Makalah Bahan Bakar Dan Pelumas Macam-Macam Zat Aditif Pada Pelumas. Disusun Oleh. Dodi Setiawan. Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Mesin
Makalah Bahan Bakar Dan Pelumas Macam-Macam Zat Aditif Pada Pelumas. Disusun Oleh. Dodi Setiawan. Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh
Dodi Setiawan
5202413064
FAKULTAS TEKNIK
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Bahan Bakar Pelumas ini yang membahas mengenai zat aditif pelumas. Makalah
ini berisi tentang bahan aditif yang ditabahakan pada pelumas.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi kami juga dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada semua pembaca agar
dapat memahami tentang demokrasi dan agar dapat menambah wawasan yang
sudah dimiliki mengenai demokrasi itu sendiri. Makalah ini merupakan sumber
pembelajaran yang efektif untuk semua mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Kritik dan saran yang dapat membangun dan membantu kami
mengembangkan isi dari makalah ini
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Kepada semua pihak yang telah memberikan
sumber dan referensi untuk kami dalam penyusunan makalah ini
Tim Penyusun
ii
iv
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Oli adalah penopang utama dari kerja sebuah mesin, bahkan oli juga
menentukan performa dan daya tahan mesin. Fungsi oli yang utama adalah untuk
melumasi dan mengurangi gesekan antar komponen mesin, kemudian fungsinya
meluas sebagai penyalur panas sehingga membuat mesin tidak over heat. Oli
mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar
logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan
atau keausan. Lebih jauh lagi sebagai pembersih mesin dari sisa pembakaran dan
deposit senyawa karbon yang masuk dalam ruang bakar supaya tidak muncul
endapan lumpur. Teknologi mesin yang terus berkembang menuntut kerja
pelumas semakin lengkap, seperti penambahan anti karat dan anti foam.
Secara teknik tak ada istilah sebuah pelumas lebih baik dari yang lain bila
memiliki spesifikasi yang setara. Hal yang perlu diperhatikan adalah rekomendasi
dari buku manual kendaraan. Jadi, mesin dapat memakai merek apapun asal
dengan spesifikasi yang sama akan mempunyai tingkat perlindungan yang sama
pula terhadap mesin. Perbedaan oli yang satu dengan oli yang lain adalah
penambahan zat adiktifnya, sehingga mempunyai karakter khusus, seperti usia
pakai yang lebih lama, low smoke dan sebagainya. Oli mempunyai kekentalan
yang berbeda-beda, sehingga pemakainnya disesuaikan dengan jenis mesin yang
dilumasi. Pada suhu mesin yang tinggi kekentalan oli cenderung turun dan oli
mengalami pemuaian volume, sebaliknya bila suhu mesin rendah maka
kekentalan oli cenderung meningkat, dan oli mengalami penyusutan volume. Oli
mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Volume suatu
zat berhubungan dengan besarnya massa jenis zat tersebut.
yang beredar terbagi 2 jenis, yaitu oli mineral dan oli sintetik. Oli mineral
diperoleh dari hasil tambang minyak bumi. Sedangkan, bahan oli sintetis terdiri
atas Polyalphaolifins (PAO).
Berikut ini adalah rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini :
a. Apa sajakah jenis-jenis pelumas untuk mesin?
b. Apa fungsi dari penambahan zat aditif pada pelumas?
c. Apakah kelebihan fungsi zat aditif pada pelumas?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah pengetahuan
dan wawasan yang baru tentang jenis-jenis pelumas terutama tentang pelumas
sintetis, baik dari bahan pembuatnya, kelebihan serta kekurangannya.
3
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
1. Pengertian pelumas
Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada diantara dua
permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar
permukaan tersebut.
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli
(oil pump), pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas
agar sampai kepada bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Oli mengandung
lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar logam
dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan atau
keausan. Untuk beberapa keperluan tertentu, aplikasi khusus pada fungsi tertentu,
oli dituntut memiliki sejumlah fungsi-fungsi tambahan. Mesin diesel misalnya,
secara normal beroperasi pada kecepatan rendah tetapi memiliki temperatur yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Mesin bensin. Mesin diesel juga memiliki
kondisi kondusif yang lebih besar yang dapat menimbulkan oksidasi oli,
penumpukan deposit dan perkaratan logam-logam bearing.
Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:
a. Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu
oli membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak
langsung permukaan logam dengan logam.
b. Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-
bagian yang mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta
memindahkannya pada sistem pendingin.
c. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagian-bagian mesin.
d. Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
e. Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
4
Fungsi oli yang lain adalah sebagai perapat, oli mengisi setiap celah komponen
pada mesin sehingga mengurangi gesekan antar komponen, sehingga mengurangi
keausan pada mesin.
2. Jenis-jenis pelumas
a. Oli Mineral
Oli mineral terbuat dari oli berbahan dasar (base oil) yang diambil dari
minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan dan ditambah dengan zat - zat
aditif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsinya. Beberapa pakar mesin
memberikan saran agar jika telah biasa menggunakan oli mineral selama
bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan oli sintetis
dikarenakan oli sintetis umumnya mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan oli
mineral sehingga deposit tadi terangkat dari tempatnya dan mengalir ke celah-
celah mesin sehingga mengganggu pemakaian mesin.
b. Oli Sintetis
Pada awal tahun 1930 Standard Oil dari Indiana mengawali research
tetnang oli sintetis. Pengembangan dan produksi oli sintetis yang lebih serius
dimulai oleh Jerman selama perang dunia II, dimana pada saat itu pelumas
konvensional mereka mengental dan membeku di front Timur dan menggagalkan
rencana mereka untuk menyerang Uni Sovyet. Saat mesin jet dikembangkan
setelah perang, dimana telah diketahui bahwa pelumas konvensional
tidakbertahan pada temperatur dan tekanan tinggi, maka pelumas sintetiklah yang
digunakan dalam semua mesin jet militer. Kemudian di tahun 1960-an sejarah
terulang lagi dan cuaca dingin kembali memacu pengembangan oli sintetik ini,
dimana pada saat itu tentara Amerika membutuhkan pelumas yang lebih baik
untuk digunakan di artik dan antartika. NASA menspesifikkan pelumas sintetik
untuk digunakan pada semua pesawat ruang angkasa termasuk pesawat terbang.
5
Zat aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar
oil. Aditif untuk minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah
selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem
dari mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam
kondisi berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda
gigi yang lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi
mesin yang mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi
dibandingkan dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya
menggunakan minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi),
minyak mineral murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti
tersebut diatas.
Berfungsi mencegah panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari
gesekan antar metal pada mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa
dan penyebar panas mesin.
8
Mencegah korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara
melapisi metal meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.
Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin
bensin. Lumpur tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil
pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi
sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, dan
mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang dapat
mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.
9
Berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour
Point Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah.
Contoh PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-
fumarates. Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil
dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar
viskositas rendah.
Aditif ini berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin
mulai tinggi, sehingga pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas
yang mamakai aditif ini sering disebut oli multigrade.
Aditif ini berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start
pagi hari. Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.
10
D. Jenis-jenis Aditif
Aditif Pelumas digunakan secara luas untuk berbagai tujuan, namun secara umum
aditif ini bisa digolongkan menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1. Engine Performance
2. Fuel Handling
3. Fuel Stability
4. Contaminant Control
Aditif detergen ashless polimer dapat membersihkan deposit saluran injektor dan
memelihara injektor tetap bersih. Jenis aditif ini tersusun dari molekul polar yang
terikat pada deposit dan deposit ―precursors‖, dan molekul non polar yang
terlarut dalam bahan bakar. Dengan demikian, aditif ini dapat melarutkan deposit
yang telah terbentuk dan mengurangi kemungkinan untuk deposit ―precursors‖
menjadi deposit. Aditif detergen biasanya digunakan dalam range konsentrasi 50
hingga 300 ppm.
b. De-Icing Additives
Air bebas yang terdapat dalam bahan bakar dapat membeku pada suhu yang
rendah. Kristal es yang dihasilkan bisa menyumbat aliran bahan bakar atau filter.
Alkohol atau glikol dengan berat molekul rendah dapat ditambahkan pada minyak
solar untuk mencegah pembentukan es. Alkohol atau glikol terlarut sempurna
dalam air, menghasilkan campuran yang mempunyai titik beku lebih rendah
daripada air murni.
Salah satu model dari instabilitas pelumas adalah oksidasi, yang mana oksigen
dalam jumlah kecil dalam udara terlarut menyerang komponen reaktif dalam
13
bahan bakar. Serangan pertama ini memicu reaksi berantai yang kompleks.
Antioksidan bekerja dengan menghentikan reaksi rantainya. Senyawa fenol dan
amina tertentu, seperti phenylenediamine, paling sering digunakan sebagai
antioksidan. Aditif ini umumnya digunakan dengan range konsentrasi 10 hingga
80 ppm.
b. Stabilizer
Reaksi dengan basis asam adalah salah satu bentuk instabilitas bahan bakar.
Stabilizer yang digunakan untuk menghindari reaksi seperti itu umumnya
dibentuk dari basis amina keras dan digunakan dalam range konsentrasi 50 hingga
150 ppm. Stabilizer bereaksi dengan senyawa asam lemah untuk membentuk
produk yang tetap terlarut dalam bahan bakar, namun tidak bereaksi lebih lanjut.
c. Metal Deactivator
Ketika sejumlah kecil logam tertentu, terutama tembaga (copper) dan besi (iron),
dilarutkan dalam minyak solar, mereka memacu reaksi yang terlibat dalam
instabilitas bahan bakar. Metal deactivators mengikat logam – logam ini,
menetralkan efek katalisis dari logam – logam tersebut. Metal deactivators
digunakan umumnya pada range konsentrasi 1 hingga 1 ppm.
4. Contaminant Control
Aditif kelas ini umumnya digunakan untuk mengatasi permasalahan kebersihan
(housekeeping).
a. Biocides
Suhu tinggi yang terlibat dalam proses pengilangan secara efektif mensterilkan
minyak solar. Namun bahan bakar dengan cepat terkontaminasi dengan
mikroorganisme yang terdapat di air dalam bahan bakar. Mikroorganisme ini
termasuk bakteri dan jamur (yeasts dan molds). Sebagian besar mikroorganisme
membutuhkan air bebas untuk tumbuh, pertumbuhan biologis biasanya
terkonsentrasi pada lapisan air dan bahan bakar. Dalam penambahan pada bahan
14
bakar dan air, mereka juga membutuhkan beberapa nutrien penting lainnya untuk
pertumbuhan. Dari semua nutrien, belerang (phosphorus) merupakan satu –
satunya yang konsentrasinya mungkin sangat rendah dalam bahan bakar yang
dapat membatasi pertumbuhan biologis. Suhu ambient yang lebih tinggi juga
membantu pertumbuhan. Beberapa organisme membutuhkan udara untuk tumbuh
(aerobik), sedangkan yang lain dapat tumbuh tanpa kehadiran udara (anaerobik).
Waktu yang tersedia untuk pertumbuhan juga sangat penting. Beberapa, atau
bahkan beberapa ribu, organisme tidak menyebabkan masalah. Hanya ketika
koloni organisme mempunyai cukup waktu untuk tumbuh lebih besar lagi
sehingga cukup untuk memproduksi produk samping untuk mempercepat korosi
tangki bahan bakar atau memproduksi cukup biomassa untuk menyumbat saluran
bahan bakar. Walaupun pertumbuhan bisa terjadi dalam tangki bahan bakar yang
bekerja, tangki yang diam (static tank) – dimana bahan bakar disimpan untuk
rentang waktu yang lama – merupakan tempat pertumbuhan yang lebih baik jika
terdapat air. Biocides dapat digunakan ketika mikroorganisme mencapai taraf
menimbulkan masalah. Pilihan terbaik adalah aditif yang dapat larut dalam bahan
bakar dan dalam air sehingga aditif dapat menyerang mikroba dalam kedua media
tersebut. Biocides umumnya digunakan dalam range konsentrasi 200 hingga 600
ppm. Sebuah biocides bisa jadi tidak bekerja jika biofilm tebal telah terakumulasi
pada permukaan tangki atau pada permukaan peralatan lainnya, karena aditif tidak
dapat menembus untuk membunuh mikroba yang tinggal jauh didalam lapisan
biofilm. Pada kasus seperti ini, tidak ada cara lain selain mengeringkan tangki
kemudian membersihkan secara manual. Walaupun biocides efektif untuk
menghentikan pertumbuhan mikroba, namun masih diperlukan untuk
menyingkirkan biomassa yang terakumulasi untuk menghindari terjadinya
penyumbatan filter. Dikarenakan biocides merupakan senyawa beracun, keluaran
air atau cairan yang mengandung biocides harus dibuang dengan semestinya.
Pendekatan yang paling baik untuk mengatasi kontaminasi mikroba adalah
tindakan pencegahan. Dan langkah preventif yang paling penting adalah menjaga
kandungan air dalam tangki seminimal mungkin, lebih disukai tidak ada air sama
sekali.
15
b. Demulsifiers
Normalnya, hidrokarbon dan air terpisah dengan cepat dan benar – benar terpisah.
Namun jika bahan bakar mengandung komponen polar yang berprilaku seperti
surfaktan dan jika terdapat air bebas, maka bahan bakar dan air dapat membentuk
emulsi. Operasi dan perlakuan apapun yang melibatkan ―shear force‖ yang
tinggi, seperti memompa bahan bakar, dapat menstabilkan emulsi. Demulsifier
adalah surfaktan yang menghancurkan emulsi dan membuat fasa bahan bakar dan
air terpisah secara sempurna.
Demulsifier umumnya digunakan dalam range konsentrasi 5 hingga 30 ppm. c.
Corrosion Inhibitors
Karena sebagian besar pipa – pipa minyak dan tangki – tangki minyak terbuat dari
logam (steel), korosi yang paling umum terjadi adalah pembentukan karat dengan
keberadaan air. Semakin lama, karat yang parah dapat menyebabkan lubang pada
dinding logam, menyebabkan kebocoran. Selain dari kebocoran, bahan bakar yang
terkontaminasi oleh partikel karat dapat menyebabkan penyumbatan filter bahan
bakar dan meningkatkan keausan pompa dan injektor bahan bakar. Inhibitor
korosi adalah komponen – komponen yang menempel pada permukaan logam dan
membentuk lapisan yang mencegah serangan dari biang korosi. Pemakaian
inhibitor korosi biasanya digunakan dalam range konsentrasi 5 hingga 15 ppm.
Berikut adalah sample komposisi standard campuran base oil dan aditif pada
motor bensin, dan kenaikan harga produk akibat pengaruhnya :
Minyak Dasar
% Berat Rata-rata 10,5 9,5 15,5
Disini Nampak betapa mahal harga aditif (dalam berat) dan bila ditinjau
dari harga minyak dasarnya akan terasa jauh lebih mahal lagi. Terlebih untuk
aditif IV Improver, untuk aditif ini Nampak harganya melebihi separuh dari
semua jumlah aditif yang ditambahkan. Dapat disimpulkan, dari segi ekonomi
penambahan zat aditif mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap harga
minyak pelumasnya.
j. MESRAN SAE 10W, 20W, 30, 40, 50 (Anti Oxidant, Anti Corossion, Anti
Foam)
20
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Setelah melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelumas merupakan material penting dalam proses kinerja
mesin, selain sebagai pengurang gesekan juga sebagai
pendingin pada mesin
2. Pelumas memiliki beberapa penambahan zat aditif yaitu,
detergent, anti wear, anti oxidant
3. Penambahan jenis aditif pada pelumas bergantung pada setiap
kondisi mesin, jenis mobil serta letak geografisnya.
1.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran dari para
pembaca masih sangat diperlukan untuk membuat makalah ini lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. 2015. “Oli sintetik dan Oli mineral”. 9 Mei 2016.
https://iksanarifmuh.wordpress.com/2015/05/31/oli-sintetik-dan-oli-
mineral/
http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/hx8-synth-5w-30.html
http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/ultra-5w40.html
http://www.shell.co.id/id/products-services/on-the-road/oils-lubricants/helix-
range/helix-fully-synthetic/ultra-5w30.html
iv
Maimuzar, Oong Hanwar, 2005. Pengaruh Pencampuran Oli Treatment Dengan
Minyak Pelumas Mesin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pada Motor
Bensin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Unand
Onny, 2015. “Perbdaan Oli Sintetis dan Oli Mineral”. 9 Mei 2016. http://artikel-
teknologi.com/perbedaan-oli-sintetis-dan-oli-mineral/2/
Onny, 2016. “Macam-macam Zat Aditif Pelumas Oli”. Diakses pada 30 Mei
2016. http://artikel-teknologi.com/macam-macam-zat-aditif-pelumas-oli/
Rizky, 2016. “Zat Aditif Minyak Pelumas”. Diakses pada 30 Mei 2016.
https://rzqms.wordpress.com/2013/04/29/zat-aditif-minyak-pelumas/
Tim Motorplus, 2015. “Perbedaan Oli Mineral dan Sintetis”. 9 Mei 2016.
http://read.motorplus-online.com/read/dST/4/0/Perbedaan-Oli-Mineral-
Dan-Sintetik
iv
v