

sulit untuk diobati atau disembuhkan.

Senam hamil dapat meringankan keluhan nyeri pinggang yang dirasakan oleh

ibu hamil karena didalam senam hamil terdapat gerakan yang dapat memperkuat otot

abdomen. Fungsi penting dari otot abdomen yaitu kontrol pelvis saat menengadah.
46

Ketika ligamen di sekitar pelvis meregang dan tidak lagi memberikan topangan yang

kuat kepada sendi maka otot abdomen menjadi garis pertahanan kedua membantu

mencegah regangan yang berlebihan pada ligamen pelvis. Regangan yang berlebihan

pada pelvis dan melemahnya otot abdomen dapat menyebabkan nyeri pinggang. Untuk

itu perlu dilakukan latihan ini guna mempertahankan kekuatan otot abdomen yang baik

(Myles, 2009).

Sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama kehamilan

mengubah postur tubuh sehingga pusat gravitasi tubuh bergeser ke depan. Ada

kecenderungan bagi otot punggung untuk memendek jika otot abdomen meregang

sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot disekitar pelvis dan regangan

tambahan dapat dirasakan di atas ligamen tersebut. Senam hamil terutama pada

gerakan latihan otot transversus dapat melatih tonus otot abdomen transversal bagian

dalam yang merupakan penopang postural utama dari tulang belakang. Begitu juga

latihan dasar pelvis, gerakan ini dapat mempertahankan tonus otot sehingga dapat tetap

berfungsi dengan baik.

Senam hamil perlu diajarkan pada masa antenatal untuk memastikan

kembalinya bentuk otot ke bentuk normal pascanatal dengan cepat, kemampuan

mengejan yang efektif saat persalinan dan mengurangi nyeri pinggang selama

kehamilan (Fraser, 2009).

Anda mungkin juga menyukai