Anda di halaman 1dari 6

NAMA : LILA ANGGRIANI

NIM : J1A018067

UTS FORENSIK PANGAN

SOAL B

JAWABAN

1. Kasus kecurangan pangan


a. latar belakang dari kedua penelitian adalah:
Hal mendasar yang menjadi latar belakang dari kedua jurnal tersebut adalah pengolahan
susu mengalami pemalsuan dengan whey keju. Susu memiliki nilai gizi dan biologis yang
tinggi, oleh karena itu susu merupakan makanan yang penting untuk dikonsumsi manusia.
Namun, Pemalsuan ini menarik secara ekonomi karena biaya whey keju empat hingga
lima kali lebih rendah daripada susu dan tidak mempengaruhi persepsi sensorik produk
oleh konsumen. Namun, ini memiliki implikasi nutrisi, ekonomi dan hukum dan
merupakan alasan rendahnya produksi susu dalam pengolahannya. Pemalsuan
mempengaruhi kualitasnya dan produk susu hilir, yang merupakan perhatian utama tidak
hanya bagi konsumen tetapi juga untuk industri susu. Salah satu masalah besar industri
pengolahan dan / atau distributor susu adalah pemalsuan susu cair atau dehidrasi dengan
menambahkan whey keju. Whey keju adalah produk sampingan murah yang diperoleh
selama produksi keju dari susu. Terlepas dari kenyataan bahwa biasanya, penambahan
whey pada susu tidak menimbulkan bahaya kesehatan, namun memiliki implikasi gizi,
ekonomi, dan hokum dan merupakan penyebab kesulitan keuangan bagi industri dan / atau
distributor susu besar dan kecil karena rendahnya hasil produk olahan susu hilir seperti
keju.
b. Kedua penelitian ini menggunakan metode yang berbeda yaitu ELISA dan Westen
Blot.
 Alasan menggunakan komponen yang sama untuk sebagai dasar identifikasi!
Karena kedua jurnal tersebut merupakan pengolahan susu yang mengalami pemalsuan
yang dimana komponen tersebut merupakan molekul yang mudah untuk diidentifikasi
dalam sampel. penipuan manipulasi susu dengan whey yang seharusnya memiliki nilai
gizi dan biologis yang tinggi yang merupakan makanan yang penting untuk dikonsumsi
manusia. Susu adalah pemalsuan susu cair atau dehidrasi dengan menambahkan whey
keju yang merupakan produk sampingan murah yang diperoleh selama produksi keju
dari susu. Oleh karena itu komponen yang sama ini yang menjadi inti untuk
mengidentifikasi adanya standar susu yang mengandung konsentrasi berbeda dimana
identifikasi tersebut yang hanya ada dalam whey keju tetapi tidak ada dalam susu dan
senyawa spesifik whey keju yang seharusnya tidak ada dalam susu non-adulterated.
 Komponen yang dimaksud sebagai dasar untuk identifikasi pada kasus dalam
penelitian tersebut!
Komponen yang dimaksud sebagai dasar identifikasi adalah protein karena kedua
metode tersebut sama-sama mengidentifikasi protein yang terdapat dalam antibody dan
antigen anti-GMP sebagai indeks pemalsuan susu dengan whey keju. Teknik imunologi
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, terutama berdasarkan pada spesifisitas
antibodi yang tinggi terhadap antigen. Antigen dapat dideteksi dan diukur dalam sampel
tanpa pemurnian, konsentrasi, ekstraksi atau perlakuan khusus sebelumnya. Jadi,
Penambahan whey keju yang curang ke dalam susu dapat dideteksi dengan menentukan
keberadaan glycomacropeptide (GMP). Deteksi GMP dapat diandalkan karena peptida
ini adalah komponen spesifik whey keju dan harus tidak ada dalam susu yang tidak
dipalsukan.
 Metode yang paling efektif untuk mendeteksi kecurangan kedua penelitian
tersebut menurut saya adalah metode western blod karena Sensitivitas Western blot
immunoassay untuk mendeteksi whey lebih tinggi daripada yang dilaporkan dengan
metode lain. ntuk melakukan analisis ini diperlukan pemurnian GMP sebelumnya dan
ini membutuhkan setidaknya 6 jam. Dengan uji Western blot kami mendeteksi hingga
0,5% (v / v) whey cair dalam susu dalam 4,5 jam. Selain itu, penggunaan peralatan lebih
kompleks dan mahal daripada metode yang kami kembangkan. Oleh karena itu,
immuno-blot untuk mendeteksi GMP dengan antibodi anti-GMP poliklonal terbukti
menjadi metode yang lebih mudah, lebih cepat, lebih sensitif, dan lebih murah.
Keuntungan lain dari metode immuno-blot adalah spesifisitasnya untuk mendeteksi
GMP, sedangkan dalam metode lain, identifikasi pasti dari GMP tidak dijamin, karena
peptida dengan berat molekul yang sama dengan GMP mungkin ada dalam susu. oleh
aksi mikroorganisme psikrofil. Pendekatan ini dapat menghasilkan hasil positif palsu
dalam analisis susu yang dipalsukan dengan metode lain. Analisis Western blot berhasil
mendeteksi GMP pada makanan komersial yang mengandung whey, sebagai suplemen
makanan, yogurt dan margarin. Sebenarnya GMP digunakan sebagai pangan nutraceutic
berdasarkan nutrisi dan sifat biologisnya seperti: faktor perangsang bakteri bifid, sumber
asam sialat, aktivitas antivirus dan modulator sekresi lambung. Pencernaan GMP
menimbulkan peptida bioaktif lain yang memiliki aktivitas anti-trombotik. Saat ini,
makanan pendatang baru mengandung GMP, jadi Western blot yang dikembangkan
dalam pekerjaan kami dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan peptida ini
dalam control kualitas.

2. Mendeteksi keaslian produk pangan!


 Susu kuda Sumbawa
Jenis metode yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah metode ELISA yang
dimana pengujian tersebut dapat mengukur antigen-antibodi yang digunakan yang
penggunaan indicator enzim untuk reaksi imunologi. Berbagai komponen protein susu
yang diidentifikasi adalah antigen dan antibody dimana secara oral akan lolos dari
digesti enzimatis, dan kira-kira 2% akan diabsorbsi dalam bentuk antigen utuh dan
yang akan muncul adalah berkembangnya respon antibodi IgA se kretori dalam
intestin, respon imun sistemik dan respon imun toleran. Selain itu, identifikasi tersebut
untuk menganalisis adanya campuran protein whey dapat menyebabkan saling me
netralisir satu sama lain yang akan mempengaruhi outcome respon imun. Kappa kasein
(κ-kasein) dilaporkan menghambat secara signifikan terhadap respon proliferasi
limfosit pada spleen dan Peyer’ patch, sebaliknya α s1–kasein dan β–kasein
berpengaruh kecil pada proliferasi limfosit. Proses pengolahan yang diterapkan adalah
dengan cara fraksinasi protein susu Kuda Protein susu kuda diisolasi dengan cara
presipitasi amonium sulfat jenuh, dilanjutkan dengan dialisis dalam PBS ( phosphate
buffer saline) pH 7. Protein hasil dialisis difraksinasi melalui kolom gel filtrasi
Sephadex G -75, dengan elusi PBS pH 7. Pemanasan yang lebih intensif menyebabkan
kerusakan beberapa protein susu yang tidak tahan panas, yaitu pada protein whey.
Kerusakan beberapa protein ini menyebabkan respon spesifik yang ditimbulkan oleh
protein dari susu kuda fermentasi relatif lebih rendah daripada protein dari susu kuda
pasteurisasi 63oC. protein susu mudah terdenaturasi oleh panas yang menyebabkan
terbentuknya epit op baru yang berbeda dengan mula -mula.
Nurliyani., W.T. Artama, dan Z. Noor, 2005. Respon Antibodi dan Aktivitas
Fagositosis Makrofag Peritoneal Mencit yang Diberi Protein Susu Kuda
Pasteurisasi dan Fermentasi.
Faisal., Sumarno, dan K. Handono, 2010.Deteksi Campuran Susu Kuda Sumbawa
Terfermentasi Sebagai Immunostimulat.
Literature:
Metode untuk mendeteksi keaslian produk pada susu kuda Sumbawa yaitu dengan
Single Nucleotide Polymorphism (SNP), metode ini digunakan untuk melihat genetik
dari kuda Sumbawa, Kuda Sumbawa merupakan hasil persilangan kuda lokal
(Sandalwood pony) dengan bangsa kuda arab atau Thotoughbred, kuda asli Sumbawa
dan kuda asli Eropa. Penentuan Metode ini dilandasi oleh hasil penelitian
Development and validation of KASP markers for the milk traits genes in Kazakh
horse dimana hasil tujuan dari penelitiannya untuk menyelidiki polimorfisme 13 SNP
dari 5 gen pada produksi susu menggunakan genotyping metode kuda Kazakh yang
dipelihara di Fuyun dari Xinjiang. Komposisi susu spesies mamalia bervariasi sangat
luas oleh karna faktor genetik, physiological dan faktor nutrisi serta kondisi
lingkungan Komposisi gizi susu kuda, manusia, sapi. Kandungan protein susu kuda
lebih tinggi dibandingkan dengan ASI dan lebih rendah daripada susu sapi.
Konsentrasi kasein susu kuda berada antara ASI dan susu sapi. Air susu kuda memiliki
kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan ASI ataupun susu sapi
(Malancarneet al., 2002). Lemak menimbulkan citarasa pada susu dan produk olahan
susu karena susu mengandung berbagai jenis asam lemak, komposisi dan produksi
susu, termasuk lemak dapat mengalami perubahan tergantung pada masa laktasi, umur
ternak, pakan, fisiologis ternak, jenis ternak, iklim dan keseimbangan nutrisi. Susu
kuda liar sumbawa memiliki (lemak 2,1%, laktosa 2,6% protein 2,4% pH 5,5%).
Energi tertinggi terdapat pada ASI, dibandingkan dengan susu kuda ataupun sapi lebih
tinggi 677 kcal kg-1 dan sebaliknya dibandingkan dengan susu kuda ataupun sapi 2,2 g
kg-1Ash terendah terdapat pada Asi. Kadar laktosa susu kuda 63,7 g kg-1 sedikit
dibawah kadar Asi namun lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/363d96f39a06fb2bf6697fab6f8e23dc.pdf
&ved=2ahUKEwiEq8Sm6ILwAhVcILcAHW7dBmUQFjAFegQICBAC&usg=AOvV
aw3riW9x0apuLezlT2CP7CVF&cshid=1618577977357.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sinta.unud.ac.id/upl
oads/dokumen_dir/363d96f39a06fb2bf6697fab6f8e23dc.pdf&ved=2ahUKEwiEq8Sm
6ILwAhVcILcAHW7dBmUQFjAFegQICBAC&usg=AOvVaw3riW9x0apuLezlT2CP
7CVF&cshid=1618577977357.

3. Kasus terkait pelanggaran regulasi pangan yang terjadi di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir!
a. Susu Kental Manis
Jenis pelanggaran yang dilakukan produsen SKM yaitu Perka BPOM 21/2016 tentang
Kategori Pangan dan Standar Nasional Indonesia Nomor 2971: 2011 tentang susu kental
manis. Serta Pasal 100 ayat (1) dan Pasal 104 ayat (1) Undang-Undang nomor 18 tahun
2012 tentang Pangan serta mengacu pada Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 44 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, seharusnya
pencantuman kandungan gula, produsen memberi informasi konsumsi produk yang aman.
Berdasarkan UUD RI Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen BAB IV
perbuatan yang “dilarang untuk memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa
yang tidak sesuai dengan label, etika, keterangan, ilkan dan promosi penjualan barang
atau jasa”. Berdasarkan UUD Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
dalam ketetentuan umum pasal 1 ayat (6) yaitu “promosi adalah kegiatan pengenalan
atau penyebar luasan informasi suatu barang atau jasa”. Peraturan BPOM No. 31 tahun
2018 tentang label pangan olahan, tidak memberikan dampak signifikan terhadap
peredaran dan penggunaan susu kental manis. Pasal 54 memuat kewajiban produsen
untuk menyelesaikan tulisan pada label yang berbunyi :perhatikan! Tidak dapat
digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi”. Berdasarkan UU perlindungan konsumen
pasal 62 ayat 1 jika pelaku usaha melanggar ketentuan-ketentuan dan menimbulkan
kerugian bagi konsumen perbuatan tersebut ditindak pidana ancaman 5 tahun penjara
dengan denda paling banyak Rp. 2000.000.000,00 (dua miliar). Kerugian yang dialami
konsumen adalah konsumen rugi akan kandungan gizi yang terdapat dalam susu kental
mani, rugi atas penipuan produk dari label yang dilakukan oleh produsen, dan rugi secara
ekonomis karena membeli produk tersebut yang diiklankan berbeda dengan kegunaannya.
Misal, produsen memberi indikasi maksimal konsumsi per hari dan akibatnya jika
dikonsumsi berkepanjangan. Terkait tidak perlu melakukan penarikan produk,
Kesalahpahaman yang terjadi disini disebabkan oleh proses komunikasi visual dalam
advertising, hal yang perlu dilakukan oleh pihak SKM yaitu melakukan Rebranding
produk mereka dengan mengubah target market dan mengikuti surat edaran BPOM.
b. Bebiluck produk makanan bayi
Jenis pelanggaran produsen melanggar Undang-undang No.18/2012 tentang Pangan,
Pasal 140 mengenai standar keamanan pangan dan pasal 142 mengenai izin edar.
Produsen mengalami kerugian ditaksir mencapai milyaran rupiah serta penyitaan item
produk dan penarikan produk tersebut yang terkait dengan sanksi yang diberikan oleh
BPOM. Pelanggaran UU Nomor 8 tahun 1999 pasal 52 tentang perlindungan konsumen
dengan ancaman penjara paling lama 5 tahun dengan denda maksimal 2 miliar.
Pelanggaran UU pasal 58 yang mencantumkan nomor PIRT palsu ataupun yang sudah
kadaluarsa dengan tindak pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak
Rp. 360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta). Dampak bagi konsumen terkait indikasi
bakteri yang ada pada produk produsen dapat menyebabkan diare. Produk tersebut harus
ditarik peredaran karena belum memiliki izin edar dan tidak memenuhi syarat higenis.

Anda mungkin juga menyukai