Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Disusun oleh :

dr. Tita Anissa Puspita

Pembimbing:

dr. Wakhidah Liliana

PUSKESMAS KECAMATAN KRAMAT JATI

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PROVINSI DKI JAKARTA

PERIODE 05 FEBRUARI 2020 – 03 MEI 2020


BAB I

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien:

• Nama : An. DWA

• Usia : 7 tahun

• Jenis kelamin : Perempuan

• Agama : Islam

• Status pernikahan : Belum Menikah

• Pekerjaan : Pelajar

• Alamat : Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati

• No. RM : 00147891

• Tanggal masuk : 12 Maret 2020

Anamnesis dilakukan di poli umum puskesmas kecamatan kramat jati pada

tanggal 12 Maret 2020 secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu pasien

Keluhan Utama:

Keluhan BAB cair sejak tadi malam

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien anak perempuan datang diantar oleh ibunya ke poli umum puskesmas

kecamatan kramat jati dengan keluhan BAB cair sebanyak 5x sejak semalam, BAB

cair berisi ampas, sebanyak ± ½ gelas aqua, tidak terdapat lendir dan darah. Pasien juga

1
mengalami demam sejak mengalami keluhan BAB cair, demam dirasakan terus

menerus namun suhu tubuh tidak diukur oleh orang tua pasien. Pasien juga mengeluh

sakit kepala. Mual, dan Muntah sebanyak 1 x berisi makanan yang sebelumnya

dimakan, Nafsu makan pasien masih baik, dan pasien juga masih mau minum seperti

biasa. Buang air kecil pasien masih banyak.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat menderita keluhan sama seperti ini disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada yang pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien dalam

keluarganya. Selain itu, di keluarga pasien juga tidak pernah ada yang memiliki riwayat

darah tinggi (Hipertensi), ataupun penyakit jantung dan Diabetes Melitus.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan

Pasien jarang mencuci tangan terutama sebelum makan, dan sering

mengonsumsi makanan yang dibeli diluar rumah.

Pemeriksaan Tanda Vital (Vital Sign)

• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

• Kesadaran : Composmentis

• Berat badan : 30,6 kg

• Tinggi badan : 135 cm

• Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg

• Frekuensi Nadi : 80 x / menit, reguler, isi cukup, kuat angkat


2
• Frekuensi Nafas : 20 x / menit

• Suhu Tubuh : 36,7 C

Pemeriksaan Fisik

• Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), nafas

cuping hidung(-/-), mukosa kering (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)

Leher : KGB tidak teraba membesar, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid

• Thorax :

a. Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

pergerakan dinding dada simetris, ictus cordis tidak tampak

b. Palpasi : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan

c. Perkusi : Sonor +/+

d. Auskultasi : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

• Abdomen :

a. Inspeksi : perut tampak datar, massa (-)

b. Auskultasi : Bising usus (+) 6x / menit

c. Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), turgor kembali cepat

d. Perkusi : Timpani (+)

• Ekstremitas atas dan bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

3
Pemeriksaan Laboratorium :

Tidak dilakukan

Diagnosis

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Diagnosis banding

Diare Akut Dehidrasi Ringan - Sedang

Disentri

Malabsorbsi

Penatalaksanaan

A. Non-Medikamentosa

1. Perbanyak minum agar tidak dehidrasi, lanjutkan pemberian makanan, hindari

makanan pedas, asam.

2. Rajin cuci tangan, terutama saat tangan tampak kotor atau menyentuh benda

kotor, setelah buang air besar, sebelum makan atau menyiapkan makanan.

3. Bila bab cair tidak membaik dalam 3 hari, keadaan pasien semakin lemas,

rewel, bak sedikit, lebih sering haus, bab disertai darah atau lendir, segera ke

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat

B. Medikamentosa

1. zink tablet 20 mg 1x1 selama 10 hari

2. Garam Oralit untuk 200 ml air


4
3. Parasetamol sirup 120 mg/5ml (PCT) 3 dd 3 cth

4. Domperidon 5 mg/5ml sirup 1 3x1 cth

Edukasi

 Memberikan informasi mengenai penyakit yang dialami oleh pasien, penyebab,

gejala klinis, pengobatan, prognosis serta pencegahannya

 Memberitahukan kepada pasien mengenai istirahat yang cukup

Prognosis

• Quo ad vitam : ad bonam

• Quo ad functionam : ad bonam

• Quo ad sanationam : ad bonam

5
BAB II

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta: dr. Tita Anissa Puspita

Nama Wahana: Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Topik: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Tanggal (kasus): 12 Maret 2020

Nama Pasien An. DWA No. RM: 00147891

Tanggal Presentasi:
Nama Pendamping: dr. Wakhidah Liliana

Tempat Presentasi: Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

6
Objektif Presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Dewasa □ Bumil


□ Bayi □ Anak □ Remaja □ Lansia

□ Deskripsi: An. DWA , 7 thn, dengan Diare Akut Tanpa Dehidrasi

□ Tujuan: Memberikan terapi agar pasien menjadi lebih baik

□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit


Bahan bahasan:

Cara membahas:
□ Diskusi □ Email
□ Presentasi dan diskusi □ Pos

Data Pasien:
Nama: An. DWA Nomor Registrasi: 00147891

7
Nama Klinik: Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Telp: - Terdaftar sejak: 5 Februari 2020

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Diare Akut Tanpa Dehidrasi

2. Riwayat Pengobatan: Tidak ada

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Baru

4. Riwayat Keluarga: Tidak ada yg mengalami seperti keluhan pasien

5. Riwayat Pekerjaan: Pelajar

6. Lain-lain:

Hasil Pembelajaran : Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

1. Subjektif: Keluhan BAB cair sejak tadi malam

2. Objektif: Pasien keadaan sadar compos mentis, dengan tanda vital :

• Tekanan darah : 100/60 mmHg

• Suhu tubuh : 36,7 ⁰C


8
• Frekuensi denyut nadi : 80 x/menit, kuat angkat, regular, isi cukup

• Frekuesi nafas : 20 x/menit

3. Assessment: Berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik disimpulkan pasien mengalami Diare Akut Tanpa Dehidrasi

4. Plan: Rencana terapi untuk pasien ini adalah dengan terapi non medikamentosa dan terapi medikamentosa. Untuk terapi medikamentosa diberikan:

zink tablet 20 mg 1x1 selama 10 hari, Garam Oralit untuk 200 ml air, Parasetamol sirup 120 mg/5ml (PCT) 3 dd 3 cth, Domperidon 5 mg/5ml sirup 1

3x1 cth ; Sedangkan terapi non-medikamentosanya berupa edukasi untuk gaya hidup besih dan sehat

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DIARE AKUT

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari satu minggu. 1

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar

sebanyak 3x atau lebih dalam sehari. 2

B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia.

Prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala menurut

provinsi pada tahun 2013 adalah 7,0% dan meningkat menjadi 8 % pada tahun 2018.

Pervalensi diare tertinggi pada tahun 2013 di Provinsi Papua sedangkan pada tahun 2018

prevalensi diare tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.3

10
Pada Tahun 2017 di Provinsi DKI Jakarta dari 347.362 target penemuan penderita

diare, ditemukan 278,736 diantaranya menderita diare atau sebesar 80,22%. Tiga wilayah

Kota Administratif dengan jumlah perkiraan kasus diare terbesar adalah wilayah Jakarta

Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Prosentase penanganan kasus diare di Provinsi DKI

Jakarta dapat dilihat pada grafik berikut ini. 4

11
C. Cara Penularan dan Faktor Risiko 1

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan

dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak

langsung melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field)

1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi

tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan

pendamping ASI.

2. Infeksi asimtomatik

Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak

enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga

kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain

3. Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah tropik

(termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun

dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri

cenderung meningkat pada musim hujan.

D. ETIOLOGI1

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah

sebagai berikut :

12
Golongan Bakteri :

1. Aeromonas 8. Salmonella

2. Bacillus cereus 9. Shigella

3. Campylobacter jejuni 10. Staphylococcus aureus

4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera

5. Clostridium defficile 12. Vibrio parahaemolyticus

6. Escherichia coli 13. Yersinia enterocolitica

7. Plesiomonas shigeloides

Golongan Virus :

1. Astrovirus 5. Rotavirus

2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) 6. Norwalk virus

3. Enteric adenovirus 7. Herpes simplex virus *

4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus *

* umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita imunocompromised

Golongan Parasit :

1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia

2. Blastocystis homonis 6. Isospora belli

3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis

4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura

13
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

antara lain :

 Defek Anatomis

 Malabsorpsi

 Keracunan makanan

 Alergi susu sapi

 Gangguan motilitas usus

E. PATOGENESIS1

Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan

inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit,

perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri.

Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi

usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin.

Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di

usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus

halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang

sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi

cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak

terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi

hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar

14
usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak

sempurna.

Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan

patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat

menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik

F. MANIFESTASI KLINIS1

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik

bervariasi tergantung pada penyebabnya

15
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada

muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan

dehidrasi. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang atau dehidrasi berat

G. DIAGNOSIS1,5

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah:

volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 – 8

jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit

lain yang menyertai

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama

dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya :

ubun - ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,

bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi

dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi

16
3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,

hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui

atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh

: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :

Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes

kepekaan terhadap antibiotika.

Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

17
Tinja :

Pemeriksaan makroskopik:

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare

meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus

atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh

infeksi diluar saluran gastrointestinal.

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang

menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa

atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah

biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering

terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja.

Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,

Cryptosporidium dan Strongyloides.

18
H. PENATALAKSANAAN1,5

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus

diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di

rumah sakit, yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit

19
20
21
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus

halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border

apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus

Dosis zinc untuk anak-anak:

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari

diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk

anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau

oralit

22
3. ASI dan makanan tetap diteruskan

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah

sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu

menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah

dehidrasi teratasi.

Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang

normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga

memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi

Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang

dibutuhkan dengan anak sehat.

Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau.

Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3

jam.

Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa secara rutin

tidak diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa mungkin diperlukan

untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah

hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi

4. Antibiotik selektif

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena

sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat

dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10 – 20%) yang disebabkan oleh

bakteri patogen seperti V. cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella,

Camphylobacter dan sebagainya.


23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo, B ; Santoso, NB. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi Ikatan Dokter

Anak Indonesia. Jakarta : 2009

2. https://www.who.int/topics/diarrhoea/en/ (diakses pada tanggal 17 April 2020)

3. Hasil Utama Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan .(diunduh dari:

https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf pada

tanggal 18 April 2020)

4. Profil Kesehatan Provinsi Dki Jakarta Tahun 2017 (diunduh dari :

https://dinkes.jakarta.go.id/wp-content/uploads/2019/12/PROFIL-KESEHATAN-DKI-

JAKARTA-TAHUN-2017.pdf tanggal 18 April 2020)

5. Kementrian Kesehatan Indonesia. Buku saku lintas diare. 2011.(diunduh dari:

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/buku-saku-lintas-diare-edisi-

2011.pdf pada tanggal 18 April 2020)

25

Anda mungkin juga menyukai