Anda di halaman 1dari 34

TINDAKAN PENGHISAPAN JALAN NAPAS PADA PASIEN BAYI DENGAN

KASUS ASFIKSIA PADA MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN


NAFAS TIDAK EFEKTIF

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

HULAYFA ADILA

NIM : 2017-49-026

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2020

(Studi Kasus Di Wilayah Kerja ……. )


TINDAKAN PENGHISAPAN JALAN NAPAS PADA PASIEN BAYI DENGAN
KASUS ASFIKSIA PADA MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan
di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

OLEH :

HULAYFA ADILA

NIM : 2017-49-026

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2020
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hulayfa Adila


NIM : 2017.490.26
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 14 januari 1997

Institusi : Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Tindakan manajemen jalan
nafas pada bayi dengan kasus “asfiksia” dengan masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif ” memang benar merupakan karya original yang dibuat sendiri oleh
penulis, bukan Karya Tulis Ilmiah dari orang lain baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali kutipan yang sudah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar maka kami siap untuk menerima sanksi sebagai bentuk
tanggung jawab kami.

Kediri, Maret 2019

Yang menyatakan

Hulayfa Adila
NIM. 2017.49.026
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH YANG BERJUDUL

TINDAKAN PENGHISAPAN JALAN NAPAS PADA PASIEN BAYI DENGAN


KASUS ASFIKSIA PADA MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF

TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING

UNTUK DILAKSANAKAN UJI PROPOSAL

DI HADAPAN TIM PENGUJI

Pada tanggal :……………………………………

Pembimbing I Pembimbing II

ERNA SUSILOWATI,S.Kep,Ns.,M.Gizi MOH. ALI MANSUR S.Kep, M. Kes

NIDN. ........................... NIDN. ...........................


\

ABSTRAK

Adila.Hulayfa. 2019. Tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan kasus
asfiksia dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, Akademi
Keperawatan Dharma Husada Kediri.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal riset keperawatan
ini. Proposal ini merupakan bagi para mahasiswa, untuk belajar dan memahami lebih
lanjut tentang tugas “Tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan kasus
“asfiksia” dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

Penyusunan proposal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih


lanjut. Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam
belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen pembimbing
mata kuliah dan juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.

Kediri, 01 juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit asfiksia banyak dialami oleh bayi baru lahir dengan salah
satu penyebabnya yaitu ketidakefektifan bersih jalan nafas. Asfiksia
neonatorum merupakan penyebab kematian bayi yang sering terjadi di
negara berkembang yaitu sebesar 21,1% salah satunya disebabkan karena
ketidakmampuan bayi bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Keadaan ini dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnue dan
asidosis yang merupakan campuran dari proses pembentukan asam laktat
dan penumpukan karbon dioksida yang selanjutnya dapat meningkatkan
pemakaian sumber energi dan menganggu sirkulasi bayi (Drew dkk,
2009).

Menurut lapran dari World Health Organization (WHO.2013), di


indonesia saat ini masih tergolong tinggi,yakni 32:1000 kelahiransebanyak 15
juta bayi terlahir prematur setiap tahunnya penyebab kematian bayi baru lahir di
indonesia diantaranya asfiksia neonatorum (27%) berat bayi lahir rendah BBLR
(29%), tetanus neonatorum (10%) , masalah pemberian makan (10%), infeksi
(5%,(DepKeshRI,2014) Berdasarkan laporan Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (LDKI) tahun 2012 diestimasikan bahwa kematian neonatal di
Indonesia sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal
menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%), sedangkan jika
dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal
menyumbang 47,5% (Kemenkes RI, 2013). Kesehatan Provinsi Jawa Timur,
kematian neonatal pada tahun 2012 di Jawa Timur 27,38%
disebabkan oleh asfiksia neonatorum. Asfiksia pada pada bayi baru lahir
menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap
tahun. Di Indonesia, angka kejadian asfiksia di rumah sakit pusat rujukan
propinsi di Indonesia sebesar 41,94%. Di Indonesia Angka Kematian Bayi
(AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran Hidup (SDKI 2007 - 2008).

Faktor risiko kejadian asfiksia sangatlah beragam dan banyak hal yang
mempengaruhi dan berhubungan dengan kejadian asfiksia (Fahrudin, 2003).
Asfiksia bayi baru lahir dapat dihubungkan dengan beberapa keadaan
kehamilan dan kelahiran. Bayi tersebut dalam keadaan resiko tinggi dan ibu
dalam keadaan hamil resiko tinggi. Pada umur kehamilan 30 minggu paru janin
sudah menunjukkan kematangan baik secara anatomis dan fungsional. Penyebab
asfiksia pada bayi antara lain karena faktor gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih
berat. Sehingga perlu dilakukan suatu tindakan keperawatan pada bayi yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul. Salah satunya gangguan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya cairan yang masuk ke
dalam saluran pernafasan, pernafasan cepat dan dalam, denyut jantung terus
menerus, tekanan darah mulai menurun, bayi terlihat lemas, menurunnya
tekanan O2, meningginya CO2, dan menurunnya pH. Menurut Wiyoto (2010),
apabila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan
jalan nafas maka pasien tersebut akan mengalami kekurangan suplai O2
(hipoksemia), dan apabila suplai O2 idak terpenuhi dalam waktu 4 menit maka
dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

Berdasarkan latar belakang di atas dan Sehubungan dengan masih


tingginya kejadian asfiksia yang ditemukan serta besarnya resiko seperti
komplikasi yang ditimbulkan maka penulis termotivasi untuk membahas lebih
lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul tindakan manajemen jalan
napas pada bayi dengan kasus asfiksia dengan masalah keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif dan untuk penanganan kasus Asfiksia dengan masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif maka perlu tindakan
keperawatan untuk obstruksi jalan napas akibat akumulasi sekresi pada
Endotrakeal Tube adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir
(suction) dengan memasukkan selang kateter suction melalui
hidung/mulut/Endotrakeal Tube (ETT) yang bertujuan untuk membebaskan
jalan nafas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Karna bayi
Memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing,
sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction) (Nurachmah
& Sudarsono, 2000).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar latar belakang diatas maka rumusan masalah

adalah Tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan kasus asfiksia dengan

masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Melakukan tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif dan mempelajari lebih dalam tentang

asfiksia melalui pendekatan peroses keperawatan yang komperensif

2. Tujuan khusus

a. melakukan pengkajian pada bayi dengan masalah ketidak efektifan

bersihan jalan nafas pada kasus asfiksia

b. peneliti merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi dengan masalah

ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada kasus asfiksia


c. peneliti menyusun rencana dan tindakan keperawatan pada bayi dengan

masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada kasusu asfiksia.

d. peneliti melaksanakan tindakan keperawatan pada bayi dengan masalah

ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada kasus asfiksia yang telah

direncanakan dalam masalah keperawatan.

e. Peneliti mengevaluasi bayi dengan masalah ketidak efektifan bersihan

jalan nafas pada kasus asfiksia yang telah dilaksanakan.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan kesehatan bayi untuk

mengetahui masalah asfiksia pada bayi

2.Praktis

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan insitusi maupun profesi

keperawatan dalam tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan kasus

asfiksia dengan masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas

a. profesi keperawatan

Memberikan wawasan pada tenaga keperawatan untuk mendapatkan

menerapkan perawatan pada bayi dengan masalah ketidak efektifan bersihan

jalan nafas pada kasus asfiksia

b. Bagi pasien dan keluarga


Studi kasus ini diharapkan supaya keluarga mengerti dan paham tentang

perawatan bayi asfiksia dengan masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

c. Bagi penulis

Memberi pengalaman dan meningkatkan pengetahuan peneliti dalam

melakukan tindakan manjemen jalan napas pada bayi dengan kasus asfiksia

dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif

d. Bagi lahan

Dapat memberikan acuan tindakan keperawatan untuk kasus yang sama

serta menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis Asfiksia

1. Pengertian asfikia neonatorum

Asfiksia berati hipoksia yang progresif,penimbunan CO2 dan

asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan

kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dpat mempengaruhi fungsi

organ vital lainnya.(saifudin 2009). Asfiksia neonatorum adalah keaddan

dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur telah

lahir (sarwono, 2009)

Asfiksia neonatus adalah kedaan bayi tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur, sehingga dapat menurynkan O2 dan meningkatkan

CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut

(Manuba,2010)

2. Etiologi asfiksia neonatorum

Menurut purnamaningrum (2010) asfiksia dapat dibagi menjadi 3

tipe kejadian yaitu selama dalam kandungan, pada saat bersalin dan

setelah persalinan, kejadian asfiksia ini selama dalam kandungan di

sebabkan oleh hypoxic-ischemia seperti insufiensi uteroplasenta,

abrupsioplasenta, prolapus tali pusat , ibu yang menderita hipotensi,

Asfiksia yang boisa terjadi pada persalinan merupakan akibat trauma dari

persalinan seperti cephalopelvic disproporpior distosia bahu, letak

sumsang,spinal cord transaction asfiksia yang terdiri pada persalinan

berhubungan erat dengan asidosis metabik persalinan normal sekitar 20-


25 bayi per 1000 kelahiran. Asfiksia yang terjadi setelah persalinan

akibat pengaruh dari susunan saraf neuromuscular disease, kelainan

infeksi pada saluran pernafasan, kelainan pari-paru , kelainan pada

ginjal . Asam lemak bebas juga merupakan komponen penting dari

lemak, dan asfiksia dapat terjadi akibat penurunan kadar asam arakidonat

baik yang bebas maupun yang terkait dengan plasma darah dan asfiksia

perinatal merupakan faktor yang secara bersamaan dengan prematuritas

menyebabkan kematian bayi (sukarni,2013)

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi dapat di golongkan

menjadi :

a) Faktor ibu

Oksigenasi darah ibu tidak mencukupi akibat

hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis,

gagal pernafasan keracunan karbon monoksida , dan tekan

darah ibu yang rendah akan mnyebabkan asfiksia pada

janin . Gangguan aliran darah dapat menyebabkan

berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke

janin. Hal ini sering di temukan pada gangguan kontraksi

uterus misalnya hipertoni,hopotoni atau tetani uterus

akibat penyakit atau obat. Hipotensi mendadak pada ibu

karena pendarahan hipertensi pada penyakit akiomsia dan

lain-lain

b) Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin di pengaruhi oleh luas

dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila

terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya :

plasenta tipis , plasenta kecil ,plesenta tidak menempel,

solusio plasenta dan pendarahan plasenta

c) Faktor fetus

Kompresi umbilicus dapat mengakibatkan

terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah

umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan

janin. Gangguan liran darah ini dapat di temukan pada

keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher

kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

d) Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat

terjadi aleh karena pemakaian obat anestesia analgetik

yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat

menimbulakan depresi pusat pernafasan janin, maupun

trauma pada persalinan misalnya : perdarahan intracranial,

kelainan konginetal pada bayi misalnya : hernia

diagfragma atresia atau stenosis pernafasan. Hipoplasia

paru dll

e) Faktor persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh

terhadap gangguan paru-paru (proverawati,atika,2010)

3. Manisfestasi klinik asfiksia

Menurut maryuni (2009) sebagai berikut :

1) Pada bayi setelah lahir

2) Bayi pucat dan kebiru-biruan

3) Usaha bernafas minimal atau tidak ada

4) Hipoksia

5) Asidosis metabolik atau respiratori

6) Perubahan fungsi jantung

7) Kegagalan sistem multiorganik

4. Patofisiologi

Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi. Proses

ini di anggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat

pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut

dengan pernafasan, nila terdapat gangguan pertukaran gas/

penganggkutan O2 selama kehamilan, persalinan akan terjadi asfiksia

yang lebuh berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan

bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan

fungsi ini tudak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia, asfikia

yang terjadi di muli suatu periode apneu (primary apneu) di seratai


dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan

memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh

pernafasan teratur. Pada penderita tingkat ini di temukan bradikardi dan

penurunan tekanan darah . di samping adanya perubahan klinis,akan

terjadi pula gangguan metabolisme dan keseimbanagan sam basa pada

tubuh bayi, pada tingkat pertama pertukaran gas mungkin hanya

menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh

bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikosis, glikogen

tubuh sehingga, glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan

berkurang asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan

menyebabkan tumbunya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya

akan terjadi perubahan kardiovaskule yang di sebabkan oleh beberapa

keadaan di antaranya hilanya sumber gliogen dalam jantung akan

mempengaruhi fungsi jantung terjadinya sidosis metabolik akan

mengakibatkan menurunya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga

menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara jantung sehingga

menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang

kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensi pembuluh

darah paru sehingga sirkulasi drah ke paru dan kesistem tubuh lain akan

mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang

terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel

otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan

bayi selanjutnya (sarwono,2009)


5. Klasifikasi asfiksia

Tabel 2.2 apgar skor

Tanda 0 1 2

Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari Lebih dari

100/menit 100/menit

Usaha bernafas Tidak ada Lambat tidak Menangis kuat

teratur

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif

fleksi sedikit

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna kulit Biru / pucat Tubuh Tubuh

kemerahan , danextremitas

ekstremitas biru kemerahan

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosissehingga

memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dan segera. Tanda dan gejala yang

muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut :

a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit

b) Tidak ada usaha napas

c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada


d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika di berikan rangsangan

e) Bayi tambapak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan

(nanny, 2011)

2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang tanda ydan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :

a) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kalinper menit

b) Usaha napas lambat

c) Tonus otot biasanya dalam keaddaan baik

d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang di berikan

e) Bayi tampak sianosis

f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses

persalinan (Nanny.2011)

3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai

berikut :

a) Takipnea dengan napas lebuh dari 60 kali permenit

b) Bayi tampak sianosis

c) Adanya retraksi sela iga

d) Bayi merintih (grunting)

e) Adanya pernafasan cuping hidung

f) Bayi kurang aktifitas


g) Dari pemeriksaan auskultasi di perolh ronchi, rales ,dan whezing positif.

(Nanny,2011)

6. Komplikasi

a. Edema

Otak dan perdarhan otak pada asfiksia dengan gangguan fungsi

jantung yang terlalu berat sehingga terjadi renjatan neonatus,

sehinga aliran darah ke otak pun menurun keadaan ini akan

menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang brakibat terjadinya

edema otak yang berakibat terjadinya edema otak hal ini juga

akan menimbulakan perdarahan otak (Mansjoer, 2001 )

b. Anuria atau ologuria

Disfungsi miokardium pada penderita asfiksia, keadaan ini di

kenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadi yang di sertai

dengan perubahan sirkulasi hal ini yang menyebabkan terjadinya

hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang

menyebabkan pengeluaran urine sedikit (mansjoer,2001)

c. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan

pertukaran gas dan transpot O2 sehingga penderita kekurangan

persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat

menyebabkan kejang pada anak tersebud karena perfusi jaringan

tak efektif (mansjoer,2001)

d. Koma
Apabila pasien asfiksia berat tidak segera di tangani akan

menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia

dan pendarahan pada otak (saifudin,2009)

e. Sepsis

Sepsis biasanya akan di mulai dengan adanya respon sistemik

tubuh dengan gambaran proses inflamasi,koagulopati, gangguan

fibrinolisis yang selanjutnya menimbulkan gangguan fungsi

organ berlainan pada pasien dewasa,bayi baru lahir terdapat

berbagai tingkat defisiensi system pertahanan tubuh sehingga

respon sistematik pada janin dan bayi baru lahir akan berlainan

dengan pasien dewasa sebagai contoh pada awitan dini respon

sistemik pda bayibaru lahir mungkin terjadi pada saat bayi masih

dalam kandungan (mansjoer,2001)

f. Pemeriksaan PH

Darah janin dengan menggunakan amnioskopi yang dimaksukkan

lewat servik di buat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan di

ambil contoh darah janinnya. Darah ini di periksa Phnya adanya

asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu sampai turun

di bawah hal itu dianggap sebagai tanda dan bahaya

(wiknjosastro,2007)

g. Analisa gas darah

Analisa di lakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui

adanya asidosis dan alkaliosis respiratori metabolik. Hal ini di


ketahui dengan tingkatan saturisi O2 dan PaO2. Pemeriksaan ini

juga di lakukan untuk mengetahui oksigenasi . evalusi tingkat

kemajuan terapi (wiknjosastro,2007)

h. Elektrolit darah

Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya

persendian garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu

keseimbangannya (harris,2003)

i. Pemeriksaan radiologik

j. Usg (kepla)

k. Penilaian APGAR Score (wiknjosastro,2007)

7. Penatalaksanaan

a. Meletakkan bayi dalam posisi yang bnar

1. Bayi diletakkkan terlentang diatas alas yang datar, kepala lurus

dan leher sedikit tengadah (ekstensi)

2. Untuk memepertahankan agar leher tetap tengadah letakkan

handuk atau selimut yang di gulung di bawah bahu bayi, sehingga

terangkat sampai 1 inschi (2-3 cm) (sarwono,2009)

b. Membersihkan jalan nafas

1. Kepala bayi di miringkan agar cairan berkumpul di mulut dan

tidak di faring bagian belakang

2. Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud:

3. Cairan tidak teraspirasi


4. Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-

megap

5. Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi hams di

lakukan penghisapan dari trakea dengan menggunakan indotrakea

(pipa ET).(Sarwono.2009)

c. Menilai bayi

Penilain bayi di lakukkan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting

bagi kelanjutan hidup bayi

1) Usaha bernafas

2) Frekuensi denyut jantung

3) Warna kulit ).(Sarwono.2009)

d. Menilai usaha bernafas

1) Apabila bayi bernafas spontan dan memadai, lamjutkan

dengan menilai frekuensi denyut jantung

2) Apabila bayi mengakami apnu atau sukar bernafas (megap-

megap ataub gasping ) di lakukan rangsangan traktil dengan

menepuk-nepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau

menggosok-gosok punggung bayi sambil memberi oksigen

3) Apabila setelah beberapa detik tidak terjadi reaksi atas

rangsangannya taktil. Mulailah pemberian VTP (Ventilasi

Tekanan Positif )

4) Pemberian oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang

diperoleh dari tabung oksigen). Kecepatan aliran oksigen


paling sedikit 5 L/menit. Apabila sungkup tidak tersedia,

oksigen 100 % diberikan melalui pipa yang ditutupi tangan di

atas muka bayi dan aliran oksigen tetap terkonsentrasi pada

muka bayi. Utuk mencegah kehilangan panas dan

pengeringan mukosa saluran nafas, oksigen yang diberikan

perlu dihangatkan dan dilembabkan melalui pipa berdiameter

besar.(Sarwono,2009)

e. Menilai frekuensi denyut jantung bayi

1. Segera setelah menilai usaha bernafas da n melakukan

tindakan yang diperlukan, tanpa memperhatikan pemafasan

apakah spontan normal atau tidak, segera dilakukan penilaian

frekuensi denyut jantung bayi

2. Apabila frekuensi denyut jantung lebih dari 100/mcit dan

bayı bernafas spontan, dilanjutkan dengan penilaian warna

kulit.

3. Apabila frekuensi denyut jantung kurang dari 100/menit,

walaupun bayi bemafas spontan, menjadi indikasi

untukdilakukan VTP.

4. Apabila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus

segera diberikan dan pada saat yang sama VTP dan kompresi

dada dimulai.(Sarwono,2009)

f. Menilai warna kulit


1. Penilaian warna kulit dilakukan apabila bayi bemafas spontan

dan frckuensi denyut jantung bayi lebih dari 100/menit.

2. Apabila terdapat sianosis sentral oksigen tetap diberikan.

3. Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu

diberikan. Sianosis perifer disebabkan oleh karena peredaran

darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang

bersalin yang dingin, bukan akibat hipoksemia.

(Sarwono,2009)

B. KONSEP MASALAH KEPERAWATAN

1. Definisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Ketidak

mampuan memebersihkan sekret atau obstruksi jalan

napas untuk memperthankan jalan tetap paten

2. Penyebab Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Fisiologis

1) Spasme jalan nafas

2) Hipersekresi jalan nafas

3) Disfungsi neuromuskular

4) Benda asing dalam jalan nafas

5) Adanya jalan nafas buatan

6) Sekresi yang tertahan

7) Hiperplasia dinding jalan nafas

8) Proses infeksi

9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

Situasional

1) Merokok aktif

2) Merokok pasif

3) Terpanjan polutan

3. Gejala dan tanda mayor

Subjektif ( tidak tersedia )

Objektif

a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering

e) Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)

4. Gejala dan tanda minor

Subjektif

a) Dispnea

b) Sulit berbicara

c) Ortopnea

Objektif

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi nafas menurun

d) Frekuensi nafas berubah


e) Pola nafas berubah

5. Kondisi klinis terkait

1) Gullian barre syndrome

2) Sklerosis multipel

3) Myasthenia gravis

4) Prosedur diagnostik (mis,

bronskospi,transesophageal, echocardiography)

5) Depresi sistem saraf pusat

6) Cedera kepala

7) Stroke

8) Kuadriplegia

9) Sindrom aspirasi mekonium

10) Infeksi saluran nafas

6. Kiteria Hasil Bersihan Jalan Nafas

Definisi kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas tetap paten

Ekspetasi Meningkat

Kiteria hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat

menurun meningkat
Batuk efektif 1 2 3 4 5

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Produksi sputum 1 2 3 4 5

Mengi 1 2 3 4 5

Wheezing 1 2 3 4 5

Mekonium (pada 1 2 3 4 5

neonatus )
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik

memburuk membaik
Dispnea 1 2 3 4 5

Ortopnea 1 2 3 4 5

Sulit berbicara 1 2 3 4 5

Sianosis 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik

memburuk membaik
Frekuensi napas 1 2 3 4 5

Pola napas 1 2 3 4 5

4. KONSEP TINDAKAN KEPERAWATAN

Manajemen jalan nafas

Definisi : mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan manajemen jalan nafas maka

di harapkan

1. Mekonium pada neonatus menurun


2. Dispnea membaik

3. Sianosis membaik

4. Frekuensi napas membaik

5. Pola napas membaik

Manfaat : setelah di lakukan tindakan manajemen jalan napas maka pasien

(bayi) bbersihan jalan nafas menjadi efektif dan sumbatan menkonium pada

jalan nafas pasien (bayi) menurun sehingga bayi bernafas dengan baik

Tindakan keperawatan :

Observasi

 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

 Memonitor bunyi nafas tambahan (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi

kering)

 Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-

thrust jika curiga trauma servikal )

 Posisikan semi-fowler atau fowler

 Berikan minum hangatb

 Lakukan fisioterapi dada,jika perlu

 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal


 Keluarkan sumbatan benda pada padat dengan forsep McGill

 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak kontraindikasi

 Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu

5. SOP PENGHISAPAN LENDIR PADA BAYI

Penghisapan lendir pada bayi baru lahir

Definisi: melakukan penghisapan lendir pada bayi baru lahir / neonatus dengan

menggunakan alat

Tujuan : melakukan penghisapan lendir pada bayi asfiksia menggunakan alat

agar jalan nafas lancar

Prosedur

6. Persiapan alat

a. penghisap lendir steril

b. sarung tangan steril

c. kasa steril

7. Prosedur

a. Mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan

c. Menyambung suction catheter pada selang suction


d. Mengatur tekanan suction minimal 100 mmHg

e. Memasukkan jari telunjuk tangan kiri ke dalam mulut bayi di

atas lidah dan di tekan di bawah sedikit

f. Masukkan penghisap dengan hati-hati mengikuti jari-jari hanya

sampai ujung fharing

g. Menghisap lendir pelan-pelan sambil menghisap ditarik dan di

ulangi sampai bersih

h. Menghisap lendir dari hidung kalau perlu

i. Observasi tanda tanda vital

j. Evaluasi respon bayi

k. Alat-alat di rapikan kembali

l. Lepas sarung tangan

m. Cuci tangan 6 langkah

n. Dokumentasikan, kondisi pasien, respon pasien, tindakan, TTD

nama perawat yang melakukan

8. Evalusi

Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan penghisapan lendir,dan

pantau bayi dan berikan bantuan oksigen pada bayi

1. Evalusai jumlah cairan warna dan aroma cairan

mekonium

2. Evalusi pernafasan bayi apakah bayi bernafas dengan baik

atau megap-megap, teruskan pembersihan mekonium pada

bayi jika bayi masih terlihat bernapas megap-megap


3. patau Tanda –tanda vital pada bayi

4. pantau apakah bayi sudah bernafas dengan baik dan

denyut jantung >100, kulit bayi berwarna kemerahan

5. bayi dapat menangis dan gerakan bayi menendang dengan

kuat

BAB III

PENUTUP
Berdasarkan pada masalah dan tindakan yang telah di rumuskan maka penulis

mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat di gunakan sebagai

pertimbangan untuk memperbaiki mutu pelayanan keperawatan

A. Kesimpulan

Tindakan keperawatan yang dilakukakan yang bertujuan agar pasien dapat

memepertahankan bersihan jalan nafas menjadi efektif serta membebaskan jalan

nafas pasien dari sumbatan air ketuban sehingga pasien dapat bernafas dengan

normal

B. Saran

Di harapakan karya tulis ini dapat di jadikan acuan atau refrensi ilmu tentang

tindakan manajemen jalan nafas pada bayi dengan kasus asfiksia dengan masalah

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dan bagi pembaca dan penulis dapat

menambah lebih banyak ilmu pengetahuan yang di dapat

Daftar pustaka
Arikunto, Suhasimi (2006). Manajemen Penelitian Jakarta : Rineka Cipta

Betz. Cecity I dan Linda A. Sowden. 2002 Buku Saku Keperawatan Pediatri Jakarta :
EGC

Carpenito, L.J 2001. Buku Saku Diagnosa-Keperawatan oleh Monica Ester. Jakarta :
EGC

Carpenito, L. J 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10 Jakarta : EGC

Depkes RI 2009, Sistem Kesehatan Nasional Jakarta

Depkes RI ( 2012). Pedoman P'elayanan Antenatal di tingkat pelayanan Dasar


Puskesmas. Jakarta : Pusdiknakes

Dewi, S 2001. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita Jakarta : Salemba Medika

Dongoes, Marylin. 2001 Rencana Keperawatan Maternal atau Bayi Edisi 2 Jakarta :
EGC

FKUI, 2005 lmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika

Hidayat, alimul aziz, 2008. Pengantar Ilmu kesehatan Anak Untuk Pendidikan Bidan,
Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : FKUI.

Manuba, Ida Bagus Gde, 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi, Jakarta : Arean

Maryunani A. Nurhayati. 2009. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan dan penyakit


pada neonatus. Trans Info Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai