Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI MODALITAS

Disusun Oleh :
1. Dyah Novita Sari (201801046)
2. Ilmi Mufidatur Rofi’iyah (201801051)
3. Martha Mega Respati (201801055)
4. Angel Paradisa Kurniawan (201801059)
5. Nadia Rahmah (201801067)
6. M. Akbar Maulana (201801072)
7. Sherly Isnain Ladora (201801076)
8. Okki Wahyu Atikasari (201801080)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
(lansia) usia 60 tahun ke atas meningkat secara signifikan. Diperkirakan penduduk lansia pada
tahun 1960-an dan 1970-an mungkin hanya sekitar 2 persen, akan tetapi saat ini sudah menjadi
sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa). Selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia, Indonesia juga merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak, setelah China,
Amerika dan India, yaitu sekitar 24 juta jiwa. Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang
semakin meningkat, Indonesia juga menghadapi beban ganda (double burden) dengan kenaikan
jumlah lansia karena usia harapan hidup yang makin panjang dapat mencapai 77 tahun. (Sugiri,
2011). Sekarang diperkirakan hanya 20 persen lansia yang sakit-sakitan, sedangkan sisanya 80
persen merupakan lansia potensial yang masih bisa diberdayakan (Haryono, 2011).

dengan adanya peningkatan pelayanan kesehatan, tingkat hygiene, sanitasi lingkungan serta taraf
ekonomi yang baik dan pendidikan masyarakat yang semakin maju mempunyai peranan dalam
menurunkan angka kematian (mortalitas) pada beberapa penyakit kronis. Akan tetapi, dengan
adanya kemajuan era globalisasi, penurunan angka kematian (mortalitas) tersebut tidak diikuti
dengan penurunan insidensi penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, rematik,
jantung dan lain-lain akibat gaya hidup sedentary people dan bebagai macam polutan industri
sehingga angka kesakitan (morbiditas)-nya cenderung mengalami kenaikan (Pedersen et al,
2006). Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat. Hipertensi akan menjadi masalah apabila
tekanan darah tersebut persisten, karena hal ini membuat sistem sirkulasi dan organ yang
mendapat suplai darah (otak dan jantung) menjadi tegang. Apabila hipertensi tidak terkontrol
dengan baik, maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi dan penyakit kardiovaskuler,
seperti: angina, serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan kerusakan ginjal (Anna & Bryan,
2007).

Pengobatan hipertensi, dapat dilakukan dengan cara pemberian obat medis (farmakologi) dan
non obat (non-farmakologi). Pengobatan non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara:
mengatasi obesitas dengan cara menurunkan kelebihan berat badan, mengontrol pola makan dan
gaya hidup sedentary people, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi potassium dan
magnesium, menciptakan suasana rileks, serta melakukan aktivitas fisik berupa olah raga ringan
seperti berjalan selama 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu (Sudjaswandi dkk,
2003).

Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik atau
elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi
keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di institusi maupun di
masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik. Terapi modalitas adalah suatu sarana
penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh
berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang
diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan
luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
Penelitian yang di lakukan (Habibullah, 2018), mencetuskan bahwa terapi berkebun efektif untuk
di terapkan pada terapi modalitas pada lansia hipertensi karena dari aspek fisik mudah di lakukan
dan tidak menyulitkan, peningkatan fisik terjadi karena pasien bekerja dengan udara segar,
menggerakan tubuh dan beradaptasi dengan perubahan fisik dan lingkungan. Terapi berkebun
dapat melatih otot dengan merangsang perkembangan motoric kasar dan motoric halus untuk
memperoleh rangsangan terhadap warna, tekstur, bentuk dan penciuman (Friends Hospital,
2005) sedangkan pada aspek psikologi terapi berkebun membuat lansia merasa lebih segar
dengan melihat tanaman hijau di sekitarnya dan bisa rileks dan mengurangi stress dengan
menghirup udara segar dan menghindari depresi.

1.2 Rencana keperawatan


a. Diagnosa keperawatan
Di dapat dari data yang ada menunjukan angka Lansia menderita hipertensi 40% dan
belum ada wadah yang menangani masalah lansia dan belum ada nakes yang melatih
kader lansia dan inovasi untuk penangangan masalah ini
b. Tujuan umum
Tujuan di lakukan terapi modalitas berkebun pada lansia dengan hipertensi adalah untuk
membantu memperbaiki kualitas hidup lansia dengan hipertensi dengan terapi berkebun
c. Tujuan khusus
1) Membantu koping stress lansia hiperetensi dengan berkebun
2) Membiasakan kegitan fisik ringan dan bermanfaat
3) Membantu penstabilan tekanan darah tinggi dengan kegiatan yang membuat rileks
dan menhindarkan dari depresi

1.3 Rancangan kegiatan


a. Topik : Terapi modalitas berkebun pada lansia dengan hipertensi
b. Sasaran : Lansia dengan hipertensi
c. Waktu danTempat :
Tempat : Balai desa wonoayu
Waktu : Minggu, 23 mei 2021
Jam : 09.00 Wib
d. Media dan alat
e. Metode
f. Pengorganisasian
g. Susunan acara

1.4 Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi struktur
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil
Daftar pustaka
Habibullah, M. (2018). PENGARUH TERAPI MODALITAS BEREKEBUN TERHADAP
KUALITAS HIDUP LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DESA PELEM
KECAMATAN KARANGREJO KABUPATEN MAGELANG.
Khomarun, Endang Sri Wahyuni, M. A. N. (2010). PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN
PAGI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI STADIUM I DI POSYANDU LANSIA DESA MAKAM HAJI, 144–149.

Anda mungkin juga menyukai