Anda di halaman 1dari 19

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HDR

SITUATIONAL”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :

1. EMA ULUL AZMI


2. HENDRA FEBRIANTO ADNAN
3. MUHAMMAD ASGAR HISHOM
4. NI LUH PUTU ULANDARI
5. NUR INTAN KOMALASARI
6. NI AYU RATNA YULIANI
7. PATRIA IZAWATI
8. YUSI RIZKIANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada saya sehingga dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam proses
belajar terutama pada mata kuliah “KEPERAWATAN JIWA I”Adapun penulisan dalam
makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah
dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari sepenuhnya adanya kekurangan.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun.Saya harapkan dari para pembaca agar dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,
kembang, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai
kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Stuart dan Laraia
dalam Yosep, 2014, h 1). Menurut Undang- undang No.36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal,
pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa,
seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa
ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu
kesehatan jiwa (Dalami, 2010, h 2).

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri
tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif
untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman
(Keliat, 2011). Harga diri rendah juga sering terjadi secara tiba-tiba atau yang biasa
kita kenal sebagai harga diri rendah situasional. Sedangkan menurut Nurarif dan
Hardhi (2015,
p. 55) harga diri rendah situasional merupakan munculnya persepsi negatif tentang
makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. Harga diri rendah situasional
merupakan bentuk trauma yang tiba-tiba seperti, harus operasi, kecelakaan, putus
sekolah, perceraian, dan korban perkosaan. Pengelolaan pada pasien harga diri
rendah situasional harus segera ditangani dengan tepat agar tidak berkelanjut pada
harga diri rendah kronik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Definisi
Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri,
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep,
2010).
Sedangkan menurut (Depkes RI, 2000 dalam Nurarif & Hardhi, 2015, p.
55) Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan
diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA,
2005).
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2009).
2. Macam-macam Harga diri Rendah
a. Situasional
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009)
didefinisikan sebagai suatu perkembangan persepsi negatif terhadap harga
diri individu sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya akibat
menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat adanya
gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan kurang
penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran sosial yang
dimiliki.

b. Kronik

Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri:


harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang
dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan menurut
Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri rendah kronis merupakan
evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri
yang berlangsung lama.
3. Etiologi
Berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang yaitu :
a. Faktor predisposisi
Menurut (Fitria 2009, p. 6) Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah
kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. (Fitria,2009, p.6)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Fitria (2009 h 6 ; Yosep, 2014 h 264) perilaku-perilaku seperti
dibawah ini diantaranya :

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimistis

d. Tidak menerima pujian

e. Penurunan produktifitas

f. Penolakan terhadap kemampuan diri


g. Kurang memperhatikan perawatan diri

h. Berpakaian tidak rapi

i. Selera makan berkurang

j. Tidak berani menatap lawan bicara

k. Lebih banyak menunduk

l. Bicara lambat dengan nada suara lemah

m. Merusak/melukai orang lain

n. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
o. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi

p. Sulit bergaul

q. Menunda keputusan

5. Patofisilogi
Keliat, dkk. (2011) menyatakan bahwa harga diri rendah muncul apabila
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan karena sering disalahkan
pada masa kecil, jarang diberi pujian atas keberhasilanya. Individu pada saat
mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan,
atau pergaulan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
SITUASIONAL
1. Pengkajian
Kotak 5.1 Format Pengkajian Pasien Harga Diri Rendah

a. Keluhan utama :
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
c. Konsep diri
1. Gambaran diri
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Identitas
5. Peran
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
d. Alam perasaan
[ ]Sedih [ ]Putus asa
[ ]Ketakutan [ ]Gembira berlebihan
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
e. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan
[ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung
[ ] Defensif
[ ] Kontak mata kurang
[ ] Curiga
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
f. Penampilan
Jelaskan :
Masalah keperawatan:

a. Tindakan keperawatan pada pasien


1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2. Tindakan keperawatan
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini.
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah, adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut.

1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat


digunakan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.

3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang


aktif.
c) Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal.
d) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.
2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan Yang telah dilatih.
5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.

SP 1 pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek postif yang dimiliki pasien,mambantu


pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih,melatih kemampuan yang sudah dipilih
dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi
"Selamat pagi! Bagaimana keadaan T har-i ini? T terlihat Segar."
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan Yang pernah T
lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana Yang masih dapatT dilakukan di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih."
"Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
mnt

Kerja
"T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga Yang biasaT lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar?
Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang T miliki!"
"T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, Yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit? (mis.
ada tiga Yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan Yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini!"
"Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. Baik,
Yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah
tempat tidurnya?"
"Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya, Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita
pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan, Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!
"T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan dengan
sebelum dirapikan! Bagus!"

"Coba T Iakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M (mandiri)
kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalauT melakukan dengan dibantu, dan
tulisT (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat memberi kertas berisi daftar kegiatan harian)

Terminasi

"Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur? Ya,
T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapikan tempat tidur, yang sudáh T praktikkan dengan baik sekali. Nah,
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore."
"Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua, T masih ingat kegiatan apa Iagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring. , , kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!"
SP 2 pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap
kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien.
Peragakan komunikasi di bawah ini !
Orientasi

"Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah! Bagaimana T, sudah
mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus kalau sudah dilakukan (jika pasien belum
mampu melakuk nya, ulang dan bantu kembali) sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu T?"
"Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring di dapur."Waktunya sekitar 15 menit.
Mari kita ke dapur!"
"T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/spons untuk
membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat
menggunakan air Yang mengalir dari keran ini. Oh ya, jangan lupa sediakan tempat sampah
untuk membuang Sisa makanan"
"Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil
satu piring kotor, lalu buang dulu Sisa kotoran Yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/spons Yang sudah
diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak
ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut Setelah itu, T bisa mengeringkan piring Yang
sudah bersih tadi di rak Yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai... !" "Sekarang coba T yang
melakukan...
''Bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci pring dengan baik! Sekarang dilap tangannya "

Terminasi
"Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?"
"Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari."
"T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan
"Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu?
Ya benar kita akan latihan mengepel."
"mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!"
b. Tindakan keperawatan pada keluarga

1. Tujuan keperawatan

a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


pasien.

b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki


pasien.

c) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah


dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien.
c) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien dan puji
pasien atas kemampuannya.
d) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
e) Demontrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
f) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya.
g) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.
SP 1 keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala liarga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan
harga diri ren dah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawat. Peragakan komunikasi di bawah ini!

Orientasi

"Selamat pagi! Bagaimana keadaan Bapak/lbu pagi ini?"


"Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama?
Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!

Kerja
”Apa yang Bapak/lbu ketahui tentang masalah T?”
”Ya memang, benar sekali Pak/ Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan
dirinya sendiri,T sering mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain,
anak Bapak/lbu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran
yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Jika keadaannya terus-menerus seperti itu, T dapat mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri.”
”Sampai di sini, Bapak/lbu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah? Bagus sekali
Bapak/lbu sudah mengerti!”
”Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, kita perlu memberikan
perawatan yang baik untukT.”
”Bapak/lbu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama.”
(Jika sama dengan kemampuan yang dikatakan T. )
''T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring. T juga telah dibuatkan
jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu, Bapak/lbu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan
tersebut sesuai jadwâl. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/ Bu. Jangan lupa memberikan
pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda contreng pada jadwal kegiatannya.
Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat di rumah sakit, Bapak/lbu tetap perlu memantau
perkembangan T, Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Bapak/lbu
dapat membawaT ke puskesmas.”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberi kan pujian kepada T. Temui T dan
tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian seperti, ”Bagus sekali T, kamu sudah
semakin terampil mencuci piring!
”Coba Bapak/lbu praktikkan sekarang. Bagus!”

Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak/lbu setelah percakapan kita ini?”
”Dapatkah Bapak/lbu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan bagaimana cara merawatnya?”
”Bagus sekali Bapak/lbu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali Bapak/lbu mengunjungi T
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
”Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung
kepada T?"
"Pukul berapa Bapak/lbu datang?Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

SP 2 keluarga: Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri rendah langsung pada
pasien. Peragakan komunikasi di bawah ini!
Orientasi
”Selamat pagi Pak/ Bu! Bagaimana perasaan Bapak/ Ibu hari ini?”
”Bapak/lbu masih ingat latihan merawat anak Bapak/lbu seperti
yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
”Baik, hari ini kita akan mempraktikkannya langsung pada T,”
"Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!”

Kerja
”Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti
yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin merawatT agar T cepat pulih.”
(Kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut.)
”Nah Pak/ Bu, sekarang Bapak/lbu bisa mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/lbu.” (Perawat mengobservasi
keluarga mempraktikkan cara merawat pasien Seperti yang telah dilakukan pada pertemuan
sebelumnya.)
”Bagairnana perasaanT setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?”
”Baiklah, sekarang suster dan orang tua T ke ruang perawat dulu!” (Perawat dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga.)

Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak/lbu setelah kita latihan tadi?”
”Mulai sekarang Bapak/lbu sudah dapat melakukan cara perau watan tadi pada T.”
”Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/lbu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya?”

SP 3 keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.


Peraga kan komunikasi di bawah ini!
Orientasi

”Selamat pagi Pak/ Bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan membicarakan
jadwalT selama di rumah.”
”Berapa lama Bapak/lbu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor!”

Kerja
”Pak/Bu ini jadwal kegiatanT selama di rumah sakit. Coba di perhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah? Pak/ Bu, jadwal yang telah dibuat selamaT dirawat di rumah sakit
tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan olehT selama
di rumah. Contohnya kalauT terusmenerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif
terhadap diri sendiri, menolak minum Obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi pera wat K di Puskemas Indara Puri, puskesmas
terdekat dari rumah Bapak/lbu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx.”
''Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembanganT selama di rumah.”

Terminasi

”Bagaimana Pak/ Bu? Ada yang belum jelas?”


''Ini jadwal kegiatan harian T untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di
Puskesmas Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum Obat habis atau ada gejala
yang terlihat. Silakan selesaikan administrasinya!"

Terapi aktivitas kelompok (TAK)


TAK untuk pasien harga diri rendah adalah TAK stimulasi persepsi yang terdiri dari dua hal
berikut.

a. Sesi I: Mengidentifikasi hal positif diri.


b. Sesi Il: Melatih positif pada diri.
Evaluasi keperawatan

Selanjutnya, setelah tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien


harga diri rendah dan keluarganya (lihat hlm. 94) serta kemampuan perawat dalam merawat
pasien harga diri rendah (lihat hlm. 95).

Evaluasi Kemapuan Pasien Harga Diri Rendah dan Keluarganya


Nama pasien :
Ruangan :
Nama perawat :

NO Kemampuan Tanggal

A Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
4 Melatih kemampuan yang telah dipilih
5 Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih
6 melakukan kegiatan sesuai jadwal
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian dan tanda-tanda orang yang mengalami
harga diri rendah
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah
(memberikan pujian ,menyediakan fasilitas untuk pasien ,dan
melatih pasien melakukan kemampuan)
3 Mampu mempraktikkan cara merawat pasien
4 Melakukan tidak lanjut sesuai rujukan
NO. Keterampilan Tanggal

A Pasien
SP 1 pasien
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3. Membantu pasien memiliki kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien

6. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP 1 pasien
SP 2 pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
Nilai SP 2 pasien
B Keluarga
SP 1 keluarga
1. Mendiskusikan masalah masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah
yang dialami pasien beserta proses terjadinyamenjelaskan cara-
cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2 keluarga
1. Melatih keluarga cara mempraktikan cara merawat pasien harga
diri rendah
2. Melatih keluarga cara melakukan cara merawat pasien langsung
pada harga diri rendah
Nilai SP 2 keluarga
SP 3 keluarga
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (perencanaan pulang)
Menjelaskna tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP 3 keluarga
total nilai : SP pasien + SP keluarga
Nilai rata-rata
Evaluasi Kemapuan Pasien Harga Diri Rendah dan Keluarganya
Nama pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
DAFTAR PUSTAKA

tur, Proses.Ed ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

K. (1

Anda mungkin juga menyukai