PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: dalam batas normal
- Palpasi: Teraba benjolan sebesar bola tenis di kuadran kanan bawah, berbatas
tegas, konsistensi kistik, bisa digerakkan, yang sangat sakit pada penekanan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Disamping kanan uterus teraba massa kistik 10x10x10 cm, berbatas tegas, tidak
berbenjol, bisa digerakkan, nyeri tekan (+) sangat sakit.
- Adneksa parametrium kanan tegang
- Adneksa parametrium kiri lemas
- Forniks posterior tidak menonjol
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb: 12,5 g/dl, Trombosit: 250.000/mm3, Leukosit: 7000/mm3
Plano test: negatif
3
2.3 Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi Istilah
1 Keputihan (Fluor albus) Suatu gejala gangguan alat kelamin
yang dialami wanita berupa keluarnya
cairan putih kekuningan/putih kelabu
dari vagina
2 Portio Bagian cervix uteri yang tidak
menonjol ke dalam vagina
3 Kontrasepsi Alat pencegahan konsepsi/kehamilan
4 Nyeri Perasaan tidak nyaman yang
umumnya disebabkan rangsangan
yang kuat atau merusak
5 Benjolan Lesi padat yang terbentuk akibat
pertumbuhan sel tubuh yang tidak
semestinya
6 Adneksa Struktur penambahan pada uterus
7 Kistik Rongga abnormal didalam tubuh,
dilapisi epitel, biasanya mengandung
cairan atau materi semipadat
8 Menstruasi Pendarahan periodik dari uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi
secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus
9 Livide Warna keunguan pada portio yang
biasanya menandakan bahwa wanita
sedang hamil
4
2. Ny. Masayu sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di perut kanan
bawah sebesar bola tenis sejak 2 bulan yang lalu dan disarankan dokter
untuk operasi namun Ny. Masayu menolak, karena takut. Ny. Masayu
pernah diurut oleh dukun 2 hari yang lalu tetapi benjolan tetap ada dan
malah mulai terasa sakit.
3. Ny. Masayu merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan, tidak
mengeluarkan keputihan.
4. Riwayat menstruasi tidak teratur sejak 6 bulan terakhir, banyaknya sedang,
tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny. Masayu mengalami mentruasi
terakhir pada 1 minggu yang lalu. Ny. Masayu tidak pernah memakai
kontrasepsi apapun sebelumnya.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit berat, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 90 x/menit isi dan tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg,
RR:22 x/menit, T: 370C
Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: dalam batas normal
- Palpasi: Teraba benjolan sebesar bola tenis di kuadran kanan bawah,
berbatas tegas, konsistensi kistik, bisa digerakkan, yang sangat sakit pada
penekanan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
5
- Corpus uteri: sebesar normal
- Disamping kanan uterus teraba massa kistik 10x10x10 cm, berbatas
tegas, tidak berbenjol, bisa digerakkan, nyeri tekan (+) sangat sakit.
- Adneksa parametrium kanan tegang
- Adneksa parametrium kiri lemas
- Forniks posterior tidak menonjol
6. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb: 12,5 g/dl, Trombosit: 250.000/mm3, Leukosit: 7000/mm3
Plano test: negatif
6
abortus (-abortus) spontan atau elektif atau kehamilan
ektopik (Cunningham, 2019).
Primipara adalah seorang wanita yang pernah satu kali
melahirkan bayi (-bayi) yang lahir hidup atau meninggal
dengan perkiraan lama gestasi 20 minggu atau lebih.
Dengan dipastikannya kehamilan pertama, maka ia
menjadi primigravida (Cunningham, 2019).
Multipara adalah seorang wanita yang pernah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga 20
minggu atau lebih. Dengan dipastikannya kehamilan
berikutnya, menjadi multigravida (Cunningham, 2019).
Anatomi
7
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan
belakangnya menuju ke atas dan belakang, sedangkan
permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung
yang dekat dengan uterus dan tidak jarang diselubungi
oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium
yang lebih rendah berhubungan dengan uterus melalui
ligamentum ovarii proprium tempat di temukannya
jaringan otot yang menjadi satu dengan jaringan otor di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum
berasai dari gubernakulum. Struktur ovarium terdiri atas
8
Berjalan dari servik bagian belakang kiri kanan ke Os
sacrum
(Snell, 2006)
Fisiologi
Organ Genitalia Perempuan
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia
eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia
eksterna dan vagina adalah bagian untuk sanggama,
sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk
ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi
9
blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin
(Prawirohardjo, 2016).
Organ Genitalia Eksterna
10
melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang
menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Di
bawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan
pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan
menimbulkan hematoma (Prawirohardjo, 2016).
- Labia minora (bibir-bibir kecil atau nymphae) adalah
suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke
depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris
membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah
klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang
kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Fossa navikulare ini pada perempuan yang
belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti
perahu; pada perempuan yang pernah melahirkan
kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir
kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-
kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya
mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang (Prawirohardjo, 2016).
- Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh
preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus
klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke
os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat
sensitif (Prawirohardjo, 2016).
- Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
dari depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris,
kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum (fourchette). Embriologik sesuai dengan sinus
urogenitalis. Kurang lebih 1 – 1,5 cm di bawah klitoris
11
ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih)
berbentuk membujur 4 – 5 oleh lipatan-lipatan selaput
vagina. Tidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan
bawahnya, dapat dilihat dua ostia Skene. Saluran Skene
(duktus parauretral) analog dengan kelenjar prostat pada
laki-laki. Di kiri dan kanan bawah di dekat fossa
navikulare, terdapat kelenjar Bartolin. Kelenjar ini
berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah
otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil
panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak
jauh dari fossa navikulare. Pada koitus kelenjar Bartholin
mengeluarkan getah (Prawirohardjo, 2016).
- Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan
pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir
vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3 – 4 cm,
lebarnya 1 – 2 cm dan tebalnya 0,5 – 1 cm. Bulbus
vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian
tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus
konstriktor vagina (Prawirohardjo, 2016). Embriologik
sesuai dengan korpus kavernosum penis. Pada waktu
persalinan biasanya kedua bulbus tertarik kearah atas ke
bawah arkus pubis, akan tetapi bagian yang melingkari
vagina sering mengalami cedera dan sekali-kali timbul
hematoma vulva atau perdarahan (Prawirohardjo, 2016).
- Menurut Prawirohardjo (2016), Introitus Vagina
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada
seorang virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang
baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara (himen). Himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar
(bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang
bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari
12
yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis
(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari
sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Umumnya himen
robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam
5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai dasar selaput
dara itu. Pada beberapa kasus himen tidak mengalami
laserasi walaupun sanggama berulang telah dilakukan.
Sesudah persalinan himen robek di beberapa tempat dan
yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula
himenalis).
- Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-
rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama
ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot
koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot
ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari
diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber
isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis
meliputi muskulus transversus perinei profunda, otot
konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal
yang menutupinya. Perineum mendapat pasokan darah
terutama dari arteria pudenda interna dan cabang-
cabangnya. Persarafan perineum terutama oleh nervus
pudendus dan cabang-cabangnya. Oleh sebab itu, dalam
menjahit robekan perineum dapat dilakukan anestesi blok
pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di
tengah-tengah di antara anus dan vagina yang diperkuat
oleh tendon sentral perineum. Di tempat ini bertemu otot-
otot bulbokavernosus, muskulus transversus perinei
superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini
membentuk perineal body yang memberikan dukungan
bagi perineum. Dalam persalinan sering mengalami
13
laserasi, kecuali dilakukan episiotomi yang adekuat
(Prawirohardjo, 2016).
14
dengan arteri uterine. Aliran vena mengikuti arteri yang
akan bermuara ke vena cava inferior dan vena renalis
sinistra (Prawirohardjo, 2016).
- Uterus berbentuk seperti buah avokad atau pir dan sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur
ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,
lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25
cm Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri
ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Vaskularisasi dari uterus terdiri atas : Arteri uterina
(cabang dari arteri illiaca interna), Arteri arcuata –
melingkari endometrium, Arteri radialis –
menghubungkan arcuata dengan ramus arteri, Ramus
arteri – mengalirkan darah ke zona basilaris, dan Arteri
spiralis – mengalirkan darah ke zona fungsional
(Prawirohardjo, 2016).
- Tuba falloppii terdiri dari : Pars interstisialis, yaitu bagian
yang terdapat di dinding uterus; Pars ismika merupakan
bagian medial tuba yang sempit ; Pars ampullaris yaitu
bagian yang terbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi; dan Infundibulum yaitu bagian ujung
tuba untuk menangkap sel telur dan selanjutnya
menyalurkan telur ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi
oleh peritoneum viserale yang merupakan bagian dari
ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas otot
longitudinal dan otot sirkular. Tuba falopii (oviduct)
diperdarahi oleh arteri uterina (Prawirohardjo, 2016).
15
- Ovarium (Indung Telur) : Perempuan pada umumnya
mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium
menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum
latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4
cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir atasnya atau
hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-
serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas.
Permukaan belakangnya menuju ke atas dan belakang,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.
Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi
daripada ujung yang dekat dengan uterus dan tidak jarang
diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan
uterus melalui ligamentum ovarii proprium tempat
ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan
jaringan otot di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum (Prawirohardjo,
2016).
16
Histologi
17
eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan teka
eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat. Tidak ada
pembuluh darah dalam lapisan granulosa. Sewaktu folikel
berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel
folikel yang berisi cairan folikel. Folikel ini disebut folikel
sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan
akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut
antrum. Sel-sel dari lapisan granulosa berkumpul pada
satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel,
yaitu kumulus ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus
ooforus ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak akan
bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang
disebut korona radiata. Folikel ini kini benama folikel de
Graaf atau matang. (Junqueira LC, et al. 2014)
18
- Gangguan pada alat kandungan seperti adanya kista
ovarium.
pada kasus kemungkinan Ny. Masayu mengalami kista
ovarium, dimana beberapa hal yang menyebabkan kista
ovarium antara lain:
1. Disfungsi Hipothalamus-Hipofisis
Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating
Hormone (FSH) yang dihasilkan kompleks
hipothalamus- hipofisis yang berfungsi untuk
meluruhnya korpus luteum ketika ovum tidak dibuahi
bermasalah . Akibatnya pematangan folikel dominan
yang tidak pas akan menginduksi kista. Selain itu
akibat perkembangan folikel imatur akan memicu
dihasilkannya estradiol yang merupakan pemicu kista
ovarium.
2. Disfungsi Ovarium atau Folikel
Masih berhubungan dengan kompleks hipothalamus-
hipofisis, perubahan ekspresi reseptor LH bisa
menyebabkan anovulasi folikel. Pada saat
keseimbangan hormon LH dan FSH yang tepat, akan
membuat fase ovulasi dan pre-ovulasi folikel. Reseptor
FSH dan LH di sel granulosa di kista akan menurun
jika dibandingkan dengan folikel normal
3. Predisposisi Kista Folikel Ovarium
Disfungsi tingkat folikel dapat mengganggu kompleks
hipothalamus- hipofisis akan mengubah ekspresi
reseptor LH yang menginduksi anovulasi folikel.
Selain itu reseptor estradiol juga mempengaruhi
pembentukan kista. Selain perubahan reseptor dan isi
estradiol. Perubahan dalam steroidegenesis oleh folikel
dominan mungkin terlibat dalam degenarsi kista.
Akibat kombinasi ketiga hal itu akan menghasilkan
19
esterogen aktif dan meningkatkan konsentrasi
estradiol. (Vanholder T, 2006)
e. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah ?
Jawab:
Kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah dengan sumber nyeri tersebut dapat berasal
dari organ (berdasarkan kuadran kanan bawah) :
Appendiks, adneksa, sekum, ileum dan ureter adalah :
Ovarian Cyst/Torsion
Etctopic Pregnancy
Endometriosis
Mittelschmerz
Salpingitis
Intestinal Obstruction
Inflammantory Bowel Disease
Mesenteric Adenitis
Appendicitis
Diverticulitis
Cholecysititis
Pyelonephritis
Nephrolithiasis
Seminal Vesiculitis
Psoas Abses
Perforated Ulcer
Leaking Aneurysm
Abdominal Wall Hematoma
Hernia
(Sjamsuhidajat R,2017), (Anwar M, 2011), (Palinrungi
AM, 2001).
20
f. Bagaimana mekanisme nyeri perut kanan bawah pada
kasus ?
Jawab:
Faktor resiko kemungkinan gangguan hormonal →
kadar hormon FSH ↓ dan hormon LH ↓ → pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal →
folikel mengalami anovulasi dan berdegenerasi →
penimbunan folikel →ukuran folikel yang semakin
membesar → kista ovarium dextra → diurut → torsio
kista ovarium → nyeri perut yang hebat.
(Vanholder T, 2006)
faktor genetik
Gangguan hormonal
21
Riwayat kanker colon
kurang olahraga
Merokok dan konsumsi alkohol
Konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat
Sosial ekonomi rendah
Faktor stress (kurniawati dkk, 2009)
22
b. Apa makna ny. Masayu pernah diurut oleh dukun 2hari
yang lalu tapi benjolan tetap ada dan mulai terasa sakit?
Jawab:
Maknanya tatalaksana yang diberikan oleh dukun
tersebut tidak tepat sehingga bukannya menyembuhkan
malah tindakan tersebut membuat kistanya tadi menjadi
terpuntir (torsio kista ovarium).
Sintesis :
Torsi ovarium didefinisikan sebagai rotasi sebagian
atau lengkap dari pedikel vaskular ovarium, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar vena dan aliran
arteri. Ini adalah kondisi darurat dengan kejadian 2%
-15% pada pasien dengan massa adneksa (Ganla, 2017).
Risiko utama dalam torsi ovarium adalah massa ovarium
(Huang, 2017). Torsio (putaran tangkai) ovarium, dapat
terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Putaran tangkai (torsio) menyebabkan gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis (Yatim, 2008).
23
Menurut Yatim (2008), dampak tidak dilakukannya
operasi kistektomi adalah :
1. Kista folikel
2. Kista korpus luteum (kista granulosa dan kista teka)
3. Ovarium polikistik
4. Kista ovarium karsinoma
5. Lipoma
6. Tumor dari organ dalam perut
24
7. Kista kelenjar keringat
8. Hernia
(Sarwono, 2016)
25
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista
ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini
berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan
dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan
sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan
menjadi kista folikuler dan akan hilang saat
menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel
dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan
dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.
26
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian
tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak.
Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung
telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut
bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal
dari korpus luteum haematoma.
27
Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan
membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi
harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut
agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
(Nugroho, Taufan. 2011), (William Helm, C., 2005)
28
patologis bisa disebabkan karena adanya infeksi (jamur,
bakteri, parasit, dan virus), benda asing, neoplasma jinak,
kanker, dan menopause (Jessica, 2016).
4. Riwayat menstruasi tidak teratur sejak 6 bulan terakhir,
banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny.
Masayu mengalami mentruasi terakhir pada 1 minggu yang
lalu. Ny. Masayu tidak pernah memakai kontrasepsi apapun
sebelumnya.
a. Apa makna riwayat menstruasi tidak teratur sejak 6 bulan
terakhir, banyaknya sedang dan tidak terasa sakit sewaktu
menstruasi?
Jawab:
Riwayat menstruasi tidak teratur sejak 6 bulan
terakhir → FR dari terjadinya kista ovarium
- Banyaknya sedang → tidak terjadi menorrhagia
- Tidak terasa sakit sewaktu menstruasi → tidak terjadi
dismenorea
Sintesis:
Faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah :
Riwayat kista ovarium terdahulu; Siklus haid tidak teratur;
Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda);
Penderita hipotiroid; dan Penderita kanker payudara yang
pernah menjalanii kemoterapi (Putri, 2015).
Menorrhagia adalah perdarahan lama atau
berlebihan (Walker, 2019).
Nyeri menstruasi atau dismenore adalah kelainan
ginekologis yang umum terjadi pada wanita muda. Ini
didefinisikan sebagai nyeri panggul yang berhubungan
langsung dengan menstruasi dan dikaitkan dengan
berbagai gejala lainnya (Alsaleem, 2018).
29
Jawab:
a. Gangguan lama dan jumlah darah haid :
2) Hipomenorea
1) Polimenorea
2) Oligomenorea
30
Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21
hari pendarahan) dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan
menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah
kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan
sebagainya.
3) Amenorea
1) Menometroragia
31
d. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :
32
nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang
berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan
konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di
atas. (Prawirohardjo, S., 2016)
33
bergantung pada bentuk tubuh ibu, pemeriksa mulai
mendeteksi gerakan janin.
(Cunningham, 2019).
34
dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel
granulosa dari folikel yang berkembang. Mencapai
puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen
meningkat, pelepasan kedua gonadotropin ditekan
(umpan balik negatif) yang berguna untuk mencegah
hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak
folikel. Sel granulosa juga menghasilkan inhibin dan
mempunyai implikasi sebagai faktor dalam menvegah
jumlah folikel yang matang (Wiknjosastro, 2011).
Ovulasi
Pada hari ke 14 terjadi ovulasi dimana ovulasi
adalah pembesaran folikel secara cepat diikuti dengan
protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya
folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh
kumulus ooforus. Pada beberapa perempuan saat ovulasi
dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fossa iliaka.
Pemeriksaan USG menunjukkan adanya rasa sakit yang
terjadi sebelum folikel pecah.
Perubahan hormon: estrogen meningkatkan sekrrsi
LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya
produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif).
Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estardiol
yang cepat dan peningkatan produksi progesteron.
Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid-cycle surge LH.
35
Fase Luteal
Fase ini terjadi pada hari ke 15 sampai 28, sisa
folikel tertahan dalam ovarium dipenetrasi oleh kapiler
dan fibroblas dari teka. Sel granulosa mengalami
luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
merupkan sumber utama hormon steroid seks, estrogen
dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-
ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi
progesteron dan estradiol. Kedua hormon tersebut
diproduksi dari prekusor yang sama (Wiknjosastro,
2011).
Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai
nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus
luteum yang terjadi pada hari ke 26-28 Jika terjadi
konsepsi dan implantasi, kopus luteum tidak mengalami
regresi karena dipertahankan oleh gonadotrofin yang
dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi
tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi dan
terjadilah haid. Setelah kadar hormon steroid turun akan
diikuti peningkatan kadar gonadotropin untuk insiasi
siklus berikutnya.
36
Gambar 11. Hormon yang Menogontrol Siklus
Menstruasi
Fase Haid
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai
oleh pengeluaran darah dan sisa endometrium dari
vagina. Berdasarkan konvensi, hari pertama haid
dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini
bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan
dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum
berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus
sebelumnya, kadar progesteron dan esterogen darah
turun tajam dan karena efek akhir progesteron dan
esterogen adalah mempersiapkan endometriun untuk
implantasi ovum yang dibuahi, terhentinya sekresi
hormon steroid ini menyebabkan lapisan dalam uterus
kaya vaskular dan nutrien ini kehilangan hormon-
hormon penunjangnya.
Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang
pembebasan suatu prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh
endometrium, menghambat aliran darah ke endometrium.
Penurunan penyaluran O2 yang terjadi kemudian
menyebabkan kematian endometrium, termasuk
pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui
kerusakan pembuluh darah ini membilas jaringan
endometrium ke dalam lumen uterus. Sebagian besar
lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah
37
lapisan tipis, dalam berupa sel epitel dan kelenjar, yang
menjadi asal regenerasi endometrium. Prostaglandin
uterus yang sama juga merangsang kontraksi ringan
ritmik miometrium uterus. Kontraksi ini membantu
mengeluarkan darah dan sisa endometrium dari rongga
uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid.
Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi
berlebihan prostaglandin menyebabkan dismenore (kram
haid) yang dialami oleh sebagian wanita.
Pengeluaran darah rerata selama satu kali haid
adalah 50 hingga 150 mL. Darah yang merembes pelan
melalui endometrium yang berdegenerasi membeku di
dalam rongga uterus, kemudian diproses oleh
fibrinolisin, suatu pelarut fibrin yang menguraikan fibrin
pembentuk anyaman bekuan. Karena itu, darah haid
biasanya tidak membeku karena telah membeku di dalam
uterus dan bekuan tersebut telah larut sebelum keluar
vagina. Namun, jika darah mengalir deras sebelum
keluar vagina. Namun, jika darah mengalir deras melalui
pembuluh yang rusak, darah menjadi kurang terpajan ke
fibrinolisin sehingga jika darah haid banyak, dapat
terlihat bekuan darah.Selain darah dan sisa endometrium,
darah haid mengandung banyak leukosit. Sel-sel darah
putih ini berperan penting dalam mencegah infeksi pada
endometrium yang “terbuka” ini.
Haid biasanya berlangsung selama lima hingga
tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan
dengan bagian awal fase folikular ovarium. Penghentian
efek progesteron dan estrogen pada degenerasi korpus
luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium (haid)
di bawah pengaruh hormon gonadotropik yang kadarnya
meningkat. Turunya sekresi hormon gonadotropik yang
38
kadarnya meningkat. Turunnya sekresi hormon gonad
menghilangkan pengaruh inhibitorik dari hipotalamus
dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH
meningkat dan fase folikular baru dapat dimulai. Setelah
lima hingga tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH,
folikel-folikel yang baru berkembang telah mengahsilkan
cukup estrogen untuk mendorong perbaikan dan
pertumbuhan endometrium.
Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat
rapi dan baku dari hypothalamus-pituitary-ovarian
endocrine axis. Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis
dengan mensekresi gonadotropin-releasing hormone
(GnRH) suatu deka-peptide yang disekresi secara
pulsatif oleh hipotalamus. Pulsasi sekitar 90 menit,
mensekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil di
sistem portal kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin
hipofsis memacu sintesis dan pelepasan follicle –
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone
(LH). FSH adalah hormon glikoprotein yang memacu
pematangan folikel selama fase folikuler dari siklus. FSH
juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid,
terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel matang.
LH berperan dalam steridogenesis dalam folikel dan
penting dalam ovulasi yang tergantung pada mi-cycle
surge dari LH. Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus
ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik
yang bekerja antara ovarium, hipotalamus dan hipofisis.
39
Gambar 2. Hormon Menstruasi
40
4. Ketidakseimbangan hormone
5. Hamil
6. Konstrasepsi
(Zafar et all., 2015)
41
h. Apa hubungan menstruasi tidak teratur 1 minggu yang lalu
dengan keluhan?
Jawab:
Faktor risiko grandemultipara + usia --> gangguan
keseimbangan LH (esterogen untuk ovulasi) dan FSH
(progesteron untuk pembentukan folikel) --> pembentukan
folikel abnormal + tidak dapat ovulasi (ovum keluar
ovarium) --> menumpuk jadi kista. Kista semakin lama
semakin membesar. Diurut --> torsio --> nyeri.
42
membunuh sperma atau menghentikan
pergerakannya) serta menjaga asiditas vagina.
b) Kekurangan : efektivitas cara ini mengurangi
terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu,
karena sebelum dilakukannya pembilasan
spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki
serviks uteri.
3) Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged
Lactation)
a) Kelebihan : dengan cara menyusui anak dapat
mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea
postpartum.
b) Kekurangan : ovulasi pada suatu saat akan terjadi lagi
dan akan mendahului haid pertama setelah partus.
4) Pantang Berkala (Rythm Method)
a) Kelebihan : tidak mempunyai efek samping dan
murah.
b) Kekurangan : terdapat kesulitan dalam cara ini yakni
sulit untuk menentukan waktu yang tepat dari ovulasi;
ovulasi umumnya terjadi 14 + 2 hari sebelum hari
pertama haid yang akan datang.
b. Kontrasepsi Sederhana (Simple Method) untuk Laki-
Laki :
1) Kondom
a. Kelebihan : sebagai kontrasepsi dan juga memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin.
b. Kekurangan : ada kalanya pasangan yang
mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut
sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu
melakukan koitus. Ada pula pasangan yang tidak
menyukai kondom oleh karena adanya asosiasi
dengan soal pelacuran.
43
c. Kontrasepsi Sederhana (Simple Method) untuk
Perempuan :
1) Pessarium (Golongan Diafragma Vaginal)
a) Kelebihan : hampir tidak ada efek samping; dengan
motivasi yang baik dan pemakaian yang betul,
hasilnya cukup memuaskan; dapat dipakai sebagai
pengganti pil, IUD, atau pada perempuan yang tidak
boleh mempergunakan pil atau IUD oleh karena suatu
sebab.
b) Kekurangan : diperlukan motivasi yang cukup kuat;
umumnya hanya cocok untuk perempuan yang
terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara
massal; pemakaian yang tidak teratur dapat
menimbulkan kegagalan; tingkat kegagalan lebih
tinggi daripada pil atau IUD.
2) Kontrasepsi dengan Obat-Obat Spermitisida
a) Kelebihan : efek samping jarang terjadinya dan
umumnya hanya berupa reaksi alergik.
b) Kekurangan : efektivitas kurang.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Pil Kontrasepsi
1) Pil Kontrasepsi Kombinasi
a) Kelebihan : efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna
teorinya hampir 100%, daya guna pemakaian 95-
98%); frekuensi koitus tidak perlu diatur; siklus haid
jadi teratur; keluhan-keluhan dismenorea yang primer
menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
b) Kekurangan : pil harus diminum tiap hari, sehingga
kadang-kadang merepotkan; motivasi harus kuat;
adanya efek samping walaupun sifatnya sementara
seperti mual, sakit kepala, dan muntah, serta nyeri
buah dada; kadang-kadang setelah berhenti minum pil
44
dapat menimbulkan amenorea persisten; untuk
golongan penduduk tertentu harganya masih mahal.
b. Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)
1) Suntikan Setiap 3 Bulan (Depo Provera)
a) Kelebihan : efektivitas tinggi; pemakaiannya
sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor
(injeksi hanya 4x setahun); reversibel; dan cocok
untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
b) Kekurangan : sering menimbulkan perdarahan yang
tidak teratur (spotting breakthrough bleeding), dan
lain-lain; dapat menimbulkan amenorea.
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau
Intra Uterine Device (IUD)
a. Kelebihan : efektivitas cukup tinggi; reversibel;
umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan
dan dengan demikian satu kali motivasi; tidak
menimbulkan efek sistemik; alat iu ekonomis dan
cocok untuk penggunaan secara massal; reversibel.
b. Kekurangan : terdapat banyak efek samping seperti
perdarahan, rasa nyeri dan kejang diperut, gangguan
pada suami, ekspulsi (pengeluaran sendiri); dan
terdapat komplikasi seperti infeksi dan perforasi.
(Affandi dan Albar, 2016)
45
Kontraindikasi :
Kehamilan / disangka hamil
Penyakit hati
Kanker payudara
Kelainan jiwa
Varikosis
Riwayat kehamilan ektopik
Diabetes militus
Penyakit jantung
(Prawirohardjo, S., 2016)
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit berat, kesadaran: compos
mentis
Tandal Vital: N: 90 x/menit isi dan tegangan cukup, TD:
110/70 mmHg, RR:22 x/menit, T: 370C
Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: dalam batas normal
- Palpasi: Teraba benjolan sebesar bola tenis di kuadran kanan
bawah, berbatas tegas, konsistensi kistik, bisa digerakkan,
yang sangat sakit pada penekanan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
46
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Disamping kanan uterus teraba massa kistik 10x10x10 cm,
berbatas tegas, tidak berbenjol, bisa digerakkan, nyeri tekan
(+) sangat sakit.
- Adneksa parametrium kanan tegang
- Adneksa parametrium kiri lemas
- Forniks posterior tidak menonjol
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
47
Pemeriksaan Fisik : Keadaan Interpretasi
Normal
Keadaan Tampak Tidak sakit Abnoma
umum sakit berat Kompos l
Kesadaran mentis Normal
kompos
mentis
Pemeriksaa Inspeksi:
n Luar dalam batas normal.
Palpasi: Tidak Kista
Teraba benjolan terdapat ovarium
sebesar bola tenis di benjolan
kuadran kanan bawah,
berbatas tegas,
konsistensi kistik, bisa
digerakkan, yang
sangat sakit pada
penekanan.
- Portio: tidak livide Tidak
48
hamil
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan
fisik?
Jawab:
Genetik/idiopatik > gangguan hormonal (kadar FSH
menurun dan LH meningkat) > pembentukan androgen
dan progesteron oleh folikel > gangguab siklus normal
folikel > penimbunan folikel yang terbentuk tidak
sempurna diovarium > folikel mengalami anovulasi dan
berdegrenasi > kista folikel > terjadi progresivitas > kista
seukuran bola tenis > di pijat dukun > torsio kista >
49
penurunan jumlah darah ke ovarium > kematian jaringan
ovarium > nyeri hebat.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb: 12,5 g/dl, Trombosit: 250.000/mm3, Leukosit:
7000/mm3
Plano test: negatif
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
50
Anatomi diperlukan untuk menentukan jenis tumor yang
terdapat pada benjolan (Moore, 2002)
51
Torsi ovarium didefinisikan sebagai rotasi sebagian
atau lengkap dari pedikel vaskular ovarium, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar vena dan aliran arteri.
Ini adalah kondisi darurat dengan kejadian 2% -15% pada
pasien dengan massa adneksa (Ganla, 2017).
b. Epidemiologi
Jawab:
Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia
belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan
pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran, di Rumah
Sakit Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita
setiap tahun. Nasdaldy, 2009, mengatakan bahwa menurut
data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto
Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus
penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal
dunia dan 60% diantaranya adalah wanita karir yang telah
berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768
kasus penderita kasus endometriosis dan 25% diantaranya
meninggal dunia. 70% diantaranya adalah wanita karir yang
telah berumah tangga. Jumlah seluruh penderita kista
ovarium di RSU Raden Mattaher Jambi pada tahun 2009-
2010 sebanyak 47 orang, sedangkan jumlah seluruh
penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2008-2009 sebanyak 47 orang. Wanita usia subur
yang menderita kista ovarium di RSU Dr. Pringadi Medan
dari bulan Januari 2010 sampai dengan Oktober 2010
berjumlah 34 orang.
Studi epidemiologi awal melaporkan hubungan
terbalik antara penggunaan kontrasepsi oral dengan tindakan
pembedahan kista ovarium. Beberapa dokter menyimpulkan
bahwa penggunaan kontrasepsi mungkin dapat berguna
52
untuk pengobatan dan pencegahan kista ovarium. Hormon
gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis dapat
meningkatkan pertumbuhan folikel, dan kombinasi
kontrasepsi oral dapat menekan hormon gonadotropin
sehingga dapat menurunkan ukuran kista. (Yatim, 2008)
c. Faktor Resiko
Jawab :
Risiko utama dalam torsi ovarium adalah massa
ovarium (Huang, 2017). Torsio (putaran tangkai) ovarium,
dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai (torsio) menyebabkan gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. (Yatim, 2008)
d. Manifestasi Klinis
Jawab:
Menurut Nugroho (2011), kebanyakan wanita yang memiliki
kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu.
Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini:
53
3. Obat anti inflamasi non steroid ; ibu profen 400mg
3x1 / hari
54
sesudah kembali dari rujukan. (Konsil Kedokteran
Indonesia,2012)
55
2.7 Kesimpulan:
Ny.Masayu, 34 tahun, P3A2 mengeluh nyeri hebat dan benjolan di perut sebelah
kanan bawah karena mengalami torsio kista ovarium dextra
2.8 Kerangka Konsep:
Faktor Resiko
(usia)
Ketidakseimbangan hormonal
Penimbunan folikel
Riwayat diurut
Nyeri perut
56
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B., Albar, E. 2016. Kontrasepsi. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga
Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Alsaleem, M.A. 2018. Dysmenorrhea, Associated Symptoms, and Management
Among Students at King Khalid University, Saudi Arabia: An exploratory
study. Diakses pada :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6131986/ pada tanggal 3
April 2020.
Anwar M, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta:PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011
Cunningham, G. 2019. Obstetri Williams. Volume 1 Ed. 23. Jakarta : EGC.
Ganla, K.N., Choudhary, R.A., Vora, P.H., Athavale, U.V. 2017. Sildenafil
Citrate: Novel Therapy in the Management of Ovarian Torsion. Diakses
pada : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6937764/ pada
tanggal 3 April 2020.
Hestiantoro, A. 2016. Infertilitas. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga Cetakan
Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Huang, C., Hong, M.K., Ding, D.C. 2017. A Review of Ovary Torsion. Diakses
pada : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5615993/ pada
tanggal 3 April 2020.
Junqueira LC, et al. 2014. Basic Histology, Text & Atlas, 12th ed. Amerika : Mc
graw LANGE.
57
Konsil Kedokteran Indonesia (Ed.). (2012). Perkonsil No.11 Tahun 2012 : Standar
Kompetensi Dokter Indonesia 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Moore, KL. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates. hlm. 109-111.
Sjamsuhidajat R, Prasetyono TO, Rudiman R, et al. Buku Ajar Ilmu Bedah Vol 1-
3. Edisi 4.Jakarta:EGC.2017
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-6.
EGC: Jakarta.
58
Walker, M.H. Borger, J. 2019. Menorrhagia. Diakses pada :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536910/ pada tanggal 3 April
2020.
William Helm, C.. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians and
Gynecologists. Available at http://emedicine.com
Wirawan, I. M. (2013). Kesehatan Wanita. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika.
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan, Myoma Uteri, Kanker Rahim dan
Indung Telur, Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor
Zafar et all. 2015. Jurnal “Risk Factors Associated with Irregular Menstrual Cycle
among Women of Age Group 30-40 Years in Pakistan. Pakistan:
Department of Community Medicine.
59