2. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Terdapat lenting berisi air di seluruh tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas kramat Jati pada hari Rabu 151 April 2020 pukul
11.45 WIB dengan keluhan terdapat lenting berisi air di seluruh tubuh terutama di
bagian sisi punggung kanan sejak 4 hari yll, terasa sangat nyeri , demam (-),
batuk(-), pilek (-), mual(-), muntah (-), gatal(-), alergi obat (-)
3. Pemeriksaan fisik
a. Status Pasien
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 105/83mmhg
Nadi : 118x/mnt
Frekuensi Nafas : 20x/mnt
Temperatur : 35,8 C
Berat Badan :55,6kg
Tinggi Badan :150cm
b. Status General:
Kulit
Warna : Sawo Matang, tampak vesikel eritema di kulit punggung dan badan
Turgor : Kembali Cepat
Ikterus :-
Anemia :-
Sianosis :-
Kepala
Bentuk : kesan Norochepali
Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut.
Mata : cekung (-), reflex cahaya (+/+), sclera ikterik(-/-), konjungtiva
palpebra inf pucat(-/-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Faring :Hiperemis (-)
Tonsil :T0-T0
2
Leher
Bentuk : Kesan Simetris
Kelenjar Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningktana TVJ : (-), R-2 cmH2O
Axila
Pembesaraan KGB(-)
Thorax
Thorax Depan
1. Inspeksi
Bentuk dan gerak : normochest, pergerakan simetris
Tipe pernafasan : Thoraco abdominal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan dan kiri normal
3. Perkusi
- Sonor(+/+)
4. Auskultasi
- Vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing(-/-)
-
Jantung
Inspeksi :ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea Midclavicularis Sinistra
Perkusi : batas jantung atas :ICS III
batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis dekstra
batas jantung kiri : ICS V 2 cm kea rah lateral linea axilaris
anterior sinistra.
3
Auskultasi : BJ I > BJ II, regular , bising (-)
Abdomen
Inspeksi : kesan simetris, distensi (-), tampak vesikel eritem tersebar di bagian
abdomen
Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani (+) seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : peristaltic usus kesan normal
Genitalia : tidak diakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Eksterimitas :
Ekstremit Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - - Diagnosa
Edema - - - -
- Ikterik - - - - Varicella
Diagnosa Gerakan N N N N Banding
Tonus N N N N
- Dermatitis
Kontak Alergi Sensibilit N N N N
- Dermatitis
hertpetiform Atrofi - - - -
- Scabies
- Vaiola
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
- Acyclovir 5x800 mg selama 7 hari
- Paracetamol 3x500mg
- Ctm 3x4mg
- Vitamin 2x50mg
- Vitamin b complex 1x1
4
Non medikamentosa
- Tirah baring
- Makan makanan bergizi
- Jaga kebersihan diri, jangan memakai barang pribadi secara bersamaan
- Istirahat yang cukup
- Minum air putih yang cukup.
Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionanm : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
SUBJEKTIF
Pasien datang ke Puskesmas kramat Jati pada hari Rabu 151 April 2020 pukul 11.45
WIB dengan keluhan terdapat lenting berisi air di seluruh tubuh terutama di bagian sisi
punggung kanan sejak 4 hari yll, terasa sangat nyeri , demam (-), batuk(-), pilek (-), mual(-),
muntah (-), gatal(-), alergi obat (-)
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 105/83mmhg
Nadi : 118x/mnt
Frekuensi Nafas : 20x/mnt
Temperatur : 35,8 C
STATUS GENERALIS
Kepala :
- Bentuk : kesan Norochepali
- Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut.
- Mata : cekung (-), reflex cahaya (+/+), sclera ikterik(-/-), konjungtiva
5
palpebra inf pucat(-/-)
Leher :
- Bentuk : Kesan Simetris
- Kelenjar Getah Bening: Kesan simetris, Pembesaran (-)
- Peningktana TVJ : (-), R-2 cmH2O
Thorax :
- Inspeksi
Bentuk dan gerak : normochest, pergerakan simetris
Tipe pernafasan : Thoraco abdominal
Retraksi : (-)
- Palpasi
Pergerakan dada simetris
Nyeri tekan (-/-)
Suara fremitus taktil kanan dan kiri normal
- Perkusi
Sonor(+/+)
- Auskultasi
Vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing(-/-)
Abdomen :
- Inspeksi : kesan simetris, distensi (-),tampak vesikel eritema di
kulit punggung dan badan.
- Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi : Timpani (+) seluruh lapangan abdomen
- Auskultasi : peristaltic usus kesan normal
Ekstremitas :
- Superior : pulse 118x/mnt, reg, akral hangat, CR ,2” fraktur (-),edema(-)
- Inferior : Fraktur (-), edema (-).
6
Nama Peserta : dr. Niko Fitri Intan
Nama Wahana : Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Topik : Varicella
Tanggal Kasus: 15 April 2020
Tanggal Presentasi : 31 April 2020 Pendamping : dr. Warkhida Liliana
Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Objek Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah istimewah
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Perempuan, 18 tahun , lenting disebelah sisi punggung kanan
Tujuan : Menegakkan diagnosis Varicella Zoster dan melakukan terapi yang tepat.
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi Kasus E-mail Pos
Data Pasien Nama : Nn.R No Registrasi :
Nama Klinik Poli Umum Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
1. Gamabaran dan Klinis
Pasien datang ke Puskesmas kramat Jati pada hari Rabu 15 April 2020 pukul
11.45 WIB dengan keluhan terdapat lenting berisi air tubuh terutama di bagian sisi
punggung kanan sejak 4 hari yll, terasa sangat nyeri , demam (-), batuk(-), pilek (-),
mual(-), muntah (-), gatal(-), alergi obat (-). Pasien menytakan bahwa pasien tidak
memiliki riwayat penyakit tersebeut sebelumnya dan belum berobat ke faskesmananpun
7
sebelumnya. Tidak merokok, tidak ada riwayat hipertensi , DM, Hiperlipidemia, Asam
Urat tinggi dan tidak memiliki alergi obat. Pasien menyatakan bahawa tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama di keluarga maupun di tentangga dan lingkunganya.
2. Riwayat Pengobatan : tidak ada
3. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan : Pelajar SMA
8
VARICELLA
I. DEFINISI
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster
yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel, terutama berlokasi di bagian
sentral tubuh. Sinonimnya adalah cacar air, chicken pox.1 Varicella merupakan penyakit
infeksi virus akut dan cepat menular. Penyakit ini merupakan hasil infeksi primer pada
penderita yang rentan.2
Varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varicella
Zoster. Virus Varicella Zoster merupakan virus DNA yang mirip dengan virus Herpes
Simpleks. Pada hakekatnya varicella memberikan gambaran penyakit yang berat dan
peradangan yang lebih jelas disbanding dengan penyakit herpes simpleks. Virus tersebut
dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis
yang berbeda.3,4 Varicella pada umumnya menyerang anak, sedangkan herpes zoster atau
shingles merupakan suatu reaktivasi infeksi endogen pada periode laten VZV umumnya
menyerang orang dewasa atau anak yang menderita defisiensi imun.5
Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2 jenis, yaitu infeksi primer dan
sekunder. Varicella (chicken pox) merupakan suatu bentuk infeksi primer virus Varicella
Zoster yang pertama kali pada individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut
sedangkan infeksi sekunder/rekuren (karena persistensi virus) disebut Herpes
Zoster/shingles.3
Virus Varicella Zoster masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya infeksi
primer, setelah ada kontak dengan virus tersebut akan terjadi varicella. Kemudian setelah
penderita varicella (infeksi primer) sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk
laten (tanpa ada manifestasi klinis) pada dasar akar ganglia dan nervus spinalis. Virus
tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh individu dan menyebabkan terjadinya
Herpes Zoster.4
9
II. EPIDEMIOLOGI
Varicella tersebar kosmopolit (di seluruh dunia), dapat mengenai semua golongan
umur, termasuk neonates (varicella kongenital). Tetapi tersering menyerang
terutama anak-anak, tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Bila terjadi pada
orang dewasa, umumnya gejala konstitusi lebih berat. Transmisi penyakit ini
berlangsung secara aerogen. Varicella sangat mudah menular terutama melalui
kontak langsung, droplet atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui
saluran nafas, dan jarang melalui kontak tidak langsung. Masa penularannya,
pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul
sampai semua lesi timbul krusta/keropeng, biasanya kurang lebih 6-7 hari dihitung
dari timbulnya gejala erupsi di kulit. Penyakit ini cepat sekali menular pada orang-
orang di lingkungan penderita. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita
varicella. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes
zoster.1,2,4,6
Varicella dapat terjadi di sepanjang tahun. Di Negara Barat, prevalensi kejadian
varicella tergantung dari musim (musim dingin dan awal musim semi lebih banyak). Di
Indonesia belum pernah dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus menyerang pada
musim peralihan. Angka kejadian di Negara kita belum pernah diteliti, tetapi di Amerika
dikatakan kira-kira 3,1-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.4,5
III. ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Penamaan virus ini
memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini meyebabkan penyakit varicella,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster. Varicella Zoster Virus (VZV) termasuk
kelompok virus herpes dengan ukuran diameter kira-kira 140–200 nm.1,2,6
Varicella-Zooster virus diklasifikasikan sebagai herpes virus alfa karena
kesamaannya dengan prototipe kelompok ini yaitu virus herpes simpleks. Inti virus
disebut Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek
10
(S) dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100
juta yang disusun dari 162 capsomer dan sangat infeksius. Genom virus mengkode lebih
dari 70 protein, termasuk protein yang merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase
virus, yang membuat virus sensitif terhadap hambatan oleh asiklovir dan dihubungkan
dengan agen antivirus.7
VZV dapat pula menyebabkan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Kontak pertama dengan virus ini akan
menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer,
kemudian setelah penderita varicella tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada
di akar ganglia dorsal dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan
kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan Herpes Zoster.4,5,7
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varicella
sehingga mudah dibiakan dalam media yang terdiri dari fibroblast paru embrio manusia.4
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas bagian atas dan orofaring
(percikan ludah, sputum). Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran
virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus VZV
dimusnahkan/ dimakan oleh sel-sel sistem retikuloendotelial, di sini terjadi replikasi virus
lebih banyak lagi (pada masa inkubasi). Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat
11
sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul (imunitas
nonspesifik).2,5,9
Pada sebagian besar individu replikasi virus lebih menonjol atau lebih dominan
dibandingkan imunitas tubuhnya yang belum berkembang, sehingga dalam waktu dua
minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini
menyebabkan panas dan malaise, serta virus menyebar ke seluruh tubuh lewat aliran
darah, terutama ke kulit dan membrane mukosa. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang
menunjukkan telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita yang normal
dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus
beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang
tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi
pada banyak organ selain kulit.2,9
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi
pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap
varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu
menjadi sakit setelah terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga
berkembang selama varicella, berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi
terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat.9
Reaktivasi pada keadaan tubuh yang lemah sebagian idiopatik tanpa diketahui
penyebabnya, sebagian simptomatik (defisiensi imun melalui penyakit system imun,
neoplasia, supresi imun).3
V. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat
lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien yang telah menerima
pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung antibodi terhadap
varicella.1,9
Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium yaitu stadium prodromal dan
12
stadium erupsi. Stadium prodromal yaitu 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat
gejala seperti demam, malaise, kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau
morbiliform. Stadium erupsi dimulai dengan terjadinya papul merah, kecil, yang berubah
menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan
vesikel tidak memperlihatkan cekungan ditengah (unumbilicated).4
Gejala klinis mulai gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi,
malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul
eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini
khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi keruh (pustul)
dalam waktu 24 jam dan kemudian pecah menjadi krusta. Biasanya vesikel menjadi
kering sebelum isinya menjadi keruh. Sementara proses ini berlangsung, dalam 3-4 hari
erupsi tersebar disertai perasaan gatal. Timbul lagi vesikel-vesikel yang baru di sekitar
vesikula yang lama, sehingga menimbulkan gambaran polimorfi. Stadium erupsi yang
seperti ini disebut sebagai stadium erupsi bergelombang.1,2,4
Gambar 5.1 Gambaran ruam pada infeksi virus varicella zoster Sumber :
http://health.howstuff works.com
13
kepala, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri
tenggorokan dan batuk kering.9
Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp,
dan kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru
muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung
padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong dan
lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai sebelah lateral. Tidak jarang terdapat
lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan vesikula sering muncul sebelumnya dan
dalam jumlah yang lebih besar di daerah peradangan, seperti daerah yang terkena
sengatan matahari.9
Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang dari 12
jam, dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul,
vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk
elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial
dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak terlihat seperti
“embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel
radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mula-
mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta.
Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan yang
akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
14
terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.9,14
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali
terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.9,14
15
Karena kemungkinan mendapat varicella pada masa kanak-kanak sangat besar,
maka varicella jarang ditemukan pada wanita hamil (0,7 tiap 1000 kehamilan).
Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang mendapat varicella ketika hamil
akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat
badan lahir rendah, hypoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kejang, retardasi
mental, korioretinitis, atrofi kortikal, katarak atau kelainan mata lainnya. Angka kematian
tinggi. Bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam 21 hari sebelum ia
melahirkan, maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala
varicella kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari. Biasanya varicella
yang timbul berlangsung ringan dan tidak mengakibatkan kematian. Sedangkan bila
seorang wanita hamil mendapat varicella dalam waktu 4-5 hari sebelum melahirkan,
maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala varicella kongenital pada umur 5-10 hari.
Disini perjalanan penyakit varicella sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25-
30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus berkontak dengan
varicella dan dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus.4
16
Gambar 6.1 Sel raksasa berinti banyak
Di samping itu Varicella zoster virus (VZV) polymerase chain reaction (PCR)
adalah metode pilihan untuk diagnosis varicella. VZV juga dapat diisolasi dari kultur
jaringan, meskipun kurang sensitif dan membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya. Bahan yang paling sering digunakan adalah isolasi dari cairan vesikuler. VZV
PCR adalah metode pilihan untuk diagnosis klinis yang cepat. Real-time PCR metode
tersedia secara luas dan merupakan metode yang paling sensitif dan spesifik dari tes yang
tersedia. Hasil tersedia dalam beberapa jam. Jika real-time PCR tidak tersedia, antibodi
langsung metode (DFA) neon dapat digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR
dan membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti. 5,9. Berbagai tes serologi untuk
antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial termasuk uji aglutinasi lateks (LA)
dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes (ELISA). Saat ini tersedia metode
ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu mendeteksi serokonversi terhadap
vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang memiliki kerentanan terhadap
VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk melakukan, dan banyak tersedia
secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara sensitif, sederhana, dan cepat
untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan ELISA komersial, meskipun dapat
menghasilkan hasil yang positif palsu, dapat menyebabkan kegagalan untuk
17
mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti memiliki imunitas terhadap varicella.
Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk skrining kekebalan terhadap
varicella.5,12
I. DIAGNOSIS
Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain harus
dibedakan dengan variola. Pada variola, penyakit lebih berat, memberi gambaran lesi
monomorf, dan penyebarannya sentripetal dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak
tangan dan telapaka kaki, baru ke badan.1,2
Bedakan juga dengan herpes zoster. Pada herpes zoster lesi monomorf, nyeri,
biasanya unilateral. Pada herpes zoster juga sama-sama biasanya didahului oleh fase
prodromal, setelah fase prodromal sering disertai dengan rasa nyeri, perubahan pada kulit
terjadi pada setengah bagian badan (unilateral) dan berbentuk garis berkaitan dengan
daerah dermatom dengan lesi yang berupa gelembung-gelembung kecil yang
berkelompok di aatas dasar eritematosa. Dapat terjadi perkembangan yang berat yang
meliputi keterlibatan mata (Zoster trigeminus I), mukosa mulut (Zoster trigeminus II, III),
18
telinga bagian dalam (Zoster oticus). Herpes zoster pada penderita insufisiensi imun
atau tumor, terapi resisten dengan bahaya terjadi efek generalisasi pada kulit dan
manifestasi ekstrakutan.3,6
Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler yang
eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan meninggalkan
pigmentasi.
Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustula
dan krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak menyerang
mukosa mulut.
Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya antara
jari-jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei.
III. PENATALAKSANAAN
19
dengan menghambat DNA polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang
sensitif terhadap acyclovir dibandingkan HSV.9
Secara acak, pemberian placebo dan acyclovir oral yang terkontrol pada orang
20
dewasa muda yang sehat dengan varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam
waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan acyclovir oral (5x800 mg selama 7 hari)
secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi yang baru, mengurangi luasnya lesi yang
terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam. Dengan demikian, pengobatan rutin dari
varicella pada orang dewasa tampaknya masuk akal. Meskipun tidak diuji, ada
kemungkinan bahwa famciclovir, yang diberikan dengan dosis 200 mg per oral setiap 8
jam, atau valacyclovir dengan dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat
sebagai pengganti acyclovir pada remaja normal dan dewasa.
Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk varicella selama kehamilan
karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum diketahui. Sementara dokter lain
merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk infeksi pada trisemester ketiga
ketika organogenesis telah sempurna, ketika mungkin ada peningkatan terjadinya resiko
pneumonia varicella, dan ketika infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir.
Pemberian acyclovir intravena sering dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan
varicella yang disertai dengan penyakit sistemik.9
Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten dengan
pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari
rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat mengurangi
demam dan takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius lainnya dari
varicella pada orang yang imunokompeten, seperti ensefalitis, meningoencephalitis,
myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan acyclovir intravena.9
Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela
menunjukkan bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden
komplikasi yang mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam waktu
72 jam dari mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar perawatan untuk
varicella pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi substansial. Meskipun
pemberian terapi oral dengan famciclovir atau valacyclovir mungkin cukup untuk pasien
dengan derajat ringan gangguan kekebalan tubuh, tetapi tidak ada uji klinis terkontrol
yang menunjukkan secara pasti. Pada penyakit berat atau wanita hamil dapat diberikan
acyclovir IV 10mg/kgBB tiap 8 jam selama 7 hari.6,9
21
Serum imuno globulin-gama tidak dianjurkan kecuali pada penderita leukemia,
penyakit keganasan lain dan bila terdapat defisiensi imunologis. Vidarabine atau adenine
arabinoside in vitro mempunyai sifat anti virus terhadap virus varicella. Vidarabine dapat
digunakan dengan hasil yang baik pada penderita pneumonie
I. PENCEGAHAN
Data dari Amerika Serikat dan Jepang dalam berbagai penelitian menunjukkan
bahwa vaksin varicella ternyata efektif sekitar 70% sampai 100% dalam mencegah
penyakit atau terjadinya keparahan penyakit jika digunakan dalam waktu 3 hari, dan
mungkin sampai 5 hari, setelah paparan. ACIP merekomendasikan vaksin untuk
digunakan pada orang yang tidak terbukti memiliki kekebalan terhadap varicella atau
pada orang yang terpapar varicella. Jika paparan terhadap varicella tidak menyebabkan
infeksi, vaksinasi pasca paparan harus diberikan untuk memberi perlindungan terhadap
paparan berikutnya.12
Wabah varicella yang terjadi dalam beberapa keadaan (misalnya,pada tempat
penitipan anak, dan sekolah) dapat bertahan sampai dengan 6 bulan. Tetapi vaksin
varicella diketahui telah berhasil digunakan untuk mengendalikan wabah. ACIP
merekomendasikan pemberian dosis kedua vaksin varicella untuk pengendalian wabah.
Jadi selama wabah varicella, orang-orang yang telah menerima satu dosis vaksin varicella
harus menerima dosis kedua, yang diberikan sesuai dengan interval vaksinasi yang telah
berlalu sejak dosis pertama (3 bulan untuk orang yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun
dan setidaknya 4 minggu untuk orang yang berusia 13 tahun dan lebih tua).12
Kontraindikasi vaksinasi pada seseorang dengan reaksi alergi yang parah
(anafilaksis) dengan komponen vaksin atau setelah dosis sebelumnya, seharusnya tidak
menerima vaksin varicella. Orang dengan imunosupresi karena leukemia, limfoma,
keganasan umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif tidak harus
divaksinasi dengan vaksin varicella. Namun, pengobatan dengan dosis rendah (kurang
dari 2 mg/kg/hari), topikal, penggantian, atau steroid aerosol bukan merupakan
kontraindikasi untuk vaksinasi. Orang yang imunosupresif yang diterapi dengan steroid
telah dihentikan selama 1 bulan (3 bulan untuk kemoterapi) dapat divaksinasi.12,13
25
Orang dengan imunodefisiensi seluler sedang atau berat akibat infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), termasuk orang-orang yang didiagnosis dengan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak boleh menerima vaksin varicella. Anak yang
terinfeksi HIV dengan persentase CD4 T-limfosit 15% atau lebih tinggi, dan anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa dengan jumlah CD4 200 per mikroliter atau lebih tinggi
dapat dipertimbangkan untuk vaksinasi.12
Wanita yang diketahui hamil atau mencoba untuk hamil sebaiknya tidak
menerima vaksin varicella. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang merugikan kehamilan
atau janin yang dilaporkan di kalangan perempuan yang secara tidak sengaja menerima
vaksin varicella sesaat sebelum atau selama kehamilan. Tetapi ACIP merekomendasikan
kehamilan harus dihindari selama 1 bulan setelah menerima vaksin varicella.12,13
Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya ditunda
sampai kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien , seperti demam. Pada penyakit yang cenderung
ringan, seperti otitis media dan infeksi saluran pernapasan atas, mendapat terapi
antibiotik, dan paparan atau pemulihan dari penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap
vaksin varicella. Meskipun tidak ada bukti bahwa baik varicella atau vaksin varicella
memperburuk tuberkulosis, vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-orang yang dikenal
memiliki TB aktif.12
Pencegahan dapat dengan mencegah infeksi sekunder misalnya seperti kuku
digunting agar pendek, mengganti pakaian dan alas tempat tidur sesering mungkin.4
II. KOMPLIKASI
26
namun pada neonates dapat mencapai hingga 30%. Komplikasi tersering umumnya
disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya disebabkan oleh
Stafilokokus aureus atau Streptokokus beta hemolitikus grup A, sehingga terjadi
impetigo, furunkel, selulitis, atau erisipelas, tetapi jarang terjadi gangren. Infeksi fokal
tersebut sering menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang terjadi sepsis yang disertai
infeksi metastase ke organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila terinfeksi
stafilokokus yang menghasilkan toksin eksfoliatif.9,14
derajat keparahan dimulai dari purpura yang ringan hingga parah dan seringkali
mengakibatkan purpura yang fulminan dan varicella malignansi.9,14
Juga mungkin didapatkan komplikasi pada susunan saraf seperti ensefalitis,
ataksia, nistagmus, tremor, myelitis transversa akut, kelumpuhan saraf muka,
neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindroma
hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan yang berulang-ulang.
Penderita varicella dengan komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan
gejala sisa seperti kejang, retardasi mental dan kelainan tingkah laku.4
Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000
kasus. Varicella berhungan dengan sindroma Reye (ensepalopati akut disertai degenerasi
lemak di liver) yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 15-
40% pada semua kasus sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada
penderita yang diterapi dengan aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%.
Ataksia serebri akut lebih umum terjadi daripada kelainan neurologi yang lainnya.
Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1 diantara 33.000 kasus, tetapi merupakan
penyebab kematian tertinggi atau menyebabkan kelainan neurologi yang menetap.
Patogenesa terjadinya ataksia serebelar dan ensephalitis tetap jelas, dimana pada banyak
kasus ditemukan adanya VZV antigen, VZV antibodi, dan VZV DNA pada cairan
cerebrospinal pada pasien, yang diduga menyebabkan infeksi secara langsung pada
sistem saraf pusat.9
28
Komplikasi yang jarang terjadi antara lain myocarditis, pancreatitis, gastritis dan
lesi ulserasi pada saluran pencernaan, artritis, vasculitis Henoch-Schonlein, neuritis,
keratitis, dan iritis. Patogenesa dari komplikasi ini belum diketahui, tetapi infeksi VZV
melalui parenkim secara langsung dan endovascular, atau vasculitis yang disebabkan oleh
VZV antigen-antibodi kompleks, tampaknya menjadi penyebab pada kebanyakan
kasus.9,12
Anak dengan sistem imunologis yang normal jarang mendapat komplikasi
tersebut di atas, sedangtkan anak dengan defisiensi imunologis, anak yang menderita
leukemia, anak yang sedang mendapat pengobatan anti metabolit atau steroid (penderita
sindrom nefrotik, demam reumatik) dan orang dewasa sering mendapat
III. PROGNOSIS
IV. KESIMPULAN
Varicella merupakan infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10
sampai 21 hari. Biasanya diawali dengan gejala prodromal, yakni demam yang tidak
terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala, kemudian disusul dengan timbulnya papula
eritematosa yang dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Dimana vesikel akan
berkembang menjadi, pustul, dan kemudian menjadi krusta.
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ektremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut,
dan saluran nafas bagian atas.
29
Pada anak-anak jarang memberi komplikasi, sementara pada orang dewasa
komplikasi yang tersering timbul adalah pneumonia. Dan pada pasien yang disertai
dengan defisiensi imun memberikan komplikasi yang lebih berat.
Untuk membantu diagnosa dapat dilakukan percobaan Tzanck yang diambil dari
kerokan dasar vesikel dan didapatkan sel datia yang berinti banyak.
Untuk pengobatan dapat diberikan antivirus, dimana dosis oral yang diberikan
pada anak yaitu 4x20mg/kgBB selama lima hari. Sementara dosis yang diberikan pada
orang dewasa 5x800 mg selama tujuh hari. Disamping itu dapat pula diberikan
antipiretik, dan analgesik, serta bedak yang ditambah zat anti gatal untuk mencegah
pecahnya vesikel secara dini, dan mengurangi rasa gatal.
Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksin varicella yang berasal dari galur yang
dilemahkan. Diberikan pada anak umur 12 bulan atau lebih, dan diberikan vaksin ulangan
4-6 tahun kemudian. Sementara pada anak yang berusia 12 tahun dosis ulangan diberikan
4-8 minggu setelah dosis pertama. Pemberian vaksin ini dilakukan secara subkutan
dengan dosis 0,5 ml.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin;
edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. H.115-116.
31
http://www.emedicinehealth.com/image-gallery/varicella-
zoster_viru/images.htm
10. Anonymous. Varicella. (homepage on the internet). 2013 (cited 2013 Jun
14): (about 8p). Available from: www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook.
11. Anonymous. 2009. Varicella (chickenpox). (homepage on the internet).
2013 (cited 2013 Jun 17):(about 6p). Available
from: http://www.ncirs.edu.au/ immunisation/fact-sheets.
Soedarmo Sarmono S.P, dkk. Varisela. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis;
edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2002. H. 134-14
32
33