Anda di halaman 1dari 13

Pelaksanaan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Konsep Dasar PKN SD


Dosen Pengempu : Drs. Made Putra, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Kadek Sintya Pratiwi

NIM : 1911031054

Nomor Absen: 32

Kelas :G

Semester :3

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha-Nya makalah dengan
judul ”Pelaksanaan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia “ ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Assesmen
dan Evaluasi Pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk para pembaca. Akhir kata
penulis kembali mengucapkan terimakasih.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Denpasar, 27 November 2020
Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I...........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................................1

BAB II..........................................................................................................................................3

2.1 Hak Asasi Manusia.............................................................................................................3

2.2 Contoh Kasus HAM di Indonesia.......................................................................................4

2.3 Penegakkan HAM di Indonesia..........................................................................................5

2.4 Cara Menanggulai Kasus HAM di Indonesia.....................................................................7

BAB III........................................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................9

3.2 Saran..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................10

iii
BAB I
(PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang


Indonesia menghadapi ancaman serius di bidang penegakan hak asasi manusia
pada tahun dewasa ini, demikian penilaian lembaga yang bergerak di bidang HAM.
Perjuangan untuk menegakkan HAM di Indonesia telah dilakukan sejak sidang
BPUPKI hingga sekarang. Pemerintah Indonesia telah berupaya menegakkan HAM
dengan membuat undang – undang, membentuk Komisi Nasional, membentuk
pengadilan HAM, memasukkan dalam kurikulum pelajaran, dan sebagainya. Hukum
tentang HAM ini dibuat karena banyaknya kasus pelanggaran HAM pada tahun
1965 hingga 1998. Namun pada prakteknya setelah hukum tentang HAM dibuat,
pelanggaran HAM masih terjadi hingga saat ini. Tidak ada yang menjamin bahwa
semakin maju perkembangan zaman maka semakin sedikit pelanggaran HAM yang
terjadi. Nyatanya di Indonesia banyak orang – orang yang terkadang berbuat kasar
kepada sesame manusia. Hal ini mengindikasikan jika pemahaman HAM di
Indonesia belum sepenuhnya merata dan dimengerti oleh masyarakat luas. 
Pemerintah harus dengan sigap memberantas kasus pelanggaran HAM. Selain
memberantas, pemerintah juga bisa memberikan pengertian tentang pelanggaran
HAM yang tidak boleh dilakukan oleh siapapun. Sejatinya manusia memiliki hak
yang harus saling dihormati antar manusia yang lain. Dengan begitu Indonesia akan
lebih damai karena tidak adanya lagi kasus pelanggaran HAM. 
Negara wajib melindungi dan menjunjung tinggi HAM karena masyarakat
telah menyerahkan sebagian hak-haknya kepada negara untuk dijadikan hukum
(Teori Kontrak Sosial). Negara memiliki hak membuat hukum dan menjatuhkan
hukuman atas pelanggaran HAM. Maka dalam hal ini, negara mempunyai
“kekuasaan“. Kekuasaan artinya mampu memaksakan kehendak kepada pihak lain.
Oleh karena itu, kekuasaan Negara yang tertinggi berarti kekuasaan yang tertinggi
yang menentukan kehendak di dalam negara tersebut. Hal tersebut disebut sebagai
“kedaulatan”, dalam bahasa Inggris menyebutnya “sovereignty”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagi berikut.
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan HAM?
1.1.2 Contoh pelanggaran HAM di Indonesia?
1.1.3 Bagaimana Penegakkan HAM di Indonesia?
1.1.4 Bagaimana cara pemerintah untuk menanggulangi kasus pelanggaran HAM?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi
berikut.

1
1.1.5 Mengetahui dan memahami apa itu HAM.
1.1.6 Mengetahui dan memahami pelanggaran HAM di Indonesia.
1.1.7 Mengetahui dan memahami bagaiamana penegakkan HAM di Indonesia.
1.1.8 Mengetahui cara menanggulangi kasus pelanggaran HAM.

2
BAB II
(PEMBAHASAN)

2.1 Hak Asasi Manusia

Setiap manusia yang ada di dunia ini memiliki hak dan kewajiban yang
harus di jalankan. Semakin berkembangnya zaman, muncullah istilah hak asasi
manusia (HAM). Hak adalah kepunyaan atau kepemilikan, asasi merupakan hal
mendasar. Oleh karena itu, hak asasi manusia adalah hal yang mendasar dan
utama dan harus dimiliki oleh manusia sebagai bentuk pembelaan keberadaan
hak manusia itu sendiri. Hak asasi manusia (HAM) adalah konsep hukum dan
normatif yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki hak yang melekat
pada dirinya. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, dimanapun, dan kepada
siapapun. Hak Asasi manusia adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang
melekat pada individu sejak ia lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya
dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan
martabat manusia. Indonesia merupakan negara yang berlandaskan atas hukum.
Sehingga Negara Indonesia wajib memberi perlidungan Hak Asasi Manusia
kepada setiap masyarakatnya. Sementara negara hukum adalah negara yang
berdasarkan pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah
merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat. Karena negara itu dipandang
sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut di depan pengadilan
karena perbuatan melanggar hukum. Dalam suatu negara, hak asasi manusia
setiap warganya dilindungi sebagai kewajiban negara untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia seluruh rakyat.

Pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia merupakan


salah satu ciri dari negara hukum. Negara Indonesia merupakan negara
yang berlandaskan atas hukum sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat 3 UUD
1945 “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Selain dari pada itu,
Indonesia wajib melaksanakan perlindungan dan penegakan HAM untuk
warga negaranya karena Indonesia telah pelakukan perjanjian-
perjanjian Internasional dalam masalah penegakan HAM. Tuntutan
terhadap penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia telah mendorong
lahirnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang kemudian diikuti oleh Undang-Undang Nomor 26 tahun
2000 mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia yang dimaksudkan
untuk menjawab berbagai persoalan pelanggaran hak asasi manusia
khususnya pelanggaran hak asasi manusia berat. Dasar negara kita Pancasila
mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan yang
Maha Esa mengandung dua aspek, yaitu aspek individualis (pribadi)
dan aspek sosialis (bermasyarakat). Oleh karena itu kebebasan setiap orang
dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban ini
juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama Negara dan

3
Pemerintah. Dengan demikian negara dan pemerintah bertanggung jawab
untuk menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak setiap
warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.

2.2 Contoh Kasus HAM di Indonesia


Ada dua jenis pelanggaran hak asasi manusia yaitu pelanggaran ringan dan
pelanggaran berat. Pelanggaran ringan berupa melakukan pengancaman, melakukan
pencemaran nama baik seseorang, melakukan kekerasan, dan sebagainya. Menurut
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pelanggaran
berat dibedakan menjadi dua, yaitu: Kejahatan Genosida, kejahatan genosida
merupakan perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan
kelompok agama. Kejahatan Genosida biasanya dilakukan dengan cara membunuh
kelompok, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain. Kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan terhadap
kemanusiaan merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil. Kejahatan terhadap kemanusiaan dapat berupa
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan, penghilangan orang secara
paksa, kejahatan apartheid, perampasan kemerdekaan, serta perkosaan dan
perbudakan seksual.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, ada beberapa contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
di Indonesia, yaitu:
2.2.1 Penculikan aktivis 1998
Penculikan aktivis 1998 merupakan pelanggaran hak asasi manusia
berupa penghilangan secara paksa. Kasus ini terjadi menjelang sidang
umum MPR pada tahun 1998. Total korban dari kasus ini adalah satu orang
dibunuh, 12 orang dianiaya, 11 orang disiksa, 19 orang dirampas
kemerdekaan fisiknya, dan 23 orang dhilangkan secara paksa. Komnas
HAM telah menyimpulkan bahwa kasus ini merupakan kasus pelanggaran
HAM berat.
2.2.2 Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis yang aktif
memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Munir meninggal dunia dalam
perjalanan menggunakan pesawat menuju Amsterdam, Belanda. Uji
forensik kepolisian Belanda memperlihatkan bahwa ada jejak senyawa
arsenikum dalam proses otopsi. Munir diduga meninggal karena diracun
oleh seseorang. Ada pihak yang tidak suka terhadap sepak terjang Munir
dalam memperjuangkan hak asasi manusia.

4
2.2.3 Tragedi Trisakti
Tragedi Trisakti terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam tragedi ini,
mahasiswa yang berdemonstrasi menuntut Presiden Soeharto turun dari
jabatannya, terlibat bentrok dengan aparat yang ingin membubarkan
demonstrasi. Empat orang mahasiswa meninggal dunia akibat tertembak
dalam tragedi ini, di antaranya Hafidin Royan, Elang Mulia Lesmana,
Hertanto, dan Hendriawan Sie.
2.2.4 Penembakan Misterius (1982 – 1986)
Kasus penembakan misterius, sering disingkat Petrus, merupakan
suatu operasi rahasia pada Pemerintahan Soeharto tahun 1980-an. Pada
waktu itu Petrus digunakan sebagai media menanggulangi tingkat kejahatan
yang begitu tinggi. Operasi ini secara umum termasuk operasi penangkapan
dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu
keamanan dan ketentraman masyarakat, khususnya di wilayah Jakarta dan
Jawa Tengah. Pelaku dari peristiwa ini tidak jelas dan tidak pernah
tertangkap. Oleh sebab itu muncullah istilah “petrus” (penembak misterius).
Korban peristiwa ini mencapai 2.000 hingga 10.000 orang yang pelakunya
diduga membunuh atas perintah jabatan di bawah koordinasi Panglima
Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban RI.
2.2.5 Pembantaian Talangsari, Lampung (1989)
Tragedi Talangsari 1989 atau Peristiwa Talangsari 1989 merupakan
salah satu kasus pelanggaran HAM berat masa lalu yang terjadi pada 7
Februari 1989 di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan
Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur. Peristiwa ini berawal dari
menguatnya doktrin pada masa pemerintah Soeharto tentang adanya asas
tunggal Pancasila. Seoharto menyebut prinsip tersebut dengan Eka Prasetya
Panca Krasa dengan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4). Program P-4 ini banyak menyasar kelompok islamis yang
saat itu memiliki sikap kritis terhadap pemerintah Oder Baru. Hingga
akhirnya aturan tersebut memancing reaksi kelompok Islam di Indonesia
termasuk kelompok Warsidi di Lampung. Warsidi merupakan tokoh dalam
Peristiwa Talangsari. Di Talangsari, Lampung, Warsidi dijadikan sebagai
imam oleh Nurhidayat dan kawan-kawan. Oleh pemerintahan Soeharto,
melalui aparat militer dan polisi mengambil tindakan represif untuk
mengatasi kelompok Islam ini. Akhirnya Warsidi dan kelompoknya dituduh
sebagai kelompok Islam radikal sehingga menyebabkan tragedi
pembantaian sehinga 130 orang tewas dan 229 orang dianiaya.

2.3 Penegakkan HAM di Indonesia


Perjuangan HAM diawali pada abad 17 oleh John Lock yang mengemukakan
gagasan tentang hak asasi manusia. Dari gagasan ini, muncul berbagai revolusi
yang ada di Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis pada abad 17 hingga abad 18.

5
Revolusi Inggris menghasilkan Magna Carta pada tanggal 15 Juni 1215 dan Magna
Carta dianggap sebagai tonggak perjuangan hak asasi manusia. Revolusi Amerika
menghasilkan Declaration of Independence tahun 1776 dan revolusi Perancis
menghasilkan LaDclaration des droits de l'Homme et du citoyen atau Deklarasi Hak
Asasi Manusia dan Warga Negara. Perjuangan untuk menegakkan HAM di
Indonesia telah dilakukan sejak sidang BPUPKI hingga sekarang. Pemerintah
Indonesia telah berupaya menegakkan HAM dengan membuat undang – undang,
membentuk Komisi Nasional, membentuk pengadilan HAM, memasukkan dalam
kurikulum pelajaran, dan sebagainya. Hukum tentang HAM ini dibuat karena
banyaknya kasus pelanggaran HAM pada tahun 1965 hingga 1998. Keinginan
pemerintah untuk menegakkan HAM di Indonesia yaitu untuk menjaga dan
melindungi hak yang terdapat pada orang lain yang tertanam sejak lahir yang
diberikan oleh Yang Maha Esa. Menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang
menjunjung tinggi HAM dan hukum yang berlaku di Indonesia. Tetapi realita yang
terjadi saat ini berbeda dengan apa yang diinginkan. Karena masih terdapat
pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Pelanggaran HAM
adalah tindakan mengambil atau merenggut hal-hak orang lain dengan paksa. Kasus
pelanggaran ham yang terjadi di Indonesia sudah ada sejak dulu, mulai era setelah
kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru dan juga setelah reformasi.
Penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan jalur politik.
Maksudnya terhadap siapapun yang melanggar HAM, maka diupayakan menindak
secara tegas para pelaku pelanggaran HAM tersebut. Untuk itu kita
wajib menghargai dan menghormati adanya upaya upaya terhadap penegakan
HAM adalah sebagai berikut.
2.3.1 Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM.
2.3.2 Mendukung para korban pelanggaran HAM untuk memperoleh
restitusi, kompensasi dan rehabilitasi.
2.3.3 Tidak mengganggu atau menghalangi jalannya persidangan HAM
di pengadilan HAM.
2.3.4 Memberikan informasi atau melaporkan kepada aparat penegak hukum
dan lembaga lembaga yang menangani HAM apabila terjadi pelanggaran
terhadap HAM.
2.3.5 Mendorong untuk dapat menerima rekonsiliasi kalau lewat peradilan
HAM mengalami jalan buntu.
Lembaga Komnas HAM yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1993 mempunyai tujuan diantaranya.
2.3.1 Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM.
2.3.2 Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembang
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam berbagai kehidupan untuk melaksanakan tujuan.
Sedangkan fungsinya lembaga tersebut adalah sebagai berikut.
2.3.1 Mengadakan pengkajian dan penelitian.

6
2.3.2 Mengadakan penyuluhan.
2.3.3 Mengadakan pemantauan.
2.3.4 Mengadakan meditasi.

2.4 Cara Menanggulai Kasus HAM di Indonesia


Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah
sering kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan
hak dan kewajiban warga negara. Tindakan terbaik dalam penegakan hak dan
kewajiban warga adalah dengan mencegah timbulnya semua faktor penyebab
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara. Apabila faktor
penyebabnya tidak muncul, pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. 
Berikut ini upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
2.4.1 Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan
pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan
pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan
kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari
tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan
hukum.
2.4.2 Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga selain lembaga tinggi negara yang
berwenang dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga Ombudsman Republik
Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
2.4.3 Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
oleh pemerintah.
2.4.4 Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan hak dan kewajiban warga negara.
2.4.5 Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada
masyarakat melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi)
maupun non-formal (kegiatankegiatan keagamaan dan kursuskursus).
2.4.6 Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
2.4.7 Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan
dalam masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati
keyakinan dan pendapat masing-masing

7
Selain melakukan upaya pencegahan, pemerintah juga menangani berbagai kasus yang
sudah terjadi. Tindakan penanganan dilakukan oleh lembaga-lembaga negara yang
mempunyai fungsi utama untuk menegakkan hukum, dan masyrakat yang memiliki
fungsi kontol terhadap penegakan keadailan dalam masyarakat dan juga pers, , antara
lain seperti berikut

2.4.1 Kepolisian melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan


dengan pelanggaran terhadap hak warga negara untuk mendapatkan rasa
aman, seperti penangkapan pelaku tindak pidana umum (pembunuhan,
perampokan, penganiayaan dan sebagainya) dan tindak pidana terorisme.
Selain itu kepolisian juga menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan
pelanggaran peraturan lalu lintas.
2.4.2 Tentara Nasional Indonesia melakukan penanganan terhadap kasus-kasus
yang berkaitan dengan gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar
dan sebagainya.Dan TNI membaackup POLRI terhadap fungfi kemanan dan
ketertiban yang dipandang sangat dibutuhkan dalam rangka kemanan
Negara
2.4.3 Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan penanganan terhadap kasus-
kasus korupsi dan penyalahgunaan keuangan negara, baik dalam sekala
kecil, maupun besar.
2.4.4 Lembaga peradilan melakukan perannya untuk menjatuhkan vonis atas
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara..Tentunya
dengan menegakkan prinsip keadialan..
2.4.5 Masyarakat memiliki fungsi kontrol terhadap proses peyelenggaraan
penegakan hukum secara adil.
2.4.6 Pers dalam hal ini sangat berperan besar dalam kontrol terhadap
penyelenggaraan proses jalannya persidangan di Indonesia.

Upaya menanggulangi permasalahan yang ada, dapat di kembangkan detik


ini. Bersikap tegas dalam menghadapi permasalahan kasus pelanggaran HAM
adalah yang utama. Karena kita dapat melihat dari berbagai segi. Meninjau dari segi
etika, sebagaimana warga Negara harus mentaati peraturan HAM dengan nilai-nilai
kemanusiaan. Terdapat butir pancasila yang sila ke-2 yaitu kemanusiaan yang adil
dan beradab. Kemudia di tinjau dari segi hukum bahwasannya penegakan keadilan
harus di tegakkan sesuai dengan peraturan yang di buat sesuai UUD 1945. Dan
melihat kembali dari segi politik bahwasanya kemerdekaan bagi setiap orang
mempunyai hak mengkritik terhadap pemerintahannya. Akibat hal semacam itu
pemerintahan yang demokratis sulit terwujud.

8
BAB III
(PENUTUP)

3.1 Kesimpulan
Hak Asasi manusia adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat
pada individu sejak ia lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Esa yang tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
Ada dua jenis pelanggaran hak asasi manusia yaitu pelanggaran ringan dan
pelanggaran berat. Pelanggaran ringan berupa melakukan pengancaman, melakukan
pencemaran nama baik seseorang, melakukan kekerasan, dan sebagainya.
Pelanggaran HAM berat berupa kejahatan genoksida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.

3.2 Saran
Sebagai warga Negara Indonesia yang taat akan hokum, kita seharusnya bias
memahami bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, maka kita tidak bias
memaksakan kehendak kita atas segala sesuau yang kita inginkan karena setiap
langkah kita sudah di awasi oleh undang- undang.
Dalam penulisan makalah ini penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kleden, M. G. (2008). HAK ASASI MANUSIA DALAM MASYARAKAT KOMUNAL


KAJIAN ATAS KONSEP HAM DALAM TEKS-TEKS ADAT LAMAHOLOT
DAN RELEVANSINYA DENGAN HAM DALAM BAB XA UUD 1945 (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Nasution, A. R. (2016). Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan
Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani. JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 8(2).
Pawestri, A. (2017). Hak Penyandang Disabilitas dalam Perspektif HAM Internasional
dan HAM Nasional. Era Hukum-Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 15(1).
Krisnalita, L. Y. (2018). Perempuan, Ham dan Permasalahannya di
Indonesia. Binamulia Hukum, 7(1), 71-81.
Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019). Penegakan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia di
Indonesia dalam Konteks Implementasi Sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 12-25.
Arifin, R., Rasdi, R., & Alkadri, R. (2018). Tinjauan Atas Permasalahan Penegakan
Hukum dan Pemenuhan Hak dalam Konteks Universalime dan Relativisme
Hak Asasi Manusia di Indonesia. Legality: Jurnal Ilmiah Hukum, 26(1), 17-39.
Triwahyuningsih, S. (2018). Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
di Indonesia. Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 113-121.
Billah, M. M., VIII, S. P. H. N., & NASIONAL, B. P. H. (2003, July). Tipologi dan
Praktek Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. In Makalah seminar
pembangunan nasional VII, Badan pembinaan hukum nasional DEPKEH dan
HAM, Denpasar (pp. 14-18).
Manusia, K. N. H. A. (1997). Hak Asasi Manusia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Maulana, R. Pelanggaran HAM di Indonesia yang tidak kunjung usai dan upaya
penyelesaiannya.
Harahap, I. T. H. (2018). Kebijakan Hukum Pidana dalam Upaya Menanggulangi
LGBT (Lesbian, Biseksual, dan Transgender) Berbasis Pancasila. Masalah-
Masalah Hukum, 47(4), 400-412.
Arzaqi, N. (2018). Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Menanggulangi Lgbt
(Lesbian, Gay, Biseksual, Dan Transgender) Berbasis Nilai-Nilai
Pancasila. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 181-192.
Alfarizi, L. M. (2015). SPM KESEHATAN MASAYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM SEBAGAI UPAYA
PEMENUHAN HAM SESUAI DENGAN UU N0 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN. Jurnal Pembaharuan Hukum, 2(2), 279-286.
Savitri, N., & Gunarsa, A. (2008). HAM perempuan: Kritik teori hukum feminis
terhadap KUHP. Refika Aditama.
Soejipto, A. W. (Ed.). (2015). HAM dan Politik Internasional: Sebuah Pengantar.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Arliman, L. (2015). Komnas Ham dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana.
Deepublish.

10

Anda mungkin juga menyukai