Laju pertumbuhan karang merupakan perubahan masa persatuan waktu,
perubahan volume persatuan waktu, perubahan panjang persatuan waktu, dimana perubahan ini bersifat irrefersible atau tidak terjadi penyusutan atau tidak terjadi penyusutan. Laju pertumbuhan karang juga dapat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal (Buddemeir, 1976). Laju pertumbuhan pada koloni – koloni karang berbeda satu sama lainnya yang disebabkan oleh umur kolobi, dan factor lingkungan dimana karang itu tumbuh. Pada koloni karang muda cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada koloni yang sudah tua (Nybakken, 1988). Dan menurut Nugraha (2008) laju pertumbuhan setiap tahun pada satu koloni tidak sama pada satu koloni dengan koloni lain pada satu lokasi dan kedalaman yang sama. Perhitungan pada laju pertumbuhan karang terbagi menjadi tiga, antara lain: Laju pertumbuhan terhingga (er) atau (λ) Biasa disebut dengan penggandaan populasi, dan terjadi pada populasi yang tidak dibatasi oleh lingkungan tempat hidupnya. Mempunyai persamaan sebagai berikut : N t+1 λ= Nt Dimana, N = populasi dan t = waktu Nilai λ mempunyai tiga kemungkinan, yaitu: λ > 1, berarti populasi berkembang dari waktu (t) ke waktu (t + 1) λ = 1, berarti keadaan populasi stabil λ < 1, berarti terjadi penurunan populasi dari waktu (t) ke waktu (t + 1) Laju pertumbuhan eksponensial (r) Laju pertumbuhan eksponensial merupakan perubahan jumlah pada suatu wilayah tertentu setiap tahunnya. Laju pertumbuhan ini menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan akan berlangsung terus menerus karena adanya kelahiran dan kematian. Adapun persamaan yang digunakan, yaitu :
log e N t=log e N 0 +rt
Laju pertumbuhan eksponensial (r) berpusat pada nilai 0, yaitu jika : r > 0, berarti jumlah individu di dalam suatu populasi bertambah r = 0, berarti jumlah individu di dalam suatu populasi stabil r < 0, berarti jumlah individu di dalam suatu populasi berkurang laju pertumbuhan intrinsic (rm) Laju pertumbuhan intrinsic merupakan laju pertumbuhan eksponensial, dimana tingkat pertumbuhan populasi terjadi pada komposisi umur yang stabil dan keadaan sumberdaya tidak membatasi pertumbuhannya. Dalam keadaan ini tidak ada persaingan atau pemangsaan. Nilai rm dapat berupa negative untuk beberapa spesies. Nilai rm tersebut biasanya digunakan untuk membandingkan kondisi dua populasi spesies yang sama menempati lingkungan yang berbeda dan untuk membandingkan kondisi dua populasi spesies yang berbeda tetapi menempati lingkungan yang sama. Pada jurnal dengan judul Distribusi dan Struktur Juvenil Karang Pasca Kejadian Pemutihan Karang (Bleaching) 1998 di Perairan Sipora Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Pada laju pertumbuhan populasi, analisis data yang digunakan adalah integrasi eksponensial dengan rumus sebagai berikut : N t =N 0 x e r .t Dimana : Nt = jumlah individu/koloni pada saat t N0 = jumlah individu/koloni pada saat nol e = angka dasar logaritma r = koefisien pertumbuhan populasi t = waktu Analisis selanjutnya digunakan pendekatan analisis regresi untuk mengetahui hubungan waktu dengan penambahan karang. Adapun hasil yang didapat adalah laju pertumbuhan populasi juvenile karang (rekrutmen) di sekitar perairan Pulau Sipora menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Dari 14 lokasi yang diselami rata – rata laju pertumbuhan populasi karang berkisar antara 8 sampai 49,333 koloni/tahun. Kecendrungan pertumbuhan lebih meningkat di sepanjang pesisir Timur Pulau Sipora arah ke selatan yaitu Pantai Barat Desa Tua Peijat dengan pertumbuhan hanya mencapai 8 koloni/tahun Variasi laju pertumbuhan koloni karang (juvenile) pada masing – masing lokasi dapat disebabkan oleh jarak setiap lokasi. Secara keseluruhan lokasi penelitian terletak di sepanjang pesisir Timur Pulau Sipora memanjang dari selatan ke utara dengan panjang garis pantai mencapai 117,5 km (CRITC sumbar, 2001). Hasil penelitian yang sama dari Edmunds (2000) di St Jhon, US Virginia Island menunjukkan bahwa dalam Jarak 10 km (5 lokasi) tenyata struktur terumbu (tutupan karang) tidak mempengaruhi penambahan juvenile karang. Namun lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam skala yang lebih luas akan terdapat pegaruh yang jelas dari tutupan karang terhadap pertumbuhan juvenile karang. Namul hasil penelitian menunjukkan bahwa tutupan karang yang relative rendah (hanya berkisar antara 41,70% - 6,42%) akibat bleaching 1998 tidak terlalu mempengaruhi laju pertumbuhan populasi karang. Dalam skala kecil (perlokasi) laju pertumbuhan juvenile karang lebih dipengaruhi oleh lingkungan mikronya antara lain ketersediaan substrat untuk menempel larva karang, sumber larva (koloni induk), kondisi serta pola arus perairan (Moorsel, 1984). Kemudian Edmunds (2000) menyatakan bahwa terlihat pertumbuhan populasi karang lebih dipengaruhi oleh sebarannya dalam periode yang sama serta proses bio-ekologi yang dilalui seperti ketahanan hidup serta pertumbuhannya. Daftar pustakanya Abrar, Muhammad dan Yempita Efendi. 2002. Distribusi dan Struktur Juvenil Karang Pasca Kejadian Pemutihan Karang (Bleaching) 1998 di Perairan Sipora Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Konperensi Nasional III 2002 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Mukholladun, Wildanun, Insafitri dan Makhfud Effendy. 2016. Laju Pertumbuhan Karang Goniastrea sp. pada Kedalama yang Berbeda di Pulau Mandangin Kabupaten Sampang. Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016. Madura : Universitas Trunojoyo Madura. Sauna, I Wayan dan Arben Virgota. 2010. Diktat Kuliah Ekologi Hewan. Mataram : Universitas Mataram