Konsep Belajar Rev

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

3.

KONSEP BELAJAR BEHAVIOR DALAM


PEMBELAJARAN
Dalam konsep pembelajaran manusia memiliki kemampuan yang berbeda beda sehingga kondisi
belajar pun berbeda. Agar para peserta didik membentuk perilaku yang baik,tertib,teratur dan
taat harus saling menghargai dan perilaku yang baik. Dalam pembelajaran ada konsep yang harus
diterapkan yaitu konsep behavioristik. Ada beberapa menurut para ahli yaitui:

1)Menurut ivan pavlov


Pavlov mengemukakan sebuah teori belajar yang menggunakan media berupa
neutral stimulus (rangsangan) agar mendapat respon yang sam seperti pada saat
unresponse conditioning (respon yang di dapat tanpa menggunakan media apapun atau
terjadi secara alami). Dalam penelitiannya pavlov mencoba memberi stimulus atau
ransangan pada sebuah pembelajaran baru lalu mengamati respon dari rangsangan
tersebut. Ia melakukan eksperimen kepada anjing dengan memberikan dua stimulus yang
berbeda dan mengamati respon yang terjadi pada anjing tersebut. Stimulus pertama yang
dibelikan adalah daging, walaupun tanpa latihan atau kondisi yang sebelumnya anjing
pasti akan mengeluarkan air liur jika dihadapkan atau diberi sebuah daging. Respon
tersebut dinamakan sebagai respon yang tidak terkondisikan (unresponse conditioning).
Stimulus yang keuda berupa bel atau lonceng ,dalam hal ini bel atau lonceng tidak dapat
memberikan respon yang disebut juga dengan stimulus netral (neutral stimulus). Menurut
pavlov,pengkondisian yang dilakukan pada anjing tersebut dapat berlaku kepada
manusia.
Dengan melihat eksperimen diatas dapat kita wujudkan dalam proses pembelajaran
yang memberikan stimulus yang dilakukan berulang ulang agar mendapatkan respons
yang sama sperti sebelumnya , yang berati perilaku manusia telah diarahkan oleh sebuah
rangsangan.
Beberapa penerapan prinsip kondisioning dalam sebuah kelas:
a) Memberikan suasana yang menyenangkan ketika pada saat memberikan tugas-
tugas pada pembelajaran.
b) Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi atau
kondisi sehingga dapat menggeneralisasikan secara tepat.
c) Membantu siswa mengatasi mengatasi situasi-situasi yang mencemaskan atau
menekan.
d) Membantu siswa agar semangat dalam melakukan penyampaian pendapat masing
masing.

2)Menurut skinner
Skinner mengembangkan teori conditing dengan menggunakan tikus sebagai
percobaan. Menurutnya, suatu respons sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah
kosenkuensi yang nantinya akan memengaruhi tingkah laku manusia. Untuk memahami
tingkah laku siswa secara tuntas menurut skinner perlu memahami hubungan antara satu
stimulus dengan stimulus lainnya,memahami respons itu sendiri dan berbagai
konsekuensi yang dilibatkan respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku
hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih rumit, sebab alat itu harus
diperjelas lagi. Dari hasil percobaannya, skinner membedakan respon menjadi dua yaitu:
1.respons yang timbul dari stimulus tertentu
2.operant(instrumental) response
Dengan menimbulkan dan mengembangkan perangsang tertentu ,teori skinner dikenal
“operant conditioning” dengan keenam konsepnya yaitu :
1. Penguatan positif dan negatif
2. Shapping adalah proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati
tingkah laku yang diharapkan
3. Pendekatan suksetif adalah proses pembentukan tingkah laku yang
menggunakan penguatan pada saat yang tepat sehingga respons pun sesuai
dengan yang diharapkan.
4. Extinction adala proses penghentian dalam kegiatan belajar
5. Chaining off response adalah respons dan stimulus yang berangkaian satu
sama lain
6. Jadwal penguatan adalah variasi pemberian penguatan rasio tetap dan
bervariasi , interval tetap dan bervariasi.

Skinner lebih percaya pada “penguat negatif”( negative reinforcement) yang tidak sama
dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah bila hukuman harus diberikan sebagai
stimulus atau respon yang timbul dan berbeda dari sebelumnya. Sedangkan penguat negatif
(sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi lebih kuat. Contohnya
seoramg siswa diberi hukuman atas kesalahan yang dibuat dengan menambah hukumannya, jika
siswa melakukan sebaliknya maka pengurangan hukuman dengan memberi dorongan kepada
siswa untuk memperbaiki kesalahannya dan disebut dengan “penguat negatif”. Skinner mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih komprehesif. Respon yang benar akan
selalu diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan
menghilang. Respons yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang terjadi hanya jika
siswa dalam keadaan siap. Agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah
ada,sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi kuat. Misalnya, seorang pelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan yang fatal.

Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses


pembelajaran
 Membuatkan visi/misi dan parameter pembelajaran .
 Pengetahuan awal siswa dalam lingkungan belajar akan di identifikasi dan
menganalisisnya .
 Memutuskan jenis materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran .
 Menjelaskan materi menjadi kategori dalam bentuk kecil seperti topik, inti pembahasan
dan sub poin-poin penting.
 Dengan Presentasi dan menjelaskan tentang belajar
 Melepaskan rangsangan (stimulus) kepada seorang siswa.
 Memperhatikan dan mendalami siswa yang diberikan suatu materi dalam berinteraksi
terhadap stimulus yang dilepaskan.
 Menyampaikan penjelasan tentang positif dan negatif yang baik dengan bahasa yang
sopan kepada siswa.
 Pelepasan stimulasi kembali
 Memperhatikan dan mendalami siswa dalam meresponnya stimulus.
 Menyampaikan penjelasan tentang hal baik negatif dan positif.
 Diakhiri dengan menyimpulkan dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Konsep belajar menurut skinner:


 Dalam proses belajar materi pembelajaran adalah sebagai sistem modul.
 Dalam proses pembelajaraan lebih pentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

Konsep belajar menurut thorndike :


 Seorang siswa berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka
memahami motif belajar .
 Dalam belajar ini memiliki konsep dengan berupa tingkah laku yang dapat
diamati atau tidak bisa diamati.
 Adanya keinginan belajar pada diri sendiri.

Meskipun respons bermacam macam bentuknya , guru harus merencanakan


pembelajaran berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap motivasi belajar yang terdapat
pada siswa. Dengan adanya motivasi, maka belajar merupakan penguatan makin banyak belajar
makin banyak reinforcement , makin besar motivasi memberikan respon menuju keberhasilan
pembelajaran. Konsep belajar behavior ini tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak hal di dunia pendidikan yang tidak dapat diubah dengan sekedar
hubungan stimulus respon. Tidak selalu stimulus belajar dapat memotivasi seseorang dalam
belajar . misalnya, seorang siswa mau giat belajar setelah di beri stimulus tertentu tapi karena ada
satu hal lain ia tidak mau belajar lagi padahalpadahal ia diberi stimulus lebih baik dari itu.
Alasan-alasan yang mengacaukan hubungan stimulus dan respon.

Belajar artinya perubahan perilaku sebagai perubahan lingkungan. Dengan


demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
dengan stimulusnya. Dalam konsep pembelajaran proses cenderung pasif berkenaan
dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah
untuk memahami materi dan material sering terisolasi dan konteks dunia nyata atau
situasi.
Pandangan behavioristik juga kurang menjelaskan variasi tingkat emosi belajar
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Proses belajar juga
cenderung mengarah pada belajar untuk berfikir linier,konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif. Bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu yang
membawa pelajar menuju target tertentu, sehingga peserta didik tidak bebas berekreasi
dan berimajinasi.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa agar untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan materi yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan
evaluasi menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Dalam masa evaluasi guru harus
memberikan respon yang baik kepada siswa.

Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-
coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui
serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Akibat
menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons
yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam
keadaan siap.

Anda mungkin juga menyukai