Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses yang digunakan untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan akan perlu tidaknya
memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan ditetapkan.
Sedangkan kurikulum adalah suatu rancangan untuk mencapai tujuan
pembelajaran di Sekolah. Jadi, evaluasi kurikulum adalah salah satu bagian dari
evaluasi pendidikan yang berpusat kepada program-program pendidikan untuk
peserta didik dalam pencapai tujuan pembelajaran. Lingkup evaluasi program
pendidikan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan
pengembangan program.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan
membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan
alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya. Selain
itu, melalui evaluasi kurikulum kemajuan efektivitas mengajar guru dapat diukur,
presentasi siswa dapat dipantau dengan lebih cermat, dan bagi pengembang
kurikulum dapat memanfaatkan hasil evaluasi untuk perbaikan kurikulum dimasa
yang akan datang.
Saat ini kurikulum senantiasa berubah, tidak ada yang mampu membuat
kurikulum selalu tetap karena adanya tantangan yang timbul dari dalam atau dari
luar lingkungan sistem pendidikan yang menyebabkan kurikulum harus
menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan agar mampu memenuhi permintaan
dari semua dimensi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat umum, maka hal ini menjadi tanggung jawab dari
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mempersiapkan diri supaya siap terjun ke dunia masyarakat.

1
Menurut Oemar, (2013) pendidikan Indonesia saat ini masih perlu
ditingkatkan karena banyak paralulusan yang belum memenuhi tuntutan mutu
dilihat dari kebutuhan di lapangan kerja, norma-norma sesuai yang berlaku,
penguasaan nilai budaya dan daerah, terutama anak-anak yang bersekolah
dipedalaman jauh dari dunia moderen. Kekurangan dalam berbagai unsur
penunjang tersebut akan menyebabkan tidak terlaksananya pendidikan yang
efektif. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang baik untuk
mengembangkan pendidikan, salah satunya penulis menyusun makalah macam-
macam evaluasi kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian evaluasi kurikulum?
2. Apa tujuan evaluasi kurikulum?
3. Apa saja prinsip-prinsip evaluasi kurikulum?
4. Apa saja macam-macam evaluasi kurikulum?
5. Apa saja peran evaluasi kurikulum?
6. Apa saja strategi yang dapat digunakan dalam mengevaluasi kurikulum?
7. Apa saja instrumen dalam evaluasi kurikulum?
8. Bagimana prosedur evaluasi kurikulum?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka terdapat tujuan antaralain
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui tujuan evaluasi kurikulum.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum.
4. Untuk mengetahui macam-macam evaluasi kurikulum.
5. Untuk mengetahui peran evaluasi kurikulum.
6. Untuk mengetahui strategi yang dapat digunakan dalam mengevaluasi
kurikulum.
7. Untuk mengetahui instrumen dalam evaluasi kurikulum.
8. Untuk mengetahui prosedur evaluasi kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Kurikulum


Menurut pengertian bahasa kata “evaluasi” berasal dari bahasa Inggris
evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Menurut Stufflebeam, (1971)
mendifinisikan evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives”, artinya evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi adalah proses
penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan
pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang
ditemukan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Pasal 1 Butir 19 No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Sedangkan menurut Wahyudin, (2014) kurikulum merupakan gagasan
pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Saat ini definisi kurikulum semakin
berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan
tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu
institusi pendidikan.
Banyak ahli yang telah menyumbangkan buah pikirannya tentang evaluasi
kurikulum, antara lain Stephen Wiseman dan Dowglas Pidgeson dalam bukunya
Curriculum Evaluation. Menurut Morrison, evaluasi adalah perbuatan
pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam buku the school curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk
membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki

3
metode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui dan
memutuskan apakah program yang telah di tentukan sesuai dengan tujuan semula.
Adapun dalam buku Curriculum planning dan Development, dinyatakan
bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum.
Didalamnya terdapat tiga makna, yaitu :
a. Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang akan
dicapai.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut tujuan harus diperiksa harus diperiska hal-hal
yang telah dan sedang dilakukan.
c. Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
Berdasarkan pengerian evaluasi dan kurikulum diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurikulum adalah penelitian yang sistematik
tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang
diterapkan, atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah
untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah berjalan.

B. Tujuan Evaluasi Kurikulum


Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
Adapun tujuan diadakannya evaluasi kurikulum sebagai berikut :
1. Untuk perbaikan program
Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi
perbaikan yang diperlukan didalam program kurikulum yang sedang
dikembangkan.
2. Sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan juga sebagai dasar untuk
membuat keputusan bagi program berikutnya.
3. Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik.
4. Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum.
5. Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran.
6. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

4
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas
dua kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan
atau tidak akan disebarluaskan kedalam sistem yang ada ?. Kedua, dalam
kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum
baru tersebut akan disebarluaskan kedalam sistem yang ada?. Untuk
menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan
diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.

C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum


Menurut Hamalik, Oemar (2013)Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum
adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi kurikulum didasarkan atas tujuan tertentu, artinya setiap program
evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara
jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai
kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.
2. Evaluasi kurikulum bersifat objektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang
sebenarnya, bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui
instrymen yang andal.
3. Bersifat komperhensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat
perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan
keputusan.
4. Bersifat Kooperatif dan bertanggung jwab dalam perencanaan. Pelaksanaan
dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung
jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru,
kepala sekolah, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, disamping merupakan
tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan.
5. Bersifat Efesien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan
peralatan menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar
hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materil yang
digunakan.

5
6. Bersifat Berkesinambungan hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam
dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum.
Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka
yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan
kurikulum.

D. Macam-Macam Evaluasi Kurikulum

Menurut Hasan, (2008) mengelompokan evaluasi kurikulum berdasarkan


tiga faktor yaitu berdasarkan evaluan, berdasarkan posisi evaluator dan
berdasarkan metodologi.

a. Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Evaluan


Jenis evaluasi kurikulum yang dikelompokan berdasarkan evaluan terdiri
atas evaluasi konteks, dokumen, proses dan hasil yang merupakan kegiatan proses
pengembakan suatu kurikulum.
1) Evaluasi Konten
Evaluasi ini berkaitan dengan berbagai aspek yang melahirkan dokumen
kurikulum yaitu tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan yang
berkaitan dengan kesesuaian kurikulum terhadap keadaan lingkungan sosial,
ekonomi, budaya, seni, politik, agama, teknologi dan sebagainya.
2) Evaluasi dokumen.
Dokumen yang dievaluasi terdiri dari dokumen yang dihasilkan oleh
pemerintah berupa ketetapan peraturan pemerintah, peraturan mentri,
keputusan direktur jendral dan sebagainya. Sedangkan evaluasi dokumen
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan lebih berfokus kepada kesesuaian
dokumen tersebut terhadap standar isi dan standar kompetisi lulusan yang
diamanatkan oleh pusat. Serta apakah kurikulum satuan pendidikan
mempunyai kesinambungan dengan silabus yang dikembangkan oleh guru.
3) Evaluasi Proses.
Kegiatan utama pendidikan yang ditandai dengan adanya interaksi dan
komunikasi antar dua komponen pendidikan yaitu guru dan peserta didik
dengan sumber belajar. Selain itu fokus yang mulai dilirik pada evaluasi

6
proses adalah suasana kelas, fasilitas belajar dan mengajar, jadwal, pekerjaan
yang harus dilakukan gru dan peserta didik diluar kelas, suasana kerja di
sekolah dan juga dukungan masyarakat.
4) Evaluasi Hasil
Hasil belajar merupakan faktor dari evaluasi jenis ini, benjamin Bloom dan
kawan-kawannya telah membuat kategori hasil belajar (Taxonomy Bloom)
yang banyak digunakan sampai masa kini. Dimana hasil belajar dikategorikan
menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif berkenaan
dengan kemampuasn otak dalam menerima, mengolah dan mneggunakan
informasi. Hasil belajar afektif berkenaan dengan kemampuan untuk
menginternalisasi nilai, sikap, moral dan nurani yang tercipta selama proses
pembelajaran sehingga menghasilkan kebiasaan. Sedangkan hasil belajar
psikomotor berkenaan dengan kemampuan menggerakan otot tangan, kaki,
muka dan anggota tubuh lainnya yang terpadu dengan kemampuan kognitif
dan afektif.
b. Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Posisi Evaluator
Jenis evaluasi ini dikelompokan menjadi evaluasi internal dan eksternal.
Evaluasi internal dilakukan oleh guru dan kepala sekolah disatuan pendidikan
masing-masing dengan berfokus kepada penyempurnaan dokumen yang disebut
juga monitoring ini, akan memudahkan evaluator dalam menyampaikan hasilnya
karena dia sudah membangun komunikasi sejak kurikulum itu dibuat.
Evaluasi eksternal dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam proses
pengembagan kurikulum, keuntungan menggunakan evaluator dari luar adalah
mudahnya mengembangkan ojektivitas karena tidak adanya keterkaitan secara
emosional dengan evaluan. Sedangkan kelemahannya sendiri ialah dalam hal
pemahaman mengenai karakteristik evaluan, dimana evaluator hanya membaca
karakteristik evaluan dari dokumen yang ada saja dan tidak mendalami proses
pengembangan kurikulum. Sehingga evaluator perlu waspada ketika memaknai
apa-apa yang dibaca, dilihat dan diolah olehnya. Wawancara intensif dengan para
pengembang kurikulum perlu dilakukan untuk meminimalisir kekeliruan
pemahaman terhadap evaluan.

7
c. Evaluasi Kurikulum Berdasarkan Metodologi
Dalam evaluasi jenis ini terbagi menjadi dua kelompok, yang pertaman
adalah evaluasi kuantitatif dan yang kedua adalah evaluasi kualitatif. Penggunaan
metode experimen sangat khas digunakan dalam evaluasi kuantitatif, yang pada
dasarnya menghendaki adanya menipulasi dari keadaan sehari-hari menjadi
keadaan yang diinginkan oleh kurikulum yang sedang dikembangkan. Pada
dasarnya evaluasi jenis ini memiliki kesamaan dengan prosedur penelitian
kuantitatif.
Sedangkan menurut Arifin, (20013) dilihat dari kurikulum sebagai suatu
program, maka jenis evaluasi dapat dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut :
a. Evaluasi Perencanaan dan Pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain kurikulum. Sasaran
utamanya adalah memberikaan bantuan tahap awal dalam penyusunan kurikulum.
Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan. Hasil
evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta
keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan
dikembangkan.
b. Evaluasi monitoring
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah kurikulum terlaksana
sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui
kemungkinanpemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat
dihindarkan.
c. Evaluasi dampak
Evaluasi ini di maksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu
kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai
indicator ketercapaian tujuan kurikulum.
d. Evaluasi efesiensi-ekonomis

8
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efesiensi kurikulum. Untuk itu,
diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan
dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

9
E. Peran Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kebijakan dalam kurikulum khususnya pendidikan
umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu evaluasi sebagai moral
judgment, evaluasi dan penentuan keputusan, evaluasi dan konsensus nilai.
1. Evaluasi sebagai moral judgment
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu
evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal
ini mengandung dua pengertian, pertama, evaluasi berisi suatu skala nilai moral,
berdasarkan skala tersebut, suatu obyek evaluasi dapat dinilai. Kedua, evaluasi
berisi suatu perangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria tersebut suatu
hasil dapat dievaluasi.
Evaluasi bukan merupakan konsep tunggal, minimal meliputi dua
kegiatan, pertama mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu
keputusan. Kegiatan yang pertama mungkin juga mengandung segi-segi nilai
(terutama dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang akan
dikumpulkan), tetapi belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang
kedua, yaitu menentukan keputusan menunjukkan suatu evaluasi, dasar
pertimbangan yang digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai.
Hal tersebut, karena masalah-masalah dan konsep-konsep dalam
pendidikan selalu mengalami perkembangan, maka pertalian antara informasi
pendidikan yang diperoleh dengan keputusan yang diambil tidak selalu sama,
mengalami perkembangan pula. Perkembangan ini terutama berkenaan dengan
perkembangan atau perubahan nilai-nilai. Oleh karena itu, salah satu tugas dari
evaluator pendidikan mempelajari kerangka nilai-nilai tersebut. Atas dasar nilai-
nilai tersebut maka keputusan pendidikan baru bisa diambil.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Pada dasarnya pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau
khususnya dalam pelaksanaan kurikulum yaitu guru, murid, kepala sekolah, orang
tua, para inspektur, pengembang kurikulum dan sebagainya. Pada prinsipnya
mereka semua mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan
berdasarkan posisinya. Murid mengambil keputusan sesuai dengan posisinya
sebagai murid, guru mengambil keputusan sesuai dengan posisinya menjadi guru,
besar kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan
lingkup tanggung jawabnya serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu
saat. Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan bagi murid untuk
belajar lebih giat atau tidak.Lain halnya dengan keputusan yang diambil oleh
seorang guru, ia mengambil keputusan untuk kepentingan seorang atau seluruh
murid. Demikianlah keputusan yang diambil kepala sekolah dan sebagainya. Jadi,
tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi mempunyai posisi nilai yang
berbeda.

3. Evaluasi dan konsensus nilai


Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi
kurikulum, sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang turut terlibat
atau berpartisipasi dalam kegiatan penilaian atau evaluasi. Para partisipan dalam
evaluasi pendidikan dapat terdiri atas : orang tua, murid, guru, pengembang
kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi dan lain-lain.
Pernah dimimpikan bahwa para partisipan tersebut merupakan suatu
kelompok yang homogen sebagai pengambil keputusan atas hasil penelitian, tetapi
beberapa pengalaman menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin. Mereka
mempunyai sudut pandangan, kepentingan nilai-nilai serta pengalaman tersendiri.
Bagaimana caranya agar di antara mereka terdapat kesatuan penilaian, kesatuan
penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsensus.

F. Strategi Evaluasi Kurikulum


Teori evaluasi mengandung kerangka kerja konseptual bagi
pengembangan strategi evaluasi. Oleh karena itu, penting untuk dirumuskan apa
yang dimaksud dengan evaluasi itu. Perumusan yang tepat akan menjadi landasan
dalam pelaksanaannya, sebaliknya jika perumusan tersebut kurang kuat dapat
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan dalam evaluasi (Oemar, 20013).
Menurut Oemar, (2013) memandang evaluasi sebagai suatu hal yang
sangat penting karena memberikan informasi dalam proses pembuatan keputusan.
Untuk itu, strategi evaluasi dikembangkan, berdasarkan asumsi-asumsi berikut :
a. Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat.
b. Mutu keputusan bergantung pada kemampuan manager untuk
mengidentifikasi berbagai alternatif yang terdapat dalam berbagai situasi
keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama.
c. Dalam pembuatan keputusan yang seksama, dibutuhkan informasi yang tepat
dan dapat dipercayai.
d. Pengadaan informasi tersebut memerlukan alat yang sistematis.
e. Proses pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya
dengan konsep evaluasi yang digunakan.
Menurut Oemar, (2013) seiring dengan keempat jenis keputusan diatas
terdapat empat jenis strategi evaluasi, yaitu:
1. Strategi pertama terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya
perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi,
dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta
kesempatan untuk terjadinya perubahan itu.
2. Strategi kedua terdiri atas pengenalan dan penilaian terhadap berbagai
kemampuan ( capabilities ) yang relevan. Strategi ini sangat besar gunanya
dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai
tujuan-tujuan khusus.
3. Strategi ketiga terdiri atas pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin
terjadi dalam desain prosedural atau impelementasi sepanjang tahap
pelaksanaan program.
4. Strategi keempat terdiri atas penentuan keefektifan proyek yang telah
dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah
dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.

G. Instrumen Dalam Evaluasi Kurikulum


Menurut Ansyar, (2015) Model-model evaluasi memerlukan instrumen
pengumpulan data sebagai dasar evaluasi kurikulum. Bagian berikut memeaprkan
beberapa alternatif pendekatan sebagai instrumen pengumpulan data evaluasi, tes,
dan non tes.
a. Tes
1. Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda ( multiple choice test ) mengharuskan siswa memilih
satu jawaban dari beberapa pilian item yang tersedia. Tes ini mengukur
pengetahuan dan pemahan siswa atas suat item. Artinya, tes ini mengharuskan
siswa menemukan jawaban yang tepat dari beberapa hal yang tidak benar dan
siswa mampu mengambil keputusan yang cepat dalam memilih pilihan yang tepat
pula. Keunggulan tes ini ialah cakupan kontes yang luas untuk ditanyakan kepada
siswa. Keunggulan lain ialah kemudahan scoring, dan karena itu, sering kali
digunakan dalam sitasi sekolah yang memiliki sangat banyak siswa yang diajar
dan dites, dan guru mempunyai waktu terbatas untuk menilainya. Sebaliknya,
kelemahan tipe tes ini ialah harus melakukan pilihan dari pada jawaban sendiri
Selain itu, tes ini tidak bisa mengukur kapasitas siswa memecahkan masalah.
Tetapi, tes pilihan ganda bisa dipakai untuk mentes pengetahuan siswa pada
semau ranah taksonomi Bloom. Karena itu, tes ini bisa mengakses pembelajaran
tingkat tinggi, termasuk berfikir konseptual, walaupun tes type ini memiliki
kapasitas yang terbatas untuk mengakses kemampuan kognitif tertinggi yaitu
sintesis dan evaluasi.
2. Tes Benar Salah
True-false test mengukur kemampuan siswa menetap jawaban benar atau
salah dari setiap item . Artinya, tiap item pada tes benar-salah adalah statment
yang harus dijawab siswa sebagai statment yang benar atau salah.Karena tes ini
mengharuskan siswa menjawab dengan betul salah satu dari tiap statment , pada
tes jenis ini hanya tersedia dua alternatif dalam tiap item. Meningkatkan jumlah
item bisa mengurangi kemungkinan siswa menerka-nerka ( guessing) dsn ini bisa
pula meningkatkan jumlah jawaban yang benar.
Tes benar salah memerlukan waktu yang cukup pendek untuk
menjawabnya. Karena itu, tes ini dapat mengcover cukup banyak konten
kurikulum untuk dites. Tetapi, mengkontruksi tes tipe ini memerlukan pemikiran
yang dalam agar dapat dihindari kemungkinan siswa yang dengan mudah
menebak jawaban disebabkan pemakain kalimat dan kata yang kurang cermat
pada tiap item. Keunggulan tes ini terletak pada kemampuan tes ini menguji
cakupan konten yang luas, mudah dinilai, dan bisa pula kemungkinan siswa
mengenal (recogniton) dari pada mengingat (recall) dengan kemungkinan
menebak yang tinggi (50%) dari jawaban yang betul.
3. Tes Jawaban Pendek
Tes jawaban pendek ( short-answer test ) mengharuskan siswa memberikan
satu atau beberpa kata atau statment singkat sebagai jawaban atas satment yang
tidak lengkap atau pertanyaan yang memakai kata-kata siswa sendiri.Barangkali
jenis tes ini termasuk tes yang umum diberikan disekolah dasar yang
mengaharuskan siswa memberi jawaban benar, baik dalam bentuk kata- kata,
kalimat atau paragraf, angka-angka atau simbol-simbol. Tes ini sangat cocok
untuk mengukur pengetahuan siswa. Keunggulan test ini bisa mengcover konten
yang luas selain mudah menyusun item-nya. Kelemahan test ini karena
keterbatasannya yang hanya bisa mengukur pengetahuan saja.

Test ini bisa dikatakan berada antara tes objektif dan tes yang menilai
tingkat kognitif rendah seperti mengingat fakta, pemahaman atau aplikasi
informasi tertentu. Karena tes ini mengharapkan jawaban spesifik, skoring bisa
objektif. Tes ini juga hanya menguji kemampuan mengingat daripada mengenal
dan ini dianggap sebagai kelemahan utama tes tipe ini.

4. Tes Pencocokan

Test pencocokan (matching test), sebagai bentuk tes pilihan ganda,


mengharuskan siswa mencocokan pasangan yang sesuai dari serangkat premis
dalam satu kolom dengan seperangkat jawaban pada kolom lain. Dengan kata lain,
statement premis pada tipe tes ini terdiri atas dua bagian dan siswa diharuskan
mencocokan item satu kolom dengan item pada kolom lain sesuai dengan premis
yang terdapat pada arahan tes.item pada tiap kolom dikontruksi hampir sama atau
homogen, sehingga item pada kolom pertama, misalnya, memuat tahun satu even
sejarah dan item pada kolom kedua memuat even historis bersangkutan. Siswa
harus dapat mencocokan antar kedua tahun dan peristiwa bersejarah yang sesuai.
Efisiensi adalah keunggulan test ini, karena siswa hanya mencocokan pasangan
yang tepat, disamping mudah skoring. Tes tipe ini seringkali dipakai bersama opsi
asesmen lain. Kelemahan tes ini ialah hanya bisa mentes pengetahuan saja.
5. Cloze Test
Tes jenis ini menguji kemampuan siswa mengisi kata-kata ke dalam
statement yang secara sistematik telah dikosongkan. Tes ini biasa dipakai untuk
mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa. Kekuatan tes ini terletak pada
kemampuan tes ini menguji pemahaman siswa tentang suatu hal, disamping
mudah menilai hasilnya. Keterlibatan tes ialah cakupannya yang tidak bisa
mengakses kesimpulan yang komples.
6. Peta Konsep

Test consept maps, plot maps atau sematic webbing diapakai untuk
menetapkan siswa mana yang telah mengetahui sesuatu, seperti terlihat pada
grafik yang menggambarkan saling kaitan antar konsep-konsep. Kekuatan tes ini
terletak pada kemampuan tes untuk mengungkap pemahaman siswa tentang suatu
terintegrasi dan informasi bagi guru mengenai pemahaman siswa. Keterliabatan
tes ini ialah kesulitan mengakses apa yang sesungguhnya apa yang telah dikuasai
siswa.

7. Pertanyaan Esai
Test essay question sangat bermanfaat untuk mentes pembelajaran kognitif
tingkat tinggi. Secara khusus, tes ini unggul dalam mengungkap kemampuan
analisis, sintesis dan evaluasi, akrena siswa harus mampu mengorginasasi dan
mengemukakan buah pikirannya secara tertulis. Tes ini bisa berupa tes esai
pendek yang terdiri atas beberapa paragraf atau satu halaman yang fokus pada
repons yang sangat tinggi ( highly-focused respons) atas suatu masalah. Adapun
esai panjang memungkinkan siswa memiliki kesampatan untuk menyatakan
pendapatannya dan mempertahankannya. Walaupun demikian, tes ini sangat
sukar menilainya.

Tes esai bisa pula terbentuk short answer quizzes and essay, yaitu suatu
assement tentang kemampuan siswa mendeskripsi, menganalisis, menerangkan,
dan meringkas sesuatu ide atau konsep. Disamping mengakses beberapa fase
pemahaman, tes esai bisa bermanfaat untuk mengukur pemahaman, komunikasi,
ketrampilan refleksi diri siswa. Selain mengukur keterampilan kognitif, tes esai
dapat membantu mengukur bagaimana seseorang menyusun jawaban dan
mengomunikasikannya secara tertulis. Keterampilan bahasa dalam menulis ejaan,
grammar, dan struktur kalimat dan paragraf, serta organisasi beragam bentuk esai
bisa juga dijadikan kriteria pengukuran pembelajaran siswa, Selain mengukur
kemampuan kognitif, tes esai bisa mengukur kemampuan afektif, seperti sifat
terbuka terhadap pandangan atau ide-ide.

8. Tes Subjektif

Selain beberapa tes objektif diatas yang hanya memberikan satu jawaban
yang benar, subjective tests mengharuskan siswa memberikan jawaban benar yang
lebih banyak dari tiap pertanyaan. Karena itu, tes jenis ini lebih menantang siswa
dan lebih sukar menilainya daripada tes objektif. Tes ini disebut consterueted
response test yang seringkali menuntut kemampuan pemahaman siswa yang
mendalam dalam kreativitas siswa yang tinggi untuk dapat menjawabnya dengan
benar. Misalnya, tes essai dikonstruksi untuk mengukur pengetahuan,
pemahaman, gaya, originalitas, akurasi informasi, kekuatan argumentasi,, dan
lain-lain tentang bidang studi tertentu. Ini merupakan kriteria penilaian tes esai.

9. Assesmen
Self-assessment (assessmen diri) bisa mengukur diri siswa sendiri. Melalui
tes ini, guru dan siswa dapat mengetahui perkembangan pembelajaran siswa. Tes
assessmen diri bisa berupa assessmen proses, atau yang lebih formal, assessmen
produk yang disatukan dengan assessmen unjuk kerja ( performance assessment ),
seperti proyek dan portofolio. Tipe tes ini bisa berbentuk logs dan jurnal (uisan
dan lisan). Hanya saja, tes ini membutuhkan kriteria penilaian, tergantung
bagaimana kegiatan evaluasi diri bisa menggambarkan keseluruhan rancangan
evaluasi.

b. Non test
1. Kuesioner
Questionnaires adalah salah satu cara yang terbaik untuk mengungkapkan
pendapat dan perasaan seseorang dan mengapa dia berfikir dan merasa demikian.
Karena itu, kuisioner bisa mengumpulkan informasi dari guru, siswa, kepala
sekolah, dan masyarakat. Menurut Brady dan Kennedy, (2007) langkah-langkah
yang harus dilakukan yakni :
a. Tetapkan kebutuhan tujuan kuisioner.
b. Susun kuisioner setelah format yang tepat ditentukan.
c. Cek vasiliditas item kuisioner dengan ahli atau guru lain.
d. Uji coba pada sampel yang resresentatif dengan distribusi yang lain (gender,
umur, guru, dan siswa sebagai sampel akhir).
e. Revisi item sesuai hasil uji coba.
f. Laksanakan pengumpulan data dengan sampel keseluruhan tanpa memasukkan
responden yang ikut uji coba.
2. Interview
Interview merupakan bentuk assessmen unjuk kerja yang bisa dilakukan
sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Selama proses
pembelajaran berlangsung. Individu atau kelompok bisa diinterview guru
tergantung pada rincian struktur event instruksional, baik secara formal maupun
informal. Dengan kata lain interview adalah dialog antara guru dan siswa yang
disusun secara terstruktur , keunggulan utama interview yakni bisa menggali lebih
banyak informasi dan lebih mendalam daripada kuisioner. Tetapi penyusunan
pertanyaan interview harus mengikuti prosedur yang sama dengan penyusunan
kuisioner.
3. Daftar cek
Daftar cek memuat seperangkat tingkah laku, dimensi atau karakteristik
yang bisa diberi rating “ya” atau “tidak” untuk menunjukkan preferensi
responden, apakah suatu tingkah laku yang baik ada atau tidak ada pada
seseorang. Jika kita mengukur tingkah laku siswa, chechlist memberi catatan
tentang pengembangan tingkah laku itu. Kalau hasilnya diformat kedalam tabel,
chechlist memuat gambaran tentang seperangkat tingkah laku siswa baik
individual maupun kelompok. Keunggulan instrumen ini, menurut Brady dan
Kennedy (2007) ialah besarnya potensi kapasitas skala untuk mengukur kemajuan
produk dan proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan konten oleh siswa.
4. Observasi
Observasi merupakan suatu tipe pengukuran pembelajaran yang paling
umum, merupakan cara yang tepat untuk mengumpulkan banyak informasi.
Observasi kelas bisa berupa :
1) Observasi sistematik dilakukan untuk mengungkap apakah ada atau tidak ada
tingkah laku tertentu dalam kelas yang di observasi. Ada beberapa tingkah
laku yang bisa diungkap :
a. Waktu tersedia bagi siswa berinteraksi dengan guru dan siswa lain.
b. Proporsi waktu siswa untuk mengomentari pertanyaan guru, diskusi
kelompok, grup kecil, kerja individual.
c. Proporsi waktu guru mengomentari pertanyaan siswa.
d. Proporsi waktu pengajaran oleh guru, diskusi kelompok besar, diskusi
kelompok kecil, kerja individual siswa.
e. Waktu bagi kegiatan, atau atas kegiatan siswa.
f. Waktu kegiatan belajar atas inisiasi siswa.
2) Observasi tak terstruktur dilakukan setiap saat oleh guru ketika ia berada
didalam kelas. Berbeda dengan observasi kelas sistematik yang memerlukan
schedule observasi, observasi tak tersturktur memberi kesempatan luas bagi
guru untuk mencatat apa saja yang dianggap relevan dengan tujuan observasi.
Contoh : guru memperkenalkan kurikulum baru, yang harus mendapat catatan
guru adalah reaksi siswa terhadap kurikulum baru, seperti timbulnya
dorongan pada siswa untuk melakukan suatu unjuk kerja atau reaksi lain
pembelajaran.
5. Analisis karya siswa
Analisis karya siswa mengacu pada pengkajian karya akademik siswa dan
hasil praktik kerjanya. Ini memberikan informasi berguna tentang respon siswa
terhadap materi ajar dan pengalaman belajarnya. Dari hasil telaah guru terhadap
karya siswa, guru bisa mendapat informasi yang relevan dengan tujuan evaluasi
(Ansyar, 2015).
6. Diskusi
Diskusi grup memiliki keunggulan seperti waktu pengumpulan data yang
membuka jalan untuk melakukan analisis mendalam setelah dialog dengan siswa
untuk menemukan masalah yang dihadapi siswa tentang kurikulum dan
pembelajaran.

7. Portofolio
Portofolio merupakan assessmen formatif pembelajaran yang menggambarkan
perkembangan kemajuan belajar siswa, portofolio bisa juga sebagai assessmen
sumatif. Jika portofolio menampilkan hasil akhir kompetensi siswa selama jangka
waktu tertentu ( Ansyar, 2015).
8. Proyek
Proyek merupakan assessmen yang menagih kemampuan pengetahuan dan
keterampilan komprehensif siswa. Proyek bisa pula sebagai upaya mengakses
kemampuan.

H. Prosedur Evaluasi Kurikulum


Prosedur evaluasi kurikulum juga dikemukakan oleh Storange dan Helm
(1992):
1) Kajian terhadap evaluan
Pemahaman akan evaluan yang hendak dievaluasi akan menjadi landasan
kuat bagi evaluator dalam mengembangkan pekerjaan evaluasinya serta dapat
menentukan fokus evaluasi yang akan dilakukan. Kajian dapat dimulai dari
mengkaji berbagai keputusan tingkat nasional yang berkenaan dengan
pengembangan dokumen dan proses kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2) Pengembangan proposal
Disini evaluator merumuskan dan menentukan pendekaan dan jenis evaluasi
yang akan dilakukan. Tujuan evaluasi juga harus tertuang didalam proposal,
yaitu tujuan yang hendak dicapai dari hasil evaluasi. Tujuan ini akan saling
berpengaruh dengan pendekatan yang digunakan.
3) Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi
Proposal yang diajukan akan dilaksanakan atau tidak bergantung kepada hasil
diskusi yang dilakukan antara evaluator dan pengguna jasa evaluasi. Setiap
komponen dibicarakan sehinggan memperoleh suatu kesamaan hasil yang
diharapkan dari proses evaluasi ini.
4) Revisi proposal
Revisi dilakukan hanya jika terjadi perbedaan pendapat antara evaluator dan
pengguna jasa yang terjadi pada kegiatan diskusi. Jika proposal bisa diterima,
revisi tidak perlu dilakukan.
5) Rekruitmen personalia
Dalam proses evaluasi tentu membutuhkan sejumlah orangdengan kualifikasi
yang relevan dengan proses yang hendak dilakukan. Kejelasan peran setiap
orang perlu tercantum didalam proposal sehingga akan menciptkan
pelaksanaan evaluasi secara efektif dan efisien.
6) Pengurusan persyaratan administrasi
Formalitas administrasi diperlukan bagi evalutor, persyaratan tersebut
meliputi surat izin melakukan evaluasi, surat permohonan kesediaan menjadi
responden, surat identitas anggota tim dan sebagainya. Hal ini penting
sebagai bukti legalitas proses evaluasi.
7) Pengorganisasian pelaksanaan
Evaluator utama tidak bisa bekerja sendiri apalagi jika ruang lingkup
pekerjaan evaluasi cukup luas, maka pengorganisasian penting dilakukan.
Evaluator perlu menetapkan bagian-bagian yang diperlukan seperti tim
khusus administrasi dan tim khusus keuangan.
8) Analisis data
Setelah perolehan data maka data tersebut perlu ditindak lanjut secara
profesional dan bertanggung jawab serta memerlukan wawasan dan
pemahaman terhadap evaluan. Jika metode yang digunakan kualitatif, proses
analisis data dilakukan oleh evaluator utama yang melaksanakan evaluasi
tersebut.
9) Penulisan laporan
Hasil evaluasi kemudian dituangkan dalam laporan yang selanjutnya akan
diserahkan kepada para eksekutif yang selanjutnya disebut laporan eksekutif.
Selain itu laporan lengkap juga perlu dibuat oleh evaluator, laporan lengkap
memuat rincian dari laporan eksekutif.
10) Pembahasan laporan dengan pemakai jasa
Pada langkah ini, kelengkapan laporan dibahas dan jika ada hal-hal yang
masih diperlukan oleh pengguna jasa namun tidak tercantum didalam laporan,
evaluator wajib memenuhinya.
11) Penulisan laporan akhir
Disini disajikan laporan yang sudah lengkap dan sesuai dengan kebutuhan
dari pengguna jasa evaluasi, dan akan dijadikan pedoman bagi pelaksanaan
kurikulum yang baru atau yang sudah dievaluasi.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Evaluasi kurikulum terdiri dari kata evaluasi dan kurikulum. Evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi, dan efektivitas suatu program. Kata kurikulum berarti kurikulum
potensial berupa dokumen kurikulum yang menjadi suatu pedoman pelaksanaan.
Dengan demikian evaluasi kurikulum dapat diartikan sebagai penerapan prosedur
ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas
suatu dokumen kurikulum.
Macam-macam evaluasi kurikulum mencakup tiga hal yaitu, berdasarkan
evaluan, berdasarkan posisi evaluator dan berdasarkan metodologi. Selain itu,
secara sederhana evaluasi kurikulum dapat dibagi menjadi beberapa macam
bentuk evaluasi kurikulum yaitu: evaluasi perencanaan dan pengembangan,
evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif. Adapun prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah adanya
tujuan tertentu, bersifat objektif, komprehensif, kooperatif, dan bertanggungjawab
dalam perencanaan, efisien, dan berkesinambungan.

b. Saran
Kami harapkan dari pembuatan makalah tentang macam-macam evaluasi
kurikulum ini pembaca dapaat memahami definisi dari evaluasi kurikulum, tujuan
dari evaluasi kurikulum, memahami macam-macam evaluasi kurikulum, prinsip-
prisnsip evaluasi kurikulum, strategi dari evaluasi kurikulum serta instrumen
dalam evaluasi kurikulum itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Muhammad. 2015. Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain, dan


Pengembangan. Jakarta : Kencana Predanamedia Grup.

Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung :


Remaja Rosda Karya.

Brady, L & Kenndly, K (2007). Curriculum Construction, Freanch Forest forces,


NSW : Pearson Prentice Hall.

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung :


Remaja Rosda Karya.

Hasan, H. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.


Storange, J.H. dan V. M.Helm. (1992). A Performance Evaluation System for
Professional Support Persnonnel. Journal: Educational Evaluation and
Policy Analysis, 14(2), hlm. 175-180.
Stufflebeam. (1971). Evaluation as anlightment for decision making. Colombus:
Ohio State University.

Wahyudin, D. (2014). Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Offset

Anda mungkin juga menyukai