Anda di halaman 1dari 16

Teori Kinetik Gas

TEORI KINETIK GAS


(Bagian ke dua)

A. Tumbukan Molekul Dengan Dinding Bergerak


Pada saat terjadi tumbukan molekul gas dengan dinding bergerak, dapat
dibayangkan sejumlah molekul gas berada didalam silinder yang ditutup dengan tutup
yang mudah bergeser dengan tanpa gesekan. Bila piston atau tutup silinder ini
bergerak ke atas berarti gas menekan pada piston atau molekul gas menumbuk piston.
Usaha untuk menggerakkan piston diambil dari energi kinetik molekul, sehingga
energi kinetiknya menjadi berkurang. Sedangkan panas yang ada dalam silinder
menjadi turun yang disebabkan oleh gas mengembang secara adiabatik (tak ada
tambahan energi dari luar) seperti ditunjukkan pada gambar (1) berikut.
u

Gambar (1).
Tujuan dari hal ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menunjukkan terjadinya pengembangan gas yang melakukan usaha pada
piston.
2. Usaha yang dilakukan mengurangi energi kinetik gas.
3. Temperatur turun.
Adapun proses yang terjadi antara molekul dengan piston pada silinder dapat
dijelaskan sebagai berikut.
u

θ' θ v v cos θ
v‘ sin θ θ

v sin θ Gambar (2).

v‘ v‘ cos θ normal

Pengantar Fisika Statistik 1


Teori Kinetik Gas
Karena terjadi pengembangan gas, piston bergerak ke atas dengan kecepatan u.
Sebuah molekul gas bergerak dengan kecepatan v yang membentuk sudut θ dengan
normal dari piston serta menumbuk piston secara lenting sempurna.
Komponen mendatar v sebelum tumbukan adalah v sin θ dan sesudah tumbukan
v’ sin θ’. Komponen vertikal v sebelum tumbukan adalah v cos θ dan sesudah
tumbukan adalah v’ cos θ’.
Karena tumbukan lenting sempurna dan piston bergerak dengan kecepatan u.
Ketika piston diam atau u = 0, maka akan berlaku persamaan yaitu:
v cos θ = v’ cos θ’ berlawanan arah
v sin θ = v’ sin θ’ searah
Namun ketika piston bergerak dimana u ≠ 0, maka persamaan ini tidak berlaku. Untuk
mencari persamaan ketika u ≠ 0, perhitungannya adalah sebagai berikut ini:
a) Kecepatan molekul v dan kecepatan piston u apabila ditinjau dari referen di
laboratorium atau dasar bak yang diam.
Kalau titik acuan yang diambil pada piston, maka piston akan diam terhadap
titik acuan. Komponen mendatar v tetap v sin θ tetapi pada komponen vertikalnya
berubah menjadi (v cos θ – u) untuk sebelum terjadi tumbukan. Karena piston
dalam hal ini adalah diam maka komponen-komponen v setelah terjadi tumbukan
sama dengan sebelum tumbukan hanya untuk komponen vertikal berlawanan arah.
Seperti pada gambar di bawah ini:

θ θ
v
(v cos θ- u)
v sin θ

(v cos θ- u) v sin θ
v
normal
Gambar (3).

Kalau titik acuan dipindahkan kembali ke laboratorium, maka komponen


kecepatan v setelah tumbukan menjadikan pada komponen yang mendatar adalah
tetap.
v’sin θ’ = v sin θ searah
serta yang vertikalnya:

Pengantar Fisika Statistik 2


Teori Kinetik Gas
v’ cos θ’ = (v cos θ – u) - u
v’ cos θ’ = (v cos θ – 2u)
Jadi untuk tumbukan pada dinding yang bergerak ada perubahan kecepatan
sebelum dan sesudah terjadi tumbukan pada komponen vertikalnya (komponen
yang sejajar dengan kecepatan piston u).

b) Hilangnya energi kinetik untuk satu molekul dengan massa m.


Hilangnya energi kinetik hanya akan disebabkan apabila terjadi perubahan
besar komponen vertikal dari kecepatan v. Adapun besarnya energi kinetik yang
hilang (disimbolkan dengan Ek) untuk satu molekul adalah:
Ek = ½ m (v cos θ) 2 – ½ m (v cos θ – 2 u) 2
Ek = ½ m (v cos θ) 2 – ½ m [(v cos θ – 2 u) (v cos θ – 2 u)]
Ek = ½ m (v cos θ) 2 – ½ m [(v cos θ) 2 - 4 u v cos θ + 4 u2].
Ek = ½ m (v cos θ) 2 – ½ m (v cos θ) 2 + 2 u m v cos θ - 2 m u2
Ek = 2 m u v cos θ - 2 m u2
Untuk u <<< v maka 2 m u2 bisa diabaikan atau 2 m u2 ∞ 0, maka hasilnya
menjadi:
Ek = 2 m u v cos θ - 2 m u2
Ek = 2 m u v cos θ - 0
Ek = 2 m u v cos θ
Hilangnya energi kinetik ini dipergunakan untuk usaha mendorong piston
kalau tumbukan dilakukan oleh molekul θ  v, terlihat bahwa energi yang hilang
tak bergantung dari  hanya tergantung dari θ dan v saja.
Berapa energi kinetik yang apabila dilakukan oleh tumbukan θ  v pada
dinding bergerak. Hasil diatas untuk tumbukan θv dari satu molekul energi yang
hilang adalah:
Ek = 2 m u v cos θ
Jumlah tumbukan θ  v persatuan luas per satuan waktu adalah:
1
v dnv sin θ cos θ dθ d 
4
untuk penyesuaian hasil yang tak bergantung dari  maka jumlah ini di integrasi
ke  dengan batas dari 0  2 .
Hasilnya adalah:

Pengantar Fisika Statistik 3


Teori Kinetik Gas
2 2
1 1

0
4
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
4
v dnv sin θ cos θ dθ  d
0

2
1 1
 4 v dnv sin θ cos θ dθ   0
2
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
0
4
2
1 1
 4 v dnv sin θ cos θ dθ   0
2
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
0 4
2
1 1
 4
0
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
4
v dnv sin θ cos θ dθ (2π – 0)

2
1 1
 4
0
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
4
v dnv sin θ cos θ dθ 2π

2
1 2
 4
0
v dnv sin θ cos θ dθ d  =
4
v dnv sin θ cos θ dθ

2
1
 4
0
v dnv sin θ cos θ dθ d  = ½ v dnv sin θ cos θ dθ

Energi kinetik yang hilang dari tumbukan θv adalah:


Ek = ½ v dnv sin θ cos θ dθ x 2 m u v cos θ
Ek = v2 dnv sin θ cos2 θ dθ m u
Ek = m u v2 dnv sin θ cos2 θ dθ
Untuk tumbukan-v, energi yang hilang didapatkan dengan mengintegralkan pada θ

dengan batas 0  1  , hasilnya adalah sebagai berikut.


2

2
Ek   mu v dnv sin  cos 2  d
2


2
Ek  m u v 2 dnv  cos  d cos 
2


Ek = - m u v2 dnv 1 cos 3 
3
 1 

0
2

Ek = - m u v2 dnv [1/3 cos3 90° - 1/3 cos3 0°]


Ek = - m u v2 dnv [1/3. 0 – 1/3.1]
Ek = - m u v2 dnv [1/3. 0 – 1/3.1]
Ek = - m u v2 dnv [-1/3]

Pengantar Fisika Statistik 4


Teori Kinetik Gas
Ek = 1/3 m u v2 dnv
Energi yang hilang untuk segala kecepatan didapatkan dengan mengintegrasi ke v
dengan batas besarnya v, maka diperoleh hasilnya adalah:
v

Ek = 
0
1/3 m u v2 dnv

persamaan ini dapat diganti dengan v 2 karena untuk v 2 ditentukan dengan:

v
2
dnv
v2 =
n
Sehingga untuk tumbukan semua molekul dengan semua kecepatan dan dari
segala arah di bawah piston didapatkan persatuan luas persatuan waktu adalah:
v


0
1/3 m u v2 dnv = 1/3 m u n v 2

= 1/3 n m u v 2

Selanjutnya kalau ditinjau satuan dari besaran 1/3 n m u v 2 dinama n adalah


jumlah molekul per satuan volume ternyata sama dengan satuan tekanan dikalikan
satuan kecepatan u. Karena itu persamaannya dapat dituliskan menjadi:
1/3 n m u v 2  pu
Dapat pula dikatakan bahwa energi kinetik yang hilang persatuan luas per satuan
waktu adalah p.u.
Kalau dikalikan dengan luas piston A, hasilnya energi kinetik yang hilang
persatuan waktu adalah:
p A u = F. u
= F. u
= Newton. m/det
= usaha/detik
Dalam hal ini usaha dilakukan untuk menggeser piston karena ada pengurangan
energi kinetik maka temperaturnya akan turun.

B. Persamaan Gas Clausius


Persamaan gas ideal didapatkan sebagai berikut ini:
PV=nRT atau P V = 1/3 N m v 2

Pengantar Fisika Statistik 5


Teori Kinetik Gas
dimana:
V = menyatakan volume tempat gas
P = tekanan gas
T = temperature gas dalam °K.
Persamaan ini merupakan persamaan pendekatan karena untuk gas sejati volume
tempat gas V masih harus dikoreksi dengan volume molekul gas itu sendiri dan
tekanan masih dikoreksi karena molekul gas sejati melakukan interaksi antar molekul.
Clausius memperbaiki persamaan di atas dengan memasukkan pengertian
volume tempat gas sama dengan volume tempat dimana gas itu berada dikurangi
dengan jumlah volume molekul gas itu sendiri.
Sehingga persamaan gas Clausius dapat dituliskan sebagai berikut ini:
P (v – b’) = n R T atau P (v-b’) = 1/3 N m v2
Perhitungan besarnya b’, dimana Clausius menghitung b’ sebagai berikut ini:
 Jari-jari molekul diumpamakan = ρ
 Molekul berbbentuk bola pejal
 Pada waktu tumbukan dianggap molekul yang satu mengkerut menjadi sebuah
titik sedangkan molekul yang lain mengembang menjadi jari-jari 2ρ sama dengan
jarak pusat ke pusat. Seperti terlihat pada gambar (4) dibawah ini.


Gambar (4).

 Volume bola dengan jari-jari 2ρ ini mewakili volume molekul 2 buah yang
bertumbukan.
 Karena ada n molekul dalam volume tempat tersebut maka besarnya b’ menurut
Clausius adalah:
b’ = ½ N 4/3 π (2ρ)3
b’ = ½ N. 4/3 π 8 ρ3
b’ = 16/3 N π ρ3
dimana: N : jumlah molekul dalam v dan ρ : jari-jari molekul

Pengantar Fisika Statistik 6


Teori Kinetik Gas
C. Persamaan Gas Van Der Walls
Pada tahun 1873, Van der walls melakukan perbaikan pada persamaan gas ideal
dengan memperhitungkan gaya interaksi antar molekul dan volume tempat. Oleh Van
der walls dimisalkan F karena tumbukan = p’. Tekanan ini berkurang karena gaya ini
beraksi antar molekul dan tempatnya.
2 2
N N
Berkurangnya tekanan ini sebanding dengan   atau sama dengan a '   .
V
  V 

Sehingga tekanan gas = p dimana:


2
N
p  p ' a '  
V 

atau
2
N
p'  p  a'  
V 

tekanan p’ tak lain adalah tekanan (p) pada: p V = n R T


Volume yang dipergunakan adalah volume yang telah dihitung atau yang telah
diperbaiki oleh Clausius yaitu (v-b’) dengan demikian rumus persamaan gas Van der
Walls dapat dituliskan menjadi:
p’ (V– b’) = n R T
atau

 N 
2

 p  a '    V  b'  n R T

 V  

kalau diambil konstantanya, maka diperoleh persamaan:


a
a = a’ No2 atau a'  2
No
dan
No N
b  b' atau b'  b
N No

dan untuk nilai N = No, maka persamaan gas Van der Walls menjadi:

 N 
2

 p  a '    V  b'  n R T

   
V 

 a  N 2   N N
 p   2  V  b  
2 
RT
 N o  V   No  No

Pengantar Fisika Statistik 7


Teori Kinetik Gas
 a  N 2   N N
 p  2  2  V  b   RT
 V  N o   No  No

Untuk satu mol gas yaitu N=No, maka persamaan di atas menjadi:
 a 
 p  2  V  b   R T
 V 
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa a dan b bukan merupakan konstanta
melainkan merupakan fungsi dari temperatur.

D. Distribusi Kecepatan Molekul Menurut Van Der Walls


Kecepatan molekul dipindahkan kepusat koordinat siku-siku x, y, dan z.
Komponen kecapatan pada tiap sumber adalah v x , v y dan v z . Dan v adalah
besarnya kecepatan dan disebut speed. Dalam hal ini, untuk setiap kecepatan berlaku:
2 2 2
v 2  vx  v y  vz

Dalam sumbu koordinat ini setiap vektor kecepatan dapat ditentukan dengan
koordinat titik ujung vektornya. Karena itu untuk membicarakan distribusi kecepatan
molekul cukup diperhitungkan distribusi titik molekul yang merupakan titik ujung
masing-masing vektor kecepatan. Ruang dimana dibuat sumbu x, y, dan z disebut
ruang kecepatan, seperti ditunjukkan pada gambar (5).

dvz

vz

vy dvy
v y

vx

dvx

Gambar (5).

Pengantar Fisika Statistik 8


Teori Kinetik Gas
Pada gambar (5), dapat dilihat titik wakil yang terdapat dalam prisma bervolume

dx dy dz akan memempunyai koordinat ( v x +d v x ), ( v y +d v y ),( v z +d v z ).

Kemudian juga harus diasumsikan d v x d v y d v z yang merupakan elemen volume,


elemen volume ini harus mengandung titik wakil yang jumlahnya banyak sekali tetapi
cukup kecil bila dibandingkan dengan seluruh titik wakil. Distribusi kecepatan
dianggap merupakan fungsi kontinu, meskipun sesungguhnya bila jumlah titik
wakilan terbatas fungsi distribusi kecepatan diskontinu.
Persamaan pertama: bila jumlah molekul total N atau jumlah titik wakil = N
pula, maka berapa bagian molekul memiliki komponen-x dari kecepatan diantara
harga sembarang yaitu dari v x sampai ( v x +d v x ).
Pertanyaan ini bila diubah menjadi: Berapa banyaknya titik wakil yang terdapat
dalam lembaran (slice) yang tebalnya d v x sejajar dengan bidang (xz) dan berjarak
v x dari bidang (yz). Untuk menjawab pertanyaan ini mula-mula diambil dNvx yang

menyatakan banyaknya titik wakilan dalam slice ini.


dNv x
Bagian ini bila dibandingkan dengan seluruh titik wakilan (N) menjadi:
N
Bagian ini akan tergantung dari letak slice jadi merupakan fungsi dari v x , juga
tergantung dari kekalnya slice (d v x ) berarti sebanding dengan d v x .
Karena bagian titik wakil dari dl slice dapat dinyatakan dengan:
dNv x
 f  v x  dv x
N
Dengan demikian dapat dilukiskan jumlah molekul yang memiliki komponen
kecepatan pada sumbu x dari v x sampai v x +d v x adalah
dNv x  N f  v x  dv x

Selanjutnya dapat pula dilukis


1. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-y dari
vy sampai ( v y +d v y ) adalah:
dNv y  N f  v y  dv y

2. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu-z


dengan besar antara v z sampai dengan ( v z +d v z ) adalah
dNv z  N f  v z  dv z

Pengantar Fisika Statistik 9


Teori Kinetik Gas
Masalah selanjutnya mencari berapa jumlah molekul yang memiliki kecepatan
dengan komponen pada sumbu-x adalah v x sampai ( v x +d v x ) dan pada sumbu-y
sebesar dari v y sampai ( v y +d v y ).
Jumlah molekul ini akan sama dengan jumlah titik ujung vektor kecepatannya yang
tersebar pada prisma yang merupakan perpotongan slice yang tegak lurus dengan
sumbu-x sejarak v x dari pusat sumbu O dengan tebal d v x dengan slice yang tegak
lurus dengan sumbu-y yang berjarak sejauh v y dari titik O dan tebal d v y , seperti
ditunjukkan pada gambar (6).
2 2
Jumlah molekul ini dinyatakan dengan d N v v . Besarnya d N v v
x y x y
akan

tergantung dari v x , v y dan juga tebal d v x dan d v y .


d 2 N vxv y
Mengingat hal ini dapat ditulis dengan persamaan:  f  v x  f  v y  dv x dv y
z N

v vy d vy
x y
dvx vx
v
d x

v
dvy d x
x
Gambar (6).
Atau
d 2 N vx v y  N f  v x  f  v y  dv x dv y

Dengan gambaran yang sama tentu saja dapat ditentukan


1. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan dengan komponen kecepatan
pada sumbu-y adalah v y sampai ( v y +d v y ) dan pada sumbu-z adalah v z
2
sampai dengan ( v z +d v z ). Jumlah ini ditulis d N v v sehingga: x y

Pengantar Fisika Statistik 10


Teori Kinetik Gas
d 2 N v y vz  N f  v y  f  v z  dv y dv z

2. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan dengan komponen kecepatan


pada sumbu-x adalah v x sampai ( v x +d v x ) dan pada sumbu-z adalah v z
2
sampai dengan ( v z +d v z ). Jumlah ini ditulis d N v x v z sehingga:

d 2 N v xv z  N f  v x  f  v z  dv x dv z

Masalah berikutnya adalah mencari jumlah molekul yang memiliki kecepatan


dengan komponen kecepatan pada sumbu-x adalah v x sampai ( v x +d v x ), v y
sampai ( v y +d v y ) dan pada sumbu-z adalah v z sampai dengan ( v z +d v z ).
Molekul-molekul ini akan memiliki titik ujung kecepatan pada suatu prisma
kecil merupakan potongan dari slice yang tegak lurus sumbu-x sejarak v x dari pusat
sumbu O dengan tebal d v x dengan slice yang tegak lurus dengan sumbu-y yang
berjarak sejauh v y dari titik O dan tebal d v y . Serta dengan slice yang tegak lurus
dengan sumbu-z berjarak v z dari O dan tebal d v z . Seperti terlihat pada gambar
berikut. z

dvz

dvy
dvz dvx
vy dvy
y
vx

dyx

x
Gambar (7).

Jumlah molekul ini akan tergantung dari v x , v y , v z serta d v x , d v y dan d v z .


3
Besarnya molekul ini ditandai dengan d Nv x v y v z dan dilukiskan dengan:
d 3 Nv x v y v z  N f  v x  f  v y  f  v z  dv x dv y dv z

Pengantar Fisika Statistik 11


Teori Kinetik Gas
Selanjutnya titik titik ujung vektor kecepatan molekul disebut titik wakil yaitu yang
mewakili molekul. Kalau dilihat dari gambar (7), maka dapat dilihat bahwa volume
prisma kecil itu adalah: dv x dv y dv z .
Karena itu dapat dihitung pula jumlah titik wakil per satuan volume adalah  dan
dapat ditulis menjadi:
d 2vx v y vz
  N f  vx  f v y  f  vz 
dv x dv y dv z

Kemudian kalau sebaran kecepatan adalah isotropik maka  adalah sama dengan
daerah yang memiliki jarak dari O sebesar v. Dalam hal ini berlaku pula:
v 2  vx  vy  vz

Dengan kata lain  besarnya sama dalam satu shell yaitu bola berongga tipis dengan
jari- jari v dari titik O dan tebal dv, seperti ditunjukkan pada gambar (8) berikut.

dv

Shell I shell II

Gambar (8).
Sekarang dipikirkan kalau pindah dari elemen volume I ke elemen volume II pada
umumnya  berubah. Perubahan  yang terjadi karena perubahan v x , v y , v z yang
berubah masing-masing dengan dv x , dv y dan dv z . Secara matematis dapat ditulis

sebagai turunan parsial dari  ke d v x , ke d v y , dan ke d v z


Dapat ditulis menjadi:
  
d  dv x  dv y  dv z
v x v y v z

Untuk f( v x ) adalah fungsi dari v x dan f( v y ) dan f( v z ) tak tergantung dari v x


maka dapat ditulis menjadi:

 N f ' vx  f v y  f  vz 
v x

Pengantar Fisika Statistik 12


Teori Kinetik Gas
f (v x )
Dimana f ' (v x ) 
dv x

Dengan cara yang sama dapat pula ditentukan:



 N f  vx  f ' v y  f  vz 
v y


 N f  vx  f v y  f '  vz 
v Z

Kalau perubahan dv x dv y dv z dalam elemen volume II masih terletak dalam shell I


elemen volume I dan karena keadaan isotropik, maka haruslah d  0 .
Syaratnya dapat ditentukan:
  
d  dv x  dv y  dv z
v x v y v z

0  N f '  v x  f  v y  f  v z   N f (v x ) f ' ( v y ) f (v z )  N f (v x ) f ( v y ) f ' (v z )

Persamaan ini dibagi dengan f  v x  f  v y  f  v z  sehingga didapat


f ' (v x ) f ' (v y ) f ' (v z )
0 dv x  dv y  dv z
f (v x ) f (v y ) f (v z )

Karena dalam daerah isotropik v campuran, maka diperoleh:


2 2 2
v 2  vx  v y  vz

Diturunkan menjadi:
2v x dv x  2v y dv y  2v z dv z  0

v x dv x  v y dv y  v z dv z  0

Selanjutnya persamaan:
f ' (v x ) f ' (v y ) f ' (v z )
dv x  dv y  dv z  0
f (v x ) f (v y ) f (v z )

merupakan persamaan pokok dari keadaan isotropik di atas dan persamaan:


v x dv x  v y dv y  v z dv z  0

Merupakan persamaan syarat yaitu persamaan syarat berlakunya persamaan keadaan


isotropik pula. Untuk menentukan distribusi kecepatan Maxwell, dari persamaan-
persamaan di atas diperlukan besarnya f( v x ), f (v y ) , f (v z ) . Untuk mencari besarnya

f( v x ) f (v y ) f (v z ) dapat dipergunakan metode perkalian tak tentu dari harganya.


Metode ini memerlukan persamaan-persamaan yang disebut:
1. Persamaan pokok
2. Persamaan syarat

Pengantar Fisika Statistik 13


Teori Kinetik Gas
Langkah metode ini :
1. Mengalikan persamaan syarat dengan konstanta  (yang merupakan pengali tak
tentu) harga  ditentukan kemudian.
2. Hasil perkalian pada langkah 1 ditambahkan pada persamaan utamanya.
3. Selanjutnya diselesaikan mungkin dengan cara integrasi tergantung dari keadaan.
4. Dalam penyelesaian langkah 3 bila diperlukan menurut keadaannya konstanta
integrasinya dipilih misalnya dalam bentuk ln  . Diamana  konstanta yang
ditentukan kemudian pula.
Perhitungan untuk mencari besarnya f( v x ), f (v y ) dan f (v z ) .
Persamaan syarat :
v x dv x  v y dv y  v z dv z  0

Persamaan pokok :
f ' (v x ) f ' (v y ) f ' (v z )
dv x  dv y  dv z  0
f (v x ) f (v y ) f (v z )

Langkah pertama, mengalikan persamaan syarat dengan konstanta tak tentu 


hasilnya :
v x dv x  v y dv y  v z dv z  0

Langkah kedua tambahkan persamaan pokok dengan hasil ini didapatkan


 f ' (v x )   f ' (v y )   f ' (v z ) 
  v x dv x    v y dv y    v z  dv z  0
 f (v x )   f (v y )   f (v z ) 

Karena dv x , dv y dan dv z bergandengan, maka persamaan ini akan benar kalau


koefisien dari dv x , dv y , dv z masing-masing sama dengan nol. Sehingga didapatkan
tiga persamaan berikut.
f ' (v x )
1.  v x  0
f (v x )
f ' (v y )
2.  v y  0
f (v y )

f ' (v z )
3.  v z  0
f (v z )

Masing-masing persamaan ini dapat diselesaikan sebagai berikut :


f ' (v x )
1.  v x  0
f (v x )

Pengantar Fisika Statistik 14


Teori Kinetik Gas
f (v x )
 v x  v x
dv x f (v x )

f (v x )
 v x  v x dv x
f (v x )

Integrasi :

ln f  v x    1 2  v x  ln 
2

ln f  v x   ln   ln e 
2
2  vx
1

f  vx  2
 e  2  vx
1


f  v x    e  2  vx
1 2

Dengan cara yang sama didapatkan:


1

f v y    e
 λv y 2
2

1
 λv z 2
f vz    e 2


Kalau  2  , maka persamaan untuk f( v x ), f (v y ) dan f (v z ) didapatkan:
2

f  v x    e  vx
2 2

f v y    e
  2vy2

f  v z    e   vz
2 2

Jadi harga/bentuk fungsi bentuk ( v x ) telah tertentu tapi muncul konstanta  dan 

yang belum diketahui. Hasil ini dimaksudkan ke dalam persamaan:


d 3 Nv x v y v z  N f  v x  f  v y  f  v z  dv x dv y dv z

  2 ( vx 2 v y 2 vz 2 )
d 3 Nv x v y v z  N  3 e dv x dv y dv z
2 2
d 3 Nv x v y v z  N  3 e   v
dv x dv y dv z


d 3 Nv x v y v z  N  3 exp   2 v 2 dv x dv y dv z 
d 3v x v y v z
Selanjutnya: 
dv x dv y dv z
 N  3 exp   2 v 2  
Ternyata besarnya  hanya tergantung dari  saja. Hal ini cocok untuk kecepatan
isotropik.
Grafik  terhadap  dapat dilihat pada gambar (9) di bawah ini.

Pengantar Fisika Statistik 15


Teori Kinetik Gas

N 3

Gambar (9). v
Kalau v = 0 maka   N 3
Kalau v =  maka  = 0
Dari grafik dapat dibaca bahwa  terbesar didapatkan kalau v = 0 dan kemudian
menurun bersamaan dengan membesarnya v. Harga N  3 exp    2 v 2  disebut
distribusi kecepatan dari Maxwell.

Pengantar Fisika Statistik 16

Anda mungkin juga menyukai