1 SM
1 SM
ABSTRAK
Persediaan material pada suatu proyek konstruksi merupakan faktor yang sangat penting, mengingat
sebagian besar biaya yang dikeluarkan adalah untuk material. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi,
masalah umum yang sering kali dihadapi adalah pemesanan material yang jumlahnya berlebihan atau
yang tersedia terlalu banyak (overstock) ataupun pemesanan material yang terlalu sedikit (understock).
Jika terjadi pemesanan dengan jumlah yang berlebihan maka akan terjadi suatu pemborosan sehingga
mengakibatkan biaya penyimpanan bertambah, kerusakan material, dan penyusutan jumlah material.
Demikian juga sebaliknya jika material yang dipesan terlalu sedikit akan terjadi kekurangan material
yang dapat mengganggu kelancaran proyek atau keterlambatan kegiatan sehingga proyek tidak selesai
tepat waktu.
Metode Economic Order Quantity merupakan suatu teknik penyelesaian masalah persediaan material
untuk mengetahui jumlah material yang harus dipesan, dan disaat kapan pemesanan harus dilakukan
agar mendapatkan biaya yang minimum sehingga tidak terjadi pemborosan baik dari segi material
maupun biaya.
Setelah dilakukan perhitungan pengendalian biaya persediaan material dengan metode Economic
Order Quantity maka dapat diketahui dengan jelas jumlah material yang harus dipesan, waktu untuk
melakukan pemesanan, dan total biaya yang harus dikeluarkan. Dari hasil perhitungan, jumlah
pemesanan yang ekonomis untuk semen adalah 122 sak pada frekuensi pemesanan 20 kali dengan total
biaya persediaan sebesar Rp. 926.865,-. Jumlah pemesanan yang ekonomis untuk pasir adalah 37m3
pada frekuensi pemesanan 6 kali dengan total biaya persediaan sebesar Rp. 277.069,-. Jumlah
pemesanan yang ekonomis untuk pasir adalah 37m3 pada frekuensi pemesanan 6 kali dengan total
biaya persediaan sebesar Rp. 377.209,-.
Kata Kunci : Economic Order Quantity, Persediaan Material
949
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
1. Material yang ditinjau hanya semen, pasir, dan dalam menunjang terselesainya pelaksanaan
kerikil. pekerjaan.
2. Diasusmsikan semua pekerjaan beton Persoalan persediaan (inventory problem)
menggunakan Mutu Beton K-250 yang timbul ialah bagaimana caranya mengatur
3. Penelitian menggunakan metode Economic persediaan sehingga setiap kali ada permintaan,
Order Quantity (EOQ) dengan adanya Stock dapat segera dilayani akan tetapi jumlah biaya
Out, biaya yang dikendalikan yaitu : Biaya persediaan harus minimum atau sekecil mungkin.
Pemesanan, Biaya Penyimpanan, dan Biaya Maka diperlukan perencanaan persedian bahan
Kehabisan Persediaan. atau material dengan menggunakan suatu model
yang disebut model persediaan. Model
Tujuan Penelitian persediaan adalah suatu teknik penyelesaiaan
1. Menghitung biaya dari jumlah material yang masalah persediaan untuk mengetahui jumlah
harus dipesan sehingga dapat meminimum- persediaan yang optimum dalam memenuhi
kan biaya-biaya yang timbul dalam kebutuhan/atau permintaan bahan pada suatu
pengadaan persediaan material menggunakan selang waktu tertentu.
metode EOQ.
2. Menentukan titik pemesanan ulang material Metode Pengendalian Persediaan
tidak terjadi kehabisan persediaan sepanjang a. Metode Pengendalian Secara Statistik
proyek berlangsung. (Statistical Inventory Control)
1. Economic Order Quantity (EOQ)
Manfaat Penelitian
Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa
Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah
kebutuhan bersifat kontinu dengan pola
sebagai berikut :
permintaan yang stabil. Tujuan model ini
1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman
adalah untuk menentukan jumlah (Q) Setiap
tentang mekanisme pengadaan bahan
kali pemesanan (EOQ) Sehingga
bangunan.
meminimalkan biaya total persediaan..
2. Mengetahui proses dan faktor-faktor yang
2. Lot For Lot
mempengaruhi pengadaan bahan bangunan
Teknik LFL ini merupakan teknik lot
dalam suatu proyek.
sizing yang paling sederhana dan paling
mudah dipahami. Pemesanan dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA dengan pertimbangan minimasi ongkos
simpan. Pada teknik ini, pemenuhan
Pengertian Persediaan kebutuhan bersih (Rt) dilaksanakan di setiap
Persediaan adalah barang atau bahan yang periode yang membutuhkannya, sedangkan
disediakan, yang masih harus diolah untuk besar ukuran kuantitas pemesanannya (lot
dijadikan produk jadi (bahan baku) atau size) adalah sama dengan jumlah kebutuhan
merupakan bahan yang telah diolah menjadi suatu bersih (Rt) yang harus dipenuhi pada periode
bentuk, tetapi masih perlu diolah menjadi produk yang bersangkutan. Teknik ini biasanya
jadi (produk setengah jadi) atau berupa bahan digunakan untuk item-item yang mahal atau
yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap yang tingkat diskontinuitas permintaannya
dikirim untuk memenuhi permintaan pemakai tinggi.
(produk jadi), yang disimpan atau diproses lebih 3. Fixed Period Requirement (FPR)
lanjut. Teknik ini menggunakan konsep interval
Fungsi persediaan, apakah itu bahan baku, pemesanan yang konstan, sedangkan ukuran
produk setengah jadi, ataupun produk jadi kuantitas pemesanannya (lot size) boleh
meliputi beberapa kegiatan secara berurutan bervariasi. Ukuran kuantitas pemesanan
seperti pembelian, pengolahan, dan penyaluran tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan
dimana kegiatan-kegiatan tersebut bisa (Rt) dari setiap periode yang tercakup dalam
independen atau berkaitan satu sama lain. Proses interval pemesanan yang telah diterapkan.
atau pergerakan persediaan ini sering disebut pipa Penetapan interval pemesanannya dilakukan
stok (pipeline stocks) yang sangat penting dimana secara sembarang atau intuitif. Pada teknik
barang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. FPR ini, pemesanan dilaksanakan pada
Sama halnya pada suatu proyek dimana periode berikutnya.
pengaturan jumlah bahan suatu proyek sangat 4. Algoritma Wagner dan Within
diperlukan untuk menjamin ketersediaan bahan
950
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
Algoritma Wagner dan Within memperoleh Part Period (EPP). Pemilihan ukuran lot
solusi maksimum dengan penyesuaian ditentukan dengan jalan membandingkan
masalah yang dinamis dan deterministik. ongkos part period yang ditimbulkan oleh
Permintaan tiap periode dipenuhi agar dapat setiap ukuran lot yang akan
menyelesaikan pesanan yang akan datang dilaksanakan. Part period adalah suatu unit
pada periode sebelumnya. yang disimpan dalam persediaan selama satu
5. Fixed Order Quantity (FOQ) periode. EPP dapat didefinisikan sebagai
Teknik FOQ menggunakan kuantitas kuantitas suatu item persediaan yang bila
pemesanan yang tetap yang berarti ukuran disimpan dalam persediaan selama satu
kuantitas pemesanannya (lot size) adalah periode akan menghasilkan ongkos
sama untuk setiap kali pemesanan. Ukuran lot pengadaan yang sama dengan ongkos simpan.
tersebut ditentukan secara sembarangan atau EPP dihitung secara sederhana dengan
berdasarkan faktor-faktor intuisi/empiris, membagi ongkos pengadaan dengan ongkos
misalnya menggunakan jumlah kebutuhan simpan per unit per periode.
bersih (Rt) tertinggi sebagai ukuran lotnya. 9. Part Period Balancing (PPB)
6. Period Order Quantity (POQ) Teknik PBB ini menggunakan dasar logika
Teknik ini sama dengan FPR. Bedanya, pada yang sama dengan teknik LTC. Perhitungan
teknik POQ, interval pemesanan ditentukan kuantitas pemesanannya juga sama.
dengan suatu perhitungan yang didasarkan Perbedaannya terletak pada pengalokasian
pada logika EOQ klasik yang telah pemesanan yang dilakukan dengan melihat
dimodifikasi sehingga dapat digunakan pada kebutuhan bersih periode yang ada di depan
permintaan yang berperiode waktu diskrit. dan di belakang (look a head/look back) dari
Kesulitan teknik ini terletak pada periode yang bersangkutan. Hal ini
kemungkinan bahwa diskontinuitas dimaksudkan untuk mencegah penyimpanan
permintaan kebutuhan bersih (Rt) terdistribusi item persediaan dalam jumlah yang terlalu
sedemikian rupa sehingga interval pemesanan besar (cakupan periode yang terlalu panjang)
yang telah ditentukan sebelumnya menjadi dan menghindari kuantitas pemesanan yang
tidak berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi jika terlalu sedikit. Untuk mengatasi
pada periode-periode yang bertepatan dengan kecenderungan proses look a
saat pemesanan besarnya kebutuhan bersih head memperbesar ukuran lot, dilakukan
(Rt) adalah nol. pengujian tambahan, yaitu jika kebutuhan
7. Least Unit Cost (LUC) bersih yang akan ditambahkan ke suatu lot
Teknik ini dan ketiga teknik berikutnya menimbulkan ongkos yang lebih besar atau
mempunyai kesamaan tertentu, yaitu ukuran sama dengan EPP proses penyesuaian, look a
kuantitas pemesanan dan interval head dihentikan. Proses penyesuaian look
pemesanannya dapat bervariasi. Pada teknik back dilakukan hanya jika tidak mungkin
LUC, ukuran kuantitas pemesanan (lot size) melakukan pencakupan periode tambahan
ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu sepanjang horizon perencanaan atau proses
dengan jalan mempertanyakan apakah ukuran penyesuaian look a head dikatakan gagal.
lot di suatu periode sebaiknya sama dengan Pada dasarnya, proses penyesuaian look
kebutuhan bersihnya atau bagaimana kalau back ini berusaha untuk mengurangi besar
ditambah dengan periode-periode berikutnya. ukuran lot. Untuk memperlihatkan proses
Keputusan ditentukan berdasarkan ongkos penyesuaian ini, dilakukan sedikit perubahan
per unit (ongkos pengadaan per unit + ongkos pada data kebutuhan bersih yang telah dipakai
simpan per unit) terkecil dari setiap bakal sebelumnya.
ukuran lot yang akan dipilih. b. Metode Perencanaan Kebutuhan Material
8. Least Total Cost (LTC) (Material Requirement Planning)
Teknik ini didasarkan pada pemikiran bahwa Material Requirement Planning (MRP) dapat
jumlah ongkos pengadaan dan ongkos simpan didefinisikan sebagai suatu teknik atau set
(ongkos total) setiap ukuran pemesanan (lot prosedut yang sistematis dalam penentuan
size) yang ada pada suatu horizon kuantitas serta waktu dalam proses
perencanaan dapat diminimalkan jika besar pengendalian kebutuhan bahan terhadap
ongkos-ongkos tersebut sama atau hampir komponen-komponen permintaan yang saling
sama. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut bergantungan (Dependent Deman Items).
adalah suatu faktor yang disebut Economic c. Metode Kanban (Just In Time)
951
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
Metode Just In Time merupakan tipe proses bunga Bank yang diinvestasikan sesuai
yang biasa disebut sebagai produksi masal periode waktu dan akan menjadi besar apabila
(mass production), atau disebut juga persediaan bahan berada dalam jumlah yang
repetitive manufacturing. Pada metode ini, besar. Akan tetapi jumlah persediaan yang
operasi yang sama tau serupa diulang secara besar ini dapat menjadikan biasa pemesanan
berkali-kali dengan tanpa berhentingan dan biaya kehabisan persediaan menjadi kecil.
material-material yang urut-urutan operasi Begitu juga dengan biaya pembelian, biaya ini
tersebut. akan menjadi kecil apabila ada potongan harga
untuk pembelian dalam jumlah yang besar.
Dalam tugas akhir ini dipakai metode Biaya penyimpanan berkaitan dengan :
Economic Order Quantity. a. Biaya gudang
Biaya ini dihitung per satuan unit bahan dan
Biaya-Biaya Persediaan tergantung pada kepemilikan gudang.
Biaya persediaan atau inbentory cost adalah b. Biaya kerusakan
semua biaya yang dikeluarkan akibat adanya Bahan yang disimpan dapat rusak atau
persediaan. Biasa persediaan adalah gabungan susut. Hal ini dapat terjadi karena berat
dari 4 elemen, yaitu: bahan atau aktivitas yang terjadi saat
1. Biaya pembelian (purchasing cost) pengangkutan.
Biaya pembelian dalah biaya yang harus c. Biaya asuransi
dikeluarkan untuk setiap jumlah bahan yang Asuransi dilakukan untuk mengantisipasi
dibeli. Dalam pembelian bahan terdapat dua kejadian yang tidak diperhitungkan pada
macam kemungkinan, yaitu : bahan yang disimpan. Besarnya asuransi
1) - Biaya per unit yang tetap tergantung pada perjanjian serta jenis
2) - Biaya per unit yang berubah-ubah bahannya.
Kemungkinan yang terakhir ini, dijumpai bila d. Biaya penanganan bahan
ada potongan harga untuk persediaan dalam Untuk bahan-bahan yang ditangani secara
jumlah tertentu. khusus, misalnya pada suhu tertentu.
2. Biaya pemesanan (procurement cost) e. Biaya administrasi
Biaya pemesanan adalah biaya yang terkait Biaya ini dikeluarkan untuk meng-
langsung dengan kegiatan pemesanan pada administrasikan persediaan yang ada, baik
pihak luar (ordering cost) atau kegiatan pada saat pemesanan, penerimaan bahan
pengelolahan dari perusahaan sendiri (set-up maupun penyimpanannya.
cost). 4. Biaya kehabisan persediaan (shortage / stock-
Besarnya biaya pemesanan pada umumnya outcost)
tergantung pada besarnya frekuensi Biaya kehabisan persediaan adalah biaya yang
pemesanan bahan, jadi tidak dipengaruhi timbul apabila tidak terdapat persediaan untuk
bongkar muat bahan yang dipesan. Elemen- memenuhi kebutuhan yang ada.
elemen dalam pemesanan antara lain : Biaya ini dapat menyebabkan 2 kondisi, yaitu:
penentuan pemasok, persiapan pembelian, a. Pemesanan kembali (back order)
telepon, pengiriman bahan, pemeriksaan bahan Jika terjadi kekurangan persediaan, maka
pada saat di lokasi pekerjaan, dan kekurangan tersebut akan dipenuhi pada
pengangkutan. periode berikutnya.
Biaya pemesanan juga merupakan seluruh b. Kehilangan penjualan / keuntungan (lost
biaya yang terkait dalam proses pemesanan sales)
pada pihak luar. Bila pemesanan dilakukan Jika terjadi kekurangan persediaan, makan
dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kekurangan tidak dapat dipenuhi pada
frekeuensi pemesanan menjadi naik, sehingga periode berikutnya. Tetapi dianggap
biaya pemesanan menjadi besar. Sebaliknya sebagai kehilangan penjualan atau
bila dipesan dalam jumlah besar, biaya keuntungan.
pemesanan pun menjadi kecil. Akan tetapi, Strategi persediaan yang optimal biasanya
biaya penyimpanan akan menjadi besar. ditentukan dan didasarkan pada ke empat kategori
3. Biaya penyimpanan biaya tersebut. Oleh karena itu, untuk setiap
Biaya penyimpanan adalah biaya yang harus di situasi persediaan, biaya total persediaan dapat
keluarkan akibat adanya penyimpanan bahan. ditentukan dari persamaan sebagai berikut :
Biaya penyimpanan ini yaitu yang diambil dari
952
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
953
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
954
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
Jumlah kebutuhan yang habis dalam satu Tabel 4.4 Biaya Kehabisan Persediaan Semen
periode:
yd=√((2 x D x K)/h) x√((h + P)/P)
=√((2 x 2439 x 20000)/10500) x√((10500 +
15000)/15000)
= 96,392 x 1,304
= 125,695 sak ≈ 126 sak
ym=√((2 x D x K)/h)x√(P/(h + P))
=√((2 x 2439 x 20000)/10500)
x√(15000/(10500 + 15000))
= 96,392 x 0,588
= 50,701 sak≈51 sak
Maka, ys = yd – ym
= 126 – 51
= 75 sak Pengendalian Biaya Persediaan Semen
Sehingga total biaya penyimpanan Dengan Metode EOQ
(𝑦−𝑦𝑠 )2 Setelah komponen biaya persediaan telah
= 2𝑦
×ℎ
dihitung, maka langkah selanjutnya dalah
(2439−75)2
= 2×2439
×
20000 menghitung total biaya persediaan dengan metode
= Rp. 22.913.062,- EOQ untuk mendapatkan total biaya persediaan
Jadi untuk N = 1 x pesan, dan y = 2439 sak, total yang paling minimum dengan tingkat persediaan
biaya penyimpanannya adalah Rp. 22.913.062,- yang optimal atau disebut juga jumlah pesanan
Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat di yang paling ekonomis (Economic Order
lihat dalam tabel 4.3. Quantity).
Tabel 4.3 Biaya Pemesanan Semen Total biaya persediaan = Biaya Pemesanan +
Biaya Penyimpanan + Biaya Kehabisan
Persediaan
Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝐷 𝑦 − 𝑦𝑠 𝑦𝑠 2
𝑇𝐼𝐶 = 𝐾 × × ×ℎ+ ×𝑃
𝑦 2𝑦 2𝑦
Contoh perhitungan :
Untuk N = 1 x pesan dan y = 2439 sak
Total biaya pemesanan : Rp. 20.000,-
Total biaya penyimpanan : Rp. 22.913.062,-Total
biaya kehabisan persediaan : Rp. 17.297,-
Maka TIC = Rp. 20.000,- + Rp. 22.913.062,- +
Rp. 17.297,- = Rp.22.950.360,-
Jadi, total biaya persediaan (TIC), untuk N = 1 x
pesan adalah : Rp.22.950.360,-Hasil
selengkapnya dapat di lihat dalam tabel 4.5.
Menghitung Biaya Kehabisan Persediaan
Biaya kehabisan persediaan (P) pada studi kasus
ini adalah Rp. 15.000,- yang terdiri dari :
Selisih harga semen : Rp. 5.000,-
Biaya pemesanan khusus : Rp. 10.000,-
955
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
956
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
di dapat pada 20 kali pemesanan dengan 122 oleh besar kecilnya jumlah pemesanan.
sak setiap pemesanan. Total biaya persediaan Dari hasil perhitungan di dapat total biaya
adalah minimum sebesar Rp.926.865,- penyimpanan kerikil Rp.62.652,- dan
4. Besarnya biaya penyimpanan serta biaya total biaya kehabisan persediaan kerikil
kehabisan persediaan pasir ditentukan Rp.94.557,-
oleh besar kecilnya jumlah pemesanan. 7. Total biaya pemesanan kerikil akan
Dari hasil perhitungan di dapat total biaya mencapai minimum jika tingkat
penyimpanan pasir Rp.62.421,- dan total persediaan mencapai optimal dari hasil
biaya kehabisan persediaan pasir perhitungan. Nilai optimal di dapat pada 9
Rp.94.648,- kali pemesanan dengan 37m3 setiap
5. Total biaya pemesanan pasir akan pemesanan. Total biaya persediaan adalah
mencapai minimum jika tingkat minimum sebesar Rp.337.209,-
persediaan mencapai optimal dari hasil
perhitungan. Nilai optimal di dapat pada 6 Saran
kali pemesanan dengan 37m3 setiap Dalam pelaksanaan proyek dapatlah
pemesanan. Total biaya persediaan adalah menggunakan metode pengendalian biaya
persediaan ini, karena dapat menghitung dan
minimum sebesar Rp.277.069,-
menentukan jumlah persediaan bahan yang
6. Besarnya biaya penyimpanan serta biaya
optimum tanpa menyebabkan beban biaya
kehabisan persediaan kerikil ditentukan persediaan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
957
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (949-958) ISSN: 2337-6732
Sengkey, Yamamoto, 2007, Sistem Pengendalian Biaya Persediaan Dengan Metode Economic
Order Quantity, Skripsi, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi, Manado
958