Anda di halaman 1dari 15

Tugas Individu Dosen Pengampu

Hukum Tata Negara NURHIDAYAT, S.H., M.H.

TUGAS RESUME
SUMBER HUKUM, SUMBER HUKUM TATA NEGARA , ASAS-ASAS HUKUM
TATA NEGARA DAN SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

OLEH:
KIRANTI PRADANA ASHARI
NIM : 11820424965

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF QASIM RIAU
A. PENGANTAR HUKUM TATA NEGARA

Istilah hukum tata negara merupakan terjemahan kata staatsrecht yang berasal dari
bahasa belanda. Istilah staatsrecht mempunyai dua arti, yaitu staatsrecht in ruimere zin
dan staatsrecht in engere zin. Staatsrecht in ruimere zin adalah hukum tata negara dalam
arti luas terdiri dari hukum tata negara dalam arti sempit ditambah dengan hukum
administrasi negara.
Istilah hukum tata negara dapat dianggap identik dengan hukum konstitusi yang
berasal dari inggris (Constitutional Law). Hukum positif dianggap lebih semit karena
hanya membahas hukum dalam perspektif teks UUD. Hukum Tata Negara tidak hanya
terbatas pada UUD.
Perkataan Hukum Tata Negara berasal dari kata hukum dan negara. Tata negara
berarti sistem penataan negara, yang berisi ketentuan mengenai struktur kenegaraan dan
substansi norma kenegaraan. Ilmu Hukum Tata Negara dapat dikatakan merupakan
cabang ilmu hukum yang membahas mengenai tatanan struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antarstruktur organ atau struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan
antara struktur negara dengan warga negara.
Dalam staatslehre dibahas mengenai persoalan negara dalam arti luas, sedangkan
staatsrecht hanya mengkaji aspek hukumnya saja, yaitu hukum negara (state law).Dalam
ilmu hukum tata negara berlaku doktrin teori fiktie hukum (legal fiction theory) yang
enyatakan bahwa suatu negara dianggap telah memiliki konstitusi sejak negara itu terbentuk.
Terbentuknya negara terletak pada tindakan yang secara resmi menyatakannya terbentuk,
yaitu melalui penyerahan kedaulatan (transfer of authority) dari negara induk seperti penjajah
kepada negara jajahannya, melalui pernyataan deklarasi dan proklamasi, ataupun melalui
revolusi dan perebutan kekuasaan melalui kudeta1.
Secara juridis formal, negara yang bersangkutan atau pemerintahan tersebut dapat
dinyatakan legal secara formal sejak terbentuknya. Namun, legalitas masih formal atau
sepihak.Oleh karena itu, derajat legitimasinya asih tergantung kepada pengakuan pihak-pihak
lain. Hukum Tata Negaraadalah hukum yang mengatur organisasikekuasaan suatu
Negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi Negara tersebut.
Dalam Hukum Ketatanegaraan dikenal berbagaiistilah yaitu :
1. State Law:dimana yang diutamakan adalah Hukum Negara.
2. State Recht(Belanda) dibedakan : a.Arti luas Staat Recht in Ruinenzin (Hukum
Negara).
b.Arti sempit Staat Recht in Engeezin (hukum yang membedakan Hukum Tata Negara
dari Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Tata
Pemerintah).
3. Constitutional Law(Inggris) :dimana hukum Tata Negara lebih
menitikberatkan pada konstitusi atau hukum konstitusi.

1 Asshiddiqie J, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:Rajawali Press.


4. Droit Constitutionaldan Droit Adminitrative(Perancis), dimana titik tolaknya
adalah untuk membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Aministrasi
Negara.
5. Verfassungsrecht: Hukum Tata Negara dan Verwassungsrecht: Hukum
Administrasi Negara(Jerman) yang sama dengan di Perancis.
6. Bagi Indonesia tentunya mempunyai hubungan dengan Hukum Tata Negara
Belanda dengan istilah State Rechtatau Hukum Negara/ Hukum Tata Negara.
Hubungan hukum tata negara dengan, llmu negara, Ilmu politik dan HAN :
a. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Ilmu Negara
Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada HTN Positif, sedangkan HTN
merupakan konkretisasi dari teori-teori Ilmu Negara.
Hubungan antara ilmu negara dan hukum tata negara dari segi manfaatnya yang
diperoleh jika orang mempelajarinya masing-masing sebagai mata pelajaran, dapat
disamakan dengan pendapat Rengers Hora Siccama dalam karangannya yang berjudul
natuurlijke waarheid en historische bepaaldheid. Dalam karangannya itu ia membedakan
kebenaran hakikat dan kenyataan sejarah dengan menggolongkan tugas ahli hukum di
satu pihak sebagai penyidik yang hendak mendapatkan kebenaran-kebenaran secara
objektif, dan untuk itu ia tidak melaksanakan hukum itu sendiri, sedangan di lain pihak ia
menggolongkan tugas ahli hukum sebagai pelaksana yang akan mempergunakan hukum
itu dalam keputusan-keputusannya.
Berhubugan dengan pendapat Rengers Hora Siccama, maka dapatlah disamakan
perumpamaan yang pertama itu dengan tugas Ilmu Negara yang tidak mementingkan
bagaimana caranya hukum itu seharusnya dijalankan, karena Ilmu Negaa mementingkan
nilai teoritisnya, sedangkan sebaliknya bagi hukum tata negara dan hukum administrasi
negara yang lebih dipentingkan adalah nilai-nilai praktisnya oleh karena hasil
penyeidikannya itu langsung dapat dipergunakan dalam praktek oleh para ahli hukum
yang duduk sebagai pejabat-pejabat pemerintah menurut tugasnya masing-masing.
b. Hubungan HTN dengan Ilmu Politik
Hubungan keduanya diibaratkan HTN sebagai kerangka manusia dan Ilmu Politik
sebagai daging yang melekat disekitarnya, HTN sangat memerlukan Ilmu politik
dikarenakan Ilmu Politik diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari suatu
perundang-undangan. Selain itu, keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa yang
banyak pengaruhnya terhadap HTN.
c. Hubungan HTN dengan HAN
Hubungan keduanya diibaratkan HTN adalah burung dan HAN adalah sayapnya,
badan-badan negara itu lumpuh tanpa HTN karena badan negara itu menjadi tidak
memiliki wewenang. Sebaliknya, badan-badan negara tanpa adanya HAN menjadi bebas.
Dalam suatu karangan, van vollenhoven berpendapat bahwa semua peraturan hukum
yang sejak berabad-abad lamanya tidak termasuk dalam hukum tata negara materiil,
hukum perdata materiil dan hukum pidana materiil tetapi dimasukkan dalam hukum
administrasi negara. Ia mengartikan HAN akanmeiputi seluruh kegiatan negar dalam arti
luas, jadi tidak hanya terbatas pada tugas pemerintahan dalam artisempit saja, tetapi juga
meliputi peradilan, polisi, dan tugas membuat aturan.
B. SUMBER-SUMBER HUKUM DAN HUKUM TATA NEGARA

A. SUMBER-SUMBER HUKUM
Setelah mengetahui apa itu sumber hukum formal, secara tidak langsung kita
mengetahui bahwa menurut Ilmu Hukum Tata Negara, sesungguhnya fokus utama atau
bagian terpenting dari sumber hukum adalah sumber hukum formal. Mengapa demikian?
Karena sumber hukum dalam arti formal merupakan bentuk peristiwa-peristiwa dari mana
atau dengan apa (proses) terbentuknya kaidah hukum yang berlaku (kaidah hukum
positif). Yang ditegaskan terutama adalah mengenai cara, yakni prosedur terbentuknya,
wewenang siapa serta bentuk yang ada di dalam kaidah hukum tersebut dirumuskan. Di
samping itu, sumber hukum dalam arti formal menjelaskan tentang di mana menemukan
ketentuan-ketentuan hukum untuk dapat mengetahui apakah sumber hukum positif
Indonesia itu sebenarnya. Oleh karena itu, berdasarkan kajian vital tersebut, sumber
hukum formal sangat penting bagi setiap mahasiswa hukum dan sarjana hukum terutama
di bidang ketatanegaraan.
Sumber hukum formal secara umum, antara lain:
1. Peraturan perundang-undangan, yang mana berdasarkan hirarkinya (pasal 7 UU No.12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan), terdiri dari:
a. Undang-Undang Dasar 1945
Fungsi undang-undang dasar adalah untuk menjamin perlindungan hukum atas hak-
hak para anggota masyarakat. Dari segi pemerintahan maka undang-undang dasar
berfungsi sebagai landasan structural penyelenggaraan pemerintah menurut suatu sistem
ketatanegaraan yang pasti dan tertentu. Menurut penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
(selanjutnya disingkat UUD 1945) bahwa UUD 1945 hanya memuat aturan-aturan pokok,
garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara
Negara untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan sosial. Artinya di
sini UUD 1945 sebatas mengandung aturan-aturan yang fundamentalis dan pokok serta
asas-asas yang terkandung dalam pasal-pasal tertentu yang nantinya akan dikembangkan
lebih lanjut oleh peraturan di bawahnya. Di samping itu, tiap undang-undang dasar
biasanya memuat ketentuan yang menetapkan organ yang berhak mengubah naskah
undang-undang dasar itu sendiri dan prosedur yang harus dilalui untuk mengadakan
perubahan itu.
b. TAP MPR
Ketetapan MPR terdiri dari dua jenis muatan, yaitu:
1) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif, dilaksanakan
dengan undang-undang;
2) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif, dilaksanakan
dengan keputusan presiden. Oleh karena ketetapan-ketetapan MPR adalah meliputi
berbagai bidang ketatanegaraan, maka jelaslah ia merupakan salah satu di antara
sumber hukum dari hukum tata Negara.
c. UU / Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti UU)
Pada hakikatnya semua undang-undang merupakan pelaksanaan undang-udang dasar.
Tetapi di antara pasal-pasal dalam undang-udang dasar, ada hal-hal yang dinyatakan
dengan tegas supaya diatur dengan udang-undang. Maka undang-undang yang mengatur
pelaksanaan hal-hal yang langsung diperintahkan undang-undang dasar tersebutlah yang
disebut undang-udang organik. Undang-undang selain berisikan pelaksanaan dari UUD
1945 juga memuat pelaksanaan dari Ketetapan MPR, juga mengatur hal-hal yang tidak
diatur dalam UUD 1945 dan Ketetapan MPR, misalnya UU No.1/1974 tentang
Perkawinan.
Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (selanjutnya disingkat Perpu),
berdasarkan nama dan badan yang menetapkannya, tingkat Perpu sesungguhnya berada di
bawah UU. Tetapi karena bentuk peraturan ini dimaksud sebagai pengganti UU, maka
derajatnya sama dengan UU. Perpu ini ditetapkan oleh Presiden dalam hal kegentingan
yang memaksa, yang kalau dibentuk dan ditetapkan dalam UU akan memakan waktu yang
cukup lama, sedangkan keadaan genting harus segera diatasi. Oleh karena itu, kepada
Presiden diberikan hak untuk menetapkan Perpu, dengan syarat bahwa Presiden harus
meminta persetujuan DPR dalam siding berikutnya dan di sini lah Perpu baru bisa disebut
setara dengan UU karena jika DPR setuju maka Perpu pengganti UU tersebut dijadikan
UU. Sebaliknya jika ditolak DPR maka Presiden harus mencabut Perpu tersebut.
d. PP
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-
Undang sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh Presiden. Hal ini berarti bahwa tidak
mungkin bagi Presiden untuk menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum adanya undang-
undang.
e. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.
Peraturan Presiden bermuatan aturan yang sifatnya abstrak, umum, dan berlaku terus-
menerus. Beda dengan Keputusan Presiden karena sifat dari “keputusan” adalah konkret,
individual, dan bersifat sekali (einmahlig). Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi
yang diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah
f. Peraturan Daerah (Terdiri dari Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota)
Peraturan Daerah adalah Peraturan Per-UU-an yang dibentuk oleh DPRD dengan
adanya persetujuan bersama kepala daerah. Materi muatan peraturan daerah adalah seluruh
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi. Di samping itu, ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
mempersiapkan rancangan peraturan daerah yang berasal dari gubernur atau bupati/
walikota diatur dengan Peraturan Presiden.2
2. Konvensi
Menurut Bellefroid, konvensi merupakan bagian dari hukum kebiasaan. Hukum kebiasaan
sendiri adalah meliputi semua peraturan-peraturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh
2 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 85-94
pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat, karena mereka yakin bahwa peraturan itu
berlaku sebagai hukum. Bentuknya tidak tertulis.
Syarat-syarat timbulnya konvensi:
a.Harus ada perbuatan/tindakan yang semacam dalam keadaan yang sama dan harus
diikuti oleh umum. Diikuti oleh seluruh rakyat bukan syarat mutlak untuk menimbulkan
kebiasaan itu, hukum kebiasaan dapat timbul walaupun hanya ditaati oleh golongan-
golongan yang berkepentingan saja. Misalnya golongan pedagang,dll.
b. Harus ada keyakinan hukum daripada golongan orang-orang yang berkepentingan “opinion
juris seu necessitas” yang terdiri dari:
1) Keyakinan hukum dalam arti material, yakni bahwa suatu aturan itu adalah menurut
hukum yang baik.
2) Keyakinan hukum dalam arti formal, yakni bahwa aturan itu harus diikuti dan ditaati,
tanpa mengingat akan nilai daripada isi aturan tadi.
Jadi, konvensi merupakan kebiasaan ketatanegaraan yang merupakan perbuatan
dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan berulang kali, sehingga ia diterima dan
ditaati dalam praktek ketatanegaraan. Konvensi masuk hukum kebiasaan, namun bukan
merupakan hukum (law) dalam arti yang sebenarnya, karena tidak ada sanksi dan pengadilan
yang peduli akan pelanggarannya, namun kembali lagi kepada bentuknya yang mirip seperti
aturan yang ditaati.

3. Traktat
Traktat adalah perjanjian antar Negara. Pada umumnya dibedakan antara perjanjian
antar Negara yang penting yang dinamakan traktat (treaty), dan perjanjian antar Negara yang
tidak begitu penting yang dinamakan persetujuan. Selain itu, dibedakan pula perjanjian
bilateral dan multilateral. Multilateral berarti berjanjian antar lebih dari dua Negara,
sedangkan bilateral adalah perjanjian antar dua Negara. Perjanjian multilateral dibagi menjadi
dua, ada yang bersifat terbuka (kolektif), yakni setelah traktat itu berlaku, masih terbuka bagi
Negara-negara lain yang tidak turut serta dalam pembentukannya untuk menjadi peserta dari
traktat tersebut. Sifat lainnya adalah tertutup, yakni Negara lain yang tidak terlibat dalam
pembentukannya tidak dapat menjadi peserta pada traktat termaksud. Isi traktat menjadi
bagian dari hukum positif Negara penandatanganan (peserta) traktat yang bersangkutan (the
law of the land). Isinya bisa berupa perjanjian kerjasama dalam bidang ekonomi, industri,
perdagangan, dll
.
4. Yurisprudensi
Istilah Yurisprudensi berasal dari bahasa latin, yaitu dari kaa jursprudentia yang
berarti pengetahuan hukum. Makna yang kurang lebih Yurisprudensi adalah keputusan
hakim (vonis) dalam suatu kasus yang dijadikan dasar untuk menyelesaikan kasus-kasus
serupa di kemudian hari.
Kata Yurisprudensi sebagai istilah teknis peradilan sama artinya dengan kata
jursprudentia dalam bahasa belanda dan jursprudence dalam bahasa perancis yang artinya
peradilan tetap atau hukum peradilan.

5. Doktrin
Doktrin adalah pendapat dari pakar atau ahli hukum yang terkenal dan terkemuka
serta dalam bidangnya dikenal dan diakui wibawanya di lingkungan dunia ilmu hukum,
sehingga pandangannya sering digunakan orang untuk memberi dasar ilmiah dari atau bagi
keputusan-keputusan hukum yang diambil. Menurut Prof.van Apeldoorn doktrin tidak
termasuk sumber hukum formal sebab dalam kerangka perundang-undangan yang ada, tidak
terdapat ketentuan yang mewajibkan hakim atau seseorang untuk terikat pada pandangan
seorang ahli hukum. Di satu sisi, menurut Utrecht termasuk sumber hukum formal karena
bisa mempengaruhi keputusan hakim.3

3 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 94-107
C. ASAS – ASAS HUKUM TATA NEGARA

a. Asas Negara Hukum


Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah ditegaskan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa
“ Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana sebelumnya hanya tersirat dan diatur dalam
penjelasan UUD 1945”. Atas ketentuan yang tegas di atas maka setiap sikap kebijakan dan
tindakan perbuatan alat Negara berikut seluruh rakyat harus berdasarkan dan sesuai dengan
aturan hukum. Dengan demikian semua pejabat/ alat-alat Negara tidak akan bertindak
sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Dalam Negara hukum, hukumlah yang
memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan Negara dengan kata lain yang
memimpin dalam penyelenggaraan Negara adalah hukum, hal ini sesuai dengan prinsip “ The
Rule of Law and not of Man”.4
Istilah Negara hukum merupakan terjemahan dari Rechtstaat yang popular dieropa
Kontinental pada abad XIX yang bertujuan untuk menentang suatu pemerintahan
Absolutisme. Sifat dari Rechtstaat sesuai dengan .......... dari Eropa Kontinental adalah sistem
Kodifikasi yang berarti semua peraturan hukum harus disusun dalm satu buku sesuai dengan
jenisnya, sehingga karakteristik daripada Rechtstaat adalah bersifat administratif 5. Unsur-
unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaat adalah :
1. Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang
mengandung persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan
pendidikan.
2. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan lain apapun.
3. Adanya legalitas dalam arti hukum dalam semua bentuknya.
4. Adanya Undang-Undang Dasaer yang memuat ketentuan tertulis tentang
hubungan antara penguasa dengan rakyat.
5. Adanya pembagian kekauasaan Negara.
Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa Rechstaat adalah pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia yang bertumpu atas prinsip kebebasan dan persamaan.
Adanya Undang-Undang Dasar akan menjamin terhadap asas kebebasan dan persamaan.
Dengan adanya pembagian kekuasaan untuk menghindari penumpukkan kekuasaan dalam
satu tangan yang sangat cenderung pada penyalahgunaan kekuasaan terhadap kebebasan dan
persamaan. Disamping konsep Rechstaat dikenal pula konsep The Rule of Law yang sudah
ada sebelum konsep Rechstaat.. Rule of Law berkembang di Negara Anglo Saxon yang
bertumpu pada sistem hukum Common law dan bersifat yudicial yaitu keputusan-keputusan/
yurisprudensi. Menurut Soerjono Soekanto, istilah Rule of Law paling sedikit dapat ditinjau
dalam dua arti yaitu :
a) . Arti formil, dimaksudkan sebagai kekuasaan publik yang teroganisir yang berarti
setiap tindakan/perbuatan atau kaidah-kaidah didasarkan pada khirarki perintah dari
yang lebih tinggi.
Unsur-unsur Rule of Law dalam arti formil meliputi :

4 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 39-41
5 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 42-43
1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
2. Adanya pemisahan kekuasaan.
3. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan.
4. Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
b) Rule of Law dalam arti materiil atau idiologis mencakup ukuranukuran tentang
hukum yang baik atau yang tidak yang antara lain mencakup :
1. Kesadaran ketaatan warga masyarakat terhadap kaidah-kaidah hukum yang
ditetapkan oleh yang berwenang.
2. Bahwa kaidah-kaidah tersebut harus selaras dengan hak-hak asasi manusia.
3. Negara berkewajiban menjamin tercapainya suatu keadilan sosial dan
kebebasan, kemerdekaan, penghargaan yang wajar terhadap martabat
manusia..
4. Adanya tata cara yang jelas dalam proses untuk mendapatkan keadilan
terhadap perbuatan yang sewenang-wenang dari penguasa.
5. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka dari kekuasaan dan kekuatan
apapun juga.6
b. Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Kedaulatan artinya kekuasaan atau kewenangan yang tertinggi dalam suatu wilayah.
Kedaulatan ratkyat artinya kekuasaan itu ada ditangan rakyat, sehingga dalam pemerintah
melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan keinginan rakyat. J.J. Rousseaw mengatakan
bahwa pemberian kekuasaan kepada pemerintah melalui suatu perjanjian masyarakat (sosial
contract) dan apabila pemerintah dalam menjalankan tugasnya bertentangan dengan
keinginan rakyat, maka pemerintah dapat dijatuhkan oleh rakyat. Pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang Dasar 1945 mengatakan :“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD”.Rumusan ini secara tegas bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang diatur
dalam UUD 1945.UUD 1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu kedaulatan rakyat
tersebut baik wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945.
Hampir semua para ahli teoritis dari zaman dahulu hingga sekarang mengatakan
bahwa yang berkuasa dalam sistem pemerintahan Negara demokrasi adalah rakyat.Paham
kerakyatan/ demokrasi tidak dapat dispisahkan dengan paham Negara hukum, sebab pada
akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan Negara/ pemerintah dan
sebaliknya kekuasaan diperlukan untuk membuat dan melaksanakan hukum. Inilah yang juga
dikatakan bahwa hubungan antara hukum dengan kekuasaan tidak dapat dipisahkan dan
sangat erat hubungannya. Dalam Negara adanya saling percaya yaitu kepercayaan dari rakyat
tidak boleh disalahgunakan oleh Negara dan sebaliknya harapan dari penguasa dalam batas-
batas tertentu diperlukan kepatuhan dari rakyat terhadap aturanaturan yang ditetapkan oleh
Negara.
c. Asas Negara Kesatuan
Pada dasarnya Negara kesatuan dideklarasikan pada saat menyatakan
memproklamirkan kemerdekaan oelh para pendiri Negara dengan menyatakan seluruh
wilayah sebagai bagian dari satu Negara. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan :“Negara
Indonesia sebagai suatu Negara kesatuan yang berbentuk Republik.”Negara kesatuan adalah
Negara kekuasaan tertinggi atas semua urusan Negara ada ditangan pemerintah pusat atau
pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara ialaha pemerintah pusat.

6 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 44-45
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat menjadi dasar suatu persatuan,
mengingat Bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa, agama, budaya dan wilayah
yang merupakan warisan dan kekayaan yang harus dipersatukan yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Ini berarti Negara tidak boleh disatukan atau diseragamkan, tetapi sesuai dengan Sila ketiga
yaitu “Persatuan Indonesia bukan kesatuan Indonesia.7
Negara Kesatuan adalah konsep tentang bentuk Negara dan republic adalah konsep
tentang bentuk pemerintahan. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia diselenggrakan
engan pemberian otonomi kepada daerah yang seluas-luasnya untuk berkembang sesuai
dengan potensi dan kekayaan yang dimiliki masing-masing daerah yang didorong, didukung
dari bantuan pemerintah pusat.
d. Asas Pembagian Kekuasaan dalam Check and Balances
Pengetian pembagian kekuasaan adalah berbeda dari pemisahan kekuasaan,
pemisahan kekuasaan berarti bahwa kekuasaan Negara itu terpisah-pisah dalam beberapa
bagian seperti dikeukakan oleh John Locke yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Federatif
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu
Trias Politica.
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudikatif
Dari ketiga kekuasaan itu masing-masing terpisah satu dama linnya baik mengenai
orangnya mapun fungsinya. Pembagian kekuasaan berarti bahwa kekuasaan itu dibagi-bagi
dalam beberapa bagian, tidak dipisahkan yang dapat memungkinkan adanya kerjasama antara
bagian-bagian itu ( Check and Balances).
Tujuan adanya pemisahan kekuasaan agar tindakan sewenang-wenang dari raja dapat
dihindari dan kebebasan dan hak-hak rakyat dapat terjamin. UUD 1945 setelah perubahan
membagi kekuasaan Negara atau membentuk lembaga-lembaga kenegaraan yang mempunyai
kedudukan sederajat serta fungsi dan wewenangnya masing-masing yaitu :
1. Dewan Perwakilan Rakyat
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Dewan Pimpinan Daerah
4. Badan Pemepriksa Keuangan
5. Presiden dan Wakil Presiden
6. Mahkamah Agung
7. Mahkamah Konstitusi
8. Komisi Yudisial
9. Dan Lembaga-lembaga lainnya yang kewenagannya diatur dalam UUD 1945
dan lembaga-lembaga yang pembentukan dan kewenangannya diatur dengan
Undang-Undang.

7 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 54-55
Dengan demikian UU 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan Negara seperti
dikemukakan oleh John Locke dan Montesquieu seperti tersebut di atas, akan tetapi UUD
1945 membagi kekuasaan Negara dalam lembagalembaga tinggi Negara dan mengatur pula
hubungan timbal balik antara lembaga tinggi Negara tersebut dan akan dijelaskan dalam bab-
bab berikutnya
e. Asas Pancasila
Bangsa Indonesia telah menetapkan falsafah/asas dasar Negara adalah Pancasila yang
artinya setiap tindakan/perbuatan baik tindakan pemerintah maupun perbuatan rakyat harus
sesuai dengan ajaran Pancasila. Dalam bidang hukum Pancasila merupakan sumber hukum
materiil, sehingga setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan
Konstitusional dari pada Negara Republik Indonesia8.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok-pokok pikiran
yang merupakan cita-cita hukum Bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar Negara baik
hukum yang tertulis dan hukum tidak tertulis. Pokok-pokok pikiran yang merupakan
pandangan hidup bangsa adalah :
1. Pokok Pikiran Pertama“Negara menlindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dari penjelasan di atas menegaskan
bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang melindungi
Bangsa Indonesia serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan dmikian Negara mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah yang
menimbulkan perpecahan dalam Negara, dan sebaliknya Negara, pemerintah serta
setiap warga Negara wajib mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan
golongan ataupun perorangan.
2. Pokok pikiran kedua adalah : “ Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat”.Istilah Keadilan Sosial merupakan masalah yang selalu dibicarakan
dan tidak pernah selesai, namun dalam bernegara semua manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang terutama yang
menyangkut hukum positif. Penciptaan keadilan sosial pada dasarnya bukan semata-
mata tanggung jawab Negara akan tetapi juga masyarakat, kelompok masyarakat
bahkan perseorangan.
3. Pokok pikiran ketiga adalah : “ Negara yang berkedaulatan rakyat “ Pernyataan ini
menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia yang berdaulat adalah rakyat atau
Kedaultan ada ditangan rakyat. Dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat ini melallui
musyawarah oleh wakil-wakil rakyat.
4. Pokok pikiran keempat “ Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang adil
dan beradab”. Negara menjamin adanya kebebasan beragama dan tetap memelihara
kemanusian yang adail dan beradab

D. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA

8 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta,hlm 47


A. UUD 1945 (17 Agustus – 27 Desember 1949)
Sehari setelah proklamasi 17 Agustus 1945, UUD 1945 disahkan pertama kali oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), pada saat itu dimulailah babak baru
penyelenggaraan ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945 bersamaan dengan itu telah dipilih
dan ditetapkan pula Presiden dan Wakil Presiden yaitu masing-masing Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta.
Sebagai kelengkapan pelaksanaan ketatanegaraan dan pelaksanaan pemerintahan
maka dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). KNIP berfungsi sebagai pembantu
presiden dalam tugas-tugas melaksanakan kedaulatan rakyat dan tugas lembaga tinggi negara
lainnya (MPR, DPR, dan DPA) sebelum badan itu dibentuk. Keanggotaan KNIP sebanyak
135 orang yang mencerminkan dari tokoh-tokoh perjuangan, tokoh agama, pemimpin
partai,pemimpin masyarakat, pemimpin ekonomi yang terkemuka. Kemudian tanggal 2
September dibentuk dan dilantik oleh Ir. Soekarno kabinet pertama yang dipimpin langsung
oleh Ir. Soekarno.
Tanggal 16 Oktober 1945 wakil presiden mengeluarkan maklumat No. X Tahun 1945,
yang menetapkan bahwa : “Bahwa KNIP, sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari pada haluan negara”.
Perubahan kedua terjadi pada tanggal 11 Nopember 1945, ketika KNIP mengusulkan
kepada presiden adanya sistem pertanggungjawaban menteri-menteri kepada parlemen
(KNIP), menanggapi usul tersebut maka pada tanggal 14 Nopember 1945 kabinet presidensiil
dibawah pimpinan Ir. Soekarno meletakkan jabaan dan diganti oleh kabinet baru, dengan
Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri, dan mulai saat itu kekuasaan eksekutif telah bergeser
dari presiden kepada perdana menteri.
Pada periode ini pemerintahan Indonesia juga mengalami tragedi luar biasa, karena
Belanda melakukan agresi pertama tanggal 27 Juli 1947 dan disusul dengan agresi kedua
pada tanggal 19 Desember 1948, dan Ibu Kota Negara terpaksa harus pindah ke Yogyakarta,
di samping itu PKI juga melakukan pemberontakan di Madiun pada tanggal 18 September
1948.9
B. Konstitusi RIS (27 Desember – 17 Agustus 1950)
Sebelumnya pada tanggal 18 Desember 1948 Belanda secara sepihak membatalkan
perjanjian Renville di Tanjung Priok, dan disinilah Belanda melancarkan agresi ke dua, Ir.
Soekarno, Sutan Syahrir, H.A Salim pada tanggal 27 Desember 1948 diasingkan ke Brastagi.
Sedangkan Moh. Hatta, Mr. Pringgodogdo, M. Assat,Suryadarma, Moh. Room, Mr. Ali
Sastro Amidjojo diasingkan ke pulau Bangka. Sedangkan Jenderal Sudirman terus melakukan
gerilya di hutan-hutan seputar Yogyakarta dan Jawa Timur.
Pada tanggal 1 Maret 1949 rakyat bersama TNI dibawah pimpinan Soeharto
melancarkan serangan besar- besar untuk merebut kembali negara RI di Yogyakarta dan
terjadi pertempuran selama 6 jam dan Yogyakarta dapat direbut kembali, peristiwa ini telah
membuka mata dunia bahwa Indonesia masih eksis sebagai negara yang selama ini di
informasikan oleh Belanda bahwa TNI tidak ada lagi dan RI sudah bubar. Dengan peristiwa 1
Maret 1949 tersebut maka PBB memperhatikan indonesia untuk mengadakan perundingan

9 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta,hlm 208


kembali yang isinya Belanda menyetujui RI kembali ke yogyakarta. Setelah para tokoh RI
kembali dari persaingan, maka pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden
yang pertama RIS oleh negara bagian dan Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS, kemudian
tanggal 19 Desember 1949 terbentuk kabinet RIS ke 1 dengan perdana mentrinya Moh. Hatta
merangkap Menteri Luar Negeri. Maka pada tanggal 27 Desember 1949 terbentuklah negara
RIS dengan dikembalikanya kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia.
Peristiwa terbentuknya negara RIS diawali dari Konferensi Meja Bundar anatara
Belanda dan Indonesia di Den Haag dari tanggal 23 Agustus- 2 Novenber 1949 ialah kerajaan
Belanda harus memulihkan kedaulatan atas wilayah Indonesia kepada Pemerintahan
Republik Indonesia Serikat. Dan pada hari yang sama pula Republik Indonesia menyerahkan
kedaulatan kapada Republik Indonesia Serikat dan menjadi salah satu dari enam belas negara
bagian dari Republik Indonesia serikat.
Negara Serikat yang berbentuk federal merupakan baentukan dari Belanda seperti
Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan ,
Negara Jawa Timur, Negara Madura, dan lain-lain. Akan tetapi walaupun berbentuk Negara
Serikat yang terpisah-pisah rakyat tetap merasakan sebagai Negara kesatuan yang tujuan
utamanya mempertahan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945.10
C. UUDS 1950 (17 Agustus 1950- 5 juli 1959)
Seperti telah diketahui bahwa negara RIS adala hasil kompromi antara Indonesia
dengan Belanda dalam posisi terdesak Indonesia menerima RIS, namun Negara RIS hasil dari
KMB tidak sejalan dengan cita-cita dan perjuangan bangsa Indonesia, maka pada tanggal 27
Desember 1949 dirintis untuk kembali kepada Negara kesatuan dengan proses pemulihan
kedaulatan sebagai berikut:
1. Negara-negara bagian yang menggabungkan diri kepada Negara dengan bagian yang
lain (dalam hal ini kepada Negara RIS pemerintahan).
2. Penyerahan kekuasaan kepada pemerintah federal oleh negara bagian.
3. Persetujuan antara Negara federal dengan Negara bagian.
Dengan cara ini ternyata belum berhasil untuk melaksanakan pembentukan kesatuan
Negara kesatuan kembali, maka harus dicari jalan lain yaitu harus merubah Konstitusi RIS
dengan Konstitusi baru dengan berbagai catatan antara lain:
1. Pasal-pasal yang federalisme dalam Konstitusi RIS harus dicabut.
2. Negara kesatuan dibentuk dengan cara semua negara bagian yang ada masuk RI,
dengan sendirinya RIS bubar.
Maka pada tanggal 18 Agustus 1950, UUDS 1950 dinyatakan berlaku, UUDS 1950
ini sangat berbeda dengan UUDS 1945 hasil proklamasi terutama sistem pemerintahan yang
parlementer, kepada pemerintahan di pimpin oleh Perdana Menteri. Pada periode ini
Pemerintahan ini tidak stabil sering terjadi pergantian pemerintahan, untuk itu diadakanlah
Pemilihan Umum untuk Konstituante bulan Desember 1955 yang diikuti oleh banyak partai
politik, pada tanggal 10 November 1956 Presiden Soekarno membuka dengan resmi sidang
pertama Konstituante di Bandung. Presiden Soekarno meminta agar Konstituante agar tidak
terlalu lama bersidang untuk menghasilkan UUD. Tetapi setelah itu Konstituante telah

10 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta,hlm 194


menjadi medan perdebatan yang tidak berkesudahan, medan pertarungan bagi partai politik
dan pemimpin-pemimpin politik mengenai persoalan-persoalan prinsipil.
Disamping itu terjadi pergolakana pada masa kabinet Ali Satro Amidjojo terjadi
pemberontakan di daerah oleh PRRI/ Permesta pada akhir 1956, kemudian disusul dengan
pengunduran diri wakil Presiden Moh. Hatta. Konstituante yang bersidang untuk membentuk
UUD yang permanen telah gagal.11
4. Orde Lama (5 Juli 1959-11 Maret 1966)
Konstiuante telah menyelanggarakan sidang-sidang membahas rencana penggantian
UUDS 1950, akan tetapi kentyataanya Konstituante tidak berhasil membuat rumusan tentang
undang-undang dasar yang dapat dijadikan pengganti UUDS 1950. Karena kemacetan kerja
Konstituante maka pada tanggal 22 April tahun 1959 Presiden menyampaikan amanat kepada
Konstituante yang memuat anjuran kepala negara dan pemerintahan untuk kembali kepapda
UUD 1945. Amanat Presiden diperdebatkan dalam suatu pemandangan umum sidang
Konstituante tanggal 29 April sampai 13 mei 1959 serta tanggal 16 sampai 26 Mei 1959.
Maka dengan pertimbangan keselamatan negara dan bangsa pada tanggal 5 Juli 1959
Presiden Soekarno mengumumkan ”Dekrit” yang berisi: pembubaran Konstituante,
penetapan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
5. Orde Baru (11 Maret 1966- 21 Mei 1998)
Dengan Dekrit presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945. Dasar hukum
Dekrit ini ialah Staatsnoodrecht. Dibawah UUD 1945 ini untuk pertama kali dilaksanakan
pemilihan umum pada tanaggal 3 juli 1971, sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No. 15
tahun 1969, undang-undang mana adalah pelaksanaan dari Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XL/MPRS/1966 jo. No. XL II/MPRS/1968.
Sebagai hasil dari pemilihan umum tersebut maka pada tanggal 28 Oktober 1971
dilantiklah Dewan Perwakilan Rakyat, dan pada tanggal 1 Oktober 1972 Majelis
Permusyawaratan Rakyat dilantik pula. Dalam sidangnya tahun 1973 Majelis
Permusyawaratan rakyat telah menetapkan bahwa Pemilihan Umum berikutnya akan
diadakan pada akhir tahun 1977 dala Ketetapanya No. VIII/MPRS/1973.
Sandaran teoritis yang dikemukakan ialah, bahwa perubahan dengan Dekrit Presiden
itu dapat dianggap sah, karena keadaan darurat maka negara dapat memberlakukan hukum
tata negara darurat (objective staatsnoodrecht).
Dikaitkan dengan lembaga pemilu, ketiga Konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia (UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950) juga menuntut adanya lembaga pemilu
meskipun ketiganya tidak secara eksplisit menyebutkanya kecuali UUD 1945 pasca
amandemen. Tapi dapat dikatakan UUD itu secara implisit memuat adanya pemilu sebab
aparatur negara yang demokratis yang harus dilembagakan menurut UUD tersebut secara
Konsitusuonal memang menuntut adanya lembaga pemilu.

D. Sistem Era Reformasi (21 Mei 1998-20 Oktober 2009)

11 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 202
Reformasi Indonesia jika dipandang secara umum diakibatkan karena krisis ekonomi
dunia pada akhir abad 20, Indonesia salah satu negara yang terkena dampak krisis ini.
Dimulai pada tanggal 22 Januari 1998 angka rupiah tembus 17.000,- per dolar AS dan IMF
(Dana Moneter Internasional) tidak menunjukkan rencana bantuannya untuk Indonesia.
Kemudian awal Maret terdapat dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi
Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban
presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi
nasional.
Dengan lengsernya Presiden Soeharto pad tanggal 21 Mei 1998 maka terjadi
perubahan besar dibidang ketatanegaraan khususnya dalam konteks demokrasi, hukum dan
hak asasi manusia. Pada masa pemerintahan Habibie menggantikan Presiden soeharto, ia
menyelenggarakan pemilu tahun 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik. Hasil pemilu
tersebut dimana anggota MPR/DPR kemudian memilih H. Abdulrrahman Wahid menjadi
presiden dan Megawati Soekarnoputri menjadi wakil presiden. Sebelum berakhir
kepemimpinan Gusdur terjadi pergolakan ketatanegaraan dimana MPR/DPR mengajukan
mosi tidak percaya kepada presiden Abdurrahman Wahid yang mana kala itu MPR dipimpin
oleh H. Amin Rais. Implikasi politik dari mosi tersebut presiden dilengserkan dan digantikan
oleh Megawati Soekarnoputri.
Pada tahun 2004 diselenggarakan pemilu kedua era reformasi dimana Susilo
Bambang Yudhoyino dan H. Yusuf Kalla dipilih langsung oleh rakyat menjadi presiden dan
wakil presiden. Selanjutnya tahun 2009 pemilu ketiga era reformasi diselenggarakan,
hasilnya dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Pada era reformasi usaha untuk menjadikan UUD 1945 mendorong terbentuknya
negara hukum yang demokratis, oleh karena itu salah satu dari berkah era reformasi adalah
perubahan terhadap UUD 1945, karena sejak dekrit 5 Juli 1959 sampai berakhirnya
kekuasaan Presiden Soeharto praktis UUD 1945 belum pernah diubah.12

12 Fajlurrahman Jurdi, 2019, hukum tata negara indonesia, jakarta, hlm 217

Anda mungkin juga menyukai