Keperawatan merupakan salah satu profesi di dalam dunia kesehatan. Keperawatan
yang profesional menuntut seorang perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan. Dalam melakukan tindakan perawat akan berkolaborasi antar profesi untuk memberikan pelayanan pada pasien, serta memberikan pelayanan pada pasien, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Kompetensi adalah keadaan memiliki pengetahuan, penilaian, keterampilan, energi, pengalaman dan motivasi yang diperlukan untuk merespon secara memadai untuk tuntunan tanggung jawab profesional seseorang. Perawat selain harus memiliki kompetensi dalam bentuk hardskill juga harus mampu menguasai softskill dengan baik (Hale et al, 2012). Softskill merupakan seluruh aspek dari generik skill yang juga termasuk elemen- elemen kognitif yang berhubungan dengan non-akademik skill. Ditambahkan pula bahwa berdasarkan hasil penelitian softskill yang diidentifikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di lembaga pendidikan tinggi terdiri dari berbagai jenis keterampilan. Keterampilan tersebut diantaranya adalah keterampilan berkomunikasi (communicative skill), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah (thingking skill and problem solving skill), kekuatan kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi (life-long learning and Information management), keterampilan wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral, dan profesionalisme (ethiccs, moral and profesionalisme), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skill) (Utama.,ed.al.2009). Sebagai seorang perawat, disamping memiliki softskill dan keterampilan yang kompeten dalam bidang profesi keperawatan, kita juga harus memiliki keterampilan yaitu kewirausahaan, Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keuanggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara- cara baru dan berbeda (Hanggara, 2016). Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan normal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang (Hanggara, 2016). Kewirausahaan dalam keperawatan disebut juga dengan nursepreneurship. Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan. Dengan adanya konsep Nursepreneur yang diajarkan diperguruan tinggi, para lulusan kaperawatan tidak hanya berfokus menjadi seorang perawat yang bekerja disuatu Instansi Kesehatan, tetapi juga mampu menjadi perawat yang memiliki usaha keperawatan sendiri. Nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung, pendidikan, penelitian, administrative atau konsultasi dalam menciptakan bisnis/usahanya. Berdasarkan uraian diatas, berkaitan dengan kewirausahaan ada beberapa faktor kewirausahaan dalam bidang Kesehatan/keperawatan yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang akan di bahas dalam makalah ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai beriikut :
1. Apa saja faktor pendorong dalam mendirikan usaha?
2. Apa saja faktor keberhasilan dalam mendirikan usaha? 3. Apa saja faktor kegagalan kewirausahaan? 4. Bagaimana upaya menghindari kegagalan usaha? 5. Apa saja faktor yang membuat seseorang mundur menjadi wirausaha? 6. Apa saja alasan utama kegagalan dalam usaha baru? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui faktor pendorong dalam mendirikan usaha 2. Mengetahui faktor keberhasilan dalam mendirikan usaha 3. Mengetahui faktor kegagalan kewirausahaan 4. Mengetahui upaya menghindari kegagalan usaha 5. Mengetahui faktor yang membuat seseorang mundur menjadi wirausaha 6. Mengetahui alasan utama kegagalan dalam usaha baru