TONSILOFARINGITIS
Disusun oleh :
Pembimbing:
2
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan
pasien.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan
Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : E4 M6 V5
Tekanan Darah :-
Nadi : 63 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 39,10C (aksila)
Berat Badan : 26 kg
Tinggi Badan : 90 cm
B. Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
3
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut.
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
konj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Faring : Hiperemis (+)
Tonsil : T2-T2 tampak hiperemis
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R -2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thoraco abdomminal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan dan kiri normal
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
4
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V Linea Midclavicularis Sinistra
Perkusi : Batas jantung atas : di ICS III
Batas jantung kanan : di ICS V Linea Parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : di ICS V 2 cm ke arah lateral linea
axilaris anterior sinistra.
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan Epigastrium (-)
Perkusi : Timpani (+) seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal
Ekstremitas :
Superior Inferior
Ekstremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan N N N N
Tonus otot N N N N
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
5
Diagnosa
tonsilofaringitis
Diagnosa Banding
Mumps
Limfadenitis
Penatalaksanaan
3.6.1 Medikamentosa
- Amoksisilin 500mg 3x1
-Parasetamol 500 mg 3x1
- deksamethason 0,5 mg 2x1
- Vit B. kompleks 2x1
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Makan dan minum obat yang teratur
- Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita
pasien dan penatalaksanaannya serta pencegahannya
- Jika pasien sudah diperbolehkan pulang pasien harus tetap sering konsul
ke pelayanan medis terdekat
Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad funcionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
6
Nama Peserta : dr. Eka Kristian Brema Tarigan
Nama Wahana: Puskesmas kecamatan Kramat Jati
Topik: TONSILOFARINGITIS
Tanggal (kasus) : 26 MARET 2020
Tanggal Presentasi : 31 April 2020 Pendamping : 1. dr. Warkhida Liliana
Tempat Persentasi : Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Perempuan, 9 tahun, nyeri tenggorokan
Tujuan: Menegakkan diagnosis Tonsilofaringitis dan melakukan terapi yang tepat
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
diskusi
Data Pasien: Nama: An.I No.Registrasi: 03400232
Nama klinik Poli umum Puskesma kecamatan
Kramat Jati
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis
Pasien datang ke RS bersama orangtuanya dengan keluhan sakit tenggorokan yang dirasakan
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sakit tenggorokan dirasakan hilang timbul. Pasien
mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal dan terasa kering. Pasien mengeluhkan rasa sakit
saat menelan makanan, namun tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan
(padat/lunak) dan minum.Pasien mengalami demam yang dirasakan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit, demam dirasakan terus menerus. Pasien mengeluhkan badannya terasa
lemas dan pusing. Karena rasa sakit saat menelan, pasien mengaku nafsu makannya juga
menurun.
2. Riwayat pengobatan: tidak ada
3. Riwayat penyakit Dahulu: ISPA
4. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada
5. Riwayat pekerjaan: tidak ada
7
Pasien datang ke RS bersama orangtuanya dengan keluhan sakit tenggorokan
yang dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sakit tenggorokan
dirasakan hilang timbul. Pasien mengeluhkan tenggorokan terasa mengganjal
dan terasa kering. Pasien mengeluhkan rasa sakit saat menelan makanan, namun
tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan (padat/lunak) dan
minum.Pasien mengalami demam yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam dirasakan terus menerus. Pasien mengeluhkan badannya
terasa lemas dan pusing. Karena rasa sakit saat menelan, pasien mengaku nafsu
makannya juga menurun.
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 63 x/menit Suhu : 39,10C
Tekanan darah :- Respirasi : 20x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala : - Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
- Pupil: Isokor, diameter 3 mm, RC (+/+)
- THT: Tidak dijumpai kelainan
- Mulut : Tonsil T2-T2, faring tampak hiperemis
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : - Inspeksi : Simetris Fusiformis
- Palpasi : Stem fremitus paru kanan dan paru kiri
sama
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+)
- Jantung : S1,S2 (N), gallop(-), murmur (-)
Abdomen : - Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-)
8
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : - Superior: Pulse 63 x/i, reg, akral hangat, CR <2”
Fraktur (-), Edema (-)
- Inferior : Fraktur (-), Edema (-)
Tonsilofaringitis
I. Definisi
Istilah faringitis akut digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut
pada faring, termasuk tonsilitis (tonsiloffaringitis) yang berlangsung hingga 14
hari. Faringitis merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur
lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil,
jarang terjadi hanya infeksi lokal pada faring atau tonsil. Oleh karena itu,
pengertian faringitis secara luas mencakup tonsilitis, nasofaringitis, dan
tonsilofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan
9
keluhan nyeri tenggorok. Faringitis Streptokokus Beta Hemolitikus grup A
(SBHGA) adalah infeksi akut orofaring dan atau nasofaring oleh SBHGA.
II. Etiologi
Berbagai bakteri dan virus dapat menjadi etiologi faringitis, baik faringitis
sebagai manifestasi tunggal ataupun sebagai bagian dari penyakit lain. Virus
merupakan etiologi terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia <3 tahun
(prasekolah). Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, Rhinovirus,
dan virus Parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis.
Virus Epstein Barr (EBV) dapat menyebabkan faringitis, tetapi disertai
dengan gejala infesi mononukleosis seperti splenomegali dan limfadenopati
generalisata. Infeksi sistemik seperti infeksi virus campak, cytomegalovirus
(CMV), virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat menunjukkan gejala
faringitis akut. Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A adalah bakteri penyebab
terbanyak faringitis/tonsilofaringitis akut.
Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus,
Parainfluenza virus, dapat menjadi penyebab tonsilofaringitis. Virus Epstein Barr
(EBV) dapat menyebabkan tonsilofaringitis, tetapi disertai dengan gejala
infeksimononukleosis seperti splenimegali dan limfadenopati generalisata. Infeksi
sistemik seperti infeksi virus campak, virus Rubella, Citomegalovirus (CMV), dan
berbagai virus lainnya juga dapat menyebabkan gejala tonsilofaringitis akut.
Patogenesis
Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak
langsung dengan mukosa nasofaring atau orofaring yang terinfeksi atau dengan
10
benda yang terkontaminasi seperti sikat gigi merupakan cara penularan yang
kurang berperan, demikian juga penularan melalui makanan.
Penyebaran SBHGA memerlukan pejamu yang rentan dan difasilitasi
dengan kontak yang erat. Infeksi jarng terjadi pada nak berusia di bawah 2 tahun,
mungkin karena kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel epitel. Remaja
biasany telah menalami kontak dengan organisme beberapa kali sehingga
terbentuk kekebalan, oleh karena itu infeksi SBHGA jarang terjadi pada
kelompok ini.
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring
yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Rhinovirus menyebabkan
iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan
melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah
terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan
lokal, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi
streptokokus ditandai dengan invasi lokal serta penglepasan toksin ekstraselular
dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi
akibat kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan dengan kontak oral.
Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek, yaitu 24-72 jam.
11
dan faring yang disertai dengan pembesaran tonsil.
Faringitis Streptokokus sangat mungkin jika dijumpai gejala dan tanda berikut:
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Tonsil bengkak dengan eksudasi
- KGB leher anterior bengkak dan nyeri
- Uvula bengkak dan merah
- Ekskoriasi hidug disertai lesi impetigo sekunder
- Ruam skarlatina
- Patekhiae palatum mole
IV. Diagnosis
12
area tonsil diperlukan untuk menegakkan adanya Streptococcus pyogenes.
V. Tatalaksana
13
Untuk anak yang alergi penisilin dapat diberikan eritromisin etil suksinat
40 mg/kgBB/hari, eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari, dengan pemberian 2,
3, atau 4 kali per hari selama 10 hari; atau dapat juga diberikan makrolid baru
misalnya azitromisin dengan dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari, selama 3 hari
berturut-turut.
Antibiotik golongan sefalosporin gnerasi I dan II dapat juga memberikan
efek yang sama, tetapi pemakaiannya tidk dianjurkan, karena selain mahal risiko
resistensinya juga lebih besar.
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari.Jika
anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
- Penisilin 500 mg 3 x sehari.
-Pilihan lain adalah eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg 3x
sehari yang diberikan selama 5 hari.
Dosis pada anak : eritromisin 40 mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 – 50
mg/kgBB/hari.2
Tak perlu memulai antibiotik segera, penundaan 1 – 3 hari tidak meningkatkan
komplikasi atau menunda penyembuhan penyakit. Antibiotik hanya sedikit
memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko demam rematik.
Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan
untuk banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita masih nyeri
menelan. Analgetik (parasetamol dan ibuprofen adalah yang paling aman) lebih
efektif daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring bahkan
dapat diterapi dengan spray lidokain. Bila dicurigai adanya tonsilitis difteri,
penderita harus segera diberi serum anti difteri (ADS), tetapi bila ada gejala
sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah sakit.4
Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan edukasi agar
menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya
rokok, minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau
penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.9
Operatif
14
9
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh
tonsil palatina dengan eksisi surgikal tonsil palatina untuk mencegah tonsilitis
rekuren. Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun
hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap
memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam
pelaksanaannya.1.3
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun
terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada
saat ini.Dulu tonsilektomi diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan
berulang.Saat ini, indikasi yang lebih utama adalah obstruksi saluran napas dan
hipertrofi tonsil. Indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:9
a. Indikasi Absolut 9
a. Tonsilitis kronis yang merupakan infeksi fokal
b. Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
c. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
d. Difteri career
e. Upper Respiratory Obstruction and Swallowing disorders (OSAS)
f. Kecurigaan pada keganasan
b. Indikasi Relatif 9
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian
terapi medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten
d. Rhinitis kronis
e. Infeksi saluran pernapasan atas yang berulang
f. Otalgia yang berulang
15
g. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
Kontraindikasi Tonsilektomi
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi,
namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap
memperhitungkan imbang “manfaat dan risiko”. Keadaan tersebut adalah:
1. Gangguan perdarahan
3. Anemia
VI PENCEGAHAN
Bakteri dan virus penyebab tonsilofaringitis dapat dengan mudah
menyebar dari satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan
dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilofaringitis atau yang memiliki
keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan
tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang
bersabun sebelum digunakan kembali.Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti
untuk mencegah infeksi berulang. Orang – orang yang merupakan karier tonsilitis
semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi
pada orang lain.
VII PROGNOSA
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat
dan pengobatan suportif.Menangani gejala – gejala yang timbul dapat
membuat penderita tonsilitis lebih nyaman.Bila antibiotik diberikan untuk
mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi
penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami
perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala – gejala yang tetap ada dapat
16
menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya,
infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada
kasus – kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi
serius seperti demam rematik atau pneumonia.
17