Abstrak
Pada paper ini dikembangkan persamaan tekanan hidrodinamik pada persamaan momentum dari Euler dengan
menggunakan persamaan kontinuitas untuk fluida beraselerasi. Model numeris yang dikembangkan dengan
persamaan momentum tersebut dapat mensimulasikan wave set down pada perairan dalam, wave setup pada
perairan dangkal, dispersi dan gelombang pecah, dimana pada perairan yang sangat dangkal peristiwa wave
setup mendeformasikan gelombang sinusoidal menjadi gelombang knoidal. Sebagai kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa model gelombang air dapat dikembangkan dengan mengerjakan persamaan gaya hidrodinamik
yang dikembangkan pada penelitian ini pada persamaan Euler.
Abstract
In this paper hydrodynamic force in Euler’s momentum equation is developed using continuity equation for
accelerated fluid. The numerical model developed using this momentum equation can simulate wave set down in
deep water, wave setup in shallow water, wave dispersion and breaking, where in very shallow water wave setup
deform sinusoidal wave to cnoidal wave. The summary of the research is that water wave model can be developed
by working hydrodynamic force developed in this research into Euler equation.
hidrodinamik seperti ini, maka interaksi antara xyz uyzt vxzt wxyt
u u yzt v v xzt
persamaan momentum dengan persamaan kontinuitas
menjadi lebih baik.
w wxyt (4)
2. Persamaan Kontinuitas
Dengan menjumlahkan suku yang sama,
xyz u yzt v xzt
Perumusan persamaan kontinuitas untuk fluida tidak
berakselerasi atau berakselerasi kecil sudah banyak
ditulis pada berbagai buku hidrodinamika maupun wxyt (5)
mekanika fluida. Untuk suatu keperluan, perumusan
persamaan tersebut ditulis lagi. Persamaan dibagi dengan xyzt dan ruas kanan
persamaan dipindahkan kekiri,
Untuk merumuskan persamaan kontinuitas digunakan
ruang tinjauan yang berukuran sangat kecil seperti ( u ) ( v) ( w)
0 (6)
terlihat pada Gambar 1 yang terletak pada suatu t x y z
medan aliran dengan kecepatan aliran adalah u = u(x, y,
z, t) untuk kecepatan arah horisontal-x, v = v(x, y, z, t) Untuk fluida tak mampat, dimana rapat masa konstan,
untuk kecepatan arah horisontal-y dan kecepatan arah maka
vertikal-z w = w(x, y, z, t). Perumusan persamaan
kontinuitas dilakukan dengan anggapan volume control u v w
-volume tetap dan air adalah fluida yang tak mampat 0 (7)
dimana rapat masa konstan. Pada control-volume
x y z
tersebut terdapat input dan output air, yang dalam Pada limit x, y, z, 0
selang waktu t terdapat masa air yang masuk
sebanyak, u v w
0 (8)
I uyzt vxzt wxyt (1) x y z
sedangkan air yang keluar adalah, Persamaan ini disebut dengan persamaan kekekalan
O u u yzt v v xzt
masa atau lebih dikenal dengan persamaan kontinuitas.
Yang perlu mendapat perhatian disini adalah
w wxyt (2) pendefinisian dari u/x v/y dan w/z dimana
ketiga suku tersebut dianggap konstan dalam selang
Dengan adanya input-output tersebut, maka terdapat waktu t yang kecil atau percepatan lokal diabaikan.
masa air yang tertinggal pada control-volume sebesar, Dengan pengabaian tersebut maka terdapat ketidak
m I O (3) setaraan antara persamaan kontinuitas dengan
persamaan momentum, dimana untuk ruang tinjau yang
Dengan volume ruang yang tetap maka m = xy sama pada perumusan persamaan momentum terdapat
z. Persamaan input-output menjadi, percepatan lokal.
w w
z v v
y u u
u
z v
x
y
x w
Gambar 1. Perumusan persamaan kontinuitas
3. Persamaan Kontinuitas untuk Fluida akan digunakan juga deret Taylor. Sebagai ilustrasi
Beraselerasi akan dikerjakan perumusan u/x dengan
menggunakan Persamaan (10). Suku ke 1 ruas kanan
a. Tinjauan percepatan total Persamaan (10) dipindahkan kekiri,
u u u u
Agar terdapat kesetaraan antara persamaan kontinuitas u x y z t
dengan persamaan momentum, maka persamaan x y z t
kontinuitas akan dirumuskan dengan menggunakan
x u y u z 2 u t 2 2 u
2 2 2 2 2
cara yang sama seperti pada perumusan percepatan
pada persaman momentum. Persamaan percepatan 2 x 2 2 y 2 2 z 2 2 t 2
pada persamaan momentum arah-x adalah
2u 2u 2u
Du u u u u xy xz yz
ax u v w (9) xy xz yz
Dt t x y z
2u 2u 2u
Du u tx ty tz (13)
percepatan total, percepatan lokal dan tx ty tz
Dt t
dimana didefinisikan u = u(x+x,y+y,z+z,t+t)-u
u u u
u v w percepatan konvektif. Persamaan (x,y,z,t). Terlihat bahwa pada u terdapat pengaruh
x y z percepatan lokal. Unsur t pada ruas kanan
persamaan dikeluarkan, dan persamaan dibagi dengan
ini dirumuskan dengan menggunakan deret Taylor
orde n yaitu, x,
u x u y u z u u t
u ( x x, y y, z z , t t ) u ( x, y, z , t ) x t x t y t z t x
u u u u x 2 2 u y 2 2 u z 2 2 u t 2 u t
x y z t
x y z t
2t x
2
2t y 2 2t z 2 2 t 2 x
x u y u z 2 u t 2 2 u
2 2 2 2 2
x 2 u x 2 u y 2 u t
2 x 2 2 y 2 2 z 2 2 t 2 y z z
t xy t xz t yz x
2u 2u 2u
xy xz yz 2u 2u 2 u t
xy xz yz x y z (14)
t x t y t z x
u
2
u 2
u 2
tx ty tz (10) Dengan cara yang sama akan diperoleh,
tx ty tz
v x v y v z v v t
y t x t y t z t y
Suku pertama pada ruas kanan persamaan dipindahkan
kekiri, persamaan dibagi dengan t serta dengan
mengambil
x x 2 2 v y 2 2 v z 2 2 v t 2 v t
x
lim 0 , y lim 0 , z lim 0 dan t
lim 0 maka
t
u ;
2t x
2
2t y 2 2t z 2 2 t 2 y
y z x
v ; w 2 v x 2 v y 2 v t
t t
(11) y z z
t xy t xz t yz y
dan suku-suku yang masih mengandung unsur x atau
2v 2v 2 v t
y atau z ataupun t akan mendekati nol juga atau x y z
tz y
(15)
sama dengan nol. Sedangkan tx ty
u ( x x, y y, z z , t t ) u ( x, y, t ) Du dan
(12)
t Dt w x w y w z w w t
b. Perumusan u/x v/y dan w/z dengan z t x t y t z t z
memperhitungkan percepatan lokal
x 2 2 w y 2 2 w z 2 2 w t 2 w t
Perumusan u/x v/y dan w/z dengan
memperhitungkan percepatan lokal (u/t v/t dan 2t x
2
2t y 2 2t z 2 2 t 2 z
w/t)
1 p u v w v 1 u v 1 2 g
z
t z x
dz
t z y
dz
t t
4 x
4 y
u 2v2 w2
2 y
1 u u u 1 w
t u t
v w dz (35)
z
y z 2 t y
1 v v v
t v t
u w dz Persamaan momentum-c tidak diperlukan karena kece-
z
x z patan vertikal w dapat dihitung dengan prosedur lain
1 w w w yang akan dibahas pada bagian lain.
t w t
u v dz
z
x y 5. Integrasi persamaan kontinuitas
w w w
u v w (32) Persamaan elevasi muka air diperoleh dengan
x y z mengintegrasikan persamaan kontinuitas terhadap
kedalaman, sebagaimana halnya perumusan persamaan
Mengingat persamaan diturunkan berdasarkan gelombang panjang Airy. Persamaan kontinuitas yang
kecepatan air saja maka gaya penggerak pada digunakan adalah Persamaan (8) yaitu persamaan
persamaan tersebut adalah gaya penggerak kontinuitas tanpa memperhitungkan percepatan lokal,
hidrodinamis. Tekanan hidrodinamis dapat diperoleh hal ini mengingat integrasi Persamaan (18) terhadap
dengan mengintegrasikan Persamaan (32) tersebut kedalaman cukup sulit untuk dilakukan. Penggunaan
terhadap kedalaman, dan dengan mengerjakan syarat persamaan kontinuitas Persamaan (8), berakibat
batas dinamik permukaan yaitu p = 0, serta dengan bahwa pada pemodelan numeris harus digunakan
mengerjakan sifat fluida tak berotasi pada suku terakhir pertambahan waktu t yang sangat kecil untuk menjaga
pada ruas kanan persamaan agar pada selang waktu tersebut pengaruh percepatan
lokal sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Integrasi
p hd u
v w
dz dz dz z persamaan kontinuitas terhadap kedalaman dengan
t x t y t menggunakan kecepatan rata-rata kedalaman. Sebagai
z z z z kecepatan rata-rata kedalaman adalah kecepatan pada
1 u u u suatu posisi vertikal z = z0
v w dz dz U u ( z 0 ) ; V v( z 0 )
z
t z u t y z (36)
1 v v v
Berdasarkan Hutahaean (2008), untuk gelombang yang
u w dz dz bergerak pada arah-
z
t z v t x z
Ge kh ( z ) cos k sin t (37)
1 w w w
u v dz dz ( z ) e k ( h z ) e k ( h z ) 1 ( z ) e k ( h z ) e k ( h z )
z
t w t x y (38)
z
u v2 w2 u 2 v 2 w 2 (33)
1 2 h h
1 1
2
1
(39)
u, v dan w adalah kecepatan partikel pada permu- 2 h h
kaan pada arah sumbu x, y dan z secara berurutan. 1 1
Substitusi Persamaan (33) ke persamaan momentum–
x (Persamaan (28)) dengan p = phs + phd dan dikerja-
Dimana G = konstanta, k = bilangan gelombang,
kan pada z = ,
2 h
u 1 1 u v g kemiringan
t
4 x
2u2 v2 w2
4 y
2 x
T
T = perioda gelombang,
Didefinisikan kecepatan rata-rata kedalaman adalah dimana persamaan ini juga berlaku untuk kecepatan
horisontal pada arah- x dan arah-y,
1
u H h
U u dz (41) ( z) ( z)
u( z) U v( z ) V (43)
( z0 ) ( z0 )
dimana (lihat Gambar 2),
Persamaan (43) ini digunakan untuk menghitung
h = kedalaman perairan terhadap muka air diam kecepatan rata-rata kedalaman dari kecepatan
= elevasi muka air akibat gelombang terhadap muka permukaan u dan v yang dihitung dari persamaan
air diam momentum, Persamaan (34) dan (35).
H=h+ Dengan menggunakan definisi kecepatan rata-rata
Dimana u disebut sebagai koefisien integrasi. Dengan kedalaman dan koefisien integrasi tersebut, persamaan
menggunakan sebagai kecepatan rata-rata kedalaman kontinuitas diintegrasikan terhadap kedalaman.
adalah kecepatan pada posisi z = z0 maka Integrasi dilakukan sebagaiman halnya integrasi
persamaan kontinuitas pada gelombang panjang Airy
U u ( z 0 ) Ge kh cos k ( z 0 ) sin t
dengan mengerjakan aturan Leibniz dan syarat batas
x kinematik permukaan dan dasar perairan dengan hasil
integrasi adalah sebagai berikut.
u ( z) ( z)
atau u U HU v HV
U ( z0 ) ( z0 ) u (44)
t x y
1 1 ( z)
u
U H h
udz
U H h
(z 0 )
dz Sedangkan persamaan momentum-x dan momentum-y
tetap berbentuk seperti pada Persamaan (34) dan (35).
1 ( ) ( 1)
u (42) 6. Persamaan untuk menghitung
kH ( z 0 ) kecepatan vertikal permukaan w
Mengingat distribusi kecepatan pada arah sumbu w
Perhitungan w dan dapat dilakukan dengan
vertikal-z adalah sama, baik untuk u maupun untuk t
kecepatan horisontal pada arah sumbu- x dan sumbu-
y, Persamaan (42) ini berlaku juga untuk kecepatan menghitung w dengan menggunakan syarat batas
horisontal pada arah x dan arah y yaitu u dan v. w
nematik permukaan selanjutnya dihitung secara
Relasi antara kecepatan rata-rata kedalaman dengan t
kecepatan pada posisi z, dapat dihitung dengan
numeris. Tetapi akan lebih mudah bila dilakukan
( z) perhitungan dengan menggunakan potensial aliran
persamaan u ( z ) U dimana persamaan
( z0 ) gelombang nonlinier, Persamaan (37).
z muka air
muka air diam
y
dasar perairan
Gambar 2. Sketsa muka air akibat gelombang
Substitusi G
A , dimana A adalah amplitudo wave crest
F
gelombang, sedangkan F dinyatakan pada Persamaan
(45), pada persamaan potensial aliran,
A
( z ) cos k sin t
F
dimana berdasarkan Hutahaean (2010), integrasi
persamaan syarat batas kinematik permukaan dengan
ketelitian O(0) akan menghasilkan
wave trough
h
Gambar 3. Profil gelombang sinusoidal
F k ( ) 1 k1 ( ) (45)
2h digunakan adalah gelombang sinusoidal tunggal
progresif dengan perioda 6 detik, amplitudo 0.80 m.
Dengan persamaan muka air = Acoskcost, Seperti terlihat pada Gambar 4, mula-mula profil
persamaan potensial aliran dapat ditulis menjadi gelombang masih berbentuk sinusoidal dengan bagian
1 trough dan crest masih seimbang. Tetapi setelah
( z) (46) menempuh jarak 150 m, bagian trough mengalami
F t pembesaran amplitudo, sedangkan bagian crest
k mengalami pengurangan amplitudo. Selanjutnya setelah
Kecepatan vertikal w, w 1 ( z ) menempuh jarak kurang lebih 250 m, baik bagian crest
z F t maupun bagian trough mengalami pengurangan
k amplitudo tetapi amplitudo lembah masih lebih besar.
w 1 ( ) (47) Fenomena dimana amplitudo lembah lebih besar dari
F t amplitudo puncak menyebabkan penurunan elevasi
w k 2 2
k
2 muka air rata-rata, fenomena ini disebut dengan wave
( ) 1 ( ) 2 setdown. Pengurangan amplitudo crest dan trough
t F t F t adalah dikarenakan peristiwa dispersi, dimana
k F pelepasan energi gelombang akibat dispersi ini adalah
2 1 ( ) (48) berupa munculnya gelombang-gelombang kecil
F t t dibelakang gelombang utama. Jadi pada pengujian ini
/t pada Persaman (47) dan (48) adalah hasil terdapat fenomena wave setdown dan dispersi.
perhitungan persamaan kontinuitas, dari Persamaan
(44).
1
8. Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian model yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa pengerjaan
persamaan kontinuitas fluida berakselerasi dapat
150 m memodelkan berbagai fenomena yang telah banyak
dikenal yang terdapat pada gelombang progresif.
Gambar 7. Profil kedalaman untuk pemodelan
breaking Fenomena tersebut antara lain adalah
profil gelombang pada saat breaking Hutahaean, S., 2008b, Momentum Equilibrium Appli-
profil gelombang setelah breaking cation in Airy’s Long Wave Equation, Jurnal
Infratsruktur dan Lingkungan Binaan, Volume
Gambar 9. Proses breaking pada model IV, No.1, Fakultas Teknik Sipil dan Ling-
kungan, ITB, Volume 15 No.1.