Anda di halaman 1dari 8

SALINAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA

RAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN PENETAPAN DAERAH KHUSUS
DALAM PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa setiap kebijakan pendidikan nasional perlu


memperhatikan karakteristik dan kondisi khusus daerah
agar dapat menciptakan pembangunan pendidikan yang
adil dan merata;
b. bahwa untuk melaksanakan kebijakan pendidikan
nasional yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi
khusus daerah, perlu melakukan identifikasi, pemetaan,
dan penetapan daerah khusus;
c. bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kriteria Daerah Khusus
Dalam Rangka Pemberian Tunjangan Khusus Bagi Guru
di Daerah Khusus, sudah tidak sesuai dengan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di daerah khusus,
sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pedoman Penetapan Daerah
-2-

Khusus dalam Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan


Nasional;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 242);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1673)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 124);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAERAH KHUSUS DALAM
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL.
-3-

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau
terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat
yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain,
daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial,
atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.
2. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.

Pasal 2
(1) Daerah Khusus ditetapkan untuk melaksanakan
kebijakan pendidikan yang adil dan merata sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
(2) Penetapan Daerah Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk:
a. memastikan intervensi kebijakan pendidikan yang
bersifat afirmasi sesuai dengan karakteristik dan
kondisi daerah; dan
b. acuan pelaksanaan kebijakan pembangunan
pendidikan nasional di daerah.

Pasal 3
(1) Penetapan Daerah Khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilaksanakan dengan prinsip:
a. efektivitas;
b. efisiens;
c. transparan;
d. akuntabel;
e. keadilan; dan
f. cepat dan tepat.
(2) Efektivitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yaitu penetapan Daerah Khusus diupayakan dapat
mengoptimalkan hasil, pengaruh, dan daya guna
intervensi kebijakan pendidikan di Daerah Khusus;
(3) Efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
yaitu penetapan Daerah Khusus dipilih menggunakan
-4-

mekanisme prioritas untuk menentukan daerah paling


terpencil dan terbelakang dengan mempertimbangkan
daerah dengan komunitas adat terpencil, daerah yang
berbatasan dengan negara lain, dan daerah yang berada
di pulau kecil dan terluar.
(4) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang penetapan Daerah
Khusus.
(5) Akuntabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
yaitu penetapan Daerah Khusus menggunakan tata cara
yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan
berdasarkan pertimbangan yang logis dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(6) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
yaitu penetapan Daerah Khusus memperhatikan
keseimbangan distribusi kewenangan dengan
pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak
dengan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang
obyektif.
(7) Cepat dan tepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f yaitu penetapan Daerah Khusus karena kondisi
bencana alam, bencana sosial, bencana dan keadaan
darurat lainnya harus dilaksanakan secara cepat dan
tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

Pasal 4
(1) Daerah Khusus ditetapkan berdasarkan pada kondisi:
a. geografis; dan/atau
b. kedaruratan.
(2) Penetapan Daerah Khusus dengan kondisi geografis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
dengan menggunakan data:
a. daerah terpencil atau terbelakang;
b. daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil;
-5-

c. daerah berbatasan dengan negara lain; dan/atau


d. daerah pulau terkecil dan terluar.
(3) Penetapan Daerah Khusus dengan kondisi kedaruratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menggunakan data:
a. daerah yang terdampak bencana alam;
b. daerah yang terdampak bencana sosial; dan/atau
c. daerah dalam keadaan darurat.

Pasal 5
(1) Daerah Khusus berdasarkan pertimbangan kondisi
geografis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a ditetapkan berdasarkan:
a. kriteria Daerah Khusus; dan
b. metode penghitungan indeks wilayah.
(2) Daerah Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 6
(1) Kriteria Daerah Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kriteria keterjangkauan wilayah; dan
b. kriteria keberadaan fasilitas.
(2) Kriteria keterjangkauan wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. indikator variasi moda transportasi darat, air,
dan/atau udara dan aksesibilitas moda jalan darat;
dan
b. indikator keterpencilan daerah.
(3) Kriteria keberadaan fasilitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. indikator fasilitas listrik; dan
b. indikator fasilitas komunikasi.
-6-

Pasal 7
Metode penghitungan indeks wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 8
(1) Penetapan Daerah Khusus dengan kondisi kedaruratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b
dilakukan berdasarkan:
a. status bencana alam, bencana sosial, atau keadaan
darurat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangan; dan
b. pertimbangan lain dalam proses penyelenggaraan
pendidikan.
(2) Pertimbangan lain dalam proses penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit meliputi:
a. hilangnya fasilitas sarana pelayanan umum berupa
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
listrik, fasilitas informasi dan komunikasi, dan
sarana air bersih; dan/atau
b. minimnya fasilitas perlindungan keamanan, baik
fisik maupun nonfisik.
(3) Daerah Khusus dengan kondisi kedaruratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.

Pasal 9
(1) Penetapan Daerah Khusus berdasarkan pertimbangan
kondisi geografis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dievaluasi paling lama 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.
-7-

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


berdasarkan:
a. penghitungan kembali indek wilayah; dan/atau
b. analisis kualitatif.

Pasal 10
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, kriteria
penentuan daerah khusus yang telah digunakan dalam
pelaksanaan program pendidikan di Daerah Khusus, tetap
berlaku sampai dengan akhir tahun anggaran 2020.

Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13 Tahun 2015
tentang Kriteria Daerah Khusus Dalam Rangka Pemberian
Tunjangan Khusus Bagi Guru yang Bertugas di Daerah
Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 794), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-8-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Juni 2020

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

NADIEM ANWAR MAKARIM

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Juni 2020

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 639

Salinan sesuai dengan aslinya,


Kepala Biro Hukum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

ttd.

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001

Anda mungkin juga menyukai