Dalam uraian materi mengenai karakteristik belajar peserta didik ini akan dibahas
tiga pendapat mengenai karakteristik peserta didik, yaitu karakteristik atau gaya
belajar menurut Dave Meier, Gaya belajar menurut David A de Kolb, dan Gaya
Belajar menurut Honey Mumford.
1. Gaya Belajar Menurut Dave Meier
Pengalaman Anda belajar selama ini pasti sudah memberitahu anda bagaimana
cara belajar yang paling nyaman anda lakukan, apakah dengan mendengar
ceramah, menonton video, atau melakukan percobaan sendiri. Mungkin ada
diantara anda yang mengantuk kalau mendengarkan ceramah, atau lebih senang
belajar melakukan sesuatu dengan cara melihat orang lain melakukannya, atau ada
yang merasa lebih puas kalau langsung melakukan sendiri. Hal ini erat kaitannya
dengan gaya/cara belajar anda masing-masing. Dave Meier membagi gaya belajar
menjadi empat, yaitu gaya belajar Somatis, gaya belajar auditorial, gaya belajar
visual, dan gaya belajar kinestetik.
Somatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh soma (seperti
Psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestis,
praktis – melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu
belajar.Tentu saja ada beberapa karakteristik belajar seperti ini yang tak semua
orang bisa melakukannya.
Ada beberapa informasi yang hanya bisa disensor oleh tangan kita, misalnya saja
sifat fisik suatu benda berkenaan dengan kekerasan, tekstur, kemudah-patahan dll.
Dengan meraba menggunakan tangan kita, informasi mengenai sifat bahan
tersebut bias kita terima. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang
memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya. Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan
duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran. Tak heran
kalau individu yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau
prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini
lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar
atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta. Untuk
menerapkannya dalam pembelajar/pendidik, kepada pesertadidik yang memiliki
karakteristik-karakteristik di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
model peraga, semisal bekerja
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari.
Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di
otak kita menjadi aktif.
Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau
kelas.
Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya
secara tepat dan komplet.
Cenderung banyak omong.
Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena
kurang dapatmengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya peserta didik baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas dan
sebagainya.
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat
dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang
lain. Adapun teknik yang dikembangkan dalam melaksanakan strategi visual
adalah peta konsep. Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik utuk
menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka menggunakan
format global atau umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara
mirip seperti otak kita berfungsi dalam pelbagai arah secara serempak.
Yang dimaksud dengan intelektual menurut Dave Meier adalah Belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung. Kata intelektual menunjukkan apa yang
dilakukan pembelajar dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan
hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan
presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat
melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa
yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi
dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I). Atau mereka dapat
meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (I) jika mereka secara
simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan piktogram atau panjang
tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (A).
Pengal
Accom aman
merasa Dive
odator Mengakokonkritkan Meluas rger
Merasak
modasi Merasak
Pers
epsi
Tipe ini perpaduan antara pengalaman konkrit dan observasi reflektif, atau dengan
kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan (watching). Siswa
dengan tipe Diverger memiliki keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan
melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian
menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada
setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Siswa seperti ini
menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide dan gemar
mengumpulkan berbagai informasi. Mereka biasanya lebih banyak bertanya
“Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini
adalah sebagai Motivator.
Tipe ini perpaduan antara Konsepsualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif. atau
dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa
mampu merespons terhadap berbagai peluang dan mampu bekerja secara aktif
dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa gemar belajar bila
menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera berusaha mencari
jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara trial and error hanya dalam
lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.
Siswa dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung lebih
menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung tidak emosional dan lebih
menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah
sosial atau hubungan antar pribadi.
Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka
biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk
menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat
menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang tepat.
Tipe ini perpaduan antara pengalaman nyata dan eksperimentasi aktif atau dengan
kata lain kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat (doing). Siswa tipe
ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk
memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini
memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya
dalam berbagai pengalaman baru yang menantang. Dalam usaha memecahkan
masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk
mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Mereka cenderung
untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa
logis, sering menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang
sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan fakta
cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran yang disukainya yaitu
berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.
Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru dalam
berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada
“open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari
dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based
Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe yang keempat ini.
CONCRETE
EXPERIENCE
(CE)
20
18
17
16
15
100%
14
80%
13
12 60%
11
40%
10
40%
15
60%
17
80%
18
100%
19
20
21
22
23
REFLECTIVE
OBSERVATION
(RO)
Karena itu pada tulisan selanjutnya de Kolb menyarankan bahwa pada teori
belajar experiencial learning, pembelajar akan lebih menguasai objek belajarnya
kalau keempat pengalaman belajar dilakukan semua namun kegiatan
pembelajaran dimulai sesuai dengan langkah pembelajaran yang paling disukai
peserta didik (lebih rinci akan dibahas pada bahan ajar teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran).
Tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak
berdialog. Pesertadidik semacam ini biasanya identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstrorming atau
problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasinya. Gaya belajar aktivis
mempunyai kekuatan; fleksibel, dan berpikiran terbuka.
Tipe Reflektor,
Tipe Teoris,
Tipe teoris biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka, berfikir secara
rasional adalah suatau yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis,
dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
Tipe Pragmatis
Tipe Pragmatis, pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari
segala hal. Teori memang penting, kata mereka. Namun bila teori tidak dapat
dipraktikan, untuk apa? Mereka tidak suka bertele-tele membahas aspek-aspek
teoritis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan
baik hanya jika bisa dipraktikan.
Potensi peserta didik seringkali tidak mudah untuk diidentifikasi. Edgar Schein
1992: (Organizational Culture and Leadership) mengibaratkan bekal awal peserta
didik seperti fenomena gunung es (iceberg), sulit untuk diidentifikasi, karena
sebagian besar kasat mata. Namun demikian anda sebagai seorang guru, dengan
bekal interaksi sehari-hari dengan mereka akan dapat mengenal sifat masing-
masing gunung es tersebut, sebagaimana para pelaut yang sering menemuinya.
Kenampakan gunung es di permukaan laut sudah memberikan pelajaran kepada
manusia sebagaimana yang pernah didokumentasikan dalam film “Titanic”.
Dalam pelayaran perdananya kapal besar tersebut menabrak gunung es yang
dianggapnya kecil dan akhirnya karam. Potensi peserta didik digambarkan dalam
ilustrasi sebagaimana gunung es dalam gambar berikut.
Bongkahan es di laut
akan mengapung
dipermukaan dengan
proporsi kira-kira 10%
Artef Perilaku berada di atas
ak (behavior) permukaan, sedangkan
Norma dan sisanya kira-kira 90%
Nilai-nilai nilai yang berada di bawah
yang dianut dianut, permukaan sehingga
standar tidak kelihatan.
dasar pedoman,
(belief), niat perilaku yang nampak
cara
(motives) merupakan pewujudan
pandang dari nilai-nilai yang
dianut, standar yang jadi
pedoman, dan cara
Gambar Potensi peserta didik kita seperti fenomena
gunung es pandang terhadap objek
yang dianutnya. Nilai-
nilai yang dianut
tersebut
didasari oleh asumsi dasar atau keyakinan yang menimbulkan niat atau motif
perilaku.
Daya imaginasi
a. Peserta didik yang cenderung lebih cepat dan mudah dalam menyelesaikan
pekerjaannya, dibandingkan dengan teman anggota kelas lainnya.
b. Peserta didik yang cenderung mencapai hasil rata-rata.
c. Peserta didik yang cenderung lebih lambat dan sulit dalam menyelesaikan
pekerjaannya, dibandingkan dengan teman anggota kelas lainnya.
Disamping kecakapan dasar umum dikenal juga kecakapan dasar khusus. Untuk
menandai kecakapan dasar khusus peserta didik, anda dapat melakukan observasi
khusus pada mata pelajaran atau bidang studi yang disukai peserta didik anda.
Secara konsepsual kecakapan dasar khusus tersebut dapat dikelompokkan
kedalam bidang studi sebagai berikut
Meskipun hanya bersifat tentative, anda akan dapat berbuat banyak untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi objektif peserta didik anda.
Respon peserta didik berbeda dengan dugaan popular bahwa mengajar terdiri dari
hanya kompetensi spesifik atau sikap yang bisa diobservasi. Faham ini
mempercayai bahwa kalau semua komponen yang mendukung proses
pembelajaran dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka dapat dijamin proses
pembelajaran otomatis akan berjalan dengan baik juga, atau yang baik akan
direspon dengan baik juga. Namun sebagaimana konsep B. F. Skinner, (akan
diuraikan lebih lanjut pada bahan ajar mengenai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran) ternyata yang baik tersebut belum tentu direspon dengan baik juga.
Agar yang baik tersebut direspon dengan baik juga masih perlu pengkondisian
komponen-komponen pembelajaran (“operan conditioning”). Dengan demikian
anda sebagai guru, diharapkan dapat membimbing peserta didik dalam cara
merespon sesuatu. Satu contoh dari ketidakpastian mengajar diberikan oleh
catatan yang dibuat oleh guru magang dalam menanamkan kebiasaan membaca
mandiri dalam kelas. Disini diilustrasikan bahwa meskipun pengaturan kelas
maupun materi sudah dipersiapkan dengan baik, namun hasil pembelajaran tidak
dapat dijamin sesuai dengan yang diharapkan, karena hasil tersebut masih
ditentukan oleh kecocokan pemilihan metode pembelajaran dengan karakter
peserta didik.
Perse Persepsi
psi orang-
diri Efek Pygmalion/Self orang
(Rosenthal
Fulfilling and Jacobson,
Prophecy/ social lain
Bamburg, Good and
mirror kepada
Tindakan
Brophy, Omatani, kita
orang
Patriarca, andlain
Purkey)
kepada
kita
Gambar Perilaku peserta didik merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya
(dikutip dari http://www.slideshare.net/twfinn/the-expectation-
effect)
Bekal awal memang dapat diidentifikasi melalui tes, namun tes saja belum
menggambarkan motivasi peserta didik untuk mempelajari lebih jauh materi-
materi yang akan dikuasainya. Disinilah anda diharap mengenal potensi peserta
didik anda yang mencakup aspek nilai-nilai apa yang dianut dan asumsi dasar apa
yang menjadi motif peserta didik anda sebagaimana diuraikan dalam kegiatan
pembelajaran 1 potensi peserta didik. Menjadi pendidik tidak sekedar mentransfer
pengetahuan namun profesi yang diperuntukkan bagi orang yang dapat menjadi
panutan peserta didiknya. Ikatan emosi antara anda sebagai pengajar dengan
peserta didik anda akan membangun hubungan yang kuat dengan mereka.
Hubungan yang kuat melalui kontak sehari-hari anda dengan peserta didik anda
akan membangun komunikasi dan memahamkan kebutuhan pribadi dan akademik
peserta didik anda.
Sebagai seorang pendidik, anda dituntut untuk berinteraksi secara efektif dengan
para peserta didik anda dari berbagai latar belakang social cultural sekolah anda.
Salah satu tujuan perkembangan profesi anda adalah untuk melihat perbedaan
kebudayaan sebagai sebuah modal yang harus dilestarikan dan dihargai. Mengenal
bekal ajar peserta didik menjadi alat yang sangat berguna bagi anda untuk
mengenal karakteristik peserta didik anda.
Para peserta didik baru seringkali tidak sabar dengan keingintahuannya tentang
perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah serta berbagai macam jenis layanan
yang didapatkan di sekolah. Hal demikian wajar mengingat lingkungan baru
sekolah yang lebih tinggi dibandingkan sekolah mereka sebelumnya,
menimbulkan persepsi lebih bagi peserta didik terhadap sekolah barunya.
Kelebihan-kelebihan demikian inilah yang segera ingin mereka ketahui.
Tidak jarang, peserta didik sebenarnya telah mengenal sekolah tersebut melalui
brosur-brosur, berita-berita di koran serta cerita dari teman-temannya. Oleh karena
itu, ia ingin tahu senyatanya terhadap sekolah tersebut, begitu ia diterima sebagai
peserta didiknya. Oleh karena itulah, pada hari-hari pertama di sekolah tersebut,
peserta didik diperkenalkan secara menyeluruh dan global mengenai sekolahnya,
personalianya, jenis-jenis layanan yang dapat dimanfaatkan dan sebagainya.
Perkenalan secara menyeluruh tersebut dilakukan bersamaan dengan penerimaan
secara resmi terhadap peserta didik oleh kepala sekolah.
Bekal ajar peserta didik juga dapat dipelajari oleh guru selama masa orientasi
peserta didik, Jika pada hari-hari pertama masuk sekolah, peserta didik
diperkenalkan dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah secara
global, maka pada pekan orientasi studi ini mereka diperkenalkan secara rinci
mengenai sekolah, baik kurikulum, guru, staf, dan lingkungan sekolah, maupun
budaya sekolah.
Selain itu masalah sulit belajar juga bisa disebabkan anak tidak dapat melakukan
sesuatu secara maksimal. Misalnya tidak bisa mencatat dengan baik karena posisi
duduk dikelas tidak nyaman. Ini merupakan sebab dari factor eksternal.
Sedangkan factor internal penyebab sulit belajar adalah motivasi, sikap, minat,
persepsi (cara berpikir ataupun berpendapat), malas belajar pada anak dan
sebagainya.
Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada diluar diri siswa yang memberikan
pengaruh terhadap aktivitasdan hasil belajar yang dicapai siswa. Factor-faktor
ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah:
Kurikulum sekolah
Faktor yang paling penting untuk dibahas dalam tulisan ini adalah kesulitan
belajar peserta didik yang diakibatkan oleh rancangan kegiatan pembelajaran yang
tidak sesuai dengan gaya belajar peserta didik anda.
Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, seorang pendidik tidak hanya
berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa,
akan tetapi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar. Sebagai
pembimbing seorang pendidik mengadakan pendekatan bukan saja
melaluipendekatan instruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang
bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar
berlangsung. Melalui pendekatan pribadi guru akan langsung mengenal dan
memahami siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat memperoleh hasil
belajar yang optimal. Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya
membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan
melakukan kegiatan berikut:
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan hasil dari pengolahan data tentang
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.