Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN KEDUA

ETIKA KEBIJAKAN PUBLIK

KULIAH III
I. Tujuan Umum Pembeljaran (TUP)
Mahasiswa dapat memahami etika kebijakan
publik sebagai salah satu kajian etika administrasi
publik (K3 & K4)

II. Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP)

II.1 Mendeskripsikan konsep dasar etika kebijakan


publik (K3)
II.2 Mendeskripsikan berbagai dimensi etika dalam
kebijakan publik (K3)
II.3 Mendeskripsikan prinsip dan strategi etika dalam
membuat kebijakan publik (K4)
II.4 Mendeskripsikan kebijakan publik sebagai
keputuan yang mengandung konsekuensi moral
(K4)
II.5 Mendeskripsikan implementasi etika dalam
praktik kebijakan publik (K.4)

III. Materi Sajian


BAB II
ETIKA KEBIJAKAN PUBLIK

KULIAH III (K3)

A. Konsep Dasr Etika Kebijakan Publik:


 Batasan kebijakan dan kebijakan publik
 Pengertian etika kebijakan publik,
 Pentingnya etika dalam kebijakan publik)
B. Berbagai Dimensi Etika dalam Kebijakan Publik:

KULIAH IV
C. Prinsip dan Strategi Etika dalam membuat kebijakan
publik
 Prinsip etika kebijakan publik: (ketuhanan,
kemanusiaan, keseimbangan, keadilan, pelayanan,
dan keteladanan)
 Strategi etika kebijakan publik: (15 butir)
D.Kebijakan publik sebagai keputuan yang
mengandung konsekuensi moral
E. Implementasi Etika dalam Kebijakan publik
IV, KEGIATAN PEMBELAJARAN
 Dosen menyajikan materi secara singkat
 Mahasiswa Aktif (membuat makalah)
 Evaluasi (Keaktifan kuliah dan makalah)
Catatan: Persyaratan Makalah (tingkat ilmiah dan
tidak plagiat)

URAIAN MATERI

BAB II
ETIKA KEBIJAKAN PUBLIK

KULIAH III (K3)

A. Konsep Dasar Etika Kebijakan Publik:

Membahas Etika Kebijakan Publik, ada tiga


konsep yang mendasarinya yaitu: etika, kebijakan, dan
publik. Pengertian etika dan publik sudah dijelaskan
terdahulu pada Bab I, yaitu:
Pengertian “etika” adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia yang
menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai
sesuatu yang substansinya baik atau buruk.
Pengertian “publik” yaitu lawan kata dari privat
atau pribadi dan sering kali dalam istilah publik ini
berhampiran maknanya dengan: umum, masyarakat,
atau negara dipakai silih-berganti.
Berikut ini, disajikan tentang kebijakan, kebijakan
publik, dan etika kebijakan publik

1. Batasan Kebijakan dan Kebijakan Publik

a. Istilah Kebijakan

Kebijakan bersumber dari kata dasar ”bijak” yang


berarti selalu menggunakan akal pikirannya.
“Kebijakan” adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan.
. Kebang, (2019:70) membedakan antara istilah
kebijakan dan istilah kebijaksanaan Kebijakan (policy)
menunjukan adanya serangkaian altenatif yang siap
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, sedangkan
kebijaksanaan (wisdom). berkenaan suatu keputusan
yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya
dilarang atau sebaliknya berdasarkan alasan-alasan
tertentu seperti pertimbangn kemanusiaan, keadaan
gawat, dsb. Di sini dapat dilihat bahwa kebijaksanaan
selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu
yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu, sedang
kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang
mendalam terhadap berbagai alternatif yang bermuara
kepada keputusan tentang alternatif yang terbaik.
Dengan melihat perbedaan pengertian tersebut
maka diharapkan kedua istilah tersebut digunakan
secara tepat sesuai dengan konteksnya.

Jadi, kebijakan dan kebijaksanaan sama-sama


berarti pengambilan suatu putusan. Perbedaannya:
kebijakan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan
adalah “X”, namun karena sesuatu hal sehingga
kebijaksanaan yang dilaksanakan adalah “Y”.
Implikasi dalam praktik: kebijakan dibuat oleh
organisasi/pemerintah sebagai pola kerja organisasi
(keputusan organisasi), sedang kebijaksanaan adalah
keputusan teknis operasional yang keluar dari
keputusan yang telah ada (kebijakan) karena sesutu hal
dengan pertimbangan rasional, kadang hanya dibuat
oleh individu bersangkutan dan bersifat sementara
(keputusan individu). Tidak pernahkah Anda alami
sudah ada putusan (kebijakan) batas pendaftaran pada
hari dan waktu tertentu karena masih banyak yang
belum terdaftar sehingga keluar kebijaksanaan
melanggar yang sudah diputuskan yaitu dengan
memperpanjang waktu pendaftaran.
Tidak hanya istilah kebijakan dan
kebijaksanaan yang perlu dibedakan masih ada
istilah yang sering mengacaukan yaitu decision
(keputusan). Untuk jelasnya dapat dibaca pada Modul
yang saya tulis “Modul Perbandingan Admnistrasi
Negara” Bab V

b. Pengertian Kebijakan Publik

Secara terminologi kebijakan publik berangkat dari


dua suku kata yaitu kebijakan (policy) dan publik
(public) dalam literatur asing (Inggris) disebut public
policy. Kebijakan dapat dinyatakan sebagai suatu usaha
yang dilakukan oleh orang secara perorangan
(personnal) maupun kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok orang. Dari kegiatan ini harapannya adalah
mengupayakan agar semuanya menjadi lebih baik.
Sedangkan kata publik (public) merujuk pada
pengertian umum, khalayak, banyak dan masyarakat.
Berarti usaha tadi yang dilakukan oleh
perorangan/individu atau kelompok dalam hal ini
pemerintah semuanya ditujukan untuk kepentingan
orang banyak, umum, atau masyarakat. Atau dalam
pengertian yang lain, semua yang dilakukan oleh
pemerintah pada hakekatnya adalah atas dasar
kemauan, keinginan, kepentingan dan kehendak
masyarakat. Yang tidak lain adalah kehendak
masyarakat untuk sejahtera, aman, damai, sentosa,
selaras, serasa dan sebagainya.
Sebagai definisi ahli, berikut dikemukakan
pendapat Dye (1995) “dalam” Agustino, (2008:7)
merumuskan pengertian kebijakan publik adalah apa
yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau
tidak dikerjakan.
James E. Anderson “dalam” Subarsono, (2009: 2)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan
yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
pemerintah.
Easton “dalam” Islamy, (2001:19) mendefinisikan
kebijakan publik “The authoritative allocation of
values for the whole society” (pengalokasian nilai-nilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat.
Berdasarkan definisi Easton ini, menegaskan bahwa
hanya pemerintahlah yang secara syah dapat berbuat
sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
tersebut.
Sebagai simpulan, kebijakan publik adalah
pilihan/ketetapan pemerintah untuk bertindak atau
tidak bertindak mengenai sesuatu hal -- (publik:
umum, masyarakat, negara).
Walaupn masih banyak definisi oleh para ahli yang
belum dikemukakan di sini, namun jika ditelusuri
berbagai literatur, maka kebijakan publik dapat
dimaknai sebagai berikut:
a) Kebijakan publik adalah bagian dari
Administrasi publik sebagai penentu utama
kearah mana pemerintahan itu dituju;
b) Institusi-institusi pemerintah adalah institusi
pembuat kebijakan, sekaligus juga sebagai
pelaksana kebijakan (legislatif, eksekutif, dan
yudikatif ).
c) Kebijakan publik adalah produk pemerintah
bukan swasta, karena pemerintahlah yang
memiliki otoritas untuk mengarahkan
masyarakat;
d) Adapun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
bersumber pada masalah-masalah yang tumbuh
dalam masyarakat luas. Namun tidak semua
masalah menjadi kebijakan, hanyalah jika
masalah itu ada yang mempermasalahkan
sehingga bisa menjadi kebijakan publik;
e) Kebijakan publik merupakan sekumpulan
rencana kegiatan tertentu dan nilai-nilai praktek
yang terarah dalam usaha perbaikan kondisi
masyarakat,
f) Kebijakan publik merupakan pola perilaku
pemerintahan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu
g) Kebijakan publik selalu dilandasi pada
peraturan perundang-undangan yang memiliki
daya ikat yang kuat terhadap anggota
masyarakat secara keseluruhan, dan daya paksa
tertentu yang tidak dimiliki oleh kebijakan di
luar kebijakan publik;
Jadi, kebijakan publik pada dasarnya adalah
“kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga atau
pejabat pemerintah dalam melayani publik dengan
maksud untuk mencapai tujuan tertentu ”. Pelayanan
publik adalah pelayanan terhadap orang banyak dan
yang diharapkan adalah pelayanan yang terbaik yang
mengacu pada perwujudan nilai-nilai etika. (moral
bansa)

c. Pentingnya Studi Kebijakan Publik

Dye (1981) dan Anderson (1979) dalam Subarsono


(2015: 4) mengemukakan studi kebijaka publik dalam
tiga manfaat penting, dalam Agustino (2008: 4)
mengemukakan ada tiga alasan yang melatar belakangi
mengapa kebijakan publik perlu untuk dipelajari, yaitu:
pertama, pertimbangan ilmiah (pengembangan ilmu
pengetahuan), Kedua, pertimbangan profesional
(menigkatkan profesionalisme praktisi), dan Ketiga,
pertimbangan politik (berguna untuk tujuan politik)..
Jadi, kepentingan studi kebijakan publik, yaitu:
pengembangan dan penerapan ilmu kebijakan publik.
- Pengembangan ilmu pengetahuan (teori dan
keterampilan akan menngkat)
- Penerapan ilmu (untuk pemerintahan, dan politik
akan terarah secara kondusif)

2. Pentingnya Etika kebijakan publik – penerapan


ilmu

Sudah diberikan pengertian “etika” sebagai suatu


ilmu tentang adat kebiasaan, atau ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan perilaku yang berkonotasi baik
atau buruk.
Kemudian “kebijakan publik” adalah kebijakan
yang dikembangkan oleh lembaga atau pejabat
pemerintah dalam melayani publik.
Jadi, etika kebijakan publik adalah
pengejawantahan etika terhadap perilaku pejabat
pemerintah dalam melayani publik. Artinya:
kebijaksanaan publik dapat dilaksanakan oleh aparat
pemerintahan dan diterimah oleh rakyat yang
dilayaninya
Implikasinya: kebijakan publik merupakan
pedoman kerja aparat pemerintah dalam melayani
rakyat. Kebijakan publik dapat dilaksanakan oleh
aparat pemerintah dan diterima oleh rakyat seluruh
negara, bukan kepentingan golongan, kelompok, atau
group tertentu saja. Oleh karena itu, kebijakan publik
harus “terbaik” sesuai penilaian pemerintah sebagai
pelaksana dan masyarakat yang dilayani,
Rewansyah (2010: 75) dalam kesimpulannya
mengemukakan bahwa kebijakan publik yang baik
adalah kebijakan publik yang pro poor, pro job, and
pro growth bagi kemampuan bangsa dan negra
Tim Simpul Demokrasi (2006: 10) menguraikan
tentang kebijakan publik yang baik yaitu: kebijakan
yang berangkat dari permasalahan masyarakat secara
holistik. Yaitu: Formulasi kebijakan mencerminkan
keberagaman kepentingan masyarakat (society need
diversification). Kebijakan yang ideal ketika
diimplementasikan harus melibatkan beberapa poin,
yaitu perumusan-perumusan masalah publik,
penyusunan agenda pemerintah, perumusan agenda
kebijakan publik, pengesahan kebijakan publik, dan
yang terakhir evaluasi kebijakan yang mencerminkan
keterbukaan dan transparansi bagi elemen masyarakat.
Setelah produk kebijakan sudah pada tahap
pengesahan, selanjutnya yang penting adalah
implementasi kebijakan. Pemerintah di dalam
mengimplementasikan kebijakan tidak serta merta
harus menjalankannya secara mandiri. Pemerintah bisa
mengajak elemen-elemen masyarakat laainnya. Di sini
pemerintah tidak selalu mempunyai otoritas penuh
untuk mengimplementasikan kebijakan.
Berlanjut pada evaluasi kebijakan. Evaluasi
kebijakan di sini perlu dimaksimalkan dengan harapan
kebijakan tetap pada garis pengawasan ketat dari
masyarkat dan adanya penilaian yang sempurna untuk
memperbaiki kekurangan yang ada. Transparansi atau
keterbukaan dari pemerintah untuk rakyat menjadi
syarat utama. Di samping itu, ruang publik tetap
tersedia. Proses evaluasi sendiri harus dilakukan secara
menyeluruh, yang meliputi item pra kebijakan (ex-
ante evaluation), yang berarti sebelum kebijakan itu
menjadi produk yang akan diimplementasikan, pada
saat kebijakan (on going evaluation), di mana tahap
implementasi kebijakan dimulai pemerintah memulai
perannya untuk menjalankan kewajibannya dalam
melayani sebanyak mungkin kebutuhan mayarakat, dan
pasca kebijakan (ex-post evaluation), yang bertujuan
agar kebijakan yang sudah dilaksanakan mampu
ditindaklanjuti menuju perbaikan-perbaikan yang
signifikan
Masih perlu dicari pendapat ahli lain yang dapat
memperkuat

Simpulan
Dari uraaian ditas dapat dibuat simplan, yaitu:
 kebijakan publik merupakan pedoman kerja
pemerintahan dalam melaksanakan tugas
pelayanannya terhadap rakyat/masyarakat
 dengan pendekatan etika, kebijakan publik
dapat dilakanakan oleh aparatur
pemerintahan/negara dan dapat diterima oleh
masyarakat yang dilayaninya
 etika kebijakan publik membuat pelaksanaan
pemerintahan terlaksana secara baik, artinya
pemerintahan dilaksanakan secara kondusif dan
diterima oleh rakyatnya
 Kebijakan publik yang baik adalah kebijakan
yang dapat dilaksanakan oleh pelaksananya
(aparat pemerintah) dan dapat diterim oleh
lingkungan/masyarakat sasarannya.

B. Berbagai Dimensi Etika Kebijakan Publik

Fernanda, (2009: 25) menarik suatu kesimpulan


tentang dimensi suatu perilaku manusia dalam
organisasi pemerintahan dengan nilai-nilai etikanya
mencakup beberapa dimensi, yaitu:
a. Dimensi hubungan antara anggota dengan
organisasi yang tertuang dalam perjanjian atau
aturan-aturan legal
b. Hubungan antara anggota organisasi dengan
sesama anggota lainnya antara anggota dengan
pejabat dalam struktur hirarkhi
c. Hubungan antara anggota organisasi yang
bersangkutan dengan anggota dan anggota
lainnya, dan
d. Hubungan antara anggota dengan masyarakat
yang dilayaninya.
Suharto, (2011:3-9)

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:


1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik Etika
publik menekankan pada aspek nilai dan norma,
serta prinsip moral, sehingga etika publik
membentuk integritas pelayanan publik. Etika
Publik menuntut lebih dari kompetensi teknis
karena harus mampu mengidentifikasi masalah-
masalah dan konsep etika yang khas dalam
pelayanan publik. Oleh karena itu, etika publik
mengarahkan analisa politik sosial budaya
(polsosbud) dalam perspektif pencarian sistematik
bentuk pelayanan publik dengan
memperhitungkan interaksi antara nilai - nilai
masyarakat dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh lembaga-lembaga publik. 2. Dimensi
Modalitas Membangun integritas publik pejabat
dan politisi harus disertai perbaikan sistem
akuntabilitas dan transparansi yang didukung
modalitas etika publik. Akuntabilitas berarti
pemerintah harus mempertanggung jawabkan
secara moral, hukum dan politik atas kebijakan
dan tindakan-tindakannya kepada rakyat. Pada
prinsipnya ada tiga aspek dalam akuntabilitas: a.
Tekanan akuntabilitas pada pertanggungjawaban
kekuasaan melalui keterbukaan pemerintah atau
adanya akses informasi bagi pihak luar organisasi
pemerintah. b. Memahami akuntabilitas sekaligus
sebagai tanggung jawab dan liabilitas sehingga
tekanan lebih pada sisi hukum, ganti rugi dan
organisasi. c. Tekanan lebih banyak pada hak
warga negara untuk bisa mengoreksi dan ambil
bagian dalam kebijakan publik sehingga
akuntabilitas disamakan dengan transparansi.
Transparansi dipahami bahwa organisasi
pemerintah bisa mempertanggungjawabkan apa
yang telah dilakukan dengan memberikan
informasi yang relevan atau laporan terbuka
terhadap pihak luar atau organisasi mandiri
(legislator, auditor, publik) dan dipublikasikan. 3.
Dimensi Tindakan Integritas Publik Integritas
publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan
korupsi atau kecurangan. Adapun maknanya
secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan
nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan
dilema moral yang tercermin dalam
kesederhanaan hidup. Integritas publik juga
dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang
sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima
masyarakat. Integritas publik juga merupakan niat
baik seorang pejabat publik yang didukung oleh
institusi sosial seperti hukum, Etika Publik aturan,
kebiasaan, dan sistem pengawasan.

SIMPULAN

Etika kebijkan publik memiliki dimensi yang saling


terkait antara kebijakan dengan kebijakan, antara
pemerintah sebagai pelaksana kebijakan dan
masyarakat sebagai sasaran yang dilayani.
Keberhasilan suatu kebijakan publik tidak hanya
ditentukan dari formulasi kebijakannya, yang tak kala
pentingnya adalah pemahaman oleh semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan penerimaan
dengan penuh kesadaran oleh lingkungan masyarakat
yang menjadi sasaran. Dengan demikian perlu
diupayakan saling pengertian antara aparat pelaksana
dengan masyarakat sasaran.
Implikainya: banyak kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah setiap kebijakan tidak kontradiksi antara
satu dengan yang lain (antara objek kebijakan –
pendidikn, kesehatan, pemerintahan; atara tingkatan
kebijakan – pusat, provinsi, dan daerah)
Kebijakan publik sebagai pedoman kerja pemrintah
dalam melaksanakan kegiatannya harus berorientasi
pada kepentingan umum yang mengandung nilai-nilai
baik dan menuntut pelaksananya untuk bertanggung
jawab.
Kebijakan publik dalam rangka
penyelenggaraannya dituangkan dalam bentuk aturan
perundang-undangan sesuai stratifikasi kebijakan
publik tersebut. (kebijakan tingkat pusat, provinsi,
dan daerah)
KULIAH IV

I. Tujuan Umum Pembeljaran (TUP)


Mahasiswa dapat memahami etika kebijakan
publik sebagai salah satu kajian etika administrasi
publik (K3 & K4)

II. Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP)

III.1 Mendeskripsikan konsep dasar etika kebijakan


publik (K3)
III.2 Mendeskripsikan berbagai dimensi etika dalam
kebijakan publik (K3)
III.3 Mendeskripsikan prinsip dan strategi etika dalam
membuat kebijakan publik (K4)
III.4 Mendeskripsikan kebijakan publik sebagai
keputuan yang mengandung konsekuensi moral
(K4)
III.5 Mendeskripsikan implementasi etika dalam
Kebijakan publik (K.4)

III. Materi Sajian


BAB II
ETIKA KEBIJAKAN PUBLIK

KULIAH III

A. Konsep Dasr Etika Kebijakan Publik:


 Batasan kebijakan dan kebijakan publik
 Pengertian etika kebijakan publik,
 Pentingnya etika dalam kebijakan publik)
B. Berbagai Dimensi Etika dalam Kebijakan Publik:

KULIAH IV
C. Prinsip dan Strategi Etika dalam membuat kebijakan
publik
 Prinsip etika kebijakan publik: (ketuhanan,
kemanusiaan, keseimbangan, keadilan, pelayanan,
dan keteladanan)
 Strategi etika kebijakan publik: (15 butir)
D.Kebijakan publik sebagai keputuan yang
mengandung konsekuensi moral (Kumorotomo)
E. Implementasi Etika dalam Kebijakan publik
IV, KEGIATAN PEMBELAJARAN
 Dosen menyajikan materi secara singkat
 Mahasiswa Aktif (membuat makalah)
 Evaluasi (Keaktifan kuliah dan makalah)
Catatan: Persyaratan Makalah (tingkat ilmiah dan
tidak plagiat)
URAIAN MATERI

C. Prinsip dan Strategi dalam membuat kebijakan


Publik

1. Prinsip dalam Membuat kebijakan publik

Sobandi, (2004: 16) mengemukakan ada enam


prinsip moral dalam pembuatan kebijakan (The six
principles) harus dipegang teguh dalam upaya
memperbaiki kinerja pemerintah. Keenam prinsip
moral tersebut adalah:
a. Prinsip ketuhanan (ilahiah)
b. Prinsip kemanusiaan (insaniah)
c. Prinsip keseimbangan (tawazun)
d. Prinsip keadilan (al-adalah)
e. Prinsip pelayanan, dan
f. Prinsip keteladanan
Sebagai visualisasi seperti pada Gambar 3.1
KESEIMBANGAN KEADILAN

KEMANUSIAAN

KETUHANAN

PELAYANAN KETELADANN

Gambar 3.1 Prinsip pembuatan kebijakan publik


Subandi (2004: 16)

2. Strategi moral dalam pembuatan kebijakan,


yaitu:

Masih mengutip pendapat Subandi (2004: 19)


yang mengungkapkan ada 15 strategi moral dalam
pembuatan kebijakan publik, sebagai berikut:
a. Keseimbangan antara ketuhanan dan
kemanusiaan dalam pembangunan
b. Kolektivis-humanis daripada individualis-
meterialis alammemperlakukan masyarakat
c. Keseimbangan antara profesiopnalisme dan
moralitas dalam pembinaan aparatur
d. Keseimbangan antara dimensi fisik dan moralitas
dalam pembangunan masyarakat
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk
semua komponen bangsa
f. Keseimbangan antara pertumbuhan dan keadilan
dalam strategi pembangunan ekonomi
g. Keseimbangan antara desentralisasi dan efisiensi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan
h. Orientasi pada keadilan bukan pemerataan dalam
pembagian sumber daya dan hasil pembangunan
antar tingkat pemerintahan
i. Orientasi pada kinerja hasil daripada kinerja
input dalam manajemen pembangunan
j. Orientasi pelayanan pada terhadap masyarakat
bukan orientasi jabatan dalam pembenukan
kelembagaan
k. Mengutamakan kepentingan masyarakat bukan
kepentingan penerimaan dalam membuat
kebijakan
l. Lapang dada dan tidak picik dalam menafsirkan
sejarah
m.Mengkaji secara mendalam tidak terlalu
menyederhanakan masalah (over simplification)
sebelum menetapkan kebijakan
n. Mengutamakan sikap preventif –antisipatid dari
kuratif dalam membuat kebijakan
o. Mengutamakan keteladanan dari ucapan dalam
memperbaiki perilaku dan budaya bangsa
Lihat visualisasi pada Gambar 3.2
Keseimbangan antara Ketuhanan dan kemanusiaan
Kolektivitas humanis dari individualis materialis
Keseimbangan antara profesionalisme dan moral aparatur
Keseimbangan antara pembangunan fisik dan moral masyarakat
Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Keseimbangan antara pertumbuhan dan keadilan
Keseimbangan antara desentralisasi dan efisiensi
Keadilan bukan pemerataan

STRATEGI

KESEIMBANGAN KEADILAN
KEMANUSIAAN

KETUHANAN

STRATEGI

PELAYANAN KETELADANAN

Orientasi hasil dari masukan


Orientasi pelayanan masyarakat bukan jabatan
Orientasi kepentingan bukan penerimaan
Lapang, tidak picik dalam menafsirkan sejarah
Mengkaji secara mendalam tidak terlalu menyederhanakan masalah
Prefentif antisipatif pada kuratif
Keteladanan pada ucapan
Gambar 3.2 Strategi Moral pembuatan
Kebijakan, Subandi (2004: 18)

Apabila prinsip dan strategi moral yang disebutkan


oleh Sobandi diimplementasikan dalam kehidupan
praktik pemerintahan akan berimplikasi terhadap
kinerja pemerintah yang dapat digambarkan secara
sederhana seperti Gambar 3.3

Keseimb. Ketuhanan dengan Kemanusiaan

Kolektivitas Humanis

Keseimb. Profesi dengan Moral

Keseimb. Fisik dengan Morsal

Keseimb. Hak dengan Kewajiban

Keseimb. Pertumbuhan dengan Keadilan

Keseimb. Desentralisasi denganKeadilan


KINERJA KINERJA PEMERINTAH
Keadilan bukan Pemerataan KEBIJAKANPUBLIK

Orientasi Hasil dari pada Input

Orient asi Pelayanan Bukan Jabatan

Keteladanan dari ucapan

Orient . Kepent. Masyaraakat Bukan pener


pener
Lapang dalam menafsir Sejarah

Mengkaji secara Mendalam

Preventif Antisipatif
`

Gambar 3.3 Model Implikasi Penerapan Etika


Strategi Kebijakan Terhadap Kinerja Pemerintah.
(Sobandi, 2004: 21)

Berdasarkan kedua gambar tersebut dapat dipahami


bahwa tanpa political will pemerintah untuk
melaksanakan prinsip dan strategi tersebut, niscaya
fungsi pelayanan tidak akan berjalan denganm baik,
kesenjangan sosial tetap ada, dan penyakit birokrasi
yang selama ini diderita oleh birokrasi pemerintah
tetap ada. Bahkan, tidak mustahil penyakit itu lebih
parah lagi dan menjalar ke berbagai dimensi kehidupan
masyarakat.
Simpulan:
Kebijakan publik adalah keputusan
pemerintah tentang pola perilaku melakukan
aktivitas pelayanan kepada masyarakat/rakyat
negara. Kebijakan publik sebagai pola perilaku
harus dibuat dengan baik, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik dan diterima oleh rakyat
dengan baik pula.
Jadi, kebijakan publik harus dibuat sesuai
dengan prinsip moral dengan strategi para aparat
pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki
keinginan politik (political will) yang ditopang
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan
keterampilan, berkecukupan dan beragama.

D. Kebijakan Publik sebagai Keputusan yang


Mengandung Konsekuensi Moral

Dari Kumorotomo (2004: 127-189) dideskripsikan


sebagai berikut:
1. Keadilan Sosial
2. Partisipasi dan Aspirasi
Warga Negara
3. Masalah-masalah
lingkungan
4. Pelayanan Umum
5. Moral individu atau moral
kelompok
6. Pertanggungjawaban
Administrasi
7. Analisis Etis
E. Implementasi Etika dalam Kebijakan Publik

1. Penilaian Standar Etika dalam Kebijakan Publik


2. Dilema Etika dalam Kebijakan Publik

Anda mungkin juga menyukai