net/publication/321338532
CITATION READS
1 2,888
2 authors, including:
Iksal Yanuarsyah
Universitas Ibn Khaldun Bogor
4 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Iksal Yanuarsyah on 10 December 2017.
(Remote Sensing and Geological Data Integration to Support Gold Mine Exploration, Case
Study in Paniai Regency of Papua Province)
1 2
Iksal Yanuarsyah dan Yatin Suwarno
1
Universitas Ibn Khaldun
2
Badan Informasi Geospasial
Jln. KH. Sholeh Iskandar Km. 2, Kedungbadak – Bogor, Indonesia
E-mail: iksal.80@gmail.com
Diterima (received): 04 April 2016; Direvisi (revised): 15 Maret 2016; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 31 Maret 2017
ABSTRAK
Pemetaan potensi sumberdaya geologi pertambangan khususnya potensi mineral perlu dilakukan sebagai
awal pengelolaan sumberdaya pertambangan dalam tahapan eksplorasi pendahuluan. Penginderaan jauh
(inderaja) merupakan alat bantu yang merekam rona lingkungan bumi termasuk informasi potensi eksplorasi
mineral logam seperti emas. Dengan menggunakan data citra satelit, biaya eksplorasi akan lebih rendah,
termasuk efisiensi dalam melakukan pengeboran. Tujuan dari studi ini untuk memperoleh gambaran deliniasi
jalur alterasi mineralisasi dengan bantuan interpretasi citra satelit dalam mendukung kegiatan eksplorasi
tambang yang lebih efektif dan efisien. Lokasi kajian berada di Distrik Bogobaida, Kabupaten Paniai, Provinsi
Papua seluas 40.116 ha yang merupakan lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Kotabara
Mitratama (izin berdasarkan Keputusan Bupati Paniai No. 017 Tahun 2010). Metode yang digunakan dalam
kajian ini yaitu metode konseptual dengan memanfaatkan faktor geologi yang berpengaruh pada terbentuknya
endapan mineral. Tahapan analisa dimulai dari pengumpulan data spasial (peta) dan non spasial (tabular),
analisa interpretasi citra Landsat dan identifikasi kelurusan zona lemah (lineament) untuk menentukan zona
mineralisasi. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat dengan didukung analisa geologi, daerah Kabupaten
Paniai berprospek Tembaga (Cu) dan Emas (Au) yang terbagi dalam 9 zona mineralisasi dengan luas
mencapai 2.922,48 ha, yang terdiri dari 8 zona mineralisasi primer seluas 2.208,83 ha dan 1 zona mineralisasi
aluvial seluas 713,65 ha.
ABSTRACT
Geological mapping of the mineral potential has to be done as the preliminary stages of mining exploration.
Remote sensing is a common tool that used to records the earth's environment and support the analist through
image interpretation such as gold mine potential exploration could be detected. By using satellite imagery data,
exploration costs will be decreased, including efficiency in drilling activity. The aim of this study is to delineate
alteration zone using satellite image interpretation in support mining exploration activities to be more effective
and efficient. Research location is in Bogobaida District, Paniai Regency, Papua Province, covering an area of
40,116 hectares, in mining site of Legal Mining Exploration Permit (IUP) PT. Kotabara Mitratama (Paniai Regent
Decree No. 017 of 2010). The method used is utilizing conceptual geological factors that alleged the formation
of mineral deposits. Stages of analysis starting from spatial data (maps) and non-spatial (tabular) collection,
then Landsat satellite imagery interpretation and identification of weak zones straightness (lineament) due to
define the mineralized zones. Based on the results of image interpretation with geological analysis in Paniai
Regency was prospected Copper (Cu) and gold (Au) which is divided into 9 Mineralization Zone with an area of
2,922.48 ha, that consist of 8 primary mineralized zone covering an area of 2,208.83 ha and 1 alluvial
mineralized zone measuring of 713.65 ha.
75
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No.1 April 2017: 75-82
76
Integrasi Data Inderaja dan Data Geologi .............................................................................................................. (Yanuarsyah dan Suwarno)
Analisis geomorfologi dari data Digital Integrasi interpretasi citra satelit dan data geologi
Elevation Model (DEM) yang diekstrak dari Peta berupa ubahan limonit (Iron oxide) dan ubahan
Rupabumi, untuk mendapatkan gambaran kondisi lempung (Clay hydroxile) dengan hasil interpretasi
medan secara 3D, sehingga diketahui dimana geologi, terutama zona-zona patahan yang yang lemah
lembah dan dimana bukit/gunung. Pada umumnya, dan rentan diterobos oleh larutan hidrotermal,
emas primer terdapat di daerah bukit/gunung, menghasilkan indikasi zona-zona mineralisasi di sekitar
namun bisa juga dijumpai pada lembah-lembah patahan-patahan tersebut. Bagan alir tahapan dalam
sungai dalam bentuk emas sekunder berupa penelitian secara umum seperti pada Gambar 2.
endapan plaser.
Analisis formasi batuan, yang meliputi jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
batuan (litologi) dan urutan umurnya (stratigrafi),
untuk menafsirkan batuan sumber pembawa Hasil Interpretasi Citra Satelit
larutan hidrotermal yang mengandung mineral
emas, serta batuan dinding (hostrock) tempat Komposit citra Landsat kanal 5, 4, dan 2 dapat
dimana mineral emas terakumulasi. digunakan untuk memetakan penutupan lahan dan
Analisis struktur geologi dilakukan untuk kerapatan vegetasi di daerah penelitian. Objek vegetasi
mengetahui pola-pola patahan yang ada, yang dimunculkan dalam gradasi warna hijau tua ke muda.
diduga sebagai manifestasi dari proses tektonik Warna hijau tua menunjukkan hutan lebat dan
yang pernah terjadi. Pola-pola patahan saling sebaliknya. Untuk objek infrastruktur dan daerah
memotong diduga telah terjadi beberapa kali terbuka seperti permukiman dan jalan dimunculkan
periode tektonik. Wilayah sekitar patahan dengan gradasi warna agak merah (tidak begitu
merupakan zona lemah, mudah diterobos larutan tampak). Sedangkan objek perairan (sungai dan daerah
hidrotermal, sehingga dapat ditafsirkan sebagai tergenang) dimunculkan dengan gradasi dari hitam
tempat akumulasi mineral emas. Umumnya, gelap sampai kebiruan.
patahan terjadi terlebih dulu, sebelum larutan Daerah penelitian sebagian besar merupakan
hidrotermal menerobosnya. hutan lebat, dengan di beberapa tempat terutama di
77
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No.1 April 2017: 75-82
lembah Sungai Darewo sudah terbuka disajikan Pada Tabel 2, terdapat nilai PC4 negative (-0.789)
pada Gambar 3. pada band 7, artinya terdapat anomali objek terwakili
Dukungan topografi dihasilkan dari data oleh Clay Hydroxil. Sedangkan pada Tabel 3, terdapat
elevasi digital atau DEM yang dibangun dari peta nilai negatif pada PC3 (-0.776) dan PC4 (-0.195) untuk
kontur dengan interval 25 meter dari Peta band 5, terdapat anomali objek terwakili oleh Iron
Rupabumi Indonesia skala 1:50.000. Visualisasi Oxide.
DEM dapat menunjukkan model lembah (sungai)
dan perbukitan (pegunungan) yang mendukung Tabel 2. Covariance Eigenvector Komposit 1,4,5,7
hasil interpretasi citra satelit. Band PC1 PC2 PC3 PC4
Daerah penelitian berada pada ketinggian 1 0.330 0.726 -0.511 0.322
1.300-3.600 meter dari permukaan laut, di mana 4 0.638 -0.559 -0.497 -0.182
Sungai Darewo membelah areal IUP PT. Kotabara 5 0.596 -0.043 0.634 0.491
7 0.359 0.399 0.301 -0.789
Mitratama dengan arah relatif barat - timur seperti
yang disajikan pada Gambar 4.
Tabel 3. Covariance Eigenvector Komposit 1,3,4,5
Analisa citra Landsat dilakukan untuk Band PC1 PC2 PC3 PC4
pengecekan nilai covariance eigenvector guna 1 0.374 -0.567 0.320 -0.660
melihat adanya potensi anomali batuan. Nilai 3 0.411 -0.562 0.003 0.718
covariance eigenvector untuk masing-masing 4 0.599 0.578 0.544 0.107
kombinasi layer 1, 4, 5, 7 dan kombinasi layer 1, 3, 5 0.576 0.169 -0.776 -0.195
4, 5 disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
78
Integrasi Data Inderaja dan Data Geologi .............................................................................................................. (Yanuarsyah dan Suwarno)
Dengan adanya informasi anomali tersebut merupakan analisis statistik multi variabel dengan
yang tersimpan pada PC3 atau PC4, maka mentransformasikan satu set variabel yang berkorelasi
dilakukan penguatan (enhancement) dengan cara ke dalam suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi.
membalikkan objek (invert) agar anomali tersebut Proses transformasi berupa rotasi dari sumbu asli
dapat ditonjolkan. Penonjolan nilai anomali ke arah sumbu baru secara tegak lurus terhadap sumbu
dilakukan pada sebaran spektral (threshold yang lain dan tidak memiliki korelasi antara variabel-
tranformation) yang diwakili oleh nilai digital variabelnya. PC1 atau PCA pertama, memiliki jumlah
number ubahan lempung dan ubahan limonit variasi maksimum dari semua ‘band’ terhadap sumbu
disajikan pada Gambar 5. barunya. PC2 atau PCA kedua memiliki jumlah variasi
maksimum dari semua ‘band’ di luar PC1 dan tegak
lurus terhadap PC1 dan seterusnya. Oleh sebab itu,
zona mineralisasi yang didekati dari ubahan limonit dan
ubahan lempung dihasilkan dengan cara membalikkan
anomali batuan yang direkam oleh PC4 disajikan pada
Gambar 6.
79
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No.1 April 2017: 75-82
Pensesaran di lokasi studi terdiri dari sesar diduga ada beberapa kemungkinan batuan dinding
naik hingga sungkup, sesar normal dan sesar adalah: (1) Batu Gamping Waripi (KTew), tersebar
geser. Akibat aktifnya pensesaran di daerah di bagian tengah, memanjang dengan arah relatif
Papua merupakan jalan keluar bagi larutan baratlaut – tenggara; (2) Kelompok Batu Gamping
hidrotermal yang membawa deposit logam emas, Nugini (KTmn), tersebar di bagian barat daya
perak, tembaga, dan mineral lainnya. daerah penelitian; (3) Kelompok Batuan Malian
Larutan hydrotermal adalah suatu cairan atau Darewo (Td), satuan batuan ini tersebar luas di
fluida panas, yang bergerak naik ke atas dengan bagian utara tersaji pada Gambar 7.
membawa komponen-komponen mineral logam Penarikan kelurusan dilakukan berdasarkan
(Lindgren, 1993; dalam Feyumi, 2012). Fluida ini panduan pola sebaran ubahan limonit dan ubahan
merupakan larutan sisa magma yang menerobos lempung. Penarikan kelurusan ini dimaksudkan
batuan lebih tua, sebagai intrusi. untuk menduga adanya patahan-patahan
Batuan beku di daerah penelitian yang berdimensi lebih kecil dari patahan utama, yang
diperkirakan sumber larutan hydrotermal adalah tidak terpetakan pada peta geologi skala 1:250.000.
Timepa Monzonite (Tmpt). Batuan ini tersebar luas Patahan-patahan tersebut (orde 2 dan 3) diduga
di sebelah timur daerah penelitian disajikan pada hasil dari proses tektonik lanjutan pada periode
Gambar 7. Diperkirakan batuan ini juga terdapat waktu yang berbeda. Secara umum patahan-
di daerah penelitian dengan sebaran tidak luas patahan orde lanjutan ini berarah ke barat laut –
sehingga tidak terpetakan dalam peta geologi tenggara dan barat daya – timur laut, di mana arah
skala 1:250.000. gaya tektonik berasal dari utara dan selatan. Pada
Batuan dinding (hostrock) adalah batuan patahan-patahan silang (patahan saling
dimana tempat konsentrasi mineral emas memotong), diduga merupakan zona sangat lemah
diperkirakan berada. Batuan dinding harus berumur di mana larutan hidrotermal menerobos, yang
lebih tua daripada batuan yang membawa larutan kemudian terjadi mineralisasi. Pada zona-zona ini
hydrothermal. Batuan dinding tidak kompak, banyak diduga terdapat mineralisasi emas. Hasil
rekahan sehingga mudah diterobos oleh larutan interpretasi kelurusan-kelurusan yang ditampalkan
hidrotermal. pada peta geologi seperti ditunjukkan pada
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Beoga Gambar 8.
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi),
80
Integrasi Data Inderaja dan Data Geologi .............................................................................................................. (Yanuarsyah dan Suwarno)
81
Majalah Ilmiah Globë Volume 19 No.1 April 2017: 75-82
82