Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BAHAN BAKAR DAN PELUMAS

MACAM-MACAM ZAT ADITIF PADA PELUMAS

Disusun oleh

Dodi Setiawan

5202413064

Pendidikan Teknik Otomotif

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Bahan Bakar Pelumas ini yang membahas mengenai zat aditif pelumas. Makalah
ini berisi tentang bahan aditif yang ditabahakan pada pelumas.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi kami juga dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada semua pembaca agar
dapat memahami tentang demokrasi dan agar dapat menambah wawasan yang
sudah dimiliki mengenai demokrasi itu sendiri. Makalah ini merupakan sumber
pembelajaran yang efektif untuk semua mahasiswa.

Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Kritik dan saran yang dapat membangun dan membantu kami
mengembangkan isi dari makalah ini

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Kepada semua pihak yang telah memberikan
sumber dan referensi untuk kami dalam penyusunan makalah ini

Semarang, 8 Mei 2016

Tim Penyusun

ii
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pembahasan ........................................................................................... 3
1. Pengertian Pelumas .......................................................................... 3
2. Jenis-Jenis Pelumas .......................................................................... 3
3. Zat Aditif Pada Pelumas ................................................................... 5
4. Pembagian Aditif Minyak Pelumas.................................................. 5
5. Contoh Penambahan Aditif Pada Pelumas ....................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Simpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Oli adalah penopang utama dari kerja sebuah mesin, bahkan oli juga
menentukan performa dan daya tahan mesin. Fungsi oli yang utama adalah untuk
melumasi dan mengurangi gesekan antar komponen mesin, kemudian fungsinya
meluas sebagai penyalur panas sehingga membuat mesin tidak over heat. Oli
mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar
logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan
atau keausan. Lebih jauh lagi sebagai pembersih mesin dari sisa pembakaran dan
deposit senyawa karbon yang masuk dalam ruang bakar supaya tidak muncul
endapan lumpur. Teknologi mesin yang terus berkembang menuntut kerja
pelumas semakin lengkap, seperti penambahan anti karat dan anti foam.

Secara teknik tak ada istilah sebuah pelumas lebih baik dari yang lain bila
memiliki spesifikasi yang setara. Hal yang perlu diperhatikan adalah rekomendasi
dari buku manual kendaraan. Jadi, mesin dapat memakai merek apapun asal
dengan spesifikasi yang sama akan mempunyai tingkat perlindungan yang sama
pula terhadap mesin. Perbedaan oli yang satu dengan oli yang lain adalah
penambahan zat adiktifnya, sehingga mempunyai karakter khusus, seperti usia
pakai yang lebih lama, low smoke dan sebagainya. Oli mempunyai kekentalan
yang berbeda-beda, sehingga pemakainnya disesuaikan dengan jenis mesin yang
dilumasi. Pada suhu mesin yang tinggi kekentalan oli cenderung turun dan oli
mengalami pemuaian volume, sebaliknya bila suhu mesin rendah maka
kekentalan oli cenderung meningkat, dan oli mengalami penyusutan volume. Oli
mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Volume suatu
zat berhubungan dengan besarnya massa jenis zat tersebut.

Jenis – jenis oli sendiri memiliki beberapa macam, di klasifikasikan menjadi


beberapa sesuai jenis dan bahan pembuatannya. Dari bahan dasarnya, oli mesin
2

yang beredar terbagi 2 jenis, yaitu oli mineral dan oli sintetik. Oli mineral
diperoleh dari hasil tambang minyak bumi. Sedangkan, bahan oli sintetis terdiri
atas Polyalphaolifins (PAO).

1.2 Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini :
a. Apa sajakah jenis-jenis pelumas untuk mesin?
b. Apa fungsi dari penambahan zat aditif pada pelumas?
c. Apakah kelebihan fungsi zat aditif pada pelumas?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari


pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui jenis pelumas pada mesin


b. Untuk mengetahui zat aditif pada pelumas
c. Untuk mengetahui kelebihan zat aditif pada pelumas mesin

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah pengetahuan
dan wawasan yang baru tentang jenis-jenis pelumas terutama tentang pelumas
sintetis, baik dari bahan pembuatnya, kelebihan serta kekurangannya.
3

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
1. Pengertian pelumas
Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada diantara dua
permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar
permukaan tersebut.
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli
(oil pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas
agar sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Oli mengandung
lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar logam
dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan atau
keausan. Untuk beberapa keperluan tertentu, aplikasi khusus pada fungsi tertentu,
oli dituntut memiliki sejumlah fungsi-fungsi tambahan. Mesin diesel misalnya,
secara normal beroperasi pada kecepatan rendah tetapi memiliki temperatur yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Mesin bensin. Mesin diesel juga memiliki
kondisi kondusif yang lebih besar yang dapat menimbulkan oksidasi oli,
penumpukan deposit dan perkaratan logam-logam bearing.

Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:

a. Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu
oli membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak
langsung permukaan logam dengan logam.
b. Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-
bagian yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta
memindahkannya pada sistem pendingin.
c. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagian-bagian mesin.
d. Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
e. Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
4

f. Sebagai perantara oksidasi.

Fungsi oli yang lain adalah sebagai perapat, oli mengisi setiap celah komponen
pada mesin sehingga mengurangi gesekan antar komponen, sehingga mengurangi
keausan pada mesin.

2. Jenis-jenis pelumas

a. Oli Mineral
Oli mineral terbuat dari oli berbahan dasar (base oil) yang diambil dari
minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan dan ditambah dengan zat - zat
aditif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsinya. Beberapa pakar mesin
memberikan saran agar jika telah biasa menggunakan oli mineral selama
bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan oli sintetis
dikarenakan oli sintetis umumnya mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan oli
mineral sehingga deposit tadi terangkat dari tempatnya dan mengalir ke celah-
celah mesin sehingga mengganggu pemakaian mesin.

b. Oli Sintetis
Pada awal tahun 1930 Standard Oil dari Indiana mengawali research
tetnang oli sintetis. Pengembangan dan produksi oli sintetis yang lebih serius
dimulai oleh Jerman selama perang dunia II, dimana pada saat itu pelumas
konvensional mereka mengental dan membeku di front Timur dan menggagalkan
rencana mereka untuk menyerang Uni Sovyet. Saat mesin jet dikembangkan
setelah perang, dimana telah diketahui bahwa pelumas konvensional
tidakbertahan pada temperatur dan tekanan tinggi, maka pelumas sintetiklah yang
digunakan dalam semua mesin jet militer. Kemudian di tahun 1960-an sejarah
terulang lagi dan cuaca dingin kembali memacu pengembangan oli sintetik ini,
dimana pada saat itu tentara Amerika membutuhkan pelumas yang lebih baik
untuk digunakan di artik dan antartika. NASA menspesifikkan pelumas sintetik
untuk digunakan pada semua pesawat ruang angkasa termasuk pesawat terbang.
5

Dewasa ini pelumas sintetik untuk otomotif berkembang sebagai dampak


langsung dari kebutuhan militer dan keperluan perminyakan extraterrestial
Pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak
bumi, bahan sintetik, pelumas bekas dan bahan lainnya yang tujuan utamanya
untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya (Kepres RI No.21 Th. 2001).
Sunardi (dalam kharisuddin, 2006) mengklasifikasikan minyak pelumas
berdasarkan bahan dasar yaitu pelumas dengan bahan dasar nabati, mineral dan
sintesis. Pelumas berbahan dasar nabati diperoleh dari biji atau buah tumbuhan
tersebut, misalnya minyak dari biji jarak, minyak kelapa, dan minyak biji kapas
(Amanto dalam Gufron, 2006). Pelumas berbahan dasar mineral diperoleh dari
destilasi atau penyulingan minyak bumi secara bertahap. Pelumas sintetik
berbahan dasar campuran berbagai macam bahan kimia yang dibuat di
laboratorium.
Minyak pelumas sintetik dibuat dari proses pencampuran minyak pelumas
dasar yang berasal dari bahan sintetik (bukan dari minyak bumi) ditambah dengan
bahan aditif. Bahan aditif yang ditambahkan berfungsi untuk mengurangi gesekan
dan melincinkan, meningkatkan viskositas, menambah indek viskositas,
menghambat korosi dan oksidasi dari reaktan atau kontaminan
Bahan aditif yang biasanya digunakan untuk meningkatkan kualitas
pelumas antara lain: zinc dialkyldithiopjospate (ZDDP), biasanya juga
mengandung kalsium, yang berfungsi untuk melindungi dari kondisi dibawah
tekanan yang ekstrim atau dalam situasi performansi yang berat. Aditif ZZDP dan
kalsium juga ditambahkan untuk melindungi pelumas motor dari gangguan
oksidasi atau mencegah terbentuknya kotoran dan kerak pernis; molybdenum,
beberapa aditif pelumas jenis ini di klaim dapat mengurangi gesekan, ikatan
dengan logam, atau memiliki sifat anti aus
Minyak pelumas sintetik memiliki sifat lebih unggul dalam hal stabilitas
termalnya, sifat alirnya, indeks viskositas, dan stabilitas penguapannya. Oleh
karena itu minyak pelumas sintetik memberikan unjuk kerja yang lebih baik
daripada minyak pelumas mineral (Suhardono, dkk. Mulyana dan Tjahjono,
2003).
6

3. Zat Aditif Pada Pelumas

Zat aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar
oil. Aditif untuk minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah
selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem
dari mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam
kondisi berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda
gigi yang lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi
mesin yang mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi
dibandingkan dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya
menggunakan minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi),
minyak mineral murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti
tersebut diatas.

Formulasi dan pembuatan minyak pelumas yang mengandung aditif


bukanlah suatu hal yang mudah dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau
bahan dispersan pada minyak dasar (atau base oil atau straight mineral oil) atau
kombinasi dari minyak dasar saja. Dalam keadaan sebenarnya, setiap minyak
mineral mempunyai respon yang berlain-lainan terhadap aditif tertentu, oleh sebeb
itu pula diadakan penelitian di dalam formulasi untuk mendapatkan formula yang
paling tepat. Di samping itu perkembangan minyak pelumas menjadi lebih
kompleks karena beberapa sifat yang perlu diperkuat dengan aditif misalnya
ketahanan terhadap oksidasi, sifat deterjensi dan lain sebenarnya. Untuk itu harus
dipertimbangkan pengaruh masing-masing aditif terhadap minyak mineral murni
dan pengaruh aditif antara satu terhadap yang lain. Aditif yang satu mungkin
mempengaruhi keaktifan pada aditif lainnya. Di lain pihak aditif tertentu mungkin
dapat berlaku synergistic atau saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau
lebih aditif dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada
apabila digunakan secara tersendiri.

4. Pembagian Aditif Minyak Pelumas


7

5. Pembagian Aditif Pelumas Berdasarkan Fungsi dan Kinerja di bagi


menjadi menjadi tiga jenis diantarnya :
A. Aditif Utama
 Anti foam (sylicons, poliacrilate.)

Berfungsi untuk meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja


mesin terutama di poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga
menghambat kinerja pelumasan mesin.

 Anti Oxidant (zinc dithiophosphate, alkyl sulfides, aromatic sulfides,


aromatic amines, dan hindered phenols.)

Berfungsi menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul


hidrocarbon dalam pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan
mekanisme utama yang bertanggung jawab pada kerusakan pelumas, berupa
pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive wear dan lain sebagainya.
mengakibatkan mengentalnya oli secara berlebihan yang dapat mengakibatkan
tertimbunnya oli yang mengental (sludge).

 Anti Wear (Zinc diackyl dithio phosphates, Sulfur- Phosphorous


Compounds, Clorurated Paraffins, Organic sulphur compounds, Zinc
Dialkyl Dithio Phosphates (ZnDTP)

Berfungsi mencegah panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari
gesekan antar metal pada mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa
dan penyebar panas mesin.
8

 Anti Corrosion (dodecyl succinic acid, phosphoric esters, amines,


imidazolines, sulfur derivatives.)

Mencegah korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara
melapisi metal meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.

 Detergent (phenolates, sulphonates dan phosphonates dari elemen alkali


dan alkali-tanah, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), sodium (Na) atau
barium (Ba))

Sebagai pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan


pelindung pada permukaan logam, mencegah endapan, mengurangi timbulnya
deposit, mengendalikan korosi serta membersihkan karbon sisa pembakaran agar
karbon tidak menempel di komponen mesin.

 Dispersant (suksinimida poliisobutilena)

Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin
bensin. Lumpur tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil
pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi
sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, dan
mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang dapat
mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.
9

 Friction Modifier (desulfida, boron nitrida, tungsten desilfida, serta


polytetrafluoroethylene.)

Berfungsi meningkatkan kinerja pelumasan pada metal yang bergesekan agar


tidak cepat aus.

 Pour Point Depressant (poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers,


poly-fumarates)

Berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour
Point Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah.
Contoh PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-
fumarates. Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil
dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar
viskositas rendah.

B. Viscosity Index Improver (poly- metacrylates, etylen-propylen


copolimers (OCP), styrenic copolimers, poly-isoprenes)

Aditif ini berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin
mulai tinggi, sehingga pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas
yang mamakai aditif ini sering disebut oli multigrade.

C. Oil Flow Improver

Aditif ini berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start
pagi hari. Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.
10

D. Jenis-jenis Aditif

Aditif Pelumas digunakan secara luas untuk berbagai tujuan, namun secara umum
aditif ini bisa digolongkan menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1. Engine Performance

2. Fuel Handling

3. Fuel Stability

4. Contaminant Control

1. Aditif Engine Performance


Kelas aditif ini dapat meningkatkan kemampuan mesin. Efek dari masing –
masing anggota kelas aditif ini dilihat dari perbedaan jangka waktu. Keuntungan
yang dihasilkan oleh cetane number improver langsung bisa didapatkan, namun
keuntungan dari aditif detergent dan aditif lubricity dilihat dalam jangka waktu
yang lama, sering kali baru terlihat haasilnya dalam puluhan ribu mil.
a. Cetane Number Improver (Diesel Ignition Improvers)

Cetane number improver dapat mengurangi kebisingan pembakaran dan asap


yang dihasilkan. Tingkat keuntungannya bervariasi dalam berbagai desain mesin
dan model operasi, mulai dari tidak ada efek sama sekali hingga peningkatan yang
sangat baik.2-Ethylhexyl nitrate (EHN) merupakan cetane number improver yang
paling banyak digunakan. EHN kadang kala juga disebut octyl nitrate. EHN
secara termal tidak stabil dan terdekomposisi sangat cepat pada suhu tinggi dalam
ruang bakar. Produk – produk hasil dekomposisi membantu memulai pembakaran
bahan bakar dan, karenanya, memperpendek periode penundaan pengapian
(ignition delay) dari bahan bakar yang tanpa aditif. Peningkatan cetane number
dari jumlah tertentu EHN bervariasi dari satu jenis bahan bakar dan lainnya.
Peningkatan akan makin besar untuk bahan bakar yang cetane number-nya secara
alami sudah relatif tinggi. Peningkatan inkremental akan semakin mengecil
dengan semakin banyak EHN yang ditambahkan, jadi tidak akan menjadi
11

keuntungan dengan menambahkan konsentrasi EHN yang telah optimal. EHN


biasanya digunakan dalam jangkauan konsentrasi 0,05% hingga 0,4% massa dan
dapat meningkatkan 3 hingga 8 cetane number. Alkyl nitrate yang lain, seperti
halnya ether nitrate dan beberapa senyawa nitroso, telah diketahui juga efektif
menjadi cetane number improver, namun mereka belum digunakan secara
komersil. Di-tertiary butyl peroxide diperkenalkan baru – baru ini sebagai cetane
number improver secara komersial. Kekurangan dari EHN adalah EHN
mengurangi stabilitas termal dari beberapa bahan bakar. Efek dari cetane number
improver lain pada stabilitas termal belum diketahui, namun nampaknya akan
sama seperti kekurangan EHN. Sekarang beberapa labolatorium sedang meneliti
hal ini.

b. Injector Cleanliness Additives


Bahan bakar dan ―crankcase‖ pelumas dapat membentuk endapan (deposit)
dalam area saluran injektor – area yang berhubungan dengan suhu injektor yang
tinggi. Tingkat pembentukan deposit bervariasi dengan jenis mesin, komposisi
bahan bakar, komposisi pelumas, dan kondisi operasi. Deposit yang berlebihan
bisa merusak aliran spray injector yang pada gilirannya dapat menghambat proses
pencampuran udara dengan bahan bakar. Pada beberapa mesin, hal ini bisa
menyebabkan penurunan efisiensi bahan bakar dan meningkatkan emisi gas
buang.

Aditif detergen ashless polimer dapat membersihkan deposit saluran injektor dan
memelihara injektor tetap bersih. Jenis aditif ini tersusun dari molekul polar yang
terikat pada deposit dan deposit ―precursors‖, dan molekul non polar yang
terlarut dalam bahan bakar. Dengan demikian, aditif ini dapat melarutkan deposit
yang telah terbentuk dan mengurangi kemungkinan untuk deposit ―precursors‖
menjadi deposit. Aditif detergen biasanya digunakan dalam range konsentrasi 50
hingga 300 ppm.

2. Fuel Handling Additives


a. Antifoam Additives
12

Beberapa Pelumas cenderung untuk membentuk buih (foam). Pembentukan buih


bisa mencampuri pengisian tangki bahan bakar dan menyebabkan kebocoran.
Sebagian besar aditif antifoam merupakan senyawa organosilikon dan umumnya
digunakan dengan konsentrasi 10 ppm atau lebih rendah lagi.

b. De-Icing Additives

Air bebas yang terdapat dalam bahan bakar dapat membeku pada suhu yang
rendah. Kristal es yang dihasilkan bisa menyumbat aliran bahan bakar atau filter.
Alkohol atau glikol dengan berat molekul rendah dapat ditambahkan pada minyak
solar untuk mencegah pembentukan es. Alkohol atau glikol terlarut sempurna
dalam air, menghasilkan campuran yang mempunyai titik beku lebih rendah
daripada air murni.

3. Fuel Stability Additives


Instabilitas bahan bakar hasil dari pembentukan ―gums‖ yang dapat mengarah
pada pembentukan deposit pada injektor atau partikel kecil (particulates) yang
dapat menyumbat filter bahan bakar atau sistem injeksi bahan bakar. Kebutuhan
akan aditif fuel stability bervariasi secara luas dari berbagai bahan bakar. Itu
tergantung pada bagaimana bahan bakar itu dibuat – sumber minyak bumi dan
proses pengilangannya dan pencampurannya. Aditif fuel stability secara umum
bekerja dengan menghalangi satu langkah reaksi dalam sebuah jalur reaksi
berantai (multi langkah). Dikarenakan banyak reaksi kimia yang kompleks
terlibat, aditif yang efektif pada satu bahan bakar bisa jadi tidak dapat bekerja
dengan baik pada bahan bakar jenis lain. Jika sebuah bahan bakar perlu
distabilkan, maka bahan bakar tersebut harus diuji terlebih dahulu untuk
menentukan aditif mana yang efektif. Hasil yang baik akan didapat ketika aditif
ditambahkan secepatnya setelah bahan bakar dihasilkan.
a. Antioxidants

Salah satu model dari instabilitas pelumas adalah oksidasi, yang mana oksigen
dalam jumlah kecil dalam udara terlarut menyerang komponen reaktif dalam
13

bahan bakar. Serangan pertama ini memicu reaksi berantai yang kompleks.
Antioksidan bekerja dengan menghentikan reaksi rantainya. Senyawa fenol dan
amina tertentu, seperti phenylenediamine, paling sering digunakan sebagai
antioksidan. Aditif ini umumnya digunakan dengan range konsentrasi 10 hingga
80 ppm.

b. Stabilizer

Reaksi dengan basis asam adalah salah satu bentuk instabilitas bahan bakar.
Stabilizer yang digunakan untuk menghindari reaksi seperti itu umumnya
dibentuk dari basis amina keras dan digunakan dalam range konsentrasi 50 hingga
150 ppm. Stabilizer bereaksi dengan senyawa asam lemah untuk membentuk
produk yang tetap terlarut dalam bahan bakar, namun tidak bereaksi lebih lanjut.

c. Metal Deactivator

Ketika sejumlah kecil logam tertentu, terutama tembaga (copper) dan besi (iron),
dilarutkan dalam minyak solar, mereka memacu reaksi yang terlibat dalam
instabilitas bahan bakar. Metal deactivators mengikat logam – logam ini,
menetralkan efek katalisis dari logam – logam tersebut. Metal deactivators
digunakan umumnya pada range konsentrasi 1 hingga 1 ppm.

4. Contaminant Control
Aditif kelas ini umumnya digunakan untuk mengatasi permasalahan kebersihan
(housekeeping).
a. Biocides

Suhu tinggi yang terlibat dalam proses pengilangan secara efektif mensterilkan
minyak solar. Namun bahan bakar dengan cepat terkontaminasi dengan
mikroorganisme yang terdapat di air dalam bahan bakar. Mikroorganisme ini
termasuk bakteri dan jamur (yeasts dan molds). Sebagian besar mikroorganisme
membutuhkan air bebas untuk tumbuh, pertumbuhan biologis biasanya
terkonsentrasi pada lapisan air dan bahan bakar. Dalam penambahan pada bahan
14

bakar dan air, mereka juga membutuhkan beberapa nutrien penting lainnya untuk
pertumbuhan. Dari semua nutrien, belerang (phosphorus) merupakan satu –
satunya yang konsentrasinya mungkin sangat rendah dalam bahan bakar yang
dapat membatasi pertumbuhan biologis. Suhu ambient yang lebih tinggi juga
membantu pertumbuhan. Beberapa organisme membutuhkan udara untuk tumbuh
(aerobik), sedangkan yang lain dapat tumbuh tanpa kehadiran udara (anaerobik).
Waktu yang tersedia untuk pertumbuhan juga sangat penting. Beberapa, atau
bahkan beberapa ribu, organisme tidak menyebabkan masalah. Hanya ketika
koloni organisme mempunyai cukup waktu untuk tumbuh lebih besar lagi
sehingga cukup untuk memproduksi produk samping untuk mempercepat korosi
tangki bahan bakar atau memproduksi cukup biomassa untuk menyumbat saluran
bahan bakar. Walaupun pertumbuhan bisa terjadi dalam tangki bahan bakar yang
bekerja, tangki yang diam (static tank) – dimana bahan bakar disimpan untuk
rentang waktu yang lama – merupakan tempat pertumbuhan yang lebih baik jika
terdapat air. Biocides dapat digunakan ketika mikroorganisme mencapai taraf
menimbulkan masalah. Pilihan terbaik adalah aditif yang dapat larut dalam bahan
bakar dan dalam air sehingga aditif dapat menyerang mikroba dalam kedua media
tersebut. Biocides umumnya digunakan dalam range konsentrasi 200 hingga 600
ppm. Sebuah biocides bisa jadi tidak bekerja jika biofilm tebal telah terakumulasi
pada permukaan tangki atau pada permukaan peralatan lainnya, karena aditif tidak
dapat menembus untuk membunuh mikroba yang tinggal jauh didalam lapisan
biofilm. Pada kasus seperti ini, tidak ada cara lain selain mengeringkan tangki
kemudian membersihkan secara manual. Walaupun biocides efektif untuk
menghentikan pertumbuhan mikroba, namun masih diperlukan untuk
menyingkirkan biomassa yang terakumulasi untuk menghindari terjadinya
penyumbatan filter. Dikarenakan biocides merupakan senyawa beracun, keluaran
air atau cairan yang mengandung biocides harus dibuang dengan semestinya.
Pendekatan yang paling baik untuk mengatasi kontaminasi mikroba adalah
tindakan pencegahan. Dan langkah preventif yang paling penting adalah menjaga
kandungan air dalam tangki seminimal mungkin, lebih disukai tidak ada air sama
sekali.
15

b. Demulsifiers
Normalnya, hidrokarbon dan air terpisah dengan cepat dan benar – benar terpisah.
Namun jika bahan bakar mengandung komponen polar yang berprilaku seperti
surfaktan dan jika terdapat air bebas, maka bahan bakar dan air dapat membentuk
emulsi. Operasi dan perlakuan apapun yang melibatkan ―shear force‖ yang
tinggi, seperti memompa bahan bakar, dapat menstabilkan emulsi. Demulsifier
adalah surfaktan yang menghancurkan emulsi dan membuat fasa bahan bakar dan
air terpisah secara sempurna.
Demulsifier umumnya digunakan dalam range konsentrasi 5 hingga 30 ppm. c.
Corrosion Inhibitors

Karena sebagian besar pipa – pipa minyak dan tangki – tangki minyak terbuat dari
logam (steel), korosi yang paling umum terjadi adalah pembentukan karat dengan
keberadaan air. Semakin lama, karat yang parah dapat menyebabkan lubang pada
dinding logam, menyebabkan kebocoran. Selain dari kebocoran, bahan bakar yang
terkontaminasi oleh partikel karat dapat menyebabkan penyumbatan filter bahan
bakar dan meningkatkan keausan pompa dan injektor bahan bakar. Inhibitor
korosi adalah komponen – komponen yang menempel pada permukaan logam dan
membentuk lapisan yang mencegah serangan dari biang korosi. Pemakaian
inhibitor korosi biasanya digunakan dalam range konsentrasi 5 hingga 15 ppm.

Analisa Ekonomi dan Takaran Penambahan Zat Aditif

Penulis mengutip komposisi penambahan zat aditif dan pengaruh analisa


ekonomi pada produk jadi minyak pelumas. Hal ini penulis lakukan karena
penulis merasa perlu sebagai bahan pertimbangan mengingat harga zat aditif yang
tidak murah dan hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan konsumen ketika
membeli zat aditif untuk di tambahkan kedalam minyak pelumas kendaraannya.
Selain itu penulis juga ingin mengetahui lebih jauh takaran antara base oil dan zat
aditif yang digunakan oleh produsen minyak pelumas ketika memproduksi
minyak pelumas.
16

Tekad Sitepu (2010) melakukan penelitian dengan melakukan pengujian


pada minyak pelumas SAE 15W-50 dengan dan tanpa penambahan zat aditif.
Parameter-parameter yang diuji adalah kekentalan dan distribusi tekanan pada
bantalan luncur. Hasil pengujian menunjukkan terjadi penambahan kekentalan
akibat penambahan zat aditif. Penambahan zat aditif tidak mengubah pola
distribusi tekanan pada bantalan luncur namun tekanan pada bantalan akan
berkurang.

Penambahan zat aditif juga menambah kwalitas ketahanan usia minyak


pelumas. Atas dasar pertimbangan tersebut yang menjadikan produk-produk zat
aditif pelumas di jual di pasaran untuk di campurkan konsumen pemilik
kendaraan bermotor kedalam campuran minyak pelumas kendaraanya agar
ketahanan usia minyak pelumas yang di gunakan pada kendaraannya dapat
bertambah.

Berikut adalah sample komposisi standard campuran base oil dan aditif pada
motor bensin, dan kenaikan harga produk akibat pengaruhnya :

Minyak Pelumas Karter Untuk Motor Bensin


SAE 10W-30 SAE 20W-40 SAE 10W-40
% Berat Rata-rata 89,5 90,5 84,5

Minyak Dasar
% Berat Rata-rata 10,5 9,5 15,5

Aditif yang digunakan


% Kenaikan Harga 31,0 27,6 46,0

Dengan adanya Aditif


% Kenaikan Harga 16,7 13,6 26,3
dengan adanya IV
Improver
17

Pada tabel ditunjukan pengaruh ekonomi yang dinyatakan dalam


prosentase harga rata-rata dari bahan dasar minyak. Nampak pada SAE 20W-40
dengan penambahan 9,5% berat aditif pada minyak dasar akan menaikan harga
minyak sebesar 27,6%-nya. Terlebih lagi untuk SAE 10W-40 kenaikan harga
terlihat lebih besar, yaitu dengan penambahan 15,5% berat aditif pada minyak
dasar dan terjadi kenaikan harga minyak pelumas sampai hampir 50%-nya sendiri
dari harga minyak dasar yaitu 46%.

Disini Nampak betapa mahal harga aditif (dalam berat) dan bila ditinjau
dari harga minyak dasarnya akan terasa jauh lebih mahal lagi. Terlebih untuk
aditif IV Improver, untuk aditif ini Nampak harganya melebihi separuh dari
semua jumlah aditif yang ditambahkan. Dapat disimpulkan, dari segi ekonomi
penambahan zat aditif mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap harga
minyak pelumasnya.

5. Contoh Penambahan Aditif Pada Pelumas

a. Shell Helix Ultra 5W-30 (Detergent)


Pelumas mesin full sintetis – Formulasi Shell paling canggih untuk mesin
dengan performa tinggi. Kendaraan masa kini membutuhkan Pelumas mesin yang
dapat memenuhi tuntutan yang terus berubah yang juga meningkatkan performa
dan umur mesin. Inilah sebabnya Shell berinovasi dengan menggunakan cara
terbaru untuk memproduksi Pelumas mesin sintetis, yang terbuat dari gas alam
dengan teknologi Shell PurePlus.
Shell Helix Ultra adalah Pelumas mesin mutakhir yang diformulasikan
menggabungkan teknologi Shell Pureplus dan , bahan dasar yang terbuat dari gas
alam, dengan teknologi Active Cleansing, aditif pembersih,
menghasilkan Pelumas mesin yang secara aktif membantu menjaga kebersihan
mesin dan untuk memberikan tingkat kebersihan dan perlindungan yang lebih
tinggi daripada pelumas lainnya.
18

b. Shell Helix Ultra 5W-40 (Detergent, Anti wear)


Pelumas mesin full sintetis – Formulasi Shell paling mutakhir untuk mesin
dengan performa tinggi. Kendaraan masa kini membutuhkan Pelumas mesin yang
dapat memenuhi tuntutan yang terus berubah dan juga meningkatkan performa
dan umur mesin. Inilah sebabnya Shell berinovasi dengan menggunakan cara
terbaru untuk memproduksi Pelumas mesin sintetis, yang terbuat dari gas alam
dengan teknologi Shell PurePlus. Shell Helix Ultra adalah Pelumas mesin
mutakhir yang diformulasikan menggabungkan teknologi Shell Pureplus dan ,
bahan dasar yang terbuat dari gas alam, dengan teknologi Active Cleansing, aditif
pembersih, menghasilkan Pelumas mesin yang secara aktif membantu menjaga
kebersihan mesindan untuk memberikan tingkat kebersihan dan
perlindungan yang lebih tinggi daripada pelumas lainnya.

c. Shell Helix HX8 Full Sintetis 5W-30 API SN


Pelumas mesin full sintetis – Kinerja maksimal, membersihkan dan
melindungi mesin.

d. TOP 1 HP PLUS 10W-40 API SM (Dispersant, Detergent)

Oli mobil TOP 1 HP PLUS 10W-40 diformulasikan secara khusus untuk


mesin bensin teknologi modern. Oli ini dirancang dengan synthetic base oil
Syngen 2000 dan teknologi aditif VX-12 yang akan memberikan perlindungan
maksimal pada semua komponen mesin kendaraan Anda dalam kondisi ekstrim
sekalipun. Dengan adanya komponen-komponen sintetik terbaik di dalamnya,
TOP 1 HP PLUS 10W-40 memberikan kestabilan suhu mesin secara maksimum,
dan perlindungan mesin terhadap kerusakan akibat gesekan.
19

e. TOP 1 ACTION MATIC 20W-40 JASO MB (Anti Wear, Pou Point


Depresant)

f. TOP 1 ACTION MATIC 20W-40 merupakan pelumas yang


diformulasikan khusus untuk motor skutik (motor matik). TOP 1 ACTION
MATIC 20W-40 mampu mengurangi gesekan dan oksidasi yang terjadi
dalam mesin, sekaligus melindungi mesin dengan lebih sempurna dari
perubahan cuaca yang ekstrim. TOP 1 ACTION MATIC 20W-40 sangat
direkomendasi untuk semua motor matic seperti: Honda, Yamaha,
Kawasaki, Kymco, Suzuki dan Vespa.

g. FASTRON (Sulfur, Dispersant, TBN) :.


Minyak pelumas mesin kendaran semi sintetis dengan kekentalan ganda
(Multigrade)

h. MESRAN SUPER SAE 20W-50 (Dispersant, Anti Oxidant, Anti Wear)


Adalah pelumas mesin bensin yang diproduksi dari bahan dasar pelumas
berkualitas tinggi. Mengandung aditif detergent dispersant, anti oksidasi,
anti aus dan mempunyai sifat-sifat melindungi dan memelihara kebersihan
torak, mencegah terbentuknya sludge (endapan lumpur), mampu
mengurangi keausan pada bagian-bagian yang bergerak terutama pada katup
dengan baik. Pelumas Mesran Super SAE 20W-50 mengandung bahan aditif
khusus sehingga memiliki kekentalan ganda (multigrade), menjadikan
pelumas ini mudah bersirkulasi. Mesin mudah dihidupkan pada waktu
mesin dingin dan suhu rendah serta tetap mempunyai kekentalan yang
mantap saat pengoperasian pada suhu dan kecepatan tinggi.

j. MESRAN SAE 10W, 20W, 30, 40, 50 (Anti Oxidant, Anti Corossion, Anti
Foam)
20

Pelumas ini terutama dianjurkan untuk melumasi mesin kendaraan yang


mempergunakan bahan bakar bensin dan menghendaki pelumasan yang
sempurna. Pelumas ini adalah dari jenis tugas berat dan bermutu tinggi,
mengandung detergent-dispersant additive, sehingga pelumas ini dapat
mengurangi pengotoran pada bagian dalam dari mesin, juga mengandung
aditif: anti oksidasi, anti karat, anti aus dan anti busa. Minyak lumas ini
diformulasikan dari bahan dasar yang memiliki viscosity index tinggi.
11

BAB III

PENUTUP

1.1 Simpulan
Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelumas merupakan material penting dalam proses kinerja
mesin, selain sebagai pengurang gesekan juga sebagai
pendingin pada mesin
2. Pelumas memiliki beberapa penambahan zat aditif yaitu,
detergent, anti wear, anti oxidant
3. Penambahan jenis aditif pada pelumas bergantung pada setiap
kondisi mesin, jenis mobil serta letak geografisnya.

1.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran dari para
pembaca masih sangat diperlukan untuk membuat makalah ini lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymus, 2016. “Pertamina Lubricants”. Diakses pada 30 Mei 2016.


http://pelumas.pertamina.com/Files/product_pcmo.asp

Arif, Muhammad. 2015. “Oli sintetik dan Oli mineral”. 9 Mei 2016.
https://iksanarifmuh.wordpress.com/2015/05/31/oli-sintetik-dan-oli-
mineral/

Alexa, 2008, Pengujian Pelumas Kendaraan , Jurnal Teknik Mesin Fakultas


Teknologi Industri Universitas Kristen Petra.

Anton, 1985, Teknologi Pelumas, Jurnal PPPTMG Lemigas Jakarta.

Endro Wahju Tjahjono, 2009, Rancangan Teknologi Pengolahan Pelumas, Mpi,


Perekayasa Pada Pusat Teknologi Industry Proses, Deputi TIRBR- BPPT.

http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/hx8-synth-5w-30.html

http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/ultra-5w40.html

http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/ultra-5w30.html

Irfan, 2010, Karakteristik Dasar Pelumas” Jurnal Teknik Mesin Fakultas


Teknologi Industri Universitas Kristen Petra.

iv
Maimuzar, Oong Hanwar, 2005. Pengaruh Pencampuran Oli Treatment Dengan
Minyak Pelumas Mesin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pada Motor
Bensin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Unand

Sukirno, 1988, Pelumasan dan Teknologi Pelumas”, Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Supraptono, 2004, Bahan Bakar Dan Pelumas.Teknik Mesin Fakultas Teknik


Universitas Negeri Semarang.

Onny, 2015. “Perbdaan Oli Sintetis dan Oli Mineral”. 9 Mei 2016. http://artikel-
teknologi.com/perbedaan-oli-sintetis-dan-oli-mineral/2/

Onny, 2016. “Macam-macam Zat Aditif Pelumas Oli”. Diakses pada 30 Mei
2016. http://artikel-teknologi.com/macam-macam-zat-aditif-pelumas-oli/

Rizky, 2016. “Zat Aditif Minyak Pelumas”. Diakses pada 30 Mei 2016.
https://rzqms.wordpress.com/2013/04/29/zat-aditif-minyak-pelumas/

Tim Motorplus, 2015. “Perbedaan Oli Mineral dan Sintetis”. 9 Mei 2016.
http://read.motorplus-online.com/read/dST/4/0/Perbedaan-Oli-Mineral-
Dan-Sintetik

iv
v

Anda mungkin juga menyukai