Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kristin Rista Rahmadani

NIM : 401200227
Kelas : ES.H

Siklus Akuntansi :

1. Transaksi

Langkah pertama di dalam suatu siklus akuntansi ialah mengidentifikasi transaksi. Akuntan
harus dapat mengidentifikasi transaksi sehingga bisa dicatat dengan baik. Tidak semua
transaksi bisa dicatat, transaksi yang bisa dicatat adalah transaksi yang berdampak pada
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dan bisa dinilai ke dalam unit moneter secara
objektif.

Selain itu, transaksi yang akan dicatat  harus memiliki bukti, bila tidak ada bukti jadi
transaksi tidak bisa dicatat dan dilaporkan ke dalam suatu laporan keuangan. Bukti transaksi
biasanya berupa kuitansi, nota, faktur, bukti kas keluar, memo penghapusan piutang dan lain-
lain. Bukti tersebut tentu harus sah dan dapat diverifikasikan.

Dokumen transaksi atau bukti transaksi atau bisa dikatakan sebagai bukti akuntansi ialah
dokumen-dokumen dasar transaksi (baik yang dibuat sendiri ataupun yang berasal dari pihak
luar) yang dipergunakan sebagai sumber pencatatan atau penyusunan suatu laporan keuangan
oleh suatu unit usaha.

Setelah mengidentifikasi transaksi, akuntan harus bisa menentukan pengaruhnya terhadap


posisi keuangan tersebut. Suatu sistem pencatatan ialah double-entry system, yakni setiap
transaksi yang dicatat akan berefek pada suatu  posisi keuangan didebit dan dikredit dalam
jumlah yang sangat sama. Sampai setiap transaksi tersebut mempengaruhi sekurang-
kurangnya dua rekening pembukuan.

2. Pencatatan Transaksi Kedalam Jurnal

Setelah informasi transaksi dianalisis, selanjutnya dicatat secara beruntut di buku jurnal.
Jurnal merupakan suatu catatan kronologis tentang transaksi-transaksi yang akan terjadi
dalam suatu periode akuntansi. Proses pencatatan transaksi kedalam jurnal disebut juga
penjurnalan.

Ada terdapat dua macam jenis Jurnal ialah sebagai berikut :

a. Jurnal Umum

Jurnal umum yang lebih diketahui dengan istilah jurnal harian adalah jurnal yang digunakan
untuk mencatat sejumlah transaksi keuangan yang muncul dalam periode waktu tertentu.
Pada umumnya, jurnal ini dipergunakan dalam akuntansi perusahaan jasa karena pada
prinsipnya segala transaksi dalam perusahaan jasa dapat dicatat secara kronologis, sedangkan
pada akuntansi perusahaan dagang lebih efektif menggunakan jurnal khusus.

b. Jurnal Khusus

Jurnal khusus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pencatatan terhadap suatu transaksi
yang berulang. Misalnya saja seperti jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan
kas, dan sebagainya. Pencatatan transaksi jurnal umum terjadi dalam perusahaan dan
dikelompokkan dalam jenis yang sama, sering terjadi, dan berulang dalam satu periode
akuntansi baik bulanan, triwulan, maupun tahunan. Alasan mengapa jurnal khusus lebih
cocok digunakan untuk perusahaan dagang adalah karena perusahaan dagang membutuhkan
identifikasi jumlah dan transaksi sejenis dengan intensitas yang tinggi.

3. Posting Buku Besar

Langkah selanjutnya adalah melakukan posting transaksi yang telah dicatat di dalam jurnal ke
dalam buku besar. Buku besar merupakan suatu kumpulan rekening pembukuan yang
masing-masing telah digunakan untuk mencatat suatu  informasi tentang aktiva tertentu.

Pada hakekatnya, suatu perusahaan memiliki daftar susunan rekening buku besar yang
dinamakan chart of accounts. Dari masing-masing rekening tersebut biasanya diberi nomor
kode agar dapat memudahkan dalam mengidentifikasi dan membuat cross-reference dengan
pencatatan transaksi di dalam jurnal tersebut.

4. Neraca saldo

Neraca saldo merupakan suatu daftar saldo rekening buku besar pada periode tertentu saja.
Cara menyusun neraca saldo ialah sangat mudah, Anda hanya harus memindahkan saldo
yang ada di buku besar ke dalam neraca saldo untuk disatukan menjadi satu.

Saldo di neraca saldo harus sama jumlahnya. Apabila jumlah saldo debit tidak sama dengan
jumlah yang ada di dalam kredit, bisa dikatakan bahwa neraca saldo tidak seimbang atau
tidak sama, dan masih ada kesalahan. Bila demikian, maka seorang akuntan harus mencari
kesalahan yang terjadi sebelum laporan disusun.

5. Jurnal Penyesuaian

Bila pada akhir periode akuntansi tersebut, terdapat transaksi yang belum dicatat, atau ada
satupun transaksi yang salah, atau perlu disesuaikan maka dari itu dicatat dalam jurnal
penyesuaian nya.

Penyesuaian dikerjakan secara periodik, biasanya waktu laporan akan disusun. Pencatatan
penyesuaian sama dengan pencatatan transaksi pada umumnya. Transaksi penyesuaian dicatat
dalam jurnal penyesuaian dan selanjutnya dibukukan ke dalam buku besarnya.
Kemudian itu saldo yang ada di buku besar siap disajikan ke dalam laporan keuangan
tersebut. Dengan demikian, hasil akhir proses akuntansi ialah suatu laporan keuangan yang
disusun secara akrual basis.

6. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Pada tahapan ini, Anda harus menyusun neraca saldo kedua dengan cara memindahkan saldo
yang telah disesuaikan di dalam buku besar ke dalam neraca saldo yang baru.

Saldo pada akun-akun buku besar tersebut dikelompokan ke dalam kelompok aktiva atau
pasiva. Saldo di antara kelompok aktiva dan pasiva pada neraca saldo tersebut juga harus
seimbang. Tetapi, ingat bahwa saldo yang seimbang belum tentu juga benar tetapi saldo yang
benar pasti akan seimbang.

7. Laporan Keuangan

Dari informasi di neraca saldo setelah penyesuaian, tahap selanjutnya yakni menyusun suatu
laporan keuangan.

Laporan keuangan tersebut yang disusun sebagai berikut :

 Laporan laba rugi digunakan untuk menguraikan kinerja suatu perusahaan.


 Laporan perubahan modal digunakan untuk memeriksa perubahan pada modal yang
telah terjadi.
 Neraca juga dapat digunakan memperhitungkan likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas.
 Laporan arus kas juga digunakan untuk memberikan suatu informasi yang relevan
mengenai kas keluar dan kas masuk pada periode berjalan.

8. Jurnal Penutup

Setelah membuat suatu laporan keuangan, seorang akuntan harus dapat membuat jurnal
penutup. Jurnal penutup hanya bisa dibuat pada akhir periode akuntansi saja.

Rekening yang ditutup yaitu rekening nominal atau rekening laba-rugi nya saja. Caranya
ialah dengan membuat nihil rekening yang terkait. Suatu rekening nominal harus bisa ditutup
sebab rekening tersebut digunakan untuk mengukur kegiatan atau aliran pada sumber yang
telah terjadi pada periode berjalan.
9.  Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional)

Pada langkah yang ini, seorang akuntan harus menyusun neraca saldo setelah penutupan.
Neraca saldo ini ialah daftar saldo suatu rekening buku besar setelah dibuatnya jurnal
penutup. Oleh sebab itu neraca saldo ini hanya bisa memuat saldo rekening permanen nya
saja.

Tujuan pembuatan neraca saldo setelah penutupan ialah untuk mendapatkan keyakinan
bahwa saldo yang seimbang sudah benar dan akurat. Sehingga penyusunan neraca saldo
tersebut tidak hanya bersifat opsional saja.

10. Jurnal Pembalik (Opsional)

Tujuan jurnal pembalik ialah menyederhanakan prosedur pencatatan transaksi tertentu yang
terjadi secara repetitif di periode berikutnya. Sebab tujuannya hanya untuk menyederhanakan
oelh karena itu tahap terakhir ini juga bersifat opsional.

Jurnal pembalik biasanya dapat dibuat di awal periode berikutnya. Caranya adalah dengan
membuat jurnal pembalik nya dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat. Dengan demikian
membalikan akun yang telah dibuat pada jurnal penyesuaian dari yang awalnya debit menjadi
kredit dan dari yang awalnya kredit menjadi debit.

Anda mungkin juga menyukai