Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan,
hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang
timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain [ CITATION
Jek15 \l 1057 ]
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan
dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi
melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata [ CITATION Alf20 \l 1057 ]

B. Tanda dan Gejala


1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
3.  Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan
tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral dan kreativitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindirin.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
seksual.
Data Obyektif:
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat
6. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
7. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data Subyektif:
1. Mengeluh perasaan terancam
2. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
3. Mengungkapkan perasaan jengkel
4. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, dada sesak, bingung.
C. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut [ CITATION AhY15 \l 1057 ] terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang  melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut.
1) Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan
menghambatimpuls agresif. Sistem limbik sengat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
2) Pengaruh Biokimia, menyatakan bahwa berbagai
neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin, dopamin,
asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan
hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan
serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal
merupakan faktor predisposisi penting yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe
kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni
penjara pelaku tindak kriminal (narapidana).
4) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
bernagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada
limbik dan lobus temporal), trauma otak, penyakit
ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
b) Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta
memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan  pengeungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
2) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan
anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
3) Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor eksternal dan
internal.
a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol dan lain-
lain.
b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng dicintai,
krisis dan lain-lain.
Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku
kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
3) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menhadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan
perubahan tahap perkembangan keluarga.
D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

E. Cara Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan


1. Latihan relaksasi nafas dalam dan latihan fisik pukul bantal
2. Patuh minum obat
3. Latihan bicara yang baik
4. Latihan mengontrol emosi dengan spiritual
F. Peran keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan penderita di
rumah
1. Memberikan perhatian dan rasa kasih sayang dan penghargaan sosial
kepada penderita
2. Mengawasi kepatuhan penderita dalam minum obat.
3. Bantu penderita untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan yang positif untuk mengisi waktu penderita dirumah.
5. Jangan biarkan penderita menyendiri, libatkan dalam kegiatan sehari-hari.
6. Memberikan pujian jika penderita melakukan hal yang positif.
7. Jangan mengkritik penderita jika penderita melakukan kesalahan.
8. Menjauhkan penderita dari pengalaman atau keadaan yang menyebabkan
penderita merasa tidak berdaya dan tidak berarti
9. Membawa penderita untuk kontrol rutin kepelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Kio, A. L., Wardana, G. H., & Arimbawa, A. G. (2020). Hubungan Dukungan
Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan Klien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan. Caring: Jurnal Keperawatan.
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia .
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015 ). Buku Ajar Keperawatan Jiwa .
Jakarta : Salemba Medika .

Anda mungkin juga menyukai