Anda di halaman 1dari 8

Volume 8 No.

1
April 2019
ISSN : 2252 - 7311
e-ISSN : 2549 - 6840
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi
Email : jurnalkonversi@umj.ac.id
U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TRANSESTERIFIKASI MINYAK EKSTRAK


LUMUT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL

Rini Siskayanti1, Muhamad Engkos Kosim1, Anita Rozalina1


1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
rininovar@gmail.com

ABSTRAK. Kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri meningkat seiring dengan
pesatnya kemajuan teknologi. Hal ini mendorong para peneliti senantiasa mencari
solusi memecahkan masalah krisis bahan bakar di Indonesia. Salah satu caranya
adalah dengan mengganti bahan bakar fosil dengan yang dapat diperbaharui.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif berbahan baku minyak nabati dan hewani
yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi.
Lumut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Kadar asam
lemak bebas (FFA) yang tinggi didalam minyak lumut dapat dikonversikan menjadi
Fatty Acid Methyl Ester (biodiesel). Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan
lumut sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Metoda yang dilakukan untuk
pembuatan metil ester (biodiesel) dalam penelitian ini adalah esterifikasi dan
dilanjutkan dengan proses transterifikasi. Untuk mendapatkan minyak lumut dilakukan
dengan cara ekstraksi menggunakan soklet dengan perbandingan beberapa pelarut
(heksana, benzena, dietil eter) dan waktu yang divariasikan (1, 1½, 2) jam. Selanjutnya
pada proses esterifikasi bodiesel ditambahkan katalis asam (H2SO4), dan dilanjutkan
dengan proses transesterifikasi dengan penambahan katalis NaOH dengan variabel
waktu pemanasan (15, 30, 45, 60, 75, 90) menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa
untuk ekstraksi minyak lumut pelarut yang cocok adalah dietil eter dengan yield 31,0%
dengan waktu eksraksi 1½. Dengan kadar FFA yaitu 13,91mg/g dan bilangan iod
11,26%. Sedangkan pada produk (biodiesel) didapatkan hasil maksimal pada
pemanasan selama 60 menit dengan suhu 60oC yaitu dengan yield 78,79%. Dengan
berat jenis 0,882 gr/ml, kadar FFA 1,13 mg/g dan kadar air 0,597%.

Kata kunci: biodiesel, esterifikasi, lumut, transesterifikasi, variasi pelarut, variasi waktu.

ABSTRACT. Fuel needs in the country increased along with the rapid advances in
technology. This prompted the researchers continue to search for a solution to solve
the problem of fuel crisis in Indonesia. One way is to replace fossil fuels with
renewable. Biodiesel is an alternative fuel made from vegetable oils and animal that
has several advantages compared to petroleum fuels. Moss can be used as raw
material for making biodiesel. Free fatty acid (FFA) is high in algae oil can be converted
into a Fatty Acid Methyl Ester (biodiesel). The purpose of this study is utilizing algae as
a raw material for making biodiesel. His method for the manufacture of methyl esters
(biodiesel) in this study is continued with the process of esterification and
transterifikasi. To get the oil moss is done by using reflux extractor with a comparison
of various solvents (hexane, benzene, diethyl ether) and the time was varied (1, 1½, 2)
hours. Later in the esterification process bodiesel added acid catalyst (H2SO4),
followed by the transesterification process with the addition of NaOH catalyst with
variable heating time (15, 30, 45, 60, 75, 90) minutes. The results showed that for the
extraction of algae oil suitable solvent is diethyl ether with a yield of 31.0% with a 1½
Extraction. With the FFA content is 13.91mg/g and 11.26% iodine number. While the
product (biodiesel) obtained maximum results on the heating for 60 minutes at 60 ° C is
to yield 78.79%. With a specific gravity of 0.882 g / ml, 1.13mg/g FFA content and
water content of 0.597%.

71
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

Keywords: biodiesel, esterification, moss, transesterification, the variation of solvent,


the time variation.

PENDAHULUAN Lumut diperkirakan mampu


menghasilkan minyak dua ratus kali
Biodiesel merupakan bahan lebih banyak dibandingkan dengan
bakar yang terdiri dari campuran mono- tumbuhan penghasil minyak (kelapa
alkil ester dari rantai panjang asam sawit, jarak pagar, dan lain-lain) pada
lemak, yang dipakai sebagai alternatif kondisi terbaiknya. Lumut dapat
bagi bahan bakar mesin diesel dan tumbuh di daerah yang berair,
terbuat dari sumber terbaharui seperti membutuhkan banyak oksigen dan
minyak sayur atau lemak hewan. cukup akan cahaya matahari. Selain
Biodiesel merupakan solusi paling tepat itu, lumut tidak memerlukan lahan yang
untuk menggantikan bahan bakar fosil luas, selama masih memenuhi syarat
sebagai sumber energi transportasi tumbuh lumut. Maka lumut mempunyai
utama dunia, karena biodiesel potensi untuk dijadikan salah satu
merupakan bahan bakar terbaharui sumber energi masa depan.
yang dapat menggantikan diesel petrol
pada mesin dan dapat diangkut serta METODOLOGI PENELITIAN
dijual dengan menggunakan
infrastruktur sekarang ini. Bahan dan Alat
Kebutuhan bahan bakar minyak Alat yang digunakan untuk
dalam negeri semakin meningkat percobaan antara lain alat ekstraksi
seiring dengan pesatnya kemajuan soklet, thermometer, alat destilasi
teknologi, sementara cadangan bahan sederhana, oven, labu destilasi, pipet
bakar minyak semakin menipis ukur, erlenmeyer 250 ml, pipet takar,
dikarenakan bahan bakar tersebut gelas kimia 100 ml, 500 ml dan 250 ml,
merupakan bahan bakar fosil yang statif, gelas ukur 100 ml dan 250 ml,
tidak dapat diperbaharui. Hal ini neraca analitik, Hot plate, buret 50 ml,
mendorong para peneliti senantiasa pipet ukur, pipet tetes. Bahan yan
mencari solusi untuk memecahkan digunakan adalah lumut (sebagai
masalah krisis bahan bakar yang terjadi bahan baku), metanol, pelarut
di Indonesia. Salah satu caranya organik ( dietil eter, benzena, heksana
adalah dengan mengganti bahan bakar ), asam sulfat, aquadest, NaOH, etil
fosil (fosil fuel) dengan bahan bakar alkohol 95%, kloroform , indikator
yang dapat diperbaharui (renewable phenol phthalein 1%, KI 15 %, larutan
fuel). standar NaOH 0,1N, indikator pati 1%,
Biodiesel merupakan bahan larutan standar asam oksalat 0,1N,
bakar alternatif berbahan baku minyak pereaksi wijs, larutan Na2S2O3 0,1 N
nabati dan hewani yang memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan Metode Penelitian
dengan bahan bakar minyak bumi.  Persiapan Bahan baku
Keunggulannya antara lain, bahan baku Bahan baku lumut yang diambil
yang digunakan bersifat dapat adalah yang masih segar dan
diperbaharui, ramah terhadap lebat. Lumut yang diperoleh
lingkungan, memiliki sifat pembakaran kemudian dicuci lalu dikeringkan
lebih baik dan juga pelumasan dengan panas matahari,
terhadap piston mesin, biodegradable selanjutnya dikeringkan dalam
(dapat terurai) yang juga merupakan oven sampai kadar air konstan.
sumber energi terbaru (renewable
energy), dan hampir tidak mengandung  Ekstraksi lumut
sulfur. Alternatif bahan bakar terdiri dari Lumut diekstraksi dengan alat
metil atau etil ester, hasil ekstraksi soklet menggunakan
transesterifikasi baik dari triakilgliserida pelarut dietil eter, benzena dan
(tg) atau esterifikasi dari asam lemak heksana untuk mendapatkan
bebas (FFA). (Erliza hambali, 2007)

72
Pengaruh Waktu Pemanasan Transesterifikasi Minyak Ekstrak Lumut
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
(Rini Siskayanti, Muhamad Engkos Kosim, Anita Rozalina)

minyak lumut. Dilakukan reaksi yang ditentukan


ekstraksi 1 jam, 1½ jam, 2 jam. 60oC. Pertahankan suhu
reaksi dan pemanasan
 Destilasi minyak lumut dilakukan selama 60 menit
Minyak lumut hasil ekstraksi dari (pemanasan dilakukan
berbagai jenis pelarut didestilasi sambil diaduk).
menggunakan alat destilasi
sederhana untuk memisahkan  Langkah percobaan
pelarut yang terdapat dalam transesterifikasi
minyak lumut. Menambahkan katalis NaOH
kedalam hasil esterifikasi
 Pembuatan Biodiesel dengan jumlah 1% NaOH
 Langkah percobaan dari minyak nabati.
esterifikasi : Direaksikan pada suhu
Masukan Minyak lumut, 60oC selama waktu yang
metanol dan katalis H2SO4 ditentukan ( 15, 30, 45, 60,
(1%) dari bio-oil lumut 75, 90 ) menit. Dilakukan
kedalam labu didih pemisahan untuk
kemudian diaduk dan memperoleh ester yang
dipanaskan dengan suhu lebih murni.

Diagram Alir Proses Ekstraksi Diagram Alir Proses Pembuatan


lumut
Biodiesel Minyak lumut

H2SO4 dan
Pengeringan dengan sinar Esterifikasi Metanol
matahari lalu dengan oven
pada suhu 105oC smp berat Air
konstan
Pemisahan
Gliserol dengan corong
pisah
Penimbangan lumut (30 gram)

Pelarut (Benzena, Ekstraksi Metil Ester


Dietil eter, Cloroform)

NaOH dan
Transesterifikasi methanol
Minyak Lumut dan pelarut

Gliserol Pemisahan
Destilasi pelarut
Analisa : yield
minyak, kadar
Analisa : kadar Biodiesel FFA, Kadar
Minyak lumut FFA, bilangan
air, Berat jenis
iod

Data Hasil Analisa Data Hasil


Analisa

Metode Analisa Disiapkan sampel minyak lumut.


Dilakukan analisa yield, kadar
 Analisa FFA, bilangan Iod pada minyak

73
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

lumut. Dilakukan analisa yield, Rumus :


berat jenis, kadar air dan kadar % Bilangan Iod =
FFA pada biodiesel. ((V Blanko – V Sampel) * N Thio
* 12,69) / W sampel
 Analisa yield minyak
Faktor utama yang menentukan HASIL PENELITIAN DAN
proses yang paling optimum PEMBAHASAN
adalah yield yang tinggi. Yield
menentukan jumlah minyak Pada penelitian ini proses
yang didapat melalui proses ekstraksi dilakukan dengan
tersebut. Semakin besar yield memvariasikan jenis pelarut ( Heksana,
yang dihasilkan maka proses Benzena dan Dietil eter ) dan waktu
tersebut semakin baik. ekstraksi ( 1, 1½, 2 ) terhadap
Rumus : parameter yang diukur, yaitu komposisi
Yield (%) = Massa Produk (gr) / yield minyak, kadar FFA dan Bilangan
Massa Lumut (gr) * 100 Iod. Pada pembuatan biodiesel variabel
yang dilakukan adalah waktu
 Analisa bilangan asam ( SNI 06- pemanasan. Lumut yang digunakan
2386-2006 ) pada penelitian ini dikeringkan terlebih
Ditimbang ± 0,1 gr sampel ke dahulu dibawah sinar matahari
dalam erlemeyer 100 ml. kemudian dikeringkan di oven dengan
Ditambahkan 25 ml larutan etil suhu 105oC sampai didapat bobot
alkohol dan sekitar 1 ml konstan. Pengurangan kadar air ini
indikator phenol phthalein. berfungsi untuk mengoptimalkan
Dididihkan sampel dan diaduk penyerapan minyak. Apabila kadar air
sekitar 5 menit. Dititrasi sampel yang terdapat dalam lumut masih
ketika masih panas dengan cukup tinggi akan menghambat laju
larutan NaOH 0,1 N yang telah penyerapan minyak karena air bersifat
distandarisasi dengan asam polar dan tidak dapat bercampur
oksalat 0,1 N sampai berubah dengan pelarut non polar.
warna merah kehitaman. Dicatat
volume titran yang digunakan (V Hasil Pengamatan dan Pembahasan
NaOH)
Rumus :  Pengaruh Jenis Pelarut dan
Bilangan Asam = (BM NaOH * V Waktu Ekstraksi Terhadap Yield
NaOH * N NaOH) / W sampel Minyak

% FFA = Bilangan Asam ((BM Yield merupakan Perbandingan


Asam Lemak/10) / BM NaOH ) jumlah massa minyak yang dapat
diperoleh dari suatu proses ekstraksi
 Analisa bilangan iod terhadap jumlah massa lumut yang
Ditimbang 0,1 gr sampel ke digunakan dalam proses ekstraksi.
dalam Erlenmeyer 250 ml.
Ditambahkan 15 ml kloroform Tabel 1. Hasil analisa yield minyak
dan 25 ml pereaksi wijs. lumut
Diletakan larutan sampel dalam Waktu
Yield Minyak
ruangan / tempat gelap selama Pelarut Ekstraksi
(%)
30 menit sambil sesekali (jam )
dikocok. Dititrasi dengan larutan 1 3.67
Na2S2O3 0,1 N (larutan tio Heksana 1½ 3,07
sulfat) sampai berwarna kuning 2 1,06
menjadi biru. Ditambahkan 1 1,02
indikator kanji sampai warna Benzena 1½ 1,50
biru hilang. Dicatat volume titran 2 4,47
yang digunakan (V tio 0,1 N). 1 16,83
Dilakukan hal yang sama pada Dietil Eter 1½ 31,00
blanko. 2 24,17
74
Pengaruh Waktu Pemanasan Transesterifikasi Minyak Ekstrak Lumut
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
(Rini Siskayanti, Muhamad Engkos Kosim, Anita Rozalina)

(Jam)
Dari tabel 4.1 dapat dilihat, yield 1 13.90
hasil ekstraksi merupakan rata-rata dari Heksana 1½ 20.63
3 kali ekstraksi lumut dengan jumlah 2 17.93
sampel lumut masing-masing 30 gram 1 17.24
dengan jenis pelarut dan waktu Benzena 1½ 20.49
ekstraksi yang sama. 2 31.17
1 10.29
Dietil Eter 1½ 13.91
2 10.03

Jika dilihat dari dari hasil


keseluruhan FFA yang diperoleh
dimana hasil %FFA nya Adalah > 5%,
maka minyak lumut dikategorikan
sebagai “High Free Fatty Acid”. Kadar
FFA berpengaruh pada cara
Gambar 4.1 Pengaruh Jenis pembuatan biodiesel bila diproses
Pelarut dan Waktu Ekstraksi Terhadap secara katalitik, dimana minyak
Yield Minyak tersebut dapat digunakan menjadi
biodiesel dengan tahapan reaksi
Dapat dilihat dari gambar 1, esterifikasi dan dilanjutkan tahap
proses ekstraksi dengan menggunakan transesterifikasi.
pelarut dietil eter menghasilkan
menghasilnya minyak paling besar  Pengaruh Jenis Pelarut Ekstrasi
yaitu dengan yield adalah 31,0% Terhadap Bilangan Iod Minyak
dengan lama waktu 1½. Selanjutnya
pada 2 jam terjadi penurunan hasil. Bilangan iod merupakan bilangan
Untuk pelarut benzena dan heksana yang menunjukan banyaknya iod yang
yield yang dihasilkan tidak terlalu besar. dapat mengadisi ikatan rangkap dalam
100 gram sampel minyak (asam
 Pengaruh Jenis Pelarut dan lemak). Bilangan iod menunjukan
Waktu Ekstrasi Terhadap Kadar ketidak jenuhan minyak, semakin tinggi
FFA Minyak bilangan iod, minyak tersebut semakin
sukar mengering bisa disebut sebagai
Bilangan asam merupakan non drying oil.
bilangan yang menunjukan banyaknya
asam lemak bebas dalam 1 gram Tabel 3. Hasil analisa bilangan iod
minyak. Semakin tinggi bilangan asam minyak lumut
yang terkandung dalam minyak
tersebut maka akan semakin banyak Bil. Iod
Pelarut
pula asam emak bebas yang (% rata-rata)
terkandung dalam minyak. FFA (free
fatty acid) atau asam lemak bebas yaitu Heksana 37,32
nilai yang menunjukan jumlah asam
lemak bebas yang ada didalam lemak Benzena 61,68
atau jumlah yang menunjukan berapa
banyak asam lemak bebas yang Dietil eter 11,26
terdapat dalam lemak setelah lemak
tersebut dihidrolisa. Bilangan iod yang diperoleh pada
sampel minyak lumut tidak
Tabel 2. Hasil analisa kadar FFA dalam dibandingkan dengan perubahan waktu
minyak lumut karena pada saat pengambilan minyak
Waktu Kadar FFA berdasarkan perubahan waktu dengan
Pelarut
Ekstraksi (%) pelarut yang sama hanya membedakan
75
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

banyaknya minyak yang terambil oleh dihasilkan yield sebesar 41,67% pada
pelarut tanpa membedakan komposisi menit 60 dihasilkan yield sebesarkan
asam lemak yang terdapat dalam 78,79%. Sedangkan pada 75 dam 90
minyak lumut. Namun bilangan iod menit hasil mulai menurun. Penurunkan
akan berpengaruh terhadap pemakaian hasil yield berkemungkinan disebabkan
pelarut, karena penggunaan pelarut oleh pemanasan yang terlalu lama, sisa
akan mengikat kadar dari asam-asam asam lemak yang tidak ikut bereaksi
lemak berdasarkan tingkat ke pada proses esterifikasi akan bereaksi
nonpolaran sehingga akan membuat dengan NaOH membentuk sabun,
kejenuhan dari minyak berbeda-beda. sehingga yield yang terbentuk tidak
Bilangan iob secara keseluruhan yang mengalami kenaikan yang signifikan.
didapatdari setiap pelarut memenuhi Jadi dari hasil tersebut dapat
persyaratan kualitas biodiesel menurut disimpulkan bahwa waktu yang optimal
SNI-04-7182-2006 yaitu dibawah 115. untuk proses reaksi yaitu selama 60
menit. Dan pada waktu 60 menit terjadi
 Pengaruh Waktu Terhadap Yield kesetimbangan reaksi sehingga hasil
dan Kadar FFA Pada Pembuatan yang didapatkan maksimal.
Biodiesel
Pada biodiesel dilakukan
Pembuatan produk dilakukan analisa berat jenis, kadar FFA dan
dengan 2 tahapan proses yaitu kadar air. berat jenis biodiesel adalah
esterifikasi dan dilanjutkan dengan 0,882 gr/ml, Kadar FFA yang didapat
proses transesterifikasi. Proses adalah 1,13mg/g dan kadar air adalah
esterifikasi diperlukan karena pada 0,597%.
analisa minyak lumut didapatkan hasil
kadar FFA yang cukup tinggi atau Tabel 4. tabel perbandingan analisa
diatas 5%. Setelah dilakukan proses produk dengan SNI
esterifikasi dilakukan analisa kadar FFA Hasil
Parameter SNI Klasifikasi
minyak lumut dan didapatkan hasil Analisa
3,35%. Setelah dilakukan proses Berat 850- 0,882 Memenuhi
esterifikasi dilanjutkan dengan proses Jenis 890 g/ml syarat
transesterifikasi dengan waktu Tidak
Maks
Kadar air 0,597% memenuhi
pemanasan yang telah ditentukan (15, 0,05%
syarat
30, 45, 60, 75, 90) menit. Dari hasil Maks Tidak
penelitian yang dilakukan jika disajikan 1,13
FFA 0,8 memenuhi
dalam bentuk gr grafik akan diperoleh mg/g
mg/g syarat
hasil sebagai berikut :
Jika dilihat pada tabel 4 dengan
100.00 SNI 04-7182-2006 sebagai standar
80.00 acuan, biodiesel yang dihasil belum
memenuhi syarat untuk dijadikan bahan
Yield Produk

60.00
bakar, karena ada parameter yang
40.00 Yield
belum memenuhi syarat sesuai dengan
Produk
20.00 standar.
0.00
0 20 40 60 80 100
KESIMPULAN (DAN SARAN)
Waktu

Kesimpulan
Gambar 2. Grafik Pengaruh Waktu
Pemanasan Terhadap Yield Biodiesel
Dari penelitian yang dilakukan
yaitu ekstraksi bio-oil lumut Sebagai
Pada gambar 2 dapat dilihat hasil
bahan baku pembuatan biodiesel maka
yield produk yang dihasilkan yaitu pada
dapat disimpulkan bahwa pelarut yang
15 menit sampai 60 menit yield terus
cocok untuk ekstraksi minyak lumut
meningkat. Dari titik waktu 45 menit ke
yaitu Dietil Eter dengan waktu ekstraksi
60 menit mengalami kenaikan yield
yaitu 90 menit. Yield yang didapat dari
yang cukup signifikan. Pada menit 45
proses ekstraksi yaitu 31,0% dengan
76
Pengaruh Waktu Pemanasan Transesterifikasi Minyak Ekstrak Lumut
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
(Rini Siskayanti, Muhamad Engkos Kosim, Anita Rozalina)

kadar FFA 13,91%. Pada pembuatan Sudradjat, R., I. Jaya, dan D. Setiawan.
biodiesel hasil Yield maksimal didapat 2005. Optimalisasi Proses
dengan melakukan pemanasan selama Estrans pada Pembuatan
60 menit. Yield yang didapat dari Biodiesel dari Minyak Jarak
proses pembuatan biodiesel adalah Pagar. Jurnal Penelitian Hasil
78,79% dengan berat jenis 0,882 gr/ml, Hutan. 23 (4) : 239-257. Pusat
kadar FFA 1,13% da kadar air sebesar Litbang Hasil Hutan.Bogor.
0,597%.
Tardmizi, Ermiziar. 1997. Penuntun
Praktikum Kimia Organik,
Saran
Serpong : ITI
Untuk ekstraksi dilakukan Utami, T.S., Arbianti, R., dan
percobaan pada pelarut organik yang Nurhasman, D. 2007. Kinetika
lain untuk mengetahui Pelarut yang Reaksi Transesterifikasi CPO
lebih cocok untuk ekstraksi minyak terhadap Produk Metil Palmitat
lumut. Untuk analisa lebih lanjut perlu dalam Reaktor Tumpak. Di
dilakukan uji parameter lain yang dalam Seminar Nasional
sesuai dengan SNI Biodiesel untuk Fundamental dan Aplikasi
lebih mengetahui kualitas dari Teknik Kimia, Surabaya, 15
biodiesel. November 2007. Hlm. KR2-1-
KR2-6.
DAFTAR PUSTAKA
Wati Adhik, Sylvia Anggraeni Motto,
2013. Ekstraksi Minyak Dari
Erliza Hambali, Siti Mudjalipah, Mikroalga Jenis Chlorella sp
Armansyah Halomoan Berbantukan Ultrasonik. Jurnal
Tambunan, Abdul Waries penelitian Teknik Kimia,
Pattiwiri, dan Roy Handoko. Fakultas Teknik Kimia
(2007). Teknologi Bioenergi. Universitas Diponegoro,
Jakarta: Erlangga. Semarang.update dan / atau
Haas, M.J., 2005, Improving the akses)
economics of biodiesel
production trough the use of
low value lipids as feedstocks :
vegetable oil soapstoks. Fuel
process technol., 86, 1087-
1097.
Novianti, 2013, “Pemanfaatan Limbah
Serbuk Gergaji untuk Produksi
Bioetanol”, Jurnal Of Natural
Science, PKM-GT. Institut
Pertanian Bogor.
Nurul Hikmah, M., 2010, Pembuatan
Metil Ester Dari Minyak Dedak
dari Methanol, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Rachmaniah, Orchidea, Reni Dwi
Setyarini, Laila Maulida, 2010,
“Pemilihan Metoda Ekstraksi
Minyak Alga Dari Chlorella sp.
Dan Prediksi sebagai
Biodiesel”. Seminar Teknik
Kimia Soehadi Reksowardoyo,
Surabaya.

77
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

78

Anda mungkin juga menyukai