Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu, keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan
anggota keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menstabilkan
kebutuhan kasih saying, sosio-ekonomi,dan kebutuhan seksual, keluarga
memiliki pengaruh penting terhadap pembentukan identitas seorang individu dan
perasaan harga diri.(Sulistyo Andarmoyo,2012)
Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa
membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan
tersebut. Adanya stigma yang negatif terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan
Jiwa) dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan.
Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang berat bagi
keluarga penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang adekuatnya
dukungan yang diberikan oleh keluarga pada proses pemulihan ODGJ
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Imam Zainuri,2016)
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO), tercatat sebesar
15% dari penduduk dunia atau 785 juta orang mengalami gangguan mental dan
fisik. Keterbatasan mental dan fisik yang ada salah satunya retardasi mental.
Retardasi mental merupakan maslah dunia dengan implikasi yang besar terutama
Negara-negara berkembang. Menurut PBB, diperkirakan sekitar 500 juta orang
didunia mengalami kecacatan dan 80% terdapat di Negara berkembang. Di
amerika serikat, setiap tahun sekitar 3000-5000 anak penyandang retardasi
mental dilahirkan. Prevalensi retardasi mental di Indonesia 1-3% dalam satu
populasi yang berarti dari 1000 penduduk diperkirakan 30 penduduk menderita
retardasi mental dengan kriteria retardasi mental ringan 80%, retardasi mental
sedang 12%, retardasi mental berat 1%. Indonesia belum memilik data pasti anak
retardasi mental. Berdasarkan data Departemen Pendidikan Nasional
(DEPDIKNAS) tahun 2015 terdapat 4.235 anak retardasi mental yang terdaftar di
sekolah luar biasa. Kejadian tertinggi pada anak sekolah umur 10 sampai 14
tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan perempuan (Marselina M, 2016). Berdasarkan data dinas sosial
Jawa tengah pada tahun 20082017 jumlah peyandang retardasi mental sekitar
8.066 jiwa (Dwi Indah Iswanti, et,al, 2019)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai