Laporan Praktikum Kesetimbangan Uap Cair
Laporan Praktikum Kesetimbangan Uap Cair
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Titik % alkohol fraksi
Konsentrasi Massa jenis
didih destilat residu mol
10% 0,934 g/mL 98 °C 49,892 4,103 0,0592
20% 0,931 g/mL 91 °C 46,095 7,788 0,13
30% 0,899 g/mL 84 °C 58,35 29,923 0,213
40% 0,886 g/mL 79 °C 58,35 38,235 0,32
50% 0,851 g/mL 73 °C 51,219 42,562 0,46
60% 0,821 g/mL 75 °C 59,881 56,856 0,66
70% 0,785 g/mL 70 °C 58,35 36,225 1
4.2 Pembahasan
Larutan biner adalah larutan yang mengandung dua komponen. Komponen dalam jumlah
yang sedikit disebut zat terlarut. Komponen dalam jumlah yang terbanyak disebut pelarut.
Larutan biner dapat bersifat ideal dan dapat bersifat tidak ideal.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada
molekul–molekul sejenis (pelarut–pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (pelarut–zat
terlarut) adalah sama. Syarat dari larutan ideal adalah sebagai berikut :
1. Homogen pada seluruh sistem mulai dari mol fraksi 1-0
2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen – komponen
dicampur membentuk larutan (∆H pencampuran = 0)
3. Tidak ada beda volume pencampuran artinya volume larutan sama
dengan jumlah komponen yang dicampurkan (∆V pencampuran = 0)
4. Memenuhi hukum Raoult
Larutan non ideal idak memiliki sifat diatas, yaitu antara sifat komponen satu tidak
mempengaruhi sifat komponen lainnya. Larutan non ideal dibagi menjaadi dua golongan :
1. Larutan non ideal deviasi positif yang memiliki volume ekspansi, dimana akan
menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Deviasi positif
menunjukkan adanya kerusakan ikatan intermolekul dalam system. ∆H (l) > 0, maka
proses pelarutan adalah endoterm. karena pada pembentukan larutan diserap oleh kalor,
maka komponen – komponen berada pada tingkat energi yang lebih tinggi setelah terjadi
interaksi dibanding sebelumnya. Contoh : sistem aseton-karbondisulfida.
2. Larutan non ideal deviasi negative yang mempunyai volume kontraksi, dimana akan
menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran itu. Penyimpangan negatif /
deviasi negatif biasanya disebabkan terbentuknya ikatan intermolekul antara komponen –
komponen yang terdapat dalam system, proses pelarutan eksoterm dan ∆H(l) < 0.
Contoh : sistem benzene-etanol dan aseton-kloroform.
Campuran alkohol dengan akuades akan membentuk azeotrop. Azeotrop adalah
campuran dari dua atau lebih cairan dalam sedemikian rupa sehingga komponen tidak dapat
diubah dengan distilasi sederhana. Hal ini terjadi karena ketika azeotrop direbus uap memiliki
proporsi yang sama dari konstituen sebagai campuran direbus. Adapun prinsip kerja dari
percobaan ini adalah perbedaan tekanan uap dan titik didih serta berat jenis suatu pelarut/zat
yang dimana saat titik didih terjadi, akan dapat kembali menjadi cair setelah menguap serta
ketetapan saat larutan itu menguap sama dengan kecepatan pada saat zat/larutan itu kembali
ke fase cairan. Proses distilasi dihentikan bila campuran tersebut sudah mencapai suhu
kesetimbangan saat cairan yang berada di dalam labu leher tiga mendidih untuk pertama kali.
Cairan yang jatuh dalam labu distilat pada saat proses distilasi disebut distilat yang berupa
larutan alkohol karena memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan akuades.
Sedangkan cairan yang masih tertinggal di dalam labu leher tiga dinamakan residu yang
berupa akuades. Besarnya nilai densitas juga dipengaruhi oleh titik didih campuran. Namun
densitas juga sangat dipengaruhi oleh komposisi komponen tertentu.
Percobaan ini tentang kesetimbangan uap cair pada sistem biner. Kesetimbangan uap cair
dipengaruhi oleh suhu dan komposisi dari larutan tersebut. Dalam percobaan ini larutan yang
digunakan adalah akuades dan alkohol 70%, dimana titik didih alkohol lebih rendah
dibandingkan dengan akuades. Sehingga apabila komposisi alkohol dalam suatu larutan
semakin besar, maka titik didih larutan akan menjadi semakin rendah. Alkohol dengan
konsentrasi 70 % diencerkan menjadi konsentrasi 10, 20, 30, 40, 60 % dengan volume masing
larutan sebesar 25 mL. 10 mL dari masing – masing larutan diukur massa jenisnya dengan
menggunakan piknometer. Sisa dari masing – masing larutan diambil untuk dimasukkan
dalam destilator. Tujuan dari langkah ini yaitu untuk mendestilasi larutan agar mendapatkan
destilat dan residunya. Residu dan destilat yang sudah didapat kemudian diukur komposisi
alkoholnya dengan menggunakan alat sensor alkohol.
Pengukuran massa jenis larutan alkohol ini digunakan untuk menghitung fraksi molnya.
Langkah selanjutnya yaitu dibuat grafik hubungan fraksi mol dengan destilat. Fraksi mol
dengan residu dan fraksi mol dengan temperatur.
Hubungan fraksi mol dengan % alkohol
80
70 f(x) = 62.44 x + 14.65
R² = 0.92
60
50
% Alkohol
40
Linear ()
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
fraksi mol alkohol
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara fraksi mol dengan alkohol. Menurut
literatur semakin besar nilai fraksi molnya maka komposisi % alkohol dalam larutannya
semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan hasil grafik diatas yang didapat dari percobaan
ini.
40
30 Linear ()
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
fraksi mol
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara fraksi mol dengan % residunya. Menurut
bliteratur semakin tinggi nilai fraksi molnya maka semakin kecil nilai % residunya. Namun
pada grafik diatas tidak menunjukkan demikian. Grafik yang didapat justru tidak
menunjukkan bahwa hasilnya sama dengan literatur. Hal ini mungkin diakibatkan karena
proses destilat yang dilakukan belum selesai, sehingga residu yang didapat masih banyak
mengandung alkohol. Kesalahan lain yang juga bisa menyebabkan perbedaan hasil dari
praktikum dengan literatur adalah kurang bersihnya alat yang digunakan.
Hubungan fraksi mol dengan temperatur
100
90
80 f(x) = − 23.92 x + 90.43
R² = 0.79
temperatur (oC)
70
60
50
Linear ()
40
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
fraksi mol
Menurut literatur, grafik yang didapat harus linear. Nilai temperatur saharusnya semakin
rendah apabila fraksi molnya semakin besar. Namun hasil dari praktikumnya tidak demikian.
Hasil dari grafik menjadi tidak sesuai literatur karena adanya kadar aquades yang masih
tercampur dalam labu leher tiga. Sehingga dapat mempengaruhi hasilnya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 kesimpulan
Kesimpulan yang dapat tujuan praktikum kali ini yaitu nilai temperatur saharusnya
semakin rendah apabila fraksi molnya semakin besar. Namun hasil dari praktikumnya tidak
demikian. Hasil dari grafik menjadi tidak sesuai literatur karena adanya kadar aquades yang
masih tercampur dalam labu leher tiga. Sehingga dapat mempengaruhi hasilnya.
5.2 Saran
Praktikan harus menguasi materi praktikum sebelum percobaan dilakukan. Selain itu
alat yang digunakan harus benar – benar bersih agar tidak mempengaruhi hasil akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, A. R.. 1987. Kimia Fisika, edisi kelima, jilid I. Jakarta: Erlangga.
Anonim. 2014. MSDS Akuades. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9927321. [12
Maret 2014].
Anonim. 2014. MSDS NaCl. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9924972. [12
Maret 2014].
Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : Universitas Indonesia.
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Reid, Robert . C . 1990. Sifat Gas dan Zat Cair . Jakarta: PT Gramedia.
Tim kimia fisik. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisik II. Jember : FMIPA.
Lampiran-perhitungan
1. Pengenceran
M1.V1= M2.V2
M1 = molaritas alkohol 70%
M2 = Molaritas alkohol yang akan dibuat
V2 = volume labu saat pengenceran (25 mL)
a. Pembuatan etanol 10% dari etanol 70%
M1.V1= M2.V2
70% V1 = 10% . 25 mL
V1 = 3,57 mL
b. Pembuatan etanol 20% dari etanol 70%
M1.V1= M2.V2
70% V1 = 20% . 25 mL
V1 = 7,14 mL
c. Pembuatan etanol 30% dari etanol 70%
M1.V1= M2.V2
70% V1 = 30% . 25 mL
V1 = 10,71 mL
10 3,57 21,43
20 7,14 17,86
30 10,71 14,29
40 14,29 10,71
50 17,86 7,41
60 21,43 3,57
70 25 0
f. Etanol 60%
m.alkohol = volume alkohol dalam larutan x masa jenis alkohol
m.alkohol = 21,43 mL x 0,821gr/mL
m.alkohol = 17,6 gr
malko h ol 17,6
mol alkohol = = = 0,38
Mr etanol 46
m.air = volume air dalam larutan x masa jenis air
m.air = 3,57 mL x 0,97gr/mL
m.air = 3,46 gr
m. air 3,46
mol air = = = 0,192
Mr air 18
mol alkoh ol 0 , 38
X alkohol = = = 0,66
mol alko h ol+ mol air 0,3 8+0,19 2
g. Etanol 70%
m.alkohol = volume alkohol dalam larutan x masa jenis alkohol
m.alkohol = 25 mL x 0,785gr/mL
m.alkohol = 19,62gr
malko h ol 19,62
mol alkohol = = = 0,43
Mr etanol 46
m.air = volume air dalam larutan x masa jenis air
m.air = 0 mL x 0,97gr/mL
m.air = 0 gr
m. air 0
mol air = = =0
Mr air 18
mol alkoh ol 0,4 3
X alkohol = = =1
mol alko h ol+ mol air 0,4 3+0
4. Pengukuran indeks bias
a. Residu setelah didistilasi
Komposisi Komposisi
etanol alkohol
(%)
10 4,103
20 7,788
30 29,923
40 38,235
50 42,562
60 56,856
70 36,225
b. Destilat
Komposisi etanol
Komposisi alkohol
(%)
10 49,892
20 46,095
30 58,350
40 58,350
50 51,219
60 59,881
70 58,350