Anda di halaman 1dari 52

Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia

Kelompok 8 Seminar Keuangan Publik

Ajar Redindra Islami (3)


Ari Budiyono (5)
Farisa Noviyanti (13)
Kelas 8 D Program Diploma IV Akuntansi
Kurikulum Khusus
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BAB I
TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Definisi Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi
makro, dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi perlu diukur sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan
penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional dan
sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh Bank Dunia atau
lembaga internasional lainnya.

B. Sejarah Perhitungan Pendapatan Nasional


Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris
yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak
disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern,
konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut
mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun
oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
Dalam analisis makro-ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan nasional” atau
“national income” dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa
yang dihasilkan dalam suatu Negara. Dengan demikian dalam penggunaan tersebut istilah
pendapatan nasional adalah mewakili arti PDB dan PNB. Disamping itu pendapatan nasional
dapat diartikan jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.        

 C. Konsep-Konsep Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional memiliki beberapa istilah yang dianggap sama padahal tidaklah
demikian. Beberapa istilah tersebut antara lain GDP, GNP, dan NI. Ketiga istilah itu memang
menunjukan pendapatan nasional sebuah negara. Namun, instrumen atau alat ukur yang
digunakan setiap negara berbeda sehingga setiap istilah mempunyai arti yang berbeda. Selain
ketiga istilah di atas, istilah lain yang  ada dalam pendapatan nasional adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Net National Product (NNP), Personal Income (PI), dan Disposible
Income (DI).

Page 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

1. Gross Domestic Product (GDP) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB)


Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di
wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor.

2.    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


PDRB lebih menggambarkan keadaan ekonomi yang sesungguhnya dari setiap regional
atau daerah. Oleh karena itu, PDRB menjadi salah satu alat ukur yang relevan untuk
mengetahui pencapaian sasaran pembangunan yag telah ditetapkan. Jadi, PDRB
merupakan alat untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. PDRB
disajikan dalam dua bentuk, yaitu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan.

Harga pasar = Harga factor + Pajak tak langsung – Subsidi

Perhitungan PDRB mampu menunjukan hasil-hasil pembangunan regional. Kegunaan


PDRB lainnya ialah untuk mengetahui :
a.    Tingkat pertumbuhan ekonomi regional
b.   Tingkat kemakmuran daerah
c.    Tingkat inflasi dan deflasi pada tahun tertentu
d.    Gambaran struktur perekonomian daerah
e.    Potensi suatu daerah terhadap regional

3. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)


Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun;
termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di
luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut.
Perbedaan GDP dan GNP dapat di ilustrasikan pada formula berikut

GDP = X + Y             dan                  GNP =X + Z

Ket : X = penanaman modal dalam negeri


         Y = penanaman modal asing
         Z = penanaman modal dalam negeri di luar negeri

Page 2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

4.     Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Bersih


Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau
penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

NNP = GNP – D

Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang


dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang
tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

5.     Net National Income (NNI)


Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.
NI diperoleh dengan rumus NI = w + i + r + p. Namun jika kita memiliki data NNI dapat
diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung.

NNI = NNP – pajak tidak langsung

Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

6.     Personal Income (PI) atau Pendapatan Perseorangan


Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan
merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan
nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba
perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan
tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang
dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk
dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Secara matematis PI dapat dirumuskan sebagai berikut :

PI = (NNI + Transfer Payment + Pembayaran bunga oleh pemerintah/konsumen +


Deviden) – (keuntungan perusahaan + Sumbangan kesejahteraan sosial)

Page 3
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

7.     Disposable Income (DI)


Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap
untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung

DI = PI – Pajak Perorangan atau Tabungan (S) = DI - Konsumsi.

Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak
pendapatan.

D. Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional


Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pendapatan/Income Approach
Pendekatan pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total
balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Kemampuan
entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang
modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Balas
jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan
sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk
pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut
Pendapatan Nasional.

Y=w+i+r+p

Dimana:
Y = pendapatan nasional
w = wage = upah/gaji
i = interest = bunga modal
r = rent = sewa

p = profit = laba

2. Pendekatan produksi/Production Approach


Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional adalah total output (nilai jasa dan
barang jadi, bukan bahan mentah atau barang setengah jadi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-
masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada
kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari
output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi.

Page 4
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double counting)
atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka pendapatan nasional bisa menggelembung
beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka
dalam perhitungan pendapatan nasional dengan metode produksi, yang dijumlahkan
adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor.

Y = (P1XQ1) + (P2XQ2) + (P3XQ3) + (P4XQ4) + ….


Dimana: P = price dan Q = quantity

Adapun 11 Lapangan usaha yang dihitung dalam production approach adalah :


a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
b. Pertambangan dan pengggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air minum
e. Bangunan
f. Perdangangan, hotel dan restoran
g. Pengangkutan dan komunikasi
h. Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
i. Sewa rumah
j. Pemerintahan dan pertahanan
k. Jasa-jasa

3. Pendekatan pengeluaran/Expenditure Approach


Menurut pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional merupakan nilai total
dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis
agregat dalam suatu perekonomian:
a.     Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa
yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang
dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
b.     Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir
(government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-
tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
c.    Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor
dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa
barang jadi maupun barang setengah jadi.
d.    Ekspor Neto (Net Export)

Page 5
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor.
Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor.
Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan
perekonomian lain (dunia).

Y = C + I + G + (X - M)
Dimana:
Y = Pendapatan Nasional
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor

E. Implementasi Perhitungan Pendapatan Nasional


Perhitungan pendapatan nasional mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Mengetahui kemampuan dan pemerataan perekonomian masyarakat dan negara
b. Memperoleh taksiran yang akurat tentang nilai barang dan jasa dalam satu tahun
c. Membantu pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan
d. Mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian negara

2. Manfaat
a. Mengetahui struktur perekonomian negara (agraris, industri, jasa)
b. Mengetahui pertumbuhan perekonomian negara, dengan cara membandingkan
pendapatan nasional dari waktu ke waktu
c. Dapat membandingkan perekonomian antar daerah
d. Dapat dijadikan dasar perbandingan dengan perekonomian negara lain
e. Dapat membantu kebijakan pemerintah di bidang ekonomi

3. Perbedaan Penerapan Konsep Pendapatan Nasional


Untuk negara yang sedang berkembang umumnya menggunakan Produk Domestik
Bruto atau PDB sebagai indikatornya yang merupakan nilai keseluruhan semua barang dan
jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per
tahun), PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan
apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak,
dengan demikian maka termasuk produksi barang dan jasa dari perusahaan luar negeri
yang berada di negara tersebut.

Page 6
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

PDB sendiri dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yakni PDB nominal, yang
dihitung dengan menggunakan harga barang dan jasa yang berlaku pada periode tersebut,
atau disebut juga PDB harga berlaku. Kategori kedua adalah PDB riil yang dihitung
berdasarkan harga tahun dasar, atau disebut juga PDB harga konstan. Perhitungan PDB riil
penting karena kesejahteraan diukur dari peningkatan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi, peningkatan PDB nominal tidak menggambarkan peningkatan jumlah barang
yang diproduksi, dan PDB riil dihitung dengan harga konstan, sehingga perubahan
angkanya menggambarkan perubahan jumlah output perekonomian.
Sedangkan untuk negara yang telah maju umumnya menggunakan Produk Nasional
Bruto atau PNB yang berarti nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
negara tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan memperhitungkan apakah produksi
itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak, dengan demikian
PNB adalah PDB yang ditambahkan pembayaran atas faktor produksi dari luar negeri lalu
dikurangi pembayaran jasa faktor produksi ke luar negeri.
Sementara untuk menghitung pendapatan di suatu wilayah tertentu saja misalnya
provinsi atau kabupaten maka yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto
atau PDRB yang merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh
seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan
dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender).
Selain dapat bertumbuh, kondisi perekonomian suatu negara dapat juga mengalami
resesi yakni suatu kondisi ketika aktifitas ekonomi negara secara keseluruhan mengalami
penurunan. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas
ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering
diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya
harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi
ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Pemerintah biasanya merespon
resesi dengan kebijakan ekonomi makro seperti menambah jumlah uang beredar,
mengurangi tarif pajak, atau menambah pengeluaran pemerintah.
Selain itu ada pula kondisi kontraksi ekonomi yakni satu fase kenaikan ekonomi pada
titik tertinggi yang kemudian diikuti penurun secara drastis, lantas pertumbuhan ekonomi
riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Dengan demikian
kontraksi ekonomi akan otomatis diikuti oleh resesi. resesi dan kontraksi (meskipun
kontraksi adalah kenaikan) sama-sama membahayakan perekonomian nasional dan
sebaiknya diwaspadai oleh pemerintah.

Page 7
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BAB II
PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA

A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Bank Dunia


Pada awalnya, Bank Dunia didirikan besama dengan IMF tahun 1944. Tujuannya adalah
untuk menghindari terulangnya The Great Depression akibat terjadinya perang dunia kedua.
Artinya, tujuan awalnya adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi global, terutama akibat
peperangan atau bencana alam. Namun, dewasa ini tujuannya sering bergeser ke aktivitas yang
salah satunya yaitu menyalurkan uang dari negara-negara ekonomi tinggi ke negara-negara
yang kemampuan ekonominya rendah.
Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara-negara non-Eropa
untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang, supaya negara yang
bersangkutan bisa membayar kembali hutangnya, misalnya proyek pembangunan pelabuhan,
jalan tol, atau pembangkit listrik. Era 1968-1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan
kepada negara-negara Dunia Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di
negara-negara tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia
meningkat 20% setiap tahunnya.
Rittberger dan Zangl (2006: 172) menulis, sejak tahun 1970-an Bank Dunia mengubah
konsentrasinya karena situasi semakin meningkatnya jurang perekonomian antara negara
berkembang dan negara maju. Pada era itu, seiring dengan merdekanya negara-negara yang
semula terjajah, jumlah negara berkembang semakin meningkat. Negara-negara berkembang
menuntut distribusi kemakmuran (distribution of welfare) yang lebih merata dan negara-negara
maju memenuhi tuntutan ini dengan cara menyuplai dana pembangunan di negara-negara
berkembang.
Berdasarkan Bank Dunia (World Bank) tingkat pendapatan per kapita suatu negara
dibedakan menjadi empat kelompok
1. Negara berpendapatan rendah (Low Income Economics) yaitu negara yang memiliki PNB
per kapita $ 675 atau kurang negara yang berpendapatan menengah ke bawah (Lower
Middle Economics)
2. Negara yang berpendapatan menengah ke bawah, yaitu negara-negara yang mempunyai
PNB per kapita antara $ 675 – $ 2.695 negara yang berpendapatan menengah tinggi
(Upper Middle Economics)
3. Negara yang berpendapatan menengah tinggi, yaitu negara yang mempunyai PNB per
kapita antara $ 2.695 – $ 8.355
4. Negara yang berpendapatan tinggi (High Income Economics) yaitu negara yang mempunyai
PNB per kapita diatas $ 8.355

B. Kelompok Negara-negara Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi


1. Negara Adidaya (G-8)
G8 (singkatan dari Group of Eight) adalah koalisi delapan negara termaju di
dunia: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya,  Amerika Serikat  (G6,
1975), Kanada (G7, 1976) dan Rusia (tidak ikut dalam seluruh acara), serta Uni Eropa.

Page 8
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Peristiwa terpenting dalam G8 adalah pertemuan ekonomi dan politik tahunan yang


dihadiri para kepala negara dan pejabat-pejabat internasional, meski selain itu masih ada
pertemuan-pertemuan dan penelitian-penelitian kebijakan lainnya yang lebih kecil.

Sejarah
G8 berawal dari krisis minyak 1973 dan resesi dunia yang terjadi selanjutnya. Masalah-
masalah ini membuat Amerika Serikat mendirikan kelompok bernama Library Group,
sebuah perkumpulan para pejabat keuangan senior dari Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang, untuk mendiskusikan masalah-masalah ekonomi. Pada 1975, Presiden Perancis
Valéry Giscard d'Estaing mengundang para kepala negara enam negara demokratis besar
yang maju ke pertemuan G6 yang pertama di Rambouillet dan menawarkan ide untuk
adanya pertemuan tetap. Para peserta setuju terhadap rencana pertemuan tahunan
dengan jabatan kepresidenan kelompok tersebut yang bergilir, dan mendirikan apa yang
dinamakan G6 yang terdiri dari Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat,
dan Britania Raya. Pada pertemuan kedua di Puerto Riko, G6 menjadi G7 dengan
masuknya Kanada.
Setelah berakhirnya Perang Dingin, pada 1991 Rusia (saat itu masih Uni Soviet) mulai
bertemu dengan G7 setelah pertemuan utama. Sejak pertemuan
tahun 1998 di Birmingham, Rusia diizinkan untuk turut serta lebih banyak, menandai
terciptanya G8. Meskipun begitu, Rusia tidak mengikuti pertemuan untuk para menteri
keuangan karena negara tersebut masih bukan merupakan kekuatan ekonomi yang besar.
G8 tidak didukung oleh pemerintahan transnegara, berbeda dari organisasi-organisasi
seperti PBB atau Bank Dunia. Jabatan presiden G8 digilirkan antar negara-negara anggota
setiap tahun, dengan masa bakti yang dimulai pada 1 Januari.
Pertemuan para menteri yang berasal dari bidang-bidang seperti kesehatan,
penegakan hukum, dan tenaga kerja mendiskusikan masalah-masalah yang menjadi
kekhawatiran antara negara anggota atau dunia. Dari seluruh pertemuan para menteri
tersebut, yang paling terkenal adalah G7, yang membicarakan masalah keuangan.

Kriteria
Negara yang tergabung di G-8 ini harus memenuhi kriteria berikut:
a. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor industri dan jasa. Hasil industrinya
tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan tetapi juga untuk
pemenuhan komoditas ekspor.
b. Sektor pertanian tetap diusahakan walaupun sedikit namun pengolahannya telah
menggunakan alat-alat modern.
c. Sumber daya manusianya berkualitas tinggi, sehingga dapat menguasai iptek, karena
didukung oleh faktor kesehatan dan pendidikan.
d. pertumbuhan penduduknya rendah, antara 0,1% - 1% pertahun
e. Konsentrasi penduduknya banyak di daerah perkotaan.
f. Angka kelahiran dan angka kematian relatif rendah sedangkan angka harapan hidup
mencapai rata-rata diatas 67,5% pertahun.

Page 9
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

g. Tingkat pendidikan penduduknya tinggi sehingga tidak ada penduduk yang buta huruf.
h. Rata-rata penduduknya telah memperoleh penghasilan yang layak setiap bulannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pangan, sandang, dan papan. Sedikit
dijumpai penduduk yang miskin.

2. Negara Dunia Ketiga (G-20)


G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan
perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi G-20
dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau
Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk
tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan
ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia.
Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah
menteri keuangan Jerman dan Kanada.

Sejarah
Latar belakang pembentukan forum ini berawal dari terjadinya Krisis Keuangan
1998 dan pendapat yang muncul pada forum G-7 mengenai kurang efektifnya pertemuan
itu bila tidak melibatkan kekuatan-kekuatan ekonomi lain agar keputusan-keputusan yang
mereka buat memiliki pengaruh yang lebih besar dan mendengarkan kepentingan-
kepentingan yang barangkali tidak tercakup dalam kelompok kecil itu. Kelompok ini
menghimpun hampir 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga
penduduk dunia.
G20 awalnya digagas sebagai forum bersama guna membahas isu-isu ekonomi dunia
sekaligus sebuah sarana akomodasi kepentingan negara-negara berkembang yang selama
ini kurang mendapat perhatian dan tempat dalam forum konsultasi negara-negara industri
G8 yang beranggotakan Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Italia, Prancis, Jerman, Jepang
dan Rusia. Misi awal forum ini untuk merespon krisis ekonomi yang menerpa Asia tahun
1997, juga menjalin kerjasama dan dialog konstruktif terkait stabilitas ekonomi global
diantara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota.

Peran
Sebagai forum ekonomi, G-20 lebih banyak menjadi ajang konsultasi dan kerja sama
hal-hal yang berkaitan dengan sistem moneter internasional. Terdapat pertemuan yang
teratur untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi di antara negara industri maju
dan sedang berkembang terkemuka mengenai kebijakan-kebijakan yang mengarah pada
stabilitas keuangan internasional dan mencari upaya-upaya pemecahan masalah yang tidak
dapat diatasi oleh satu negara tertentu saja.
Secara kumulatif, negara-negara yang tergabung dalam G20 diperkirakan menguasai
sekitar 90 persen produk domestik bruto (PDB) ekonomi dunia, 80 persen volume
perdagangan dunia, dan merepresentasikan dua pertiga populasi penduduk dunia.

Page 10
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Singkatnya, kekuatan ekonomi negara G20 mencerminkan kekuatan pasar dan arus lalu
lintas perdagangan barang dan jasa terbesar di dunia.
Namun demikian, secara de jure, G20 bukan sebuah organisasi internasional yang
memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku seperti Bank Dunia, IMF, ADB,
AfDB atau WTO. Sepanjang perjalanan aktifitas G20 tidak ada satu pun pembahasan yang
memberikan dampak positif terhadap negara-negara berkembang khususnya dalam sektor
ekonomi (economic sector). Sejak didirikannya G20 di Berlin, Jerman, forum ini belum bisa
menjadi forum yang dapat memberikan kontribusi penting dalam pemecahan persoalan
perekonomian dunia. Masih banyaknya negara-negara berkembang yang tidak lepas dari
krisis ekonomi mencerminkan bahwa forum ini mengalami stagnasi.
Sebagian besar anggota adalah negara - negara dengan Keseimbangan Kemampuan
Berbelanja (PPP) terbesar dengan sedikit modifikasi. Belanda,Polandia, dan Spanyol, yang
termasuk big 20, diwakili oleh Uni Eropa.  Iran dan Taiwan tidak
diikutsertakan. Thailand juga tidak diikutsertakan, walaupun posisinya di atas Afrika
Selatan.

Anggota
Negara-negara anggota G20 adalah sebagai berikut: Afrika Selatan, Amerika Serikat,
Arab Saudi Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, RRC, India, Indonesia, Itaia, Jepang,
Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.

Perbandingan pertumbuhan ekonomi 2013 dan proyeksi 2014

Sumber: World Economic Outlook 2013, by IMF

Page 11
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perbandingan GDP Growth Quarterly 2013

GDP GROWTH FORECAST


Negara G-8

Page 12
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 13
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Negara G-20

Page 14
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kekuatan ekonomi sebuah negara ditentukan oleh GDP (Gross Domestic Product).
GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu negara (wilayah negara) secara
geografis. GDP mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh
sumber daya yang berada dalam suatu negara dalam satu tahun. Negara-negara yang
termasuk dalam G-20 ternyata mampu masuk ke dalam 10 besar negara dengan kekuatan
ekonomi terbaik dunia. Cina dan India mempunyai kekuatan ekonomi yang sangat baik
dalam beberapa tahun belakangan.

Page 15
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

India
Pada 2003, India membuat rekor pertumbuhan tercepat yaitu 8%. Dulunya, India
menggantungkan ekonomi pada sektor pertanian. Sekarang India sangat kuat di bidang
industri perfilman, pertambangan dan perminyakan, pengasahan berlian, tekstil, informasi,
dan kerajinan tangan. India menganut paham liberal yang memungkinkan sumber daya
memungkinkan kreatifitas dan inisiatif warganya muncul. Sehingga hal tersebut
memunculkan persaingan tinggi, mutu barang semakin baik, serta efektifitas dan efisiensi
dapat dicapai secara maksimal.

Cina
Pertumbuhan ekonomi tahunan China kemungkinan akan mencapai 8,2 persen pada
tahun 2014 dibandingkan tahun ini yang sebesar 7,7 persen. Dari riset yang dilakukan
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), menemukan kenaikan
ekonomi ini didorong oleh tingginya permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi China
terus berjalan dan inflasi tetap rendah, permintaan domestik telah menyebabkan kenaikan
tersebut dan sebelumnya, pemerintah China sendiri memprediksi angka pertumbuhan
ekonomi hanya sekitar 7,5 persen pada tahun 2013.
Meskipun diprediksi meningkat lebih tinggi, OECD mengatakan China masih harus
mempercepat reformasi struktural ekonomi untuk mendukung penguatan konsumsi
domestik seperti dengan cara ekspansi ekonomi yang saat ini masih sangat bergantung
pada investasi luar negeri. Dengan pulihnya ekonomi di China, sekarang mereka hanya
perlu mendorong konsumsi domestik dengan cara reformasi struktural, liberalisasi
keuangan, dan mendorong mobilitas tenaga kerja dan reformasi pajak.

C. Posisi Indonesia pada Perekonomian Dunia


Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi; potensi yang mulai
diperhatikan dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar di Asia
Tenggara - sering disebut sebagai calon layak untuk menjadi salah satu anggota negara-negara
BRIC (Brasilia, Rusia, India dan Cina) karena ekonominya dengan cepat menunjukkan tanda-
tanda perkembangan yang sama dengan anggota lain tersebut. Belakangan ini sebuah
kelompok baru sempat menuntut perhatian. Kelompok ini terdiri dari negara-negara
berkembang yang ditandai dengan ekonomi menjanjikan yang beragam, sistem keuangan yang
cukup canggih dan jumlah penduduk yang tumbuh dengan cepat. Kelompok ini dikenal dengan
akronim CIVETS (Kolombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki dan Afrika Selatan) dan - kalau
ditambah - angka total Produk Domestik Bruto (PDB) anggota-anggota CIVETS ini diperkirakan
senilai separuh PDB global pada tahun 2020.
Contoh lain yang menggambarkan pengakuan internasional akan pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang kuat adalah kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat kredit internasional
seperti Fitch Ratings, Moody's dan Standard & Poor's. Pertumbuhan ekonomi yang tangguh,
utang pemerintah yang rendah dan manajemen fiskal yang bijaksana dijadikan alasan untuk
kenaikan penilaian tersebut. Hal itu juga merupakan kunci dalam masuknya arus modal
keuangan yang berupa dana asing ke Indonesia: baik aliran portofolio maupun investasi asing
langsung (FDI) yang meningkat secara signifikan. Arus masuk FDI, yang sebelumnya relatif lemah

Page 16
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

dan mengguncang fondasi negara selama satu dasawarsa setelah Krisis Keuangan Asia,
menunjukkan peningkatan tajam setelah krisis keuangan global 2008-2009.
Baru-baru ini, Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi dalam jumlah yang
cukup signifikan dan merupakan yang terbaik di Asia Tenggara. Hal ini tentu sangat istimewa
karena peningkatan itu dialami Indonesia justru di tengah krisis perekonomian dunia saat ini.
Potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut diperkirakan akan semakin besar dalam
beberapa tahun mendatang. Hasil riset Dana Moneter Internasional (International Monetary
Fund - IMF) menyebutkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012
sampai 2017 diyakini sebagai pertumbuhan tertinggi di dunia, yakni sebesar 15,5 persen.
Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membuktikan mampu mengatasi
ancaman krisis global serta mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Apabila angka-
angka di atas menjadi nyata bukan tidak mungkin pada tahun 2013, kita bertambah yakin
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali naik. India, dengan proyeksi pertumbuhan
sebesar 10,2 persen dan China di posisi ketiga sebesar 9,9 persen. Jadi, benar jika ada yang
memprediksi pada tahun 2050, Indonesia diprediksi menjadi negara ekonomi terbesar keempat
dunia. Jika selama ini publik hanya memperbincangkan kekuatan ekonomi China dan India, kini
Indonesia mulai disebut-sebut sebagai raksasa baru di Asia. Dan, ini juga telah diakui dunia
internasional.
Berdasarkan laporan prediksi growth Asian Developmen Bank (ADB), Asia akan tetap
mengalami trend pertumbuhan positif. Di tengah pertumbuhan tinggi di Asia dan ketidakpastian
ekonomi global itu, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk tetap tumbuh dan kuat.
Laporan ADB itu meramalkan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,4 persen pada 2012 di tengah
melemahnya permintaan eksternal. Namun, situasi itu akan kembali meningkat seiring dengan
pulihnya perdagangan dan membaiknya iklim investasi. Berdasarkan Proyeksi dari Bank Dunia
maupun Bank Indonesia tampak bahwa tahun 2014 diproyeksikan akan lebih baik dibandingkan
tahun 2013, dengan asumsi pemulihan perokonomian dunia akan berjalan lebih baik di tahun
2014. Konsumsi agregat pada tahun 2014 diprediksikan akan meningkat dari 4,9% ditahun 2013
menjadi 5,6% ditahun 2014.
Ekonom Universitas New York Nouriel Roubini juga memberikan opini positif terhadap
ekonomi Indonesia dalam memasuki 2014, Roubini memaparkan bahwa ada 10 kekuatan
fundamental ekonomi Indonesia yang membuat harapan besar bagi Indonesia akan mengalami
ekonomi yang lebih baik ditahun 2014. Alasan menurut Roubini memiliki pandangan positif
terhadap ekonomi Indonesia karena ada sepuluh kekuatan fundamental ekonomi Indonesia:
1. Kekuatan pertama adalah bahwa ekonomi Indonesia telah mencapai pertumbuhan rata-rata
sebesar 6% untuk beberapa tahun terakhir ini.
2. Kekuatan yang kedua menurut Roubini bahwa ekonomi Indonesia memiliki diversifikasi
dalam perekonomian, Indonesia memiliki industri jenis manufaktur,  jasa, pertanian, dan
pertambangan.
3. Populasi penduduk berusia muda yang terus bertumbuh dengan pertumbuhan yang tinggi
merupakan kekuatan yang menopang Indonesia
4. Kebijakan ekonomi Indonesia yang berorientasi pasar dan juga kebijakan makro ekonomi
yang prudent baik di fiskal maupun moneter terbukti membuat Indonesia bertahan.

Page 17
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

5. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan penataan kebijakan yang bisa meningkatkan
peringkat investasi akan bisa mendekat ke angka 7%
6. Besarnya hutang Indonesia yang kecil  bahkan hutang dalam negri dibawah 30% dari GDP
7. Hutang luar negeri Indonesia dibawah 25% GDP yang tergolong kecil jika dibandingkan
hutang negara maju seperti Amerika yang bisa diatas 100% GDP
8. Indonesia memiliki kebijakan keterbukaan untuk perdagangan dan foreign direct investment
yang memperbolehkan investor luar untuk masuk ke dalam negri dengan jaminan
kemanan.
9. Indonesia memiliki permintaan dalam negeri yang besar dibandingkan ekspor karena jumlah
penduduk yang besar merupakan sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang, hal ini
berbeda dengan ekonomi Cina yang bertumpu pada kekuatan ekspor.
10.Indonesia berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 48 persen menjadi 12 persen.

Page 18
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

BAB III
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

A. Formulasi Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu
wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam
nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah
bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena
itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue,
PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue”
tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu
terhadap PDB tahun sebelumnya.
PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan
penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices)
dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini Badan Pusat
Statistik (BPS) menggunakan tahun dasar 2000.

Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi —tenaga kerja, tanah, modal,
dan entrepreneurship—yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan
ekonomi yang dihitung dari PDB hanya mempertimbangkan domestik, yang tidak
mempedulikan kepemilikan faktor produksi.Konsep dan definisi secara lebih lengkap disajikan
dalam penjelasan teknis statistik. Berikut ini diuraikan data PDB dengan berbagai
turunannya.
1. Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009–Semester I-2013
Ekonomi Indonesia selama tahun 2009–2012 mengalami pertumbuhan masing-masing
sebesar 4,63 persen (2009), 6,22 persen (2010), 6,49 persen (2011), dan 6,23 persen
(2012) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I-2013 bila dibandingkan
dengan semester II-2012 tumbuh sebesar 1,99 persen dan bila dibandingkan dengan
semester I-2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,92 persen. Angka-angka tersebut diperoleh
dari penerapan rumus di atas ke dalam besaran PDB tahun 2009–2012 serta semester I-
2013 atas dasar harga konstan 2000.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi selama tahun 2009–2012 selalu mengalami
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,85 persen (2009), 13,41 persen (2010), 10,70
persen (2011), dan 9,98 persen (2012). Kontribusi Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai tingkat tertinggi

Page 19
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

pada tahun 2009 sebesar 1,26 persen. Setelah itu giliran Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran yang memberikan konstribusi tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 diikuti Sektor
Industri Pengolahan tahun 2012.

Page 20
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pada semester I-2013, sumber pertumbuhan terbesar berasal dari Sektor Industri
Pengolahan sebesar 1,49 persen terhadap total pertumbuhan sebesar 5,92 persen dengan
laju pertumbuhan sebesar 5,86 persen (y-on-y). Sementara Sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi

pertumbuhan masing-masing sebesar 1,16 persen dan 1,08 persen dengan laju
pertumbuhan masing-masing 6,50 persen dan sebesar 10,73 persen. Pada semester I-
2013, pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih yang tertinggi dibanding
sektor lain.
PDB tahun 2009 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp2.178,9 triliun
rupiah dan tahun 2012 meningkat menjadi sebesar Rp2.618,1 triliun rupiah. Sementara
pada semester I-2013 sebesar Rp1.360,3 triliun rupiah. PDB berdasarkan harga berlaku
tahun 2009 sebesar Rp5.606,2 triliun rupiah dan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya hingga mencapai Rp8.241,9 triliun rupiah pada tahun 2012. Sementara pada
semester I-2013 nilainya sebesar Rp4.355,0 triliun rupiah.

Page 21
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 22
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 –Semester I-2013


Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku
menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahun tersebut. Tiga sektor utama:
Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu sebesar 54,93
persen (2009), 53,78 persen (2010), 52,83 persen (2011) dan 52,28 persen (2012) serta
52,98 persen pada semester I-2013. Pada tahun 2012 Sektor Industri Pengolahan memberi
kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 23,94 persen, Sektor Pertanian 14,44
persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,90 persen; sama halnya pada
semester I-2013 komposisi ini tidak berubah yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar
23,71 persen, Sektor Pertanian 15,01 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
14,26 persen.

Page 23
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

3. Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2009–Semester I-2013


Pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari sisi pengeluaran, pada tahun 2009 hingga
semester I-2013 selalu menunjukkan pertumbuhan positif kecuali ekspor dan impor
barang dan jasa yang mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun 2009. Pada
tahun 2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi
pemerintah sebesar 1,2 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,8 persen,
ekspor barang dan jasa sebesar 2,0 persen dan impor barang dan jasa sebesar 6,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi sampai dengan semester I-2013 juga menunjukkan
peningkatan. Pertumbuhan ekonomi semester I-2013 terhadap semester I-2012 (c-to-c)
meningkat sebesar 6,3 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada komponen pembentukan
modal, pengeluaran konsumsi pemerintah, serta pengeluaran konsumsi rumah tangga
masing-masing sebesar 11,2 persen, 6,5 persen, dan 5,0 persen. Sumber pertumbuhan
terbesar semester I-2013 dibandingkan dengan semester I-2012 berasal komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,8 persen.

Page 24
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 sebesar Rp 3.291,0 triliun meningkat
menjadi Rp 4.496,4 triliun (2012). Demikian pula atas dasar harga konstan, pengeluaran

konsumsi rumah tangga meningkat dari Rp 1.249,1 triliun (2009) menjadi sebesar Rp
1.442,2 triliun (2012). Sementara besaran nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga
pada semester I-2013 atas dasar harga berlaku sebesar Rp2.419,5 triliun dan atas dasar
harga konstan sebesar Rp744,1 triliun.

Page 25
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

4. Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2009–Semester I-2013


Dilihat dari distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan
penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia; yaitu sebesar 58,7 persen
(2009), 56,5 persen (2010), 54,6 persen (2011) dan 54,6 persen (2012) serta 55,6 persen
pada semester I-2013. Komponen penggunaan lainnya yang cukup berperan yaitu
pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2009 peranan pembentukan modal tetap
bruto sebesar 31,1 persen danmeningkat lebih tinggi menjadi 33,2 persen pada tahun
2012 dan 32,3 persen pada semester I- 2013.

Page 26
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

5. PDB dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita Tahun 2009–2012
PDB/PNB per kapita adalah PDB/PNB (atas dasar harga berlaku) dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Selama tahun 2009–2012 PDB per kapita terus
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp23,9 juta (US$2.346,6), tahun
2010 sebesar Rp27,0 juta (US$3.003,9), tahun 2011 sebesar Rp30,8 juta (US$3.540,8), dan
tahun 2012 sebesar Rp33,7 juta (US$3.606,4). Demikian juga, PNB per kapita juga terus
meningkat selama tahun 2009–2012. PNB per kapita pada tahun 2009 sebesar Rp23,0 juta
(US$2.264,4) meningkat menjadi Rp32,8 juta (US$3.501,7) pada tahun 2012.

Page 27
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

B. Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Terkini Indonesia


1. Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-
risiko ekonomi yang signifikan
Kuartal akhir tahun 2013 telah mencatat penyesuaian ekonomi Indonesia yang masih
berlangsung terhadap terus melemahnya harga-harga komoditas dan kondisi pembiayaan
eksternal yang lebih ketat, dan tekanan neraca pembayaran. Sejumlah kebijakan telah
menanggapinya, terutama melalui kebijakan moneter yang lebih ketat, depresiasi riil
Rupiah yang cukup besar dan belanja investasi dan pertumbuhan produksi (output) telah
melemah.
Perkembangan-perkembangan ini umumnya mendukung keberlangsungan stabilitas
ekonomi makro, termasuk membantu menurunkan defisit neraca transaksi berjalan,
walaupun dampaknya terus berlangsung, menambah ketidakpastian terhadap
perekonomian domestik. Pada saat bersamaan, lingkungan internasional juga bergeser,
dengan pertumbuhan global diperkirakan meningkat, membawa potensi perubahan
kebijakan, terutama kebijakan moneter Amerika Serikat, yang dapat meningkatkan
tekanan pada posisi pembiayaan eksternal Indonesia.

2. Perlambatan ini membutuhkan fokus kebijakan tidak hanya pada penyesuaian makro
tetapi juga pada implementasi yang kredibel dari reformasi-reformasi investasi jangka
panjang dan peningkatan ekspor
Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan, dan risiko-risiko yang dihadapi oleh
ekonomi, ada kebutuhan yang kuat bagi Indonesia untuk semakin meningkatkan kemajuan
dari kebijakan yang berfokus pada makro seperti kebijakan moneter yang lebih ketat,
penyesuaian kurs tukar dan tekanan impor, dengan reformasi yang lebih dalam untuk
mendorong kinerja ekspor dan mendukung aliran masuk modal investasi, terutama
penanaman modal langsung/FDI. Kemajuan dalam implementasi yang kredibel dari upaya-
upaya tersebut dapat membantu membatasi kerentanan neraca pembayaran Indonesia
terhadap kondisi pembiayaan global yang lebih ketat, atau lebih bergejolak, dan dapat

Page 28
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

membantu mendukung siklus investasi yang kuat, termasuk investasi luar negeri, dan
pertumbuhan produksi dalam jangka menengah.
Dinamika politik tahun pemilu dapat memainkan peran penting dalam pemilihan
kebijakan tahun 2014 namun hal ini juga menambah pentingnya komunikasi dan koordinasi
yang jelas terhadap reformasi yang dalam, baik dalam tahap perumusan dan pelaksanaan,
dan pencegahan kesalahan pengambilan kebijakan. Hal ini akan mendukung
kepercayaaninvestor dalam dan luar negeri terhadap prospek pertumbuhan Indonesia, dan
aliran masuk pembiayaan luar negeri.

3. Kinerja ekonomi dunia diperkirakan akan semakin membaik pada tahun 2014
Kondisi ekonomi terbesar dunia, dan para mitra perdagangan utama Indonesia, tetap
tidak merata. Zona Eropa akhirnya keluar dari resesi pada triwulan kedua tahun 2013,
setelah mencatat kontraksi selama enam triwulan berturut-turut, namun pertumbuhan
kembali melemah pada triwulan ketiga (ke 0,4 persen triwulan-ke-triwulan (quarter-to-
quarter, qoq) pada tingkat disetahunkan dengan penyesuaian musiman (seasonally-
adjusted annualized rate, saar), menunjukkan jalur pemulihan tidaklah mulus.
Pertumbuhan juga melemah di Jepang pada triwulan ketiga, menjadi 1,1 persen qoq saar,
sementara, sebaliknya, pertumbuhan AS menguat ke 3,6 persen qoq saar, yang
mencerminkan bahwa ekonomi AS terus meningkat dengan cukup stabil selama tahun
2013. Di antara ekonomi-ekonomi berkembang utama, pertumbuhan di Cina meningkat ke
9,3 qoq saar, namun output di Brasil berkontraksi pada triwulan ketiga dibanding triwulan
kedua, sebesar 0,5 persen (dengan penyesuaian musiman) dan pertumbuhan relatif lemah
di India (4,8 persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy), pada triwulan ketiga) walau
belakangan ini tampaknya pertumbuhan akan kembali menguat.
Melihat ke depan ke tahun 2014, pertumbuhan di negara-negara berpenghasilan
tinggi diperkirakan akan tetap atau meningkat dari laju saat ini, dengan pemulihan Zona
Eropa yang masih rapuh diperkirakan akan berlanjut, dan ekonomi AS diperkirakan akan
meningkat dengan laju yang mendekati lajunya sekarang. Didukung dengan ekspansi ringan
ini, pertumbuhan negara-negara berkembang juga diperkirakan akan turut meningkat,
dengan ekonomi Cina meningkat sebesar 7,7 persen pada tahun 2014, dan pertumbuhan
negara berkembang selain Cina meningkat melampaui 4 persen pada tahun 2014, naik dari
sekitar 3,5 persen pada tahun 2013. Sejalan dengan itu, Bank Dunia memproyeksikan
pertumbuhan para mitra perdagangan Indonesia secara rata-rata tertimbang akan
meningkat menjadi 3,9 persen pada tahun 2014, naik sebesar 0,5 poin persentase dari
tahun 2013. Dengan demikian, pada base case , permintaan internasional akan meningkat
secara moderat selama tahun 2014, mendorong keberlanjutan ekspansi yang tidak besar
bagi permintaan ekspor Indonesia.
Harga-harga komoditas internasional pada umumnya telah meningkat selama
beberapa bulan terakhir. Indeks harga tertimbang untuk sepuluh komoditas ekspor utama
Indonesia dalam dolar AS, yang merupakan sekitar setengah dari jumlah penerimaan
ekspor, menurun pada bulan September dan kemudian kembali meningkat menjelang
akhir bulan November, berkat naiknya harga batubara, gas alam, dan minyak sawit
.Sebagai akibatnya, penurunan tahun berjalan hingga bulan November menurun ke 2,5
persen dari 7 persen pada bulan September. Namun indeks itu masih 22 persen lebih

Page 29
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

rendah dari nilai puncaknya pada bulan Februari 2011, dengan harga-harga batubara
(turun 40 persen), minyak sawit (turun 37 persen), dan tembaga (turun 27 persen) yang
mencatat kemunduran drastis dari tingkat harganya pada tahun 2011. Bila tren
peningkatan itu berlanjut, stabilisasi harga-harga komoditas yang baru dimulai itu dapat
membantu memperlambat penurunan kondisi perdagangan Indonesia yang menjadi
pendorong sebagian besar penurunan dalam neraca eksternalnya. Namun, prospek dasar
(base line) yang hanya melihat peningkatan kondisi pertumbuhan dunia yang moderat
selama tahun 2014, bersama-sama dengan kemungkinan pengetatan kondisi likuiditas
global dan faktor-faktor sisi penawaran yang lebih struktural yang memberikan tekanan
terhadap harga-harga, tidak memproyeksikan peningkatan besar dalam harga-harga
komoditas. Selain itu, kondisi perdagangan Indonesia masih menghadapi kenyataan bahwa
harga minyak dunia, yang mempengaruhi jumlah impor BBM yang cukup besar bagi
Indonesia, masih tetap relatif tinggi dibanding harga-harga komoditas bukan energi.
Sementara perkiraan adanya sedikit peningkatan dalam pertumbuhan global pada
tahun 2014 merupakan hal yang secara umum positif bagi Indonesia karena hal ini akan
mendongkrak permintaan ekspor secara keseluruhan, prospek internasional masih diliputi
ketidakpastian kebijakan-kebijakan besar, yang mempertahankan tingginya risiko skenario
pertumbuhan global yang lebih buruk. Di Eropa, tingginya tingkat pengangguran (12 persen
di Zona Eropa), kesenjangan produksi (output gap) yang lebar, dan berlanjutnya kontraksi
kredit mendorong risiko deflasi, sementara reformasi yang selama ini telah menyedot
sumber daya dapat menyulitkan tercapainya reformasi yang dibutuhkan untuk mendorong
pertumbuhan struktural. Hal ini akan menambah kerumitan pemulihan ekonomi. Di Asia,
laju dan bagaimana penerapan upaya reformasi struktural yang ambisius di Cina dan
Jepang, dan pemilu di India, akan mempengaruhi prospek.
Di atas semua itu, dampak terhadap pasar keuangan dunia dan pada akhirnya
ekonomi riil, dan waktu, dari penghapusan bertahap program pembelian aset Bank Sentral
AS (yang disebut sebagai “tapering”) masih tidak pasti, yang menjadikan risiko gejolak
pasar internasional dan kondisi pembiayaan eksternal yang lebih sulit menjadi perhatian
utama. Yield AS tetap lebih tinggi dibanding sebelum rencana penghapusan pada bulan
Mei, dengan yield obligasi Pemerintah AS 10-tahunan sebesar 2,9 persen pada 11
Desember, naik dari 1,6 persen pada bulan April. Biaya pinjaman surat berharga negara
dalam dolar AS untuk pasar-pasar berkembang telah meningkat rata-rata sekitar 160 basis
poin pada tahun 2013 (seperti diukur melalui yield campuran dari JP Morgan Emerging
Market Bond Index). Dengan upaya Bank Sentral AS untuk melakukan normalisasi
kebijakan moneter, kemungkinan naiknya tekanan pada biaya pinjaman global untuk
jangka yang lebih panjang, seiring dengan terjadinya sejumlah gejolak pasar seperti yang
terjadi pada upaya penghapusan pada bulan

4. Walau konsumsi kuat, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat


Pengetatan kondisi pembiayaan eksternal, yang dimulai pada bulan Mei, telah
menambah transmisi bertahap dari rendahnya harga-harga komoditas sejak tahun 2011,
yang mendorong sejumlah penyesuaian ekonomi dan kebijakan yang penting di Indonesia,
dan membebani pertumbuhan. Laju ekspansi ekonomi Indonesia telah melambat, suatu
tren yang oleh Bank Dunia diperkirakan akan berlanjut setidaknya hingga masa awal tahun

Page 30
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

2014. PDB riil pada triwulan ketiga meningkat 5,6 persen tahun-ke-tahun (yoy), yang
menandai perlemahan pertumbuhan selama lima triwulan berturut-turut secara tahun-ke-
tahun, yang turun dari nilai tingginya sebesar 6,4 persen pada triwulan kedua tahun 2012.
Secara berurutan, pertumbuhan pada triwulan ketiga melambat ke 5,0 persen triwulan-ke-
triwulan dengan penyesuaian musiman (qoq saar), turun dari 5,5 persen pada dua triwulan
yang lalu dan nilai tingginya sebesar 6,6 persen pada triwulan keempat 2012. Berlawanan
dengan PDB riil, pertumbuhan PDB nominal meningkat tajam, ke 12,1 persen yoy pada
triwulan 3 dari 8,2 persen yoy pada triwulan 2, yang mencerminkan peningkatan dalam
pertumbuhan deflator PDB—pengukuran harga-harga yang paling luas dalam ekonomi—
yang sebelumnya telah jatuh ke tingkat yang sangat rendah. Hal ini sejalan dengan
peningkatan tajam dalam harga konsumen pasca kenaikan harga BBM bersubsidi pada
bulan Juni dan tampaknya juga mencerminkan lebih tingginya harga impor yang berasal
dari depresiasi Rupiah.
Pendorong utama moderasi pertumbuhan pada triwulan ketiga adalah investasi tetap,
yang sedikit meningkat sebesar 2,6 persen triwulan-ke-triwulan dengan penyesuaian
musiman (qoq saar) menjadi 4,5 persen lebih tinggi yoy. Pertumbuhan investasi, walau
bergejolak lintas triwulanan, telah mencatat tren penurunan sejak nilai puncaknya sebesar
12,5 persen yoy pada triwulan kedua tahun 2012. Investasi bangunan, yang merupakan 85
persen dari jumlah nominal belanja investasi tetap, tetap kokoh, dan bahkan meningkat
pesat sebesar 9,5 persen (qoq saar) pada triwulan ketiga. Perlambatan dalam investasi
secara keseluruhan telah didorong oleh komponen-komponen belanja investasi yang lebih
kecil namun lebih bergejolak. Belanja untuk barang-barang mesin, peralatan, dan
transportasi dari luar negeri (yang membentuk sebagian besar dari investasi tetap bukan
bangunan) hampir datar pada triwulan ketiga dibanding triwulan kedua, sehingga
gerakannya jauh di bawah tingkatan setahun yang lalu (dengan barang permesinan dan
peralatan luar negeri turun sebesar masing-masing 0,5 persen dan 8,4 persen yoy).
Permintaan bagi permesinan dan peralatan yang mendatar atau berkontraksi, pada
gilirannya, telah membatasi impor. Volume impor mencatat kontraksi tajam pada triwulan
ketiga, sebesar 3,0 persen, dari triwulan kedua secara penyesuaian musiman. Volume
ekspor hanya sedikit berubah dari triwulan kedua (menurun sebesar 0,8 persen dengan
penyesuaian musiman). Secara keseluruhan, ekspor bersih memberi tambahan yang
signifikan terhadap pertumbuhan produksi (output) pada triwulan ketiga.
Konsumsi swasta, yang merupakan sekitar 55 persen dari jumlah pengeluaran,
meningkat semakin kuat pada triwulan ketiga, sebesar 6,9 persen qoq saar menjadi 5,5
persen yoy, walau dengan peningkatan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni dan
kebijakan pengetatan moneter, serta gejolak pasar keuangan dan depresiasi valuta yang
terjadi selama triwulan itu. Ketahanan belanja rumah tangga ini sebagian mencerminkan
dampak positif dari paket kompensasi Pemerintah sebesar 30 triliun rupiah yang mengikuti
peningkatan harga BBM yang mulai dicairkan pada triwulan ketiga, dan dibandingkan
dengan perkiraan peningkatan konsumsi selama triwulan itu sebesar 111 triliun rupiah).
Alasan-alasan lain tampaknya termasuk jeda waktu dalam transmisi kebijakan moneter ke
ekonomi riil, yang konsisten dengan laju ekspansi kredit yang masih cepat yang tercatat
hingga bulan September, dampak tertunda dari pergerakan harga aset yang tercatat
selama triwulan itu (yang telah meningkatkan beban pembiayaan dan impor) terhadap

Page 31
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

harga-harga dalam negeri, dan keterkaitan jangka pendek yang relatif terbatas antara
harga aset dan belanja konsumen (yaitu dengan hanya sedikitnya efek kekayaan).
Pada sisi produksi, penurunan pertumbuhan bersifat luas lintas sektor pada triwulan
ketiga,namun sebagian besar terpusat pada manufaktur dan perdagangan, hotel dan
rumah makan. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 5,9 persen qoq saar menjadi 6,2 persen
yoy; laju yang sedikit lebih lambat dibanding triwulan kedua namun secara umum tetap
konsisten dengan pesatnya laju investasi pergedungan yang disinggung di atas.
Pertumbuhan sektor jasa secara umum tetap kuat, pada 6,3 persen qoq saar (naik 7,3
persen yoy), namun moderasi pada sub-sektorjasa yang terbesar—perdagangan, hotel, dan
rumah makan—telah tercatat, dengan pertumbuhan produksi (output) yang melambat
menjadi 2,8 persen qoq saar, sehingga peningkatan produksi pada triwulan tiga menjadi
6,0 persen yoy, dibanding kenaikan 6,5 persen yoy pada paruh pertama tahun 2013.
Pertumbuhan produksi industri, di luar pertambangan, menurun ke 2,4 persen qoq saar
(3,8 persen yoy). Produksi pertambangan bergerak mendatar dibanding triwulan kedua
menurut penyesuaian musiman, dengan peningkatan produksi sebesar 1,6 persen yoy,
namun hal ini menutupi tren yang berbeda pada dua sub-sektor utama pertambangan:
produksi minyak mentah dan gas alam masih tetap lemah (turun 3,0 persen yoy),
sementara produksi non-migas meningkat, naik sebesar 3,2 persen qoq saar, yang secara
potensial mencerminkan peningkatan produksi menjelang penerapan larangan ekspor
mineral mentah pada bulan Januari 2014.
Indikator kegiatan ekonomi berfrekuensi tinggi menunjukkan bahwa sentimen
konsumen tetap berada di bawah nilai tinggi yang tercatat pada paruh pertama tahun 2013
(yaitu sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi bulan Juni), walau sentimen itu tidak
berada dalam tren penurunan berkelanjutan. Survei BI mencatat peningkatan penjualan
ritel menjadi 12,1 persen yoy pada bulan November, namun laju pertumbuhannya tetap di
bawah nilai tingginya pada triwulan akhir 2012 pada sekitar 17 persen yoy. Pertumbuhan
penjualan kendaraan juga melambat relatif dibanding nilai tingginya pada tahun 2012 dan
awal 2013, sementara penjualan sepeda motor tetap tinggi sejak hari raya Idul Fitri, namun
dengan momentum yang menurun. Pada sisi produksi, penjualan semen pada periode dua
bulan setelah Ramadan (yaitu bulan September dan Oktober) meningkat sebesar 12,9
persen yoy, sekitar setengah dari pertumbuhan di atas 21 persen yoy yang tercatat pada
awal tahun 2013. Purchasing Managers Index (PMI) dari HSBC untuk sektor manufaktur
Indonesia menunjukkan kondisi perkembangan yang tipis, pada angka 50,3 untuk bulan
November.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan semakin melambat,
menjadi 5,3 persen untuk tahun 2014 menurut base case. Permintaan dalam negeri
menghadapi keterbatasan tidak hanya dari kondisi pembiayaan yang lebih ketat, namun
juga keterbatasan yang secara potensial lebih berjangka panjang karena harga-harga
komoditas dan kondisi perdagangan yang kurang mendukung dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Secara khusus, konsumsi swasta, andalan ekonomi Indonesia, sejauh ini tetap
kokoh, namun tampaknya akan menerima lebih banyak tekanan, sehingga akan
mengganggu pertumbuhan. Prospek investasi bergantung pada investasi pergedungan—
yang tengah dihadapkan pada kredit yang lebih ketat, penurunan dana yang dapat
diinvestasikan dari laba yang berkaitan dengan komoditas, dan peningkatan biaya impor —

Page 32
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

yang tampaknya juga akan melambat. Belanja yang berkaitan dengan pemilu pada tahun
2014 tampaknya akan menambah permintaan dalam negeri secara material, karena
kegiatan yang berkaitan dengan kampanye akan meningkatkan konsumsi swasta, walau
hanya sementara, dan sebagian darinya dapat tergantikan dengan belanja lainnya. Secara
keseluruhan, risiko-risiko terhadap prospek pertumbuhan condong kepada penurunan.

5. Harga-harga komoditas telah stabil


Secara umum harga-harga komoditas internasional telah meningkat pada beberapa
bulan terakhir yang mengangkat indeks harga sepuluh komoditas ekspor utama Indonesia
sebesar 3,8 persen sejak bulan Agustus (walau masih 2 persen lebih rendah pada tahun
2013 dan 22 persen di bawah nilai puncak terakhirnya pada bulan Februari 2011), yang
dibantu oleh peningkatan harga batubara, gas alam dan minyak sawit. Jika terus berlanjut,
mulai stabilnya harga-harga komoditas ini akan membantu memperlambat penurunan nilai
tukar perdagangan Indonesia yang telah mendorong sebagian besar penurunan dalam
neraca pembayaran. Namun, prospek dasar (baseline) dengan sedikit membaiknya
pertumbuhan dunia, bersamaan dengan kemungkinan pengetatan kondisi likuiditas dunia,
dan tekanan turun yang lebih terstruktur terhadap harga dari faktor-faktor sisi penawaran,
tidak mencerminkan peningkatan besar dalam harga komoditas untuk tahun 2014.

6. Risiko kebijakan dan kondisi keuangan internasional masih menjadi tantangan bagi
Indonesia
Prospek internasional, walau membaik, masih mengandung ketidakpastian dan
tantangan kebijakan yang cukup besar. Di Eropa, jalannya pemulihan masih rapuh dan
tampaknya tidak akan merata karena tantangan pelaksanaan penurunan hutang dan
kebijakan yang cukup besar. Di Asia, kecepatan dan ragam penerapan upaya reformasi
struktural yang ambisius di Cina dan Jepang, dan pemilu di India, akan mempengaruhi
prospeknya. Di atas semua itu, penetapan waktu dan kecepatan penghapusan bertahap
dari program pembelian aset Bank Sentral AS (yang disebut “tapering”) tidaklah pasti,
namun menjaga risiko gejolak pasar dunia dan kondisi pembiayaan eksternal yang lebih
sulit tetap menjadi perhatian utama.

7. Penyesuaian ekonomi dan kebijakan selama tahun 2013 di Indonesia cukup signifikan
Perkiraan terjadinya penghapusan bertahap oleh Bank Sentral AS, dan kondisi
pengetatan pembiayaan luar negeri yang terkait, mulai bulan Mei, bersama-sama dengan
pengaruh semakin rendahnya harga komoditas sejak tahun 2011, telah mendorong

Page 33
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

sejumlah penyesuaian ekonomi dan kebijakan di Indonesia pada paruh kedua tahun 2013,
yang sekarang masih berlangsung. Bank Indonesia (BI) telah meningkatkan suku bunga BI
Rate-nya sebesar 175 basis poin sejak bulan Juni, ketika Pemerintah meningkatkan harga
BBM bersubsidi sebesar rata-rata 33 persen. Rupiah telah mencatat depresiasi sebesar 24
persen terhadap dolar AS selama tahun berjalan, terutama sejak bulan Agustus, dan
secarariil - tertimbang dengan mitra dagang - telah turun sebesar 12,5 persen dari nilai
puncak terakhirnya pada bulan Mei hingga Oktober 2013.

8. Pertumbuhan telah melambat, mengurangi permintaan impor, terutama bagi barang-


barang modal, dan membantu menstabilkan defisit neraca transaksi berjalan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melambat secara signifikan, menjadi 5,6
persen tahun-ke-tahun (yoy) pada kuartal ketiga, melanjutkan penurunan pertumbuhan
selama lima kuartal berturut-turut sejak pertumbuhan sebesar 6,4 persen yoy pada kuartal
kedua tahun 2012. Sebagian besar perlambatan didorong oleh perlemahan investasi, yang
sedikit meningkat menjadi 4,5 persen yoy pada kuartal ketiga, yang mencerminkan
kontraksi investasi peralatan dan permesinan dibandingkan tahun lalu. Perlemahan
investasi mengurangi impor barang modal, nilai impor dolar AS lebih rendah sebesar 16,3
persen yoy dari 3 bulan ke Oktober. Volume impor secara keseluruhan telah melemah dan
mencatat kontraksi yang signifikan pada kuartal ketiga. Volume ekspor juga mencatat
kontraksi secara berurutan pada kuartal ketiga, namun tidak sebesar kontraksi impor,
sehingga selisih ekspor bersih menambah secara signifikan kepada pertumbuhan produksi.
Secara keseluruhan, terdapat tanda-tanda bahwa neraca perdagangan Indonesia sedang
bergeser menuju stabilisasi dan mulai mempersempit defisit neraca transaksi berjalan
secara keseluruhan.

9. Sejauh ini penyesuaian ekonomi makro membawa dampak umum yang positif bagi
stabilitas, namun berbiaya besar
Secara umum penyesuaian kurs tukar dan kebijakan moneter yang dilaksanakan pada
tahun 2013 membawa pengaruh yang positif bagi stabilitas ekonomi makro, dengan
depresiasi Rupiah bertindak sebagai “peredam kejutan” bagi perlemahan perdagangan
dengan mendorong penerimaan ekspor dan mengurangi permintaan impor. Namun
penyesuaian-penyesuaian itu menghabiskan biaya, dan dapat membawa resiko terutama
dengan memberi tekanan kepada neraca pemerintah dan swasta melalui peningkatan nilai
Rupiah dari hutang luar negeri (terutama jika terdapat selisih penerimaaan dan
pengeluaran valuta) dan mengikis penerimaan karena lebih tingginya biaya pelunasan
hutang dan biaya impor.

10. Sementara APBN 2014 mengambil sikap yang hati-hati, namun tidak mengandung
reformasi fiskal besar apapun
Kebijakan penyesuaian moneter dan kurs tukar membawa beban bagi penyesuaian
makro jangka pendek. APBN 2014, yang disahkan DPR pada tanggal 25 Oktober,
mempertahankan sikap non-ekspansifnya, dengan memproyeksikan penurunan defisit
fiskal menjadi sebesar 1,7 persen dari PDB secara keseluruhan. APBN 2014 tidak memiliki

Page 34
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

rencana reformasi penerimaan atau pengeluaran besar apapun, walau terdapat penurunan
alokasi subsidi listrik sebesar 29 persen dibanding tahun 2013, yang mencerminkan
rencana untuk melanjutkan penyesuaian naik bagi tarif yang masih berlangsung. Dengan
dampak positif kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 diimbangi oleh perlemahan
Rupiah, alokasi untuk subsidi BBM direncanakan tetap signifikan pada 2014 sebesar IDR
211 triliun (atau 2 persen dari PDB), atau naik IDR 11 triliun dibandingkan APBN-P 2013.
APBN 2014 mengantisipasi penurunan tipis dalam rasio hutang terhadap PDB
Pemerintah, menjadi 23 persen dari PDB yang mencerminkan sasaran defisit APBN yang
tidak besar bersama-sama dengan asumsi pertumbuhan PDB sebesar 6,0 persen untuk
tahun 2014 dan tingkat inflasi sebesar 5,5 persen.

11.Bank Dunia memproyeksikan perlambatan pertumbuhan PDB ke 5,3 persen pada 2014,
dan defisit neraca transaksi berjalan mengecil
Dengan terus berlangsungnya dampak dari lebih rendahnya harga-harga komoditas,
lebih ketatnya kondisi pembiayaan eksternal, lebih tingginya suku bunga riil dalam negeri,
dan depresiasi Rupiah, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia akan
melambat menjadi 5,3 persen pada tahun 2014 untuk base case, dari 5,6 persen pada
tahun 2013. Dibantu dengan pertumbuhan impor yang relatif lemah dan sedikit
peningkatan dalam ekspor, defisit neraca transaksi berjalan akan menyusut, menjadi 23
miliar dolar AS pada tahun 2014 (2,6 persen dari PDB), dari 31 miliar dolar AS (3,5 persen
dari PDB) pada tahun 2013.

Page 35
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

12.
N

amun risiko-risiko di sekitar perkiraan dasar (baseline) lebih condong kepada


pertumbuhan yang lebih lambat
Namun proyeksi-proyeksi itu juga mengandung faktor ketidakpastian yang cukup
besar, dan risiko-risiko bersifat condong pada pertumbuhan domestik lebih rendah. Secara
khusus, proyeksi dasar (baseline) bergantung pada kecukupan dukungan kondisi
pembiayaan eksternal untuk menghindari penyesuaian neraca eksternal yang lebih tiba-
tiba, yang akan menyebabkan gangguan ekonomi dan memperlambat pertumbuhan.
Penurunan seperti itu dapat dipicu oleh perkembangan pasar internasional, atau secara
lebih khusus lagi karena perkembangan kebijakan dan ekonomi dalam negeri. Selain risiko-
risiko yang terkait dengan pertumbuhan, juga terdapat risiko-risiko terhadap prospek fiskal.
Sebagai contoh, Bank Dunia memperkirakan bahwa depresiasi Rupiah sebesar 10 persen
akan meningkatkan defisit fiskal sebesar 0,3-0,4 poin persentase dari PDB, yang umumnya
berasal dari peningkatan biaya subsidi BBM.

Page 36
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

13.Perlu perhatian khusus terhadap risiko pertumbuhan investasi, tetapi juga pada daya
tahan konsumsi swasta
Proyeksi PDB Indonesia sangat sensitif terutama terhadap prospek investasi yang
menghadapi risiko-risiko peningkatan lebih lanjut dari suku bunga riil dan gejolak kurs tukar
valuta, dan pengetataan yang lebih besar dari perkiraan kondisi kredit yang berdampak
pada pertumbuhan investasi bangunan yang sejauh ini sangat kokoh. Selain itu, terdapat
risiko bahwa pertumbuhan konsumsi swasta—walaupun sejauh ini masih kokoh—dapat
menerima tekanan yang lebih besar dari peningkatan harga dan suku bunga, penurunan
pertumbuhan pendapatan dan pengaruh dari penurunan kekayaan dan kepercayaan.
Pertumbuhanpermintaan dalam negeri yang hanya sedikit lebih rendah dari yang
diantisipasi (misalnya penurunan konsumsi dan investasi hanya sebesar 0,5 poin
persentase) dapat menurunkan tingkat pertumbuhan PDB menjadi di bawah 5 persen.
Moderasi permintaan dalam negeri yang lebih kuat, misalnya, karena semakin terbatasnya
pembiayaan eksternal atau pengaruh penurunan keyakinan karena kebijakan yang buruk,
dapat membawa pertumbuhan tahun 2014 dibawah 4,5 persen.

14.Terdapat kebutuhan kebijakan untuk mendukung ekspor dan aliran masuk FDI, dan untuk
menghindari langkah-langkah yang dapat merusak yang ditujukan pada pembatasan
impor
Dengan jumlah barang-barang konsumsi yang berada di bawah 10 persen dari impor
Indonesia, penurunan dalam impor, sementara mendukung penurunan defisit neraca
transaksi berjalan, juga berarti lebih terbatasnya impor bahan mentah dan bahan setengah
jadi yang tersedia bagi produksibarang-barang manufaktur, dan lebih rendahnya impor
barang-barang modal. Dengan tidak tersedianya bahan pengganti atau pesaing di dalam
negeri, maka hal ini akan secara langsung membebani pertumbuhan produksi saat ini dan
masa depan, termasuk bagi ekspor. Sementara penurunan impor karena pengaruh
pendapatan dan harga relatif dapat berguna untuk proses penyesuaian jangka pendek,
tantangan kebijakan sesungguhnya bagi Indonesia adalah tidak memfokuskan pada
tambahan penurunan impor melalui peraturan perundangan, namun dengan
meningkatkan ekspor, dan mendapatkan pendanaan yang lebih banyak dan berkualitas
lebih tinggi, terutama FDI.

15.Upaya-upaya untuk memperbaiki lingkungan usaha memiliki peran penting dalam


meningkatkan daya tarik Indonesia terhadap aliran masuk FDI
Sementara aliran FDI ke Indonesia sejauh ini masih tetap kokoh, walau
perbandingannya terhadap PDB masih relatif lebih rendah dibanding negara-negara
tetangga, didukung oleh tiga faktor yang semuanya terpengaruh oleh taraf yang berbeda-
beda di bawah tekanan yang belakangan terjadi: sumber daya alam Indonesia yang besar
(tertekan dengan harga komoditas dunia yang relatif lemah), pasar dalam negeri yang
besar dan bertumbuh (sedikit tertekan, setidaknya untuk jangka pendek, dengan kendala
yang menghadang permintaan dalam negeri) dan potensi Indonesia sebagai pusat produksi
wilayah Asia (tertekan oleh ketidakpastian peraturan perundangan dan kesenjangan
keterampilan dan infrastruktur).

Page 37
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Karenanya, terdapat kebutuhan yang jelas untuk membuat kemajuan lebih lanjut
dalam mendukung FDI, dengan mendorong revisi daftar negatif investasi (DNI) yang
mendukung investasi, yang menjadi inti dari paket kebijakan Pemerintah pada bulan
Agustus yang kini masih menunggu pelaksanaan, dan memperkuat kualitas dari
keseluruhan proses penyusunan kebijakan investasi untuk meminimalkan ketidakpastian
kebijakan. Pemerintah juga telah meluncurkan paket kebijakan yang cukup berarti untuk
meningkatkan kemudahan melakukan usaha, dengan rencana tindakan yang diumumkan
pada tanggal 25 Oktober dalam delapan bidang “Doing Business”. Kini tantangannya
adalah melaksanakan paket itu sesuai dengan jadwal waktu yang ambisius pada bulan
Februari 2014, untuk memberikan pesan yang positif kepada lingkungan dunia usaha dan
komitmen dalam implementasi reformasi.

16.Upaya perbaikan proses dan peraturan perundangan dalam fasilitasi perdagangan dan
logistik juga dapat memberikan “hasil cepat” untuk meningkatkan ekspor
Depresiasi riil Rupiah selama 2013, dengan meningkatkan daya saing internasional,
membuka kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan kinerja ekspornya. Perlemahan
harga-harga komoditas juga dapat menggeser investasi ke sektor-sektor bukan sumber
daya alam, termasuk manufaktur dengan orientasi ekspor. Tersedia sejumlah “hasil cepat”
pada bidang fasilitasi perdagangan dan logistik, dengan fokus pada kinerja perizinan kargo
impor pada pelabuhan-pelabuhan seperti Tanjung Priok di Jakarta, yang dengan
peningkatan efisiensi dan prediktabilitas dalam logistik perdagangan dapat mendorong
ekspor dan memperkuat peran serta Indonesia di dalam jaringan produksi dunia. Dukungan
terhadap daya saing ekspor dengan jangka yang lebih panjang juga membutuhkan fokus
yang berkelanjutan dalam mengatasi kesenjangan infrastruktur dan keterampilan.

17.Penekanan yang berkelanjutan pada kualitas belanja, termasuk, melalui reformasi subsidi
energi, dapat membantu mencapai sasaran pembangunan jangka panjang
Subsidi BBM masih menjadi sumber utama risiko fiskal, mengurangi kemampuan kurs
tukar valuta yang fleksibel dalam meredam kejutan, dan mengalihkan belanja dari
penggunaan yang lebih efisien, termasuk peningkatan investasi publik yang sangat
dibutuhkan. Walau peningkatan harga BBM seberapapun nampaknya bukan merupakan
pilihan yang dapat diterima secara politis menjelang pemilu, keadaan ini menunjukkan
betapa pentingnya upaya reformasi lebih lanjut, dan pada saat yang bersamaan
memperbaiki jaring pengaman sosial bagi kelompok miskin dan rentan. Reformasi tersebut
termasuk yang tidak segera berdampak langsung terhadap harga, seperti penerapan
pendekatan berdasarkan aturan (rule-based) dalam menentukan harga BBM bersubsidi
sedemikian rupa agar secara bertahap dapat membatasi eksposur fiskal terhadap harga
BBM dalam denominasi Rupiah.

18.Langkah-langkah membuat kemajuan lebih banyak dalam pengurangan kemiskinan


Laju pengentasan kemiskinan di Indonesia telah melambat pada beberapa tahun
terakhir. Angka resmi tingkat kemiskinan Indonesia per bulan Maret 2013, menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), adalah sebesar 11,4 persen, yang merupakan penurunan 0,6 poin

Page 38
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

persentase dari 12,0 persen pada bulan Maret 2012. Selama empat tahun terakhir,
penurunan tingkat kemiskinan tahunan telah lebih kecil dari 1 poin persentase, dan
penurunan sebesar 0,5 dan 0,6 poin persentase masing-masing pada tahun 2012 dan 2013
adalah penurunan yang paling rendah selama satu dekade, dengan pengecualian
peningkatan hampir 2 poin pada tahun 2006 yang terutama disebabkan oleh lonjakan
harga bahan pangan.
Terdapat sejumlah alasan penyebab perlambatan laju pengentasan kemiskinan. Satu
faktor penting adalah bahwa dengan tingkat kemiskinan di Indonesia yang mendekati 10
persen, rumah tangga miskin yang tersisa terletak semakin jauh di bawah garis
kemiskinan.Hal ini berarti dibutuhkan pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi lagi untuk
mempertahankan laju tingkat pengentasan kemiskinan tahunan seperti yang tercatat di
masa lalu. Pada saat yang sama, kaum miskin dan rentan semakin tidak memiliki andil
dalam pertumbuhan ekonomi belakangan ini dibanding penduduk Indonesia yang lebih
berada.
Setengah dari penduduk Indonesia yang paling miskin mencatat pertumbuhan
konsumsi riil per kapita sebesar nol atau bahkan sedikit negatif antara tahun 2012 dan
2013. Tahun 2013 memiliki karakteristik perlambatan pertumbuhan dan peningkatan
inflasi. Secara khusus, peningkatan indeks harga keranjang kemiskinan tahun-ke-tahun
(pengukuran harga dari sekeranjang barang-barang dan jasa-jasa yang umumnya
dikonsumsi oleh kaum miskin) pada triwulan ketiga tahun 2013 mencapai 8,8 persen, yang
didorong oleh pengaruh peningkatan harga BBM bersubsidi dari bulan Juni. Dengan
peningkatan ini, biaya hidup untuk kaum miskin tampaknya akan meningkat lebih tinggi
dari peningkatan pendapatan atau upah rumah tangga, dan tingkat kemiskinan bulan
September 2013 diperkirakan akan
Pembayaran BLSM sementara tidak akan mempengaruhi tren kemiskinan untuk
jangka waktu yang lebih panjang, karena BLSM hanya berlangsung selama empat bulan.
Dengan tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2013 sebesar 11,4 persen, bahkan apabila
laju penurunan kemiskinan kembali ke 1 poin persentase per year, angka sasaran
Pemerintah sebesar 8-10 persen pada tahun 2014 (RPJM 2009-14) tetap tidak akan
tercapai. Selain itu, pertumbuhan (diproyeksikan oleh Bank Dunia akan menjadi 5,1 persen
tahun-ke-tahun hingga Maret 2014) dan tingginya inflasi (7,2 persen tahun-ke-tahun
hingga Maret 2014) menyiratkan bahwa pencapaian penurunan 1 poin persentase pada
tahun yang berakhir pada bulan Maret 2014 tidaklah mungkin. Model kemiskinan Bank
Dunia memproyeksikan tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2014 akan menjadi 11,0-11,1
persen (0,3-0,4 poin lebih rendah dari bulan Maret 2013), yang menunjukkan semakin
melambatnya laju pengentasan kemiskinan. Namun, perluasan bantuan sosial jangka
panjang yang dimulai pada triwulan ketiga tahun 2013 dapat mempengaruhi pencapaian
tingkat kemiskinan.
Selain BLSM yang bersifat sementara, Program Percepatan dan Perluasan
Perlindungan Sosial (P4S), juga menyertakan perluasan manfaat yang signifikan dari dua
program bantuan sosial jangka panjang – Program Keluarga Harapan (PKH) dan program
Bantuan untuk Siswa Miskin (BSM). Pelaksanaan program-program ini secara signifikan
dapat membantu mempercepat pengentasan kemiskinan, dan membuka peluang untuk

Page 39
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

mewujudkan sasaran tingkat kemiskinan tahun 2014. Namun, pelaksanaan yang signifikan
tampaknya baru akan terjadi pada paruh kedua tahun 2014.
Secara historis, belanja Indonesia untuk bantuan sosial sebagai persen dari PDB
(sekitar 0,5 persen) berada di bawah belanja negara-negara tetangganya (1,0 persen) dan
negara-negara berpenghasilan menengah pada umumnya (1,5 persen).4 Walaupun
perluasan yang baru dilakukan pada program-program jangka panjang yang telah
disebutkan di atas merupakan langkah maju yang cukup baik, tetap dibutuhkan komitmen
terhadap peningkatan bantuan sosial yang berkelanjutan untuk membantu mempercepat
pengentasan kemiskinan. Sama pentingnya, pelaksanaan yang tepat bagi program-program
tersebut juga akan menentukan efektivitas mereka sebagai alat pengentas kemiskinan.
Melakukan realokasi belanja subsidi dapat mendukung penguatan program
perlindungan sosial Indonesia. Sementara perluasan program bantuan sosial jangka
panjang baru-baru ini pada kwartal ketiga 2013 disambut baik, belanja bantuan sosial
(sekitar 0.5 persent dari PDB) tetap rendah berdasarkan standar global dan dibutuhkan
komitmen terhadap bantuan sosial yang berkembang dan efektifitas pelaksanaan program
untuk membantu mempercepat pengurangan kemiskinan. Sebagai contoh, tingkat
kemiskinan di Indonesia turun sebesar 0,6 poin persentase dalam setahun hingga Maret
2013, menjadi 11,4 persen sesuai pengukuran resmi. Menuju 2014, lebih tingginya harga-
harga dan lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi akan menambah tantangan
pengentasan kemiskinan. Sesungguhnya, model kemiskinan Bank Dunia memproyeksikan
bahwa tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2014 akan mencapai 11,0-11,1 persen, yang
mengindikasikan perlambatan laju pengentasan kemiskinan yang sedang berlangsung dan
menunjukkan bahwa sasaran tingkat kemiskinan Pemerintah untuk tahun 2014 sebesar 8-
10 persen tampaknya tidak akan tercapai.

19.Perbaikan pertumbuhan melalui mengatasi tantangan pasar tenaga kerja jangka panjang
dan kapasitas tata pemerintahan di tingkat daerah
Untuk membuat kemajuan lebih lanjut dalam pencapaian sasaran-sasaran
pembangunan jangka menengah Indonesia, perubahan struktural yang positif yang sedang
berlangsung pada pasar tenaga kerja harus didukung. Hal ini membutuhkan langkah-
langkah untuk memfasilitasi pertumbuhan lapangan kerja formal pada sektor-sektor
dengan nilai tambah lebih tinggi, termasuk meningkatkan dasar keterampilan dari
angkatan kerja Indonesia dan mencapai tujuan pembangunan dengan memperkuat
kapasitas tata kelola daerah dalam penyampaian pelayanan yang efektif.

C. Studi Kasus: Dampak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia terhadap Kehidupan Masyarakat


Pertumbuhan PDB Indonesia yang konsisten sejak krisis finansial di akhir tahun 1990-an
telah mendapatkan perhatian luas di antara kalangan grup ekonomi kuat selanjutnya. Tetapi
seperti semua pasar negara berkembang, pertumbuhan Indonesia yang cepat menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana peningkatan tersebut mengubah kehidupan dan pandangan
lebih dari 250 juta penduduknya. Penelitian Gallup sejak 2006 memberikan pemahaman
tentang bagaimana kemajuan negara ini mempengaruhi kesejahteraan dan potensi ekonomi
rakyatnya.

Page 40
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Hasil penelitian berdasarkan wawancara tatap muka dengan sekitar 1.000 orang dewasa
yang tinggal di Indonesia, berusia 15 tahun dan lebih, dilakukan pada Agustus 2006, April 2007,
Maret 2008, April-Mei 2009, April 2010, Mei 2011, dan Februari, Mei, dan September 2012.
Hasil dari negara Asia Tenggara lainnya berdasarkan wawancara tatap muka dengan masing-
masing sekitar 2.000 orang dewasa di Filipina, Vietnam, dan Thailand, dan masing-masing 1.000
di Singapura, Kamboja, dan Malaysia. Untuk hasil berdasarkan sampel keseluruhan, bisa
dikatakan dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa margin maksimal tingkat kesalahan sampling
adalah ±3 persen.
Tingkat kehidupan rata-rata warga negara Indonesia sudah meningkat secara signifikan
sejak 2008, begitu juga dengan persepsi bahwa standar kehidupan mereka telah meningkat.
Sebagai hal yang penting bagi sebuah kemampuan negara untuk meningkatkan "human capital"
untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kepuasan dengan bidang kesehatan lokal dan
pelayanan pendidikan telah meningkat jauh sejak 2006. Namun, persepsi yang meluas tentang
korupsi dan kesenjangan kesejahteraan antar daerah menunjuk pada tantangan yang
berterusan bagi pembuat kebijakan (policymakers) yang mencari kemakmuran luas dan
bekelanjutan.

1. Kesejahteraan, Optimisme Ekonomi yang Meningkat


Ketika warga Indonesia ditanya untuk menilai kehidupan mereka pada tahun 2006 -
kunci indikator rangkuman untuk kesejahteraan - hasil penelitian menunjukkan
kemungkinan mereka menjadi "suffering" (menderita) sama dengan "thriving"
(berkembang). Kecenderungan ini kembali bertemu dengan munculnya krisis finansial
global pada tahun 2008, tetapi sejak itu, persentase thriving secara umum telah naik
meskipun persentase suffering sebagian besar turun. Pada tahun 2012, warga Indonesia
empat kali lebih mungkin untuk menjadi thriving (20%) daripada suffering (5%). Namun,
sebagian besar (75%) terus jatuh ke peringkat tengah tingkat kehidupan, dan dikategorikan
sebagai "struggling" (kesulitan).
Evaluasi kehidupan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, tetapi mereka sering
berhubungan dengan persepsi penduduk tentang status finansial saat ini dan kesempatan
ekonomi yang tersedia bagi mereka. Ekonomi Indonesia melewati resesi global jauh lebih
baik dari negara-negara tetangga di wilayahnya; pertumbuhan PDB jatuh sedikit ke 4,6%
pada tahun 2009, tetapi pulih dengan cepat dan telah berada di 6% atau lebih sejak 2010.
Data dari Gallup menunjukkan pemulihan ini sudah dirasakan secara luas oleh masyarakat
Indonesia; pada tahun 2012, sekitar setengah (49%) merasa standar kehidupan mereka
telah membaik, naik dari 19% pada tahun 2008. Tahun 2012, 14% menyatakan standar
kehidupan mereka telah menjadi lebih buruk.

2. Pertumbuhan Besar dalam Kepuasan terhadap Bidang Kesehatan Lokal, Pelayanan


Pendidikan
Warga Indonesia juga lebih mungkin untuk mengekspresikan kepuasan terhadap
pelayanan publik di tingkat masyarakat, terutama bidang kesehatan dan pendidikan, yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional diterjemahkan secara efektif ke
dalam perkembangan potensi ekonomi di antara jutaan penduduk. Pada tahun 2006,

Page 41
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

sekitar enam dari 10 orang dewasa merasa puas dengan ketersediaan layanan kesehatan
yang berkualitas di wilayah mereka (57%) dan kualitas sekolah-sekolah lokal (59%); hanya
enam tahun kemudian, kedua angka telah naik menjadi delapan dari 10 (masing-masing
80% dan 82%).
Rakyat yang lebih sehat dan berpendidikan lebih baik harus mempromosikan lebih
jauh prospek ekonomi jangka panjang Indonesia dan membuat negara menjadi tempat
yang lebih menarik bagi investasi asing. Perbaikan di sistem pendidikan lokal juga lebih
memungkinkan untuk mendorong pertumbuhan melalui kewirausahaan. Di antara warga
Indonesia yang diwawancara pada tahun 2010 dan 2011, 31% di antara mereka yang
memiliki pendidikan pasca-SMA menyatakan mereka merencanakan untuk memulai bisnis
sendiri tahun depan dibandingkan 21% di antara mereka dengan pendidikan SMP dan 10%
dengan pendidikan SD saja.

3. Persepsi Korupsi dan Kesenjangan Kesejahteraan


Meskipun ini tren positif, Analisa Gallup juga menyorot tantangan yang sering dikutip
yang dapat mengancam perkembangan ekonomi Indonesia. Hal-hal ini termasuk usaha
negara yang berterusan dalam memerangi korupsi yang bersifat endemis, terutama di
sektor publik. Komisi anti-korupsi pemerintah Indonesia memiliki dampak yang kecil pada
persepsi publik tentang korupsi sejak Gallup memulai analisa pada tahun 2006. Tahun
2012, 88% warga Indonesia menyatakan korupsi telah meluas di pemerintahan, sedangkan
82% menyatakan telah meluas di dalam bisnis/usahanya; di antara negara-negara Asia
Tenggara yang diajukan pertanyaan ini, hanya Thailand yang menghasilkan angka tinggi
yang serupa. Persepsi warga Indonesia kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai tuduhan
korupsi yang ditujukan pada pejabat pemerintah.
Para ahli ekonomi mencatat bahwa korupsi sistemik buruk bagi perkembangan
ekonomi. Salah satu bentuk yang paling umum, penyuapan penjabat pemerintah,
menimbulkan biaya transaksi tinggi dan cenderung memperburuk situasi orang miskin yang
biasanya kurang mampu untuk membayar dan kecil kemungkinan memiliki koneksi politik
untuk membantu. Hasilnya bahwa pola kesenjangan pendapatan yang sudah mengakar
menjadi lebih susah untuk diatasi. Hal ini merupakan tantangan utama lainnya bagi
Indonesia dalam perkembangan ekonomi yang meluas; Studi 2012 dari Gallup menemukan
pendapatan rata-rata rumah tangga dari 20% warga Indonesia terkaya adalah $8.364
(dalam Dolar Internasional) - hampir empat kali lipat dari $2.346 pendapatan rata-rata 80%
lainnya.
Kesenjangan ini juga tercermin dalam perbedaan nilai kesejahteraan dalam perbedaan
regional yang luas di seluruh Indonesia. Di wilayah Bali, surga turis yang terkenal, 43%
penduduk menilai kehidupannya sangat tinggi pada tahun 2012 sehingga dianggap thriving;
sebaliknya, di wilayah Kalimantan yang kurang berkembang, hanya 4% yang thriving.

4. Implikasi
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memiliki misi untuk membangun
integrasi ekonomi regional pada tahun 2015, termasuk kebebasan lebih dalam pergerakan
barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil antar negara anggota. Indonesia mungkin

Page 42
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

akan mendapatkan manfaat lebih dari ASEAN Economic Community (AEC) yang baru -
tetapi hanya jika dapat dilihat sebagai tempat yang ramah untuk bisnis dan investasi relatif
terhadap destinasi menarik lainnya di kawasan seperti Singapura dan Malaysia. Beberapa
tren Gallup terbaru dari Indonesia - termasuk pandangan ekonomi penduduk dan kepuasan
terhadap bidang kesehatan dan pendidikan yang sedang meningkat - menunjukkan negara
ini sedang meningkatkan posisi kompetitifnya dengan memberdayakan penduduk untuk
mendorong pembangunan ekonomi. Namun, korupsi yang berkelanjutan dan kesenjangan
pendapatan yang sangat besar terus melemahkan potensi ekonomi Indonesia dengan
menaikkan risiko bagi investor, asing dan domestik.
Secara lebih luas, data Gallup menunjukkan nilai dari melacak dan menganalisa
berbagai indikator kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi, bukan saja pada tahap
negara, tapi - terutama di negara yang beragam dan tersegmentasi secara geografis seperti
Indonesia - antara populasi sub-kelompok dan daerah yang berbeda. Wawasan yang
dihasilkan dapat membantu pemimpin dengan kebijakan strategis yang utama untuk terus
bekerja menuju stabilitas dan kemakmuran jangka panjang.

Page 43
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 44
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 45
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 46
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 47
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 48
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 49
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Page 50
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://beritadaerah.com/2013/11/11/
http://databank.worldbank.org/data/download/GDP.pdf

http://dhauslaode.blogspot.com/2013/02/rumus-menghitung-pendapatan-nasional.html
http://fikhbosua.blogspot.com/2011/10/makalah-pertumbuhan-ekonomi.html

http://iamhanafi.wordpress.com/2011/07/25/gdp-india-dan-industrinya/
http://id.wikipedia.org

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi
http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/10/21/pengertian-resesi/

http://vibiznews.com/

http://www.bps.go.id/download_file/Data_Strategis_2013.pdf
http://www.g8.utoronto.ca/what_is_g8.html

http://www.gallup.com/region/asia_pacific/163616/ringkasan-opini-berkembangnya-ekonomi-
indonesia.aspx

http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2013/02/pdf/text.pdf
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=316101
http://www.worldbank.org/

http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesia/IEQ-Dec13-
BAHASA.pdfhttp://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesi
a/IEQ-Dec13-BAHASA.pdf

Page 51

Anda mungkin juga menyukai