Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memberikan peran yang sangat penting terhadap

perkembagan sumberdaya manusia. Melalui pendidikan potensi sumber daya

manusia dapat dikembangkan sehingga melalui pendidikan taraf kehidupan

seseorang dapat ditingkatkan. Mengigat peran pendidikan ini sangat penting

maka pemerintah merumuskan tujuan pendidikan di dalam Undang-undang

sistem pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003 pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan dapat tercapai jika dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah dikuasai oleh siswa dengan baik dan menuntaskan

setiap mata pelajaran yang dipelajari salah satu diantaranya adalah mata

pelajaran kewirausahaan. Melalui mata pelajaran kewirausahaan siswa di didik

untuk memahami dunia wirausaha bagaimana mengembangkan sikap dan

mental untuk menciptakan suatu usaha dan memanfaatkan peluang-peluang

usaha bukan menjadi pekerja. Sesuai dengan silabus mata pelajaran

kewirausahaan salah satu materi yang dipelajari oleh siswa adalah materi

sikap perilaku wirausaha. Jika siswa tuntas mempelajari materi karakteristik

wirausaha maka siswa akan mengetahui bagaimana karakteristik wirausaha

1
2

yang sukses, memahami fungsi serta peran wirausaha dalam perspektif

ekonomi sehingga jiwa wirausaha dan sikap wirausaha dapat ditanamkan

kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran.

Namun kenyataan yang ditemukan di lapangan tidak sesuai dengan

harapan dan tujuan yang telah diuraikan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru mata pelajaran

kewirausahaan di kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Badiri diketahui bahwa

masih banyak siswa yang tidak tuntas dari ulangan harian yang dilaksanakan

dimana nilai KKM yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran adalah 75. Untuk

lebih jelasnya pencapaian nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas X pada

harian materi karakteristik wirausaha dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1
Pencapaian Nilai Rata-rata Ulangan Harian Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Badiri Pada Materi Karakteristik Wirausaha
Tahun Pelajaran 2017-2018

No Nilai Tidak Jumlah


Kelas KKM Tuntas
. Rata-Rata Tuntas Siswa
1 X Akuntansi I 72 21 14 35
2 X Akuntansi II 75 70 19 15 34
Jumlah 40 29 69
Sumber: Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada ulangan harian

materi karakteristik wirausaha di kelas Akuntansi I dan Akuntansi II terdapat

sebanyak 29 orang tidak tuntas atau sekitar 42,03% siswa tidak tuntas.

Fenomena ini merupakan permasalahan pencapaian hasil belajar siswa yang

menunjukkan masih banyak siswa yang tidak menguasai karakteristik

wirausaha. Sehingga permasalahan ini tidak terulang lagi maka diperlukan

upaya yang tepat dari guru sebagai pelaksanan proses pembelajaran di kelas.
3

Rendahnya pencapaian hasil belajar kewirausahaan siswa pada materi

karakteristik wirausaha disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya

minat siswa saat proses belajar berlangsung, motivasi belajar siswa tidak

maksimal sehingga siswa menujukkan sikap yang alas saat guru menjelaskan,

penyampaian matari pelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, banyak

siswa yang menganggap mata pelajaran kewriausahan tidak menarik, penggunaan

model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa untuk berpikir dan belajar

sehingga antusias siswa dalam belajar minim.

Beberapa upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil

belajar kewirausahaan siswa seperti: memberikan penguatan, pendekatan,

motivasi, menggunakan variasi dalam mengajar, mengubah gaya mengajar,

menggunakan media pembelajaran yang cocok, melakukan kerja sama dengan

orang tua siswa yang bermasalah dalam belajar, memberikan tugas-tugas

tambahan, mengubah pola intraksi belajar mengajar dengan maksud menciptakan

suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan memotivasi siswa. Namun

belum memberikan solusi yang tepat. Sehingga guru diharapkan mampu

menemukan solusi yang tepat untuk menciptakan pembelajaran yang menarik

perhatian serta minat siswa salah satunya adalah menggunakan model

pembelajaran yang tepat.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengoptimalkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
4

yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.

Metode pembelajaran jigsaw dipandang cocok untuk materi karakteristik

wirausaha, karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk

menemukan sendiri sesuatu yang baru dan siswa berperan aktif dalam

pembelajaran, siswa juga akan terbiasa berdiskusi secara berkelompok dan

membahas setiap materi yang diberikan sehingga diharapkan siswa dapat

mempunyai pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan penguasaan

materi siswa. Untuk itu melalui penggunaan model pembelajaran jigsaw

diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa dan mampu meningkatkan

keterampilan siswa dalam pembelajaran.

Dengan demikian, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dengan rumusan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Kewirausahaan Siswa Pada Materi Pokok Karakteristik Wirausaha di Kelas

X SMK Negeri 1 Badiri”.

B. Identifikasi Masalah

Pencapaian hasil belajar yang maksimal tidak lepas dari berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Pencapaian hasil belajar siswa pada materi pokok sikap

perilaku wirausaha yang tergolong masih rendah di identifikasikan beberapa

faktor yang menjadi penyebab seperti faktor internal adalah masalah yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri antara lain: siswa kurang termotivasi untuk

mengikuti proses pembelajaran kewirausahaan, siswa merasa kesulitan dalam

memahami pelajaran kewirausahaan, Kurangnya konsentrasi siswa dalam


5

mengikuti proses pembelajaran, kondisi kesehatan fisik dan mental siswa.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah masalah yang berasal dari luar diri siswa

antara lain: kurangnya motivasi dari orang tua, kurangnya ketersediaan sarana

dan prasarana sehingga kurang mendukung kemajuan proses belajar siswa,

lingkungan sekolah yang kurang nyaman, dan penggunaan metode ataupun

model pelajaran yang kurang tepat dimana guru lebih dominan memakai model

pembelajaran konvensional.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang

akan diteliti mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

sangat banyak. Oleh karena itu, penulis tidak mungkin mengkaji keseluruhan

karena keterbatasan tenaga, biaya, waktu, referensi buku yang menjadi rujukan,

dan lain-lain. Oleh sebab itu, penulis hanya mengambil salah satu dari beberapa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut yaitu, penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Penulis akan membahas masalah hasil belajar kewirausahaan siswa pada

materi pokok sikap perilaku wirausaha, setelah kedua faktor tersebut dibahas,

selanjutnya penulis akan menguraikan sejauhmana kaitan pengaruh antara

keduanya yakni “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Pada Materi Karakteristik

Wirausaha Di Kelas X SMK Negeri 1 Badiri”.


6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw di kelas X SMK Negeri 1 Badiri?

2. Bagaimanakah gambaran hasil belajar kewirausahaan pada materi pokok

karakteristik wirausaha sebelum dan sesudah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas X SMK Negeri 1 Badiri?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kewirausahaan

siswa pada materi pokok karakteristik wirausaha di kelas X SMK Negeri 1

Badiri?

E. Tujuan dan Kegunaan Masalah

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui gambaran penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw di kelas X SMK Negeri 1 Badiri.

b. Untuk mengetahui hasil belajar kewirausahaan pada materi pokok

karakteristik wirausaha sebelum dan sesudah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas X SMK Negeri 1 Badiri.

c. Untuk mengetahui pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa pada

materi pokok karakteristik wirausaha di kelas X SMK Negeri 1 Badiri.


7

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini berguna untuk:

a. Bagi Peneliti, menambah wawasan pengetahuan peneliti khususnya

mengenai penguasaan sikap perilaku wirausaha sebagai serta sebagai

prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada pendidikan

strata I di Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.

b. Bagi Siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi untuk

memperbaiki pola belajar dan menjadi dorongan atau motivasi dalam

meningkatkan hasil belajar.

c. Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan bahwa masalah materi pokok

sikap perilaku wirausaha sangat perlu dipelajari lebih serius salah satunya

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

d. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran

dan pihak-pihak yang terkait dengan bidang pendidikan khususnya di SMK

Negeri 1 Badiri.

e. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini semoga dapat di gunakan

sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan lebih

lanjut dengan konsep yang sama sehingga permasalahan yang diteliti dapat

dikembangkan.
8

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teoritik

1.1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Pada Materi Karakteristik


Wirausaha

Kegiatan belajar dalam proses pendidikan di sekolah merupakan kegiatan

yang paling pokok. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Trianto

(2009: 8), menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru harus

bijaksana menentukan suatu model yang sesuai sehingga dapat menciptakan

situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat

berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selanjutnya menurut Riyanto

(2009:6), “Belajar adalah suatu proses untuk mengubah informasi yang tidak

terbatas pada keterampilan tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill,

persepsi, emosi, proses berfikir sehingga dapat menghasilkan perbaikan

performasi”.

Dengan belajar siswa akan memperoleh pengetahuan, akan

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, dan sikap yang mengarah

terhadap hal-hal yang positif. Slameto (2010:2) menyatakan, “Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungan.” Hamalik (2010: 29) juga menyatakan bahwa,

“Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan”.

8
9

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan,

belajar adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada

saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Dalam kegiatan

yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar Slameto (2010: 26)

menyatakan bahwa di dalam proses belajar, maka ada ciri-ciri yang harus di

ketahui agar belajar itu dapat berhasil adalah:

a) Perubahan terjadi secara sadar


Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia
merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kontiniu atau fungsional
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
d) Perubahan dalm belajar bukan bersigat sementara
e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai.
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu
proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Untuk mengetahui sejauh mana seseorang telah mengikuti belajar maka

dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi tersebut dinamakan hasil belajar. Sebagaimana

Sanjaya (2008: 27) menyatakan bahwa: “Hasil belajar merupakan gambaran

kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar

dalam suatu kompetensi dasar.” Selanjutnya Sagala (2012: 23) menyatakan,

”Hasil-hasil belajar dapat berupa keterampilan-keterampilan intelektual yang

memungkinkan sesorang berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan

simbol-simbol atau gagasan-gagasan, strategi-strategi kognitif yang merupakan

proses-proses kontrol yang dikelompokkan sesuai fungsinya.”.


10

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

melewati pengalaman pembelajaran. Susanto (2013:5) menyatakan, “Secara

sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Sudjana (2010:3)

menyatakan bahwa, ”Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

luas mencakup bidang koqnitif, afektif dan psikomotorik”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri

seseorang dalam lingkungan dan proses sebagai pengalaman sendiri juga

merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman

pembelajaran. Hasil belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah hasil

belajar kewirausahaan siswa pada materi sikap perilaku wirausaha.

Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan sikap perilaku

wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara mengelola

usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara mandiri.

Sumaryanto (2010:2) menyatakan bahwa, “Istilah kewirausahaan merupakan

padanan kata dari entrepreneurship dalam Bahasa Inggris. Kata entrepreneurship

berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha.” Kewirausahaan adalah proses

pembentukan dan pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada

perolehan keuntungan, serta kemampuan kreatif dan inovatif sebagai dasar dalam

mencari peluang. Sejalan dengan itu Suryana (2009:7) menyatakan,

“Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

dijadikan dasar kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.”
11

Menurut Peter dalam Kuntowicaksono (2012: 47) “Kewirausahaan

merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Pengertian ini mengandung maksud bahwa seseorang wirausaha adalah orang

yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari

yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada

sebelumnya”.

Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami dunia usaha dalam

kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat,

berwirausaha dalam bidangnya, menerapkan perilaku kerja prestatif dalam

kehidupannya, dan mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

Salah satu materi kewirausahaan adalah karakteristik wirausaha. Kasmir

(2010:18) menyatakan bahwa karakteristik wirausahawan yang berhasil yaitu 1)

memiliki visi dan tujuan yang jelas, 2) inisiatif dan selalu proaktif, 3) berorientasi

pada prestasi, 4) berani mengambil resiko, 5) kerja keras. Selanjutnya Setyawati

(2013:43) menyatakan bahwa “Karakteristik wirausaha merupakan kualitas atau

sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk

mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian, intergrasi atau

sintesis dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu atau kesatuan dan

kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis dan moral.”

Dengan karakteristik kewirausahaan pemilik usaha yang kuat maka suatu

usaha dapat bertahan ditengah persaingan yang ketat hal tersebut ditunjukan oleh

usaha ini yang dapat bertahan dan mampu tumbuh menjadi lebih besar dari

sebelumnya. Untuk melihat karakteristik wirausaha dapat dilihat melalui


12

keinginan berprestasi, kemampuan manajemen, tanggung jawab pribadi, tingkat

keberanian mengambil resiko, tingkat ide dan inovasi, orientasi pada masa depan,

tingkat kepercayaan diri. Sejalan dengan ini Menurut Wiratmo (2011:24)

menyatakan bahwa “Karakteristik wirausaha adalah sebagai berikut: keinginan

untuk berprestasi, keinginan untuk bertanggung jawab, referensi kepada risiko-

risiko menengah, persepsi pada kemungkinan berhasil, rangsangan oleh umpan

balik, aktivitas energik, orientasi ke masa depan, keterampilan dalam

pengorganisasian, Sikap terhadap uang.”

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik wirausaha dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan

ciri khas, watak, perilaku, tabiat, serta sikap orang terhadap perjuangan hidup

untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Karakteristik wirausaha pada

umumnya terlihat pada waktu ia berkomunikasi dalam rangka mengumpulkan

informasi saat menjalin hubungan dengan para relasi bisnisnya. Dimana untuk

mengukur kemampuan siswa maka ditetapkan indikator sesuai dengan silabus dan

kurikulum mata pelajaran kewirausahaan di kelas X SMK Badiri indikato-

indikator yang perlu dipelajari dan perlu dituntaskan oleh siswa pada materi

pokok karakteristik wirausaha diantaranya adalah: a) memahami fungsi dan peran

wirausaha, b) Menguraikan ciri-ciri wirausaha, c) Mengidentifikasi sifat

wirausaha, d) Keuntungan dan kerugian berwirausaha. Selanjutnya indikator yang

ditetapkan akan di bahas oleh penulis satu persatu sebagai berikut:


13

a. Memahami Fungsi dan Peran Wirausaha

Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat

menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan

bekal pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan praktis (knowledge and

practice). Jadi, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu

perekonomian suatu bangsa. Suryana (2009:4) menjelaskan fungsi dan peran

wirausaha sebagai berikut:

“Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu
secara mikro dan makro. “Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran,
yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner)”. Sebagai
penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru,
seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi dan sebagainya. Sebagai
perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru,
merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide-ide dan
peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang
baru dan lain-lain. Secara makro, peran wirausaha adalah menciptakan
kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang
berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara”.

Wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan. Sejalan dengan

itu menurut Scumpeter yang dikutip oleh Suryana (2009: 17) menyatakan bahwa:

“Fungsi wirausaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-


kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-
kemungkinan baru yang dimaksud adalah:
- Pertama, memperkenalkan produk atau kualitas baru suatu barang
yang belum dikenal oleh konsumen.
- Kedua, melakukan metode produksi dari penemuan ilmiah dan cara-
cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih
mendatangkan keuntungan.
- Kegiatan, membuka suatu pasar baru, yaitu pasar yang belum pernah
ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan.
- Keempat, membuka suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau
sumber-sumber yang masih harus dikembangkan.
- Kelima, pelaksanaan organisasi baru

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Wirausaha

mempunyai dua fungsi yaitu fungsi secara makro wirausaha berperan sebagai
14

penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa, dan fungsi secara

mikro wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian, mengombinasikan

sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai

tambah dan usaha-usaha baru. Menurut Sandiasa (2009:22) menyatakan bahwa:

Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat juga melalui dua pendekatan
yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua
peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner).
Sebagai penemu wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan
sebagainya. Sebagai perencana wirausaha berperan merancang
tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru,
merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan
organisasi perusahaan yang baru. Secara makro peran wirausaha
adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan
kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan
perekonomian suatu negara.

Selanjutnya menurut Pujiastuti (2013:36) mengemukakan bahwa secara

umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan

sebagai perencana (planner).

a. Innovator
Wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:
Produk baru (the new product), 2) teknologi baru (the new
technologi), 3) ide-ide baru (the new image), 4) organisasi usaha
baru (the new organization).
b. Planner
Wirausaha berperan dalam merancang: 1) Perencanaan usaha
(corparate plan), 2) Strategi perusahaan (corparate strategy), 3)
Ide-ide dalam perusahaan (corparate image), 4) organisasi
perusahaan (corparate organization).

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran

kewirausahaan adalah sebagai sebagai inovator menciptakan lapangan kerja dan

produk-produk baru. Kemudian wirausaha berusaha mengurangi pengangguran,

Wirausaha berusaha mengurangi ketegangan sosial, Wirausaha berusaha

meningkatkan taraf hidup anggota dan masyarakat lingkunganya, Wirausaha


15

berusaha memajukan perekonomian bangsa dan negara, Wirausaha berusaha

memperkecil sifat ketergantungan terhadap bantuan luar negeri, Wirausaha

berusaha memenuhi segala macam kebutuhan masyarakat terhadap produk dan

adanya jasa.

b. Ciri-Ciri Wirausaha

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan

inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang

menuju sukses. Menurut Suryana (2009:3) menyatakan bahwa orang yang

memiliki jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri: a) penuh

percaya diri, b) memiliki inisiatif, c) memiliki motif berprestasi, d) memiliki

jiwa kepemimpinan, berani mengambil risiko.” Sumaryanto (2010:46) juga

menyatakan bahwa, terdapat beberapa ciri-ciri atau nilai-nilai penting dari

kewirausahaan, yaitu: 1) mempunyai kemauan keras, 2) suka bekerja keras, 3)

percaya pada diri sendiri, 4) bersikap optimis, dinamis, dan adaptif, 5)

mempunyai tanggung jawab yang besar, 6) mempunyai pengetahuan praktis

dalam bisnis dan manajemen.”

Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri dari seorang wirausaha adalah mempunyai kemauan keras dalam

mejalankan usahanya dan bekerja keras untuk mencapai tujuannya dan percaya

diri dalam menjalakan usahanya serta mau mengembangkan kemampuan dan

kompetensi dalam mencapai keberhasilan usahanya.

Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan

kemampuan kewirausahaan. Kasmir (2010:27) menyatakan bahwa beberapa

ciri wirausahawan yang dikatakan berhasil antara lain memiliki visi dan tujuan
16

yang jelas, inisiatif dan selalu proaktif berorientasi pada prestasi berani

mengambil risiko, kerja keras. Anwar (2014:19) menyatakan bahwa ada empat

nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:

a) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi,


ciri-cirinya pengambilan resiko, terbuka terhadap teknologi, dan
mengutamakan materi.
b) Wirausaha yang berorientasi kepada kemajuan tetapi bukan untuk
mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa
tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.
c) Wirausaha yang berorientasi kepada materi dengan berpatokan
pada kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha
dengan kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran
fengsui) supaya berhasil.
d) Wirausaha yang berorientasi kepada non materi, dengan bekerja
berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung
pada pengalaman, berhitung dengan menggunakan mostik, paham
etnosenteris, dan taat pada tata cara leluhur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha

memiliki ciri-ciri semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam

menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik

dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

c. Sifat Wirausaha

Seorang pelaku usaha harus memiliki skill (kemampuan) untuk

berwirausaha karena tanpa skill (kemampuan) seorang pelaku usaha tidak akan

mungkin bisa berwirausaha dan skill (kemampuan). Setyawati (2013:47)

mengemukakan bahwa: “seorang wirausaha harus memiliki sifat keyakinan,

kemandirian, individualitas, optimisme. Selalu berusaha untuk berprestasi,

berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad

yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif”. Selanjutnya
17

Menurut Milla (2008:466) mengemukakan dalam usaha menuju menjadi

wirausaha yang sukses, ada beberapa sifat wirausaha yang perlu dipedomani

yaitu:

Percaya diri; Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang


dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan
diri memiliki nilai keyakinan, optimisme individualitas dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan. Kepercayaan diri ini bersifat internal, dinamis dan
banyak di tentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan
dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis,
berencana, efektif dan efisien). Ini adalah modal utama yang harus
dimiliki dalam berwirausaha.

Sesuai dengan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan baahwa seorang

wirausaha harus memiliki rasa percaya diri yakni Orang yang tinggi percaya

dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik

kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki

rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis, emosionalnya stabil,

tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Kemudian sorang wirausaha

memiliki sifat berorientasi pada tugas dan hasil yakni berbagai motivasi akan

muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan

mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang kita

kerjakan adalah halal. Kemudian bernai mengambil Risiko Wirausaha penuh

resiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku

dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh

perhitungan.

Sifat merupakan cara seseorang dalam bersikap dan berperilaku dalam

menghadapi berbagai permasalahan dan proses kehidupan yang dijalaninya.


18

Sebagai seorang wirausaha yang memiliki tanggung jawab dan tujuan untuk

mengembangkan dan memperoleh keberhasilan dari usaha yang digelutinya

memiliki sifat yang harus dimiliki. Sejalan dengan ini Jumaedi (2012:18)

menyatakan bahwa “Melalui penelitian yang dilakukan Hasil analisa

menunjukkan bahwa sifat Wirausaha (Percaya Diri, Pengambil Resiko dan

Kepemimpinan) berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Usaha.”

Selanjutnya Suryana (2009:3) mengemukakan bahwa sifat sifat wirausaha

meliputi:

1. Percaya diri, yakin dan optimisme: yaitu harus yakin dan


optimis bahwa usahanya akan maju dan berkembang untuk itu
Seorang wirausaha harus mampu menyusun rencana
keberhasilan perusahaannya. Mandiri: Tidak mengandalkan dan
bergantung orang lain atau keluarga. Kepemimpinan, dan
dinamis: Seorang wirausaha harus mampu bertanggung jawab
terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang
maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada berbagai
pihak.
2. Berorientasi Manusia, terdiri dari: Sifat suka bergaul dengan
orang lain berarti anda harus mampu mengembangkan dan
memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang
berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada
para pelanggan, pemerintah pemasok, serta masyarakat luas.
Komitmen, Komitnen pada berbagai pihak merupakan ciri yang
harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk
melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera
ditepati dan direalisasikan. Responsive terhadap saran/kritik.
Menganggap saran dan kritik adalah dasar untuk mencapai
kemajuan. Saran dan kritik yang masuk di respon dengan baik
untuk memperbaiki pelayanan kepada pelanggan, proses bisnis
dan efesiensi perusahaan.
3. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri dari sifat: Ingin berprestasi,
kemauan untuk terus maju dan mengembangkan usaha.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan


19

dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakikatnya kewirausahaan adalah

sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan

gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

d) Keuntungan dan Kerugian Wirausaha

Terdapat keuntungan  dan kerugian ketika seseorang mengambil pilihan

menjadi seorang wirausahawan. Keuntungan menjadi wirausaha adalah untuk

memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal. Kelemahan menjadi

wirausaha yaitu kualitas hidupnya mungkin masih rendah sampai usahanya

berhasil. Pada tahap awal, wirausaha harus bersedia untuk berhemat. Thomas

W. Zimmerer dkk dalam Saragih (2007:27) merumuskan manfaat berwirauaha

sebagai berikut:

1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib


sendiri.
2. Memberi peluang melakukan perubahan : Pebisnis menemukan
cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap
berbagai masalah ekonomi dan social dengan harapan akan
menjalani kehidupan yang lebih baik
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya :
Memiliki usaha sendiri, memberikan kekuasaan, kebangkitan
spiritual dan membuat wirausaha mampu mengikuti minat atau
hobinya sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya.
Selanjutnya Suparyanto, (2013:18-28) mengemukakan beberapa

keuntungan dan kerugian dalam menjadi wirausahawan antara lain:

Keuntungan berwirausaha:

1) Dapat memilih bidang usaha sesuai minat dan bakat; seorang


wirausahawan dapat memilih bidang usaha sesuai dengan minat
dan bakatnya, maka seorang wirausahawan akan mencintai
usahanya, dan jika sudah mencintai usahanya maka segenap
perhatian dan kemampuan akan dicurahkan demi
20

perkembangan usaha. Selain bidang usaha yang dipilih tersebut


sesuai dengan minat dan bakat tentunya yang memang
dibutuhkan oleh konsumen agar “profitable”.
2) Keuntungan usaha dapat dinikmati sendiri yaitu usaha yang
dijalankan merupakan usaha yang dimilikinya maka
keuntungan dari hasil usaha menjadi miliknya juga. Seorang
wirausahawan akan memperoleh minimal dua macam
pendapatan. Pertama, pendapatan dari posisinya sebagai
pemilik usaha dan kedua, pendapatan yang diperoleh dari
posisinya sebagai manajer.
3) Memperoleh kepuasan; keberhasilan mengelola usaha akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi seorang wirausahawan.
Kepuasan ini secara tidak langsung akan memotivasi dirinya
untuk lebih giat bekerja agar perkembangan usaha semakin
lama semakin baik dan kuat dalam menghadapi persaingan.
4) Tidak ada yang memerintah; seorang wirausahawan, menjadi
pemilik sekaligus manajer dari perusahaannya maka seorang
wirausahawan juga memegang jabatan tertinggi di perusahaan
tersebut sehingga tidak ada seorangpun yang akan
memerintahnya untuk melakukan tugas- tugas tertentu.
5) Tidak perlu persetujuan pihak lain dalam membuat keputusan;
saat tertentu seorang wirausahawan harus mengambil keputusan
tentang sesuatu hal misalnya keputusan untuk melakukan
ekspansi dengan membuka cabang perusahaan ditempat lain,
keputusan untuk mengikuti pameran produk yang
diselenggarakan oleh pihak tertentu, keputusan joint venture,
dll. 
6) Mempunyai peluang membantu orang lain. Sebagai makhluk
sosial seorang wirausahawan mempunyai cukup peluang untuk
membantu orang lain misalnya dengan mengalokasikan zakat
penghasilan.

Selanjutnya Kerugian berwirausaha:

1) Jam kerja panjang dan tidak teratur; wirausahawan tidak


menutup kemungkinan akan bekerja dengan jam kerja yang
sangat panjang mulai dari bangun tidur pagi hari sampai
menjelang tidur kembali di malam hari. Waktu benar-benar
tercurah kepada kepentingan usaha apalagi jika usaha yang
dijalankan sedang menghadapi kerugian atau sebaliknya karena
ingin mendapatkan keuntungan yang besar pada periode
tertentu. Selain itu jam kerja wirausahawan tidak menentu..
2) Resiko dan tanggung jawab luas; sehubungan dengan posisinya
sebagai pemilik sekaligus manajer bagi usahanya sendiri maka
seorang wirausahawan memiliki tanggung jawab yang luas
terhadap keberhasilan dan kegagalan usahanya. Wirausahawan
harus menanggung resiko pada saat terjadi kerugian pada
usahanya. Tidak menutup kemungkinan resiko harus
21

dipertanggungjawabkan sampai kepada harta yang dimiliki


walaupun berada di luar perusahaan.
3) Pendapatan tidak stabil yaitu salah satu kerugian yang dialami
oleh wirausahawan berhubungan dengan pendapatan.
Pendapatan wirausahawan tidak dapat dipastikan atau tidak
stabil. Pada periode tertentu pendapatan bersih setelah
dikurangi dengan total pengeluaran akan menghasilkan
keuntungan.
4) Sering terlibat masalah keuangan; kerugian lain yang dialami
oleh hampir setiap wirausahawan adalah masalah keuangan.
Wirausahawan harus berpikir keras untuk dapat
mengalokasikan dana yang ada untuk berbagai kepentingan
usaha termasuk pembelian bahan baku, upah tenaga kerja, biaya
promosi dan lain-lain.
5) Belajar tidak ada akhirnya; wirausahawan dituntut untuk selalu
mengadaptasi berbagai perubahan yang terjadi. Keterlambatan
dalam mengikuti perkembangan dunia usaha akan berakibat
kerugian dalam berwirausaha.

Berdasaekan urian di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan dan

kerugian berwirausaha adalah resiko yang harus ditanggung oleh seseorang

yang membuka usaha. Keuntungan dan kerugian berwirausaha identik dengan

keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri. Walaupun demikian,

semua usaha mempunyai peluang yang sama mengalami keuntungan maupun

kerugian. Anwar (2014:21) mengemukakan keuntungan dan kelemahan dari

berwirausaha adalah sbeagai berikut:

Keuntungan menjadi wirausaha adalah: (1). Terbuka peluang untuk


mencapai tujuan, (2). Terbuka peluang mendemonstrasikan potensi
secara penuh, (3). Terbuka peluang memperoleh manfaat dan
keuntungan secara maksimal, (4). Terbuka peluang untuk
membantu masyarakat dengan usaha konkrit, dan (5). Terbuka
peluang untuk menjadi bos. Sedangkan kelemahan menjadi
wirausaha (1). Pendapatan yang tidak pasti, (2). Bekerja keras
dengan waktu tak terbatas, (3). Kualitas kehidupannya rendah
sebelum mereka berhasil, (4). Tanggung jawabnya besar, banyak
keputusan yang harus diambil walau belum menguasai
permasalahan.
22

Selanjutnya Lambing dan Kuehl (dalam Jonnius, 2015:50)

mengemukakan beberapa keuntungan dan kerugian kewirausahaan. Adapun

keuntungan kewirausahaan sebagai berikut:

1) Otonomi, dimana pengelolaan yang bebas dan tidak terikat


membuat wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh
kepuasan.
2) Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal
atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal
menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep
usaha yang dapatn menghasilkan keunfungan sangat
memotivasi wirausaha.
3) Kontrol finansial, dimana bebas dalam mengelola keuangan,
dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.

Di samping beberapa keuntungan berwirausaha juga memiliki beberapa


kerugian, antara lain:
1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan
waktu yang lama dan sibuk Sedikit sekali waktu untuk kepentingan
keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan
bisnis.
2) Beban tanggung jawab, dimana wirausaha harus mengelola semua
fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan
dan pelatihan.
3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal, karena
wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik
sendiri maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif
kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

Kewirausahaan pada dasarnya adalah semangat, sikap, perilaku dan

kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang

mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi

dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan

pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang besar.

Penguasaan siswa tersebur diukur melalui indikator yang ditetapkan yaitu


23

memahami fungsi dan peran wirausaha, menguraikan ciri-ciri wirausaha,

mengidentifikasi sifat wirausaha, dan keuntungan dan kerugian berwirausaha.

2. Hakikat Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan dalam,

mengatur materi pengajaran, memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dan

menjadikan kelas lebih terorganisasi dengan baik. Menurut Isjoni (2013: 23)

menyatakan bahwa, “Model pembelajaran memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh

dalam suasana belajar yang terbukadan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai

objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman

sebayanya”. Sedangkan Istarani (2013:1) menyatakan ”Model pembelajaran

adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek

sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala

pasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung

dalam proses belajar mengajar”.

Model pembelajaran harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan

menggunakan satu model mengajar saja, akan tetapi harus menggunakan

beberapa model mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran

tidak membosankan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw. Lie dalam Rusman (2013: 218) menyatakan bahwa, “Pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini merupakan model pembelajaran kooperatif dengan

cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam
24

orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif

dan bertanggung jawab secara mandiri”. Selanjutnya Istarani (2012:25),

menyatakan bahwa “Model jigsaw adalah diawali dengan pengenalan topik

yang dibahas oleh guru. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari dipapan

tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya”.

Pola pembelajaran model jigsaw merupakan pola cara penggunaan

sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan aktivitas belajar dengan melakukan

kerja sama dengan siswa lain dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan

bersama. Slavin (2009: 236) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan

memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang

diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang

lain.” Selanjutnya Riyanto (2009:282) “Kegiatan ini untuk menarik dan

memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi untuk berperan serta dalam

pelajaran itu.”

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

tipe jigsaw adalah siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

orang yang setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah

tertentu dari materi yang diberikan oleh guru. Adapun langkah-langkah dalam

penggunaan model pembelajaran jigsaw ini menurut Istarani (2012:27) adalah:

a). Pembagian kelompok asal; b). Pembagian materi yang berbeda; c).
25

Pembentukan kelompok ahli; d). Presentasi tim ahli; e). Evaluasi. Penulis akan

menguraikan satu persatu yaitu:

a. Pembagian Kelompok Asal

Langkah awal dalam model pembelajaran tipe kooperatif Jigsaw adalah

pembagian kelompok asal yang didesain untuk meningkatkan tanggung jawab

siswa dalam pembelajaran, tidak hanya mempelajari materi, tetapi juga harus

menguasainya. Sejalan dengan itu Riyanto (2009: 275) menguraikan langkah

pembagian kelompok asal dalam model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:

“Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim”. Istarani (2012:27)

menyatakan bahwa: “Langkah pertama dalam model jigsaw adalah peserta

didik dikelompokkan kedalam ± 6 tim”.

Model pembelajaran tipe jigsaw adalah sebuah model pembelajaranyang

menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

Kunandar (2010: 365) menguraikan langkah pembagian kelompok asal dalam

model pembelajaran tipe jigsaw sebagai berikut: Kelompok Cooperatif (awal)

terdiri dari a) Siswa dibagi kedalam kelompok kecil 3-6 siswa”. Selanjutnya

menurut Trianto (2010:73) menyatakan bahwa: Siswa dibagi atas beberapa

kelompok tiap kelompok anggotanya 5-6 orang”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

pembagian kelompok asal dalam model pembelajaran jigsaw adalah siswa

dikelompokkan ke dalam 4-6 0rang dalam setiap tim dan setiap siswa saling

ketergantungan terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang

diperlukan dengan kemampuan yang berbeda tergantung konsep yang

terpendapat pada topik yang dipelajari.


26

b. Pembagian Materi yang Berbeda

Langkah kedua dalam model pembelajaran jigsaw yaitu pembagian

materi yang berbeda. Pembagian materi yang berbeda membentuk siswa

memiliki kemampuan ahli berdasarkan materi yang telah dikuasainya. Riyanto

(2009: 275) menguraikan, “Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang

berbeda”. Istarani (2012:27) menyatakan bahwa: “Tiap orang dalam tim diberi

materi yang berbeda”.

Dalam pembagian materi yang berbeda dalam pembelajaran jigsaw

masing-masing siswa memperoleh materi yang berbeda yang diberikan oleh

guru. Kunandar (2010: 365) menguraikan langkah pembagian materi yang

berbeda dalam model pembelajaran tipe jigsaw sebagai berikut: “Masing-

masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-

beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya”. Selanjutnya Trianto

(2010:73) menyatakan bahwa: “Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam

bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembagian materi yang berbeda dalam model pembelajaran jigsaw adalah tiap

orang dalam tim akan diberi bagian materi dan tugas yang berbeda untuk

membentuk siswa menjadi kelompok ahli.

c. Pembentukan Kelompok Ahli

Langkah ketiga dalam model pembelajaran jigsaw yaitu pembentukan

kelompok ahli. Pembentukan kelompok ahli dalam model pembelajaran ini

siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan

mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan


27

berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan

kelompoknya masing-masing. Riyanto (2009: 275) menguraikan, “Anggota

dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama

bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab

mereka”. Kunandar (2010: 365) menyatakan bahwa,

Kelompok Ahli terdiri dari: a) Kumpulkan masing-masing siswa


yang memiliki wacana atau tugas yang sama dalam satu kelompok
sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas
yang telah dipersiapkan oleh guru, b) Dalam kelompok ahli ini
ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai
dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya, c)
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dan wacana atau tugas
yang telah dipahami kepada kelompok cooperative (kelompok
awal),d) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok
ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok cooperative
(kelompok awal), e) Beri kesempatan secara bergeliran masing-
masing soswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok
ahli, f) Apabila keompok sudah menyelesaikan tugasnya secara
keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan
guru member klarifikasi.

Langkah pembentukan kelompok ahli dalam model pembelajaran jigsaw

yaitu tiap anggota dalam kelompok yang dibentuk akan mempelajari tugas

yang diberikan. Setelah mempelajari tugas yang diberikan siswa kembali

kedalam kelompok dan membentuk kelompok ahli dan nanti akan kembali

pada timnya dan mengajarkan topik mereka kepada anggota yang lain dalam

satu timnya. Menurut Slavin (2009: 238-242) menyatakan bahwa, “Siswa

dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam

kelompok ahli”. Sedangkan Istarani (2012:27): “Anggota dari tim yang

berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka”.


28

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembentukan kelompok ahli akan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang

lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah, menerima keragaman dan

menjalin hubungan sosial yang baik secara kooperatif untuk mempelajari

materi yang ditugaskan.

d. Presentasi Tim Ahli

Langkah keempat dalam model pembelajaran jigsaw adalah presentasi

tim ahli. Presentasi tim ahli adalah presentasi masing-masing kelompok atau

tim ahli untuk mengajarkan sub topik yang dipertangggungjawakan kepada

teman kelompok lainnya. Menurut Riyanto (2009: 275) menguraikan langkah

presentasi tim ahli dalam model pembelajaran tipe jigsaw sebagai berikut: Tiap

tim ahli mempresentasikan hasil diskusi”. Slavin (2009: 238-242),

“Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan

pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok

yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi

pelajaran yang telah didiskusikan”.

Presentasi masing-masing kelompok dilakukan untuk menyajikan hasil

diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi

pada materi pelajaran yang telah didiskusikan. Istarani (2012:27) menyatakan

bahwa: “Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu tim mereka
29

tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan

dengan sungguh-sungguh. Tim ahli mempersentasikan hasil diskusi”.

Sedangkan Trianto (2010:73) menyatakan bahwa: “Setiap anggota kelompok

ahli kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah

presentasi tim ahli dalam model pembelajaran tipe jigsaw ini siswa diberikan

kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dalam kelompok ahli.

Guru bukanlah satu-satunya sumber informasi di dalam pembelajaran tetapi

juga siswa. Siswa sangat berperan penting dalam mempresentasikan dan

membertanggungjawabkan akan kerja kelompok yang mereka laksanakan.

e. Evaluasi

Langkah terakhir dalam model pembelajaran jigsaw adalah evaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kerjasama dan

penguasaan materi oleh siswa dalam setiap kelompoknya. Menurut Riyanto

(2009: 275) langkah evaluasi dalam model pembelajaran tipe jigsaw sebagai

berikut: Guru member evaluasi”. Istarani (2012:27) menyatakan bahwa: Guru

memberi evaluasi”.

Langkah evaluasi dalam model pembelajaran tipe jigsaw yaitu dilakukan

presentasi masing-masing kelompok dan di akhir pembelajaran masing-masing

kelompok melaporkan hasilnya kepada guru. Sedangkan Kunandar (2010: 365)

menyatakan bahwa “Apabila keompok sudah menyelesaikan tugasnya secara

keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru member

klarifikasi”. Selanjutnya menurut Trianto (2010:73) menyatakan bahwa: “Pada


30

pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa siswi dikenai tagihan berupa kuis

individu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah

evaluasi adalah di akhir pembelajaran setelah siswa melakukan presentasi

maka guru melakukan evaluasi untuk melihat apakah siswa telah menguasai

materi yang disampaikan. Dalam evaluasi juga guru bertugas mengukur hasil

belajar siswa dengan tes atau kuis. Guru dapat menilai tingkat ketentuan belajar

dengan cara membandingkan hasil yang masing-masing siswa capai.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran tipe kooperatif tipe jigsaw adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran jigsaw dengan tujuan dapat

meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Selanjutnya dalam pembelajaran

menggunakan kooperatif tipe jigsaw siswa berperan aktif dalam memecahkan

berbagai permasalahan yang diberikan dalam pembahasan materi, sehingga

diharapkan siswa dapat dengan mudah memahami materiyang disampaikan

dengan lebih baik dan dapat meningkatkan penguasaan materi siswa.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan judul dan fokus kajian penelitian yang akan dilaksanakan

ditemukan beberapa kajian penelitian yang cukup relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Adapun penelitian yang cukup relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti antara lain:

1. Mario Lumban Batu (2014) Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ekonomi

Universitas Negeri Medan yang berjudul ““Upaya Meningkatkan Hasil


31

Belajar Kewirausahaan Melalui Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran

Group To Group Exchange (GGE) Dengan Group Investigation Kelas XI

SMK Negeri 1 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014". Berdasarkan hasil analisis

data hasil belajar siswa memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa yaitu Pada siklus I hasil belajar yang diperoleh adalah 56% (20

siswa) dengan rata-rata 76,66, sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan

yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh menjadi 89% (32 siswa) dengan rata-

rata 84,72, jadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 33%. Dapat

disimpulkan penerapan kolaborasi model pembelajaran Group To Group

Exchange dan Group Investigation di kelas XI-TKJ SMK N 1 Sibolga T.P

2013/2014 membuktikan peningkatan hasil belajar.

2. Aisyah Putri Harahap (2011) “Pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar ekonomi siswa pada materi pokok

sistem ekonomi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Barumun Tengah. Hasil

penelitian yang diketahui yaitu gambaran model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw berada pada kategori baik dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar

2,58. Gambaran hasil belajar siswa pada materi pokok sistem ekonomiberada

pada kategori ”Baik” dengan pencapaian nilai rata-rata sebesar 70,37. Melalui

perhitungan yang dilakukan maka diketahui nilai “rhitung” sebesar 0.498 dan

nilai thitung lebih besar dibanding dengan nilai ttabel yakni (4.141 > 1.673). Maka

dapat diketahui hasil penelitian diketahui adanya Pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar ekonomi siswa pada

materi pokok sistem ekonomi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Barumun

Tengah.
32

Berdasarkan kajian penelitian relevan di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa persamaan dengan penelitian yang akan dikaji seperti sama-

sama ingin mengetahui gambaran hasil belajar siswa dan mengaitkan variabel

X yakni penggunaan model pembelajaran jigsaw terhadap pencapaian hasil

belajar siswa. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah mulai dari jumlah sampel yang akan diteliti dan materi yang diteliti

dimana peneliti membahas hasil belajar kewirausahaan siswa sedangkan

penelitian relevan membahas hasil belajar ekonomi pada materi sistem

perekonomian.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran kewirausahaan

dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah penggunaan model

pembelajaran dalam menyajikan pembelajaran. Model mengajar guru yang

kurang menarik perhatian dan minat belajar siswa akan mempengaruhi

kemampuan sikap perilaku wirausaha. Untuk itu guru harus memilih dan

mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan model

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa dan pembelajaran kepada

siswa dapat tercapai dengan baik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah teknik pembelajaran

kooperatif dimana siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Interaksi

kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan
33

guru tetapi juga dengan sesama mereka yang memungkinkan anak-anak

menjadi sumber belajar bagi sesamanya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diimplementasikan

guru dalam pembelajaran kewirausahaan khususnya pada materi sikap perilaku

wirausaha. Model pembelajaran kooperatif merupakan wahana untuk

mengaktifkan siswa secara menyeluruh, sehingga pada akhirnya akan

mempengaruhi peningkatan hasil beajar kewirausahaan siswa. Dengan

demikian dapat diduga kuat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap

hasil belajar kewirausahaan siswa pada materi pokok sikap perilaku wirausaha

di kelas X SMK Negeri 1 Badiri. Untuk lebih jelasnya bagaimana kerangka

berpikir penelitian ini maka dapat dilihat pada skema bagan berikut:

Penggunaan Model Hasil Belajar Kewirausahaan


Pembelajaran Siswa Pada Materi Pokok
Kooperatif Tipe Karakteristik Wirausaha
Jigsaw Siswa
(Variabel X) (Variabel Y)

Gambar 1: Kerangka Berpikir Pengaruh Penggunaan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar
Kewirausahaan Siswa Pada Materi Pokok Karakteristik Wirausaha

D. Pengajuan Hipotesis

Dalam suatu penelitian, hipotesis sangat diperlukan, karena hipotesis

dapat dijadikan sebagai arah dalam melaksanakan penelitian. Hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena

masih harus dibuktikan kebenarannya. Sugiyono (2011:96) menyatakan bahwa


34

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan.” Sedangkan Arikunto (2009: 95) menyatakan bahwa,

“Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi

problematika yang diajukan dalam penelitiannya”.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan

dikaji dan masih memerlukan pembuktian kebenaran dugaannya secara ilmiah

apakah diterima atau ditolak. Sejalan dengan Arikunto (2010: 112) menyatakan

iri-ciri hipotesis yang baik adalah: 1).Hipotesis harus dirumuskan dengan

singkat dan jelas. 2).Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan danya

hubungan antara dua variabel. 3).Hipotesis harus didukung oleh teori-teori

yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah

suatu asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang perlu diuji kebenarannya

melaui fakta-fakta dan dibuktikan kebenarannya melalui penelitiam ilmiah.

Maka dari itu penulis dapat merumuskan dua hipotesis yaitu:

Ha: “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Kewirausahaan Siswa Pada Materi Pokok karakteristik Wirausaha di Kelas

X SMK Negeri 1 Badiri”.

Ho: “Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Kewirausahaan Siswa Pada Materi Pokok karakteristik Wirausaha di Kelas

X SMK Negeri 1 Badiri”.


35

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Badiri, yang beralamat

di JL.Padangsidimpuan KM.20 Desa Aek Horsik. Kepala sekolah SMK

Negeri 1 Badiri adalah Julpiner Simanungkalit, S.Pd sedangkan guru mata

pelajaran kewirausahaan yaitu Nini Irdersya S.Pd.

Adapun alasan peneliti menjadikan SMK Negeri 1 Badiri sebagai

lokasi penelitian, karena sepengetahuan penulis belum pernah ada yang

meneliti mengenai hubungan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa pada materi pokok sikap

perilaku wirausaha. Adapun alasan lain adalah karena lokasi tersebut tidak

jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga dapat mempermudah dalam

mengambil dan menyimpulkan data/informasi yang diperlukan dalam

penelitian, menghemat waktu, tenaga, dan biaya dalam penelitian. Dalam

melaksanakan penelitian ini kurang lebih tiga bulan yaitu Agustus sampai

dengan Oktober 2018.

B. Metode Penelitian

Untuk membahas permasalahan yang dihadapi serta untuk menguji

kebenaran hipotesis yang diajukan, penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode. Metode penelitian merupakan cara yang akan

menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam suatu penelitian.

35
36

Menurut Arikunto (2009: 231) juga menyatakan: “Metode penelitian adalah

strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang

diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi”. Selanjutnya Husein

(2009: 21) menyatakan, “Metode merupakan cara atau jalan pengaturan atau

pemeriksaan sesuatu secara benar, maka dalam riset pun perlu adanya

metode-metode”.

Metode penelitian yang dapat digunakan dalam pelaksanaan

penelitian ada berbagai macam. Margono (2009: 6-10) menyatakan ada

delapan jenis penelitian yakni:

a. Penelitian historis
Penelitian ditujukan kepada rekontruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif memahami peristiwa-peristiwa masa
lampau.
b. Penelitian deskripsi
Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis
dan cermat fakta-fakta aktual sifat populasi tertentu.
c. Penelitian perkembangan
Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses
pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi dari waktu.
d. Penelitian kasus dan penelitian lapangan
Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus
secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan
sekarang yang dipermasalahkan.
e. Penelitian korelasional
Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua
gejala atau lebih.
f. Penelitian hubungan sebab-akibat
Penelitian untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab
akibat antara faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab
gejala yang diselidiki.
g. Penelitian eksperimental
Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-
kelompok eksperimen.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian adalah cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang

menjadi sasaran yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun


37

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

eksperimen. Adapun alasan memilih metode ini adalah karena pada penelitian

ini penulis ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara hasil belajar

kewirausahaan siswa pada materi pokok sikap perilaku wirausaha melalui

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Kelas X SMK Negeri 1 Badiri.

Metode eksperimen pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat

gambaran kedua variabel serta sejauh mana pengaruh antara kedua variabel.

Menurut Sugiyono (2011: 107) “Metode penelitian eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Sedangkan menurut Arikunto (2009:207): “Penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari

“sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian

eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

antara dua variabel dengan perlakuan tertentu untuk memperoleh data dari

seluruh sampel. Dengan desain penelitian One-Group Pretest–posttest dengan

dua macam perlakuan, yaitu O1 sebelum diberikan perlakuan, kemudian O2

setelah diberikan perlakuan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Arikunto

(2009:212), yang terlihat pada skema desain penelitian dibawah ini :

Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Desaign

Pretes Posttes
t x t

O1 O2
38

Keterangan :

O1 : Nilai pretest (sebelum pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)


O2 : Nilai posttest (setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan

masalah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Populasi adalah seluruh

subjek yang diteliti. Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa, “Populasi

adalah keseluruhan penelitian”. Margono (2009: 118) juga menyatakan

bahwa, populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai, tes,

atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik

tertentu di dalam suatu penelitian”.

Populasi dijadikan sebagai sumber data yang memiliki karakteristik

tertentu di dalam suatu penelitian. Apabila seorang ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitinya merupakan

populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2011:90) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan objek yang akan dijadikan objek penelitian.


39

Maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

SMK Negeri 1 Badiri Tahun Ajaran 2018/2019 yang terdiri dari dua kelas

dengan jumlah populasi sebanyak 69 siswa. Untuk memperjelas populasi

dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2
Keadaan Populasi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Badiri

No Kelas Jumlah Siswa


1 X Akuntansi I 35
2 X Akuntansi II 34
Jumlah 69

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari jumlah sampel yang akan di

tetapkan menjadi subjek penelitian yang akan diteliti. Menurut Sugiyono

(2011:91): “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitk yang

dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Arikunto (2009: 174)

menyatakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

akan diteliti”. Selanjutnya Arikunto (2009: 134) menyatakan bahwa:

“Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah

subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”

Jika dilihat dari populasi yang ada dan karakteristiknya berbeda,

maka penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

tehnik Simple random sampling. Sugiyono (2011:82) menyatakan bahwa,

“Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu”.


40

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti dari suatu jumlah

dan karakteristik yang terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu

populasi. Dengan demikian setelah teknik pengambilan sampel simple

random sampling dilakukan di seluruh kelas X Akuntansi di SMK Negeri

1 Badiri maka sampel yang terambil adalah kelas X Akuntansi 1 dengan

jumlah 35 siswa.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam analisis data, maka

peneliti menentukan serta menyusun instrumen yang akan digunakan dalam

penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

memperoleh data maupun informasi yang diperlukan dalam menguji

hipotesis. Menurut Arikunto (2010:203) bahwa: “Instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam analisis maka perlu dilakukan

penyusunan suatu instrumen penelitian. Penyusunan instrumen penelitian

dilakukan berdasarkan dua variabel . Adapun variabel pada penelitian ini

adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai

variabel bebas ( X) dan hasil belajar kewirausahaan pada materi pokok sikap

perilaku wirausaha sebagai variabel ( Y). Untuk menghindari kesalahan


41

dalam penafsiran maka peneliti membuat definisi operasional terhadap kedua

variabel masing-masing sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe

pendekatan kooperatif yang mendorong siswa untuk dapat belajar bersama

dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Adapun indikator dalam

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah

ditetapkan oleh penulis adalah: a) pembagian kelompok asal, b) pembagian

materi yang berbeda, c) pembentukan kelompok ahli, d) presentasi tim ahli,

dan d) evaluasi. Adapun kisi-kisi tentang penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:

Tabel 3
Kisi-Kisi Observasi Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw

Banyak
No Indikator Nomor Item
Item
1 Pembagian kelompok asal 1,2,3,4 4

2 Pembagian materi yang berbeda 5,6,7,8 4

3 Pembentukan kelompok ahli 9,10,11,12 4

4 Presentasi tim ahli 13,14,15,16 4

5 Evaluasi 17,18,19, 20 4

Jumlah 20

2) Hasil belajar kewirausahaan siswa pada materi pokok sikap perilaku

wirausaha adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pokok sikap

perilaku wirausaha dimana pemahaman siswa tersebut bertambah dari


42

sebelumnya. Adapun indikator dalam hasil belajar kewirausahaan siswa

pada materi pokok sikap perilaku Wirausaha adalah: a) memahami fungsi

dan peran wirausaha, b) menguraikan ciri-ciri wirausaha, c)

mengidentifikasi sifat wirausaha, dan d) keuntungan dan kerugian

berwirausaha. Adapun kisi-kisi tentang Hasil belajar kewirausahaan siswa

pada materi pokok sikap perilaku wirausaha sebagai berikut:

Tabel 4
Kisi-Kisi Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Materi Pokok
Karakteristik Wirausaha

Banyak
No Indikator Nomor soal
Item
1 Memahami fungsi dan peran 1,2,3,4,5 5
wirausaha
2 Menguraikan ciri-ciri wirausaha 6,7,8,9,10 5
3 Mengidentifikasi sifat wirausaha 11,12,13,14, 15, 5
4 Keuntungan dan kerugian 16,17,18,19,20 5
berwirausaha
Jumlah 20

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupaka langkah yang penting dalam suatu

pengumpulan data yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang

akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Menurut Sugiyono

(2009:224) bahwa: “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data”. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi dan tes.

1. Observasi
43

Obervasi digunakan untuk memperoleh data tentang penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Menurut Sugiyono (2009:145)

mengatakan: “Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner”. Adapun skala penilaian yang digunakan adalah rating skala.

Sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2010: 137) menyatakan bahwa, “Rating

Scale ini dapat merupakan suatu alat pengumpul data untuk

mengelompokkan, menggolongkan dan menilai seseorang atau suatu gejala”.

Dengan demikian adapun skala yang ditetapkan adalah 1 = kurang; 2 =

cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik.

2. Tes

Kemudian untuk teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan

data adalah menggunakan tes. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil

belajar kewirausahaan siswa pada materi pokok perilaku wirausaha. Margono

(2009:170) menyatakan bahwa, ”Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus)

yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban

yang dapat dijadikan penetapan skor angka”. Arikunto (2009:32) juga

menyatakan bahwa, “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kewirausahaan siswa

pada materi pokok perilaku wirausa yang bertujuan untuk memperoleh dan

mengumpulkan data. Tes yang digunakan berupa tes jenis pilihan ganda

dengan empat option yaitu a,b,c,d. Surapranata (2008: 176) menyatakan,


44

“Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang menuntut peserta tes untuk

memberikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang tercantum dalam

pokok soal atau stem yang disertai dengan sejumlah kemungkinan jawaban”.

Susongko (2010:274) mengemukakan

1) Kelebihan Pilihan Berganda yaitu:


a. Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat
diukur.
b. Terstruktur dan petunjuknya jelas.
c. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi
diagnostik.
d. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
e. Dapat diaplikasikan dengan komputer baik penampilan soal dan
perhitungan nilainya, interaktif
f. Dapat menggunakan rumus singkat
g. Semua indikator dapat terwakili
h. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas
i. Materi yang ditanyakan jelas arahnya
j. Soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
k. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
2) Kelemahan Pilihan Berganda yitau:
a. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
b. Sulit menemukan pengacau.
c. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah,
kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
d. Kurang menggambarkan sebuah proses
e. Tingkat kemampuan yang terukur sangat terbatas
f. Jumlah soal harus banyak agar dapat mewakili semua materi
yang telah dipelajari.
g. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.

Dengan demikian tes yang dibuat berbentuk pilihan ganda sebanyak

20 butir pertanyaan. Adapun pedoman penskoran yang ditetapkan sesuai

dengan pendapat Purwanto (2010:70) yakni, “Untuk soal-soal objektif

biasanya setiap jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang

salah diberi 0 (nol); total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang

diperoleh dari semua soal”.


45

Berdasarkan pendapat di atas, maka terhadap jawaban siswa tentang

instrumen tes dilakukan penskoran. Apabila siswa menjawab dengan benar

diberi skor 1, sedangkan jika salah diberi skor 0, sehingga nilai yang mungkin

dicapai adalah 0-100. Kemudian skor keseluruhan yang didapat oleh siswa

akan dibandingkan dengan tabel kriteria penilaian yang akan dijelaskan

berikutnya pada teknik analisis data. Selanjutnya untuk menentukan penilaian

peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Surapranata (2009:

177) sebagai berikut:

B
S= N x 100
B = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah soal

F. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisis data yang telah dikumpulkan, maka ada dua

tahap yang dilakukan yaitu :

a. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan hasil belajar

kewirausahaan siswa pada materi pokok sikap perilaku wirausaha di Kelas

X SMK Negeri 1 Badiri dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

juga untuk menentukan posisi nilai rata-rata variabel, dengan penjelasannya

melalui perhitungan Mean, Median, Modus, distribusi frekuensi dan

histogram. Maka ditetapkan kriteria penilaian sesuai pendapat Syah

(2011:111) sebagai berikut:

Tabel 5
Kriteria Penilaian Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Pada Pembelajaran Sikap Perilaku Wirausaha
46

Interval Predikat
3,51 – 4,00 Baik Sekali
2,76 – 3,50 Baik
2,00 – 2,75 Cukup
1,76 – 1,99 Kurang
1,00 – 1,75 Kurang Sekali

Sedangkan tabel penilaian hasil belajar kewirausahaan siswa materi

pokok karakteristik wirausaha sebagai berikut:

Tabel 6
Kriteria Penilaian Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Pada
Materi Pokok Sikap Perilaku Wirausaha

Interval Predikat
80-100 A = Baik Sekali
70 - 79 B = Baik
60 - 69 C = Cukup
50 - 59 D = Kurang
0 - 49 E = Gagal
Sumber: Arikunto (2009: 245)

2. Analisis statistik infrensial digunakan untuk menguji hipotesis yang

diajukan apakah diterima atau ditolak, dengan menggunakan rumus uji “t”

menurut Arikunto (2009:395) yaitu:

D
2
∑ D

Keterangan :
t= √ ∑D −2
N
N ( N−1 )

t = Harga t untuk sampel berkorelasi


D = (Difference) perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes
akhir untuk setiap individu
D = Rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D)
D2 = Kuadrat dari D
N = Banyaknya subjek penelitian
47

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Muhammad. 2014. Pengantar Kewirausahaan. Jakarta: Prenada Media


Group.

Arikunto. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:


Rineka Cipta.

Batu. Mario Lumban. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kewirausahaan


Melalui Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Group To Group
Exchange (GGE) Dengan Group Investigation Kelas XI SMK Negeri 1
Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Negeri Medan.

Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap. Aisyah Putri. 2011. Pengaruh penerapan model pembelajaran


kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar ekonomi siswa pada materi
pokok sistem ekonomi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
Skripsi. STKIP: Tapanuli Selatan.

Husein, Umar. 2009. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers.

Isjoni, 2013 Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta.

Istarani. 2012. 39 Metode Pembelajaran. Medan: Media Persada.

Istarani. 2013. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Medan: Iscom Medan.

Jakarta: Renika Cipta.

Jonnius, 2015. Menumbuhkembangkan Budaya Kewirausahaan dalam


Masyarakat. Jurnal. UIN SUSKA: Riau. Vol. 2, No. 1.
48

Jonnius. 2015. “Menumbuhkembangkan Budaya Kewirausahaan dalam


Masyarakat” . Jurnal. Dosen Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN
Suska Riau.

Jumaedi, Heri. 2012. Hubungan Karakteristik Wirausaha Terhadap Keberhasilan


Usaha (Studi Kasus Pada Pengusaha Kecil di Pekalongan). Jurnal.
Manajerial. Vol. 11, No. 21.

Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi KTSP. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuntowicaksono, 2012. “Pengaruh Pengetahuan Wirausaha Dan Kemampuan


Memecahkan Masalah Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan” Jurnal. Prodi Pendidikan Ekonomi,
Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Margono.S. 2009. Metedologi penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pujiastuti, Eny Endah. 2013. Peran Penting Jiwa Kewirausahaan Dalam


Mengembangkan Usaha Baru Pasca Bencana. Jurnal. FISIP UPN
“Veteran” Yogyakarta. Vol. 3 Nomor 5.

Purwanto. Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran.


Jakarta: Rosda Karya.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigm Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sandiasa, Gede. 2009. Kewirausahaan. Bali: Universitas Panji Pers.

Saragih, Rintan. 2017. Membangun Usaha Kreatif, Inovatif dan Bermanfaat


Melalui Penerapan Kewirausahaan Sosial. Jurnal. STIE LMII MEDAN.
Vol. 3 No. 2.

Setyawati, Edwin Cahya Ningrum. 2013. Karakteristik Kewirausahaan Dan


Lingkungan Bisnis Sebagai Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha (Studi
IKM di Sentra Kerajinan Rotan Amuntai Kab. Hulu Sungai Utara,
Provinsi Kalimantan Selatan). Jurnal. Volume 2, Nomor 1.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka


Cipta.
49

Slavin, E. Robert, 2009, Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik,


Bandung : Nusa Media.

Sudjana. Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosda Karya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Banung: Alfabeta.

Sumaryanto. 2010. Mengenal Kewirausahaan. Semarang: Sindur Pers.

Suparyanto. 2013. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Surapranata, Sumarna. 2008. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi


Kurikulum 2004, Jakarta: Rosda.

Surapranata, Sumarna. 2009. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi


Kurikulum 2004, Jakarta: Rosda.

Suryana. 2009. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju


Sukses.Jakarta: Salemba Empat.

Susanto. Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana.

Susongko, Purwo. 2010. “Perbandingan Keefektifan Bentuk Tes Uraian Dan


Testlet Dengan Penerapan Graded Response Model (GRM)” Jurnal.
FKIP UPS: Tegal.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif.


Jakarta:Kencana.

Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetens. Jakarta: Kencana.

Wiratmo. 2011. Pengantar Kewiraswataan. BPFE Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai