PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(Shiel WC, Stoppler MC, 2008). SKA merupakan kejadian kegawatan pada
pembuluh darah coroner. Sindrom ini juga merupakan suatu fase akut dari
angina pektoris tidak stabil (APTS) yang disertai infark miokad akut (IMA)
jantung coroner yang bervariasi mulai dari angina pectoris tidak stabil dan
(Basuki, N. 2008). Ketiga gangguan ini disebut sindrom coroner akut karena
mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014, yang artinya PJK menjadi penyakit
penyakit infark miokard akut (IMA). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
seperti Sulawesi Tengah (0,8%), Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Aceh yang
pasien dengan STEMI dan hanya 59% yang mendapat terapi reperfusi
penyakit jantung koroner dan prevalensi infark miokard akut dengan ST-
perawatan pasien itu sendiri. Dampak lain yang muncul adalah perubahan
Wendy, 2010).
pada pasien SKA sesuai dengan kondisi penyerta yang mengganggu baik
kinerja fungsional (Cahalin, 2015). Salah satu breathing exercise yang dapat
Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. . Hal ini berarti HR
sebelum dan sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil
Penurunan Derajat Dyspnea Dan Tingkat Saturasi Oksigen Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome”.
1.2 Tujuan
Penurunan Derajat Dyspnea Dan Tingkat Saturasi Oksigen Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome”.
1.3 Manfaat
Analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan bacaan
Penurunan Derajat Dyspnea Dan Tingkat Saturasi Oksigen Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome”.
b. Bagi Perawat
Analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
Identifikasi
1. PDF
2. FULL TEXT
Screening 3. Bahasa Inggris Google Scholar n=6
4. Bahasa Indonesia
PupMed n=2
5. Tahun 2015-2021
A. Definisi
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi dimana terjadi imbalans dari
suplai dan demand oksigen otot jantung yang paling sering disebabkan oleh plak
sindrom koroner akut. dapat pula terjadi akibat spasme arteri yang disebut
dengan angina varian. Presentasi klinis yang dapat ditimbulkan dapat bermacam-
yang paling sering adalah angina pectoris (Young dan Libby, 2011). SKA
merupakan suatu penyakit yang dinamis, dimana ada suatu proses transisi dari
spektrum penyakit akibat perubahan intralumen mulai dari oklusi parsial sampai
Adapun spektrum klinis dari SKA adalah sebagai berikut (Young dan
Libby, 2011):
b. Angina pectoris :sensasi tidak nyaman di daerah dada dan sekitar, akibat
c. Angina stabil : bentuk kronik dari angina yang hilang timbul, timbul saat
aktivitas dan emosi, dan hilang saat istirahat dan pemberian nitrat. Tidak ada
e. Angina tidak stabil : bentuk dari angina dengan peningkatan frekuensi dan
durasi, muncul saat aktivitas yang lebih ringan. Dapat menjadi imfark
B. Etiologi
darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering
ditandai dengan yeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa
darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko mayor dan
obesitas sedangkan faktor risko minor meliputi DM, stress, kurang olahraga,
riwayat keluarga, usia dan seks. Menurut Wang (2010) faktor risiko SKA pada
wanita meliputi : Obesitas, riwayat keluarga, diabetes mellitus, penggunaan
C. Manifestasi Klinik
Menurut Anies (2016) hal ini menunjukan bahwa telah terjadi >70%
penyempitan pembuluh darah koronaria. Keadaan ini bisa merubah menjadi lebih
berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA) atau yang dikenal dengan
serangan jantung mendadak: tertekan benda berat, rasa tercekik, ditinju, ditikam,
diremas, rasa seperti terbakar pada dada, disertai sesak nafas, banyak berkeringat.
b. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama,
mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang
minimal.
c. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai muntah,
(NSTEMI)
terbakar.
b. Nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala
d. Gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah
e. Gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok
b. Sifat nyeri seperti rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih
Menurut Saparina (2010) sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari
plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan
dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi
plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner.
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari
Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas.
Mereka mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri
spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis
setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti
E. Pemeriksaan Diagnostik
1) Elektrokardiogram (EKG)
2) Ekokardiogram
3) CT scan jantung
penyakit arteri koroner. Selain itu melakukan X-ray dan ultrasound untuk
F. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologis
kematian.
oksigen.
c. Antagonis kalsium mengurangi influlks kalsium yang melalui
membrane sel. Obat ini menghambat kontraksi miokard dan otot polos
pembuluh darah.
b. Oksigenasi
2.2.2 Dyspnea
A. Definisi
Menurut Hidayat (2008), dispnea merupakan perasaan sesak dan berat pada
saat bernafas. Dispnea dapat disebabkan karena perubahan kadar gas dalam darah
atau jaringan, kerja berat atau berlebihan, serta karena faktor psikologis.
B. Klasifikasi Dispnea
berat.
- Sesak nafas timbul pada waktu naik tangga atau mendaki,
umumnya.
Dispnea Tingkat IV - Timbul sesak nafas saat melakukan aktivitas sehari – hari
sehari – hari.
rutin.
1) Faktor psikis
paru paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen, akan timbul sesak
nafas
yang tepat.
A. Definisi
Saturasi oksigen (SaO2) adalah presentasi oksigen yang terikat atau dibawa
situs pengikat oksigen dan produk hasil pengikatan hemoglobin dan oksigen
disebut oksihemoglobin. Nilai normal saturasi oksigen adalah sekitar 95% - 98%
pada dewasa sehat, dinyatakan dalam satuan persen yang menggambarkan jumlah
(Hidayat, 2017).
oksigen. Faktor ini ialah temperature tubuh, pH darah, konsentrasi tekanan parsial
ke kiri terjadi ketika kondisi pH darah tinggi, penurunan pCO2 dan konsentrasi
ke kiri. Hal ini disebabkan karena CO memiliki afinitas dengan hemoglobin 250
oksigen yang dapat diangkut oleh hemoglobin. Oleh karena itu, rantai-rantai
1) Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
gas-gas darah arteri, oksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif
termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area
selama prosedur.
2) Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam pemantauan
20015 ).
A. Definisi
yang lebih dalam, dengan memperbesar ekspansi abdomen dan dada selama
inspirasi sehingga jumlah volume tidal sewaktu yang masuk lebih banyak.
(Critchley, 2015). Breathing exercise merupakan latihan napas dalam ,bagian dari
teknik pernapasan yang menekan pada inspirasi maksimum yang panjang yang
dimulai dari akhir ekspirasi dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru,
meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta efisiensi otototot pernafasan (Basuki,
2016). Deep breathing exercise salah satu latihan otot pernapasan untuk
meningkatkan kapasitas vital paru sehingga dapat memaksimalkan proses difusi.
tekanan parsial gas antara tekanan parsial gas dalam alveoli dan dan tekanan
parsial gas dalam darah kapiler paru.Peningkatan tekanan parsial gas oksigen
ansietas
Pada fungsi fisiologisnya, udara yang berada atau dihirup dan dikeluarkan
oleh paru dikelompokkan menjadi beberapa istilah yang disebut volume dan
kapasitas paru. Ketika saat seseorang melakukan pernapasan deep breathing, akan
terjadi perubahan volume tidal (VT) dan kapasitas vital (KV) paru menjadi lebih
mempengaruhi sistim autonomi tubuh dengan menekan respon saraf simpatis dan
venous return darah ke jantung dan peningkatan volume tidal dengan tetap
dengan rasio lambat dan volume tidal yang optimal telah menunjukkan efek
dan mengurangi volume ruang mati.Selain itu, deep breathing juga dapat
udara. (Mohamed,2018)
Alterasi pola napas yang terjadi saat seseorang melakukan latihan napas
dalam atau deep breathing adalah perlambatan waktu laju napas dengan
2016).
detik;
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dengan kata lain bahwa Deep breathing exercises dapat memperbaiki dispnea
4.2 Saran
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
Derajat Dyspnea Dan Tingkat Saturasi Oksigen Pada Pasien Acute Coronary
Syndrome”.
b. Bagi perawat
terhadap dispnea dan tingkat saturasi pada pasien dengan Acute Coronary
Syndrome.
DAFTAR PUSTAKA
Astowo, Pudjo. 2015. Terapi Oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi
dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta
Smeltzer, Suzzane C, Bare, B.G., Hincle, J.I., Cheever, K.H. 2014. Textbook of
medical surgical nursing; brunner&suddart eleventh edition. Jakarta:
EGC.
Shiel, W.C., Stoppler, M.C. 2008. Kamus Kedokteran Webster’s New World Edisi
Ketiga. Jakarta: PT.Indeks.
Dinas Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Riset
Kesehatan Dasar, 111-116. https://doi.org/1 Desmber 2013.
Wendy C. 2010. Dyspnoea and Oedema in Chronic Heart Failure. Pract Nurse.
39 (9)
Cahalin LP, Arena RA. 2015. Breathing exercises and inspiratory muscle training
in heart failure. Heart Fail Cli. 11(1):149-72.