Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Kemagnetan
2.1.1 Konsep Gaya Magnet
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian.
Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa
(sekarang berada di wilayah Turki). Di wilayah tersebut terkandung batu magnet yang ditemukan
sejak zaman dulu. Magnet terbuat dari logam seperti besi dan baja. Magnet memiliki berbagai
bentuk dan dinamakan sesuai bentuknya, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Bentuk-bentuk magnet

Magnet selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub yang
senama bila didekatkan akan saling tolak menolak, sedangkan kutub-kutub yang berbeda nama
bila didekatkan akan saling tarik-menarik. Kutub-kutub ini selalu ada pada setiap magnet
walaupun magnet tersebut dipotong menjadi potongan magnet kecil. Interaksi antara kutub-kutub
magnet yang ditimbulkan oleh gerakan muatan listrik (elektron) pada benda menimbulkan gaya
magnet (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
2.1.2 Medan Magnet
Ruang di sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh gaya magnet disebut medan magnet.
Medan magnet digambarkan sebagai garis-garis gaya magnet. Arah garis-garis gaya magnet
yaitu keluar dari kutub utara masuk ke kutub selatan. Selain bumi, benda magnetik juga dapat
menghasilkan medan magnet. Bumi adalah magnet raksasa. Bumi memiliki kutub utara dan
selatan. Kutub utara magnet bumi berada di sekitar kutub selatan bumi, dan kutub selatan magnet
bumi berada di sekitar kutub utara bumi. Magnet bumi memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan
selatan. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan bumi.
Medan magnet bumi digambarkan dengan garis-garis lengkung yang berasal dari kutub
selatan bumi menuju kutub utara bumi. Magnet  bumi  tidak  tepat  menunjuk  arah  utara-selatan
geografis. Penyimpangan magnet bumi ini akan menghasilkan garis-garis gaya magnet bumi
yang  menyimpang  terhadap  arah  utara selatan  geografis.

Gambar 2. Garis-garis gaya magnet bumi


Ketidaktepatan kutub utara dan kutub selatan magnet bumi disebut deklanasi. Selain adanya
ketidatepatan penunjukan arah kutub utara dan kutub selatan magnet bumi, ternyata medan
magnet bumi juga membentuk sudut dengan horizontal bumi, atau yang disebut dengan sudut
inklinasi.
Gambar 3a. Sudut deklinasi Gambar 3b. Sudut deklinasi

Medan magnet bumi berfungsi untuk melindungi penduduk bumi dari radiasi kosmik (partikel
listrik yang dihasilkan oleh matahari atau benda-benda langit lainnya) yang mengancam
kesehatan. Namun, karena adanya medan magnet bumi, partikel listrik tidak dapat masuk ke
seluruh permukaan bumi, tetapi hanya akan masuk ke kutub-kutub bumi.
2.2 Kemagnetan dalam Produk Teknologi Sains Dikaji dalam Kajian Bidang Fisika
2.2.1 MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Kemajuan teknologi di bidang kedokteran yang ada pada saat ini memberi kemudahan
bagi para praktisi kedokteran untuk mendiagnosa penyakit serta menentukan jenis pengobatan
bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien. MRI (Magnetic
Resonance Imaging) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi ,
yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan
menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064–1,5 Tesla dan resonansi getaran terhadap
inti atom hidrogen. MRI ini merupakan salah satu alat diagnostik terpenting dalam dunia
kedokteran. Berbeda dengan alat diagnostik lainnya yang menggunakan sinar-X, bahan
radioaktif dan memungkinkan dengan adanya operasi, MRI hanya menggunakan penerapan
medan magnet dan gelombang frekuensi radio dalam proses diagnosa (Stark, 1988).

Gambar 4. Peralatan MRI

MRI ini biasa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan fisiologi
otot hidup. Dengan pemeriksaan MRI akan memungkinkan molekul-molekul di dalam tubuh
akan bergerak dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Oleh antena, sinyal tersebut akan
dikirim dan diproses oleh komputer untuk menjadi gambaran yang jelas dalam tiga dimensi dari
struktur tubuh bagian dalam. Piranti ini memungkinkan tampilan gambar yang dapat
menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai bentuk anatomi
jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak, sumsum tulang belakang, serta susunan saraf dan
juga jaringan lunak dalam sistem organ tulang dan otot seperti otot ligamen, tendon, tulang
rawan, ruang sendi seperti misalnya pada cedera lutut maupun cedera sendi bahu. Pemeriksaan
lain yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada,
payudara, organ organ dalam perut, pembuluh darah, dan jantung.
Menurut Supriyanto (2004) pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik
morpologi (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain-lain) dari keadaan patologis. Tujuan
tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh
aksial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya:
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada kelenjar pituitari, lubang telinga dalam,
rongga mata, sinus.
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi stroke/infark, gambaran fungsi otak, pendarahan,
infeksi, tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma,
proses degenerasi, atrofi.
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses degenerasi (HNP), tumor, infeksi,
trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan musculoskeletal untuk organ lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
pergelangan kaki, kaki, untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor,
infeksi/abses, dan lain-lain.
5. Pemeriksaan abdomen untuk melihat hati, ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas,
limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.
6. Pemeriksaan thorax untuk melihat paru-paru dan jantung.
Gambar 5. Hasil Pencitraan MRI
Teknik penggambaran MRI relatif kompleks karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas gambar
MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras,
sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Untuk menghasilkan
gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus
memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain:
1. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik.
2. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaannya.
3. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya.
4. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.

Bila ditinjau dari tipenya, MRI terdiri dari MRI yang memiliki kerangka terbuka (open
gantry) dengan ruang yang luas dan MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong
sempit. Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya, terdiri dari:
1. MRI Tesla tinggi (High Field Tesla) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T.
2. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T.
3. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.

Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat
digunakan untuk teknik fast Scan, yaitu suatu teknik yang memungkinkan gambar irisan
penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang
yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat
suatu lesi menjadi lebih spesifik.

2.2.2 Prinsip Kerja MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Selama pemeriksan, MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh bergerak
dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan
dikirimkan ke komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah
gambaran (imaging) yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam. Berikut ini akan
dijelaskan cara kerja MRI :
1. Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselaraskan dengan menggunakan medan
magnet yang berkekuatan tinggi.
2. Denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan pada tingkat menegak kepada garis medan
magnet agar sebagian inti atom hidrogen bertukar arah.
3. Frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan inti atom hidrogen berganti pada
konfigurasi awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat
ditangkap oleh tabung yang mengelilingi pasien.
4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan
gambar.

Gambar 6. MRI dan bagiannya

Sebagai contoh prinsip kerja dari MRI, proton yang ada di kepala pasien ditempatkan
dalam medan magnet kemudian dipancarkan gelombang radio RF (Radio Frekuensi).
Gelombang-gelombang tersebut diterima dan dipancarkan oleh molekul-molekul yang ada di
kepala pasien sehingga bisa didapatkan sinyal-sinyal listrik yang kemudian dapat diproses
dengan komputer sehingga terbentuk gambar yang jelas di monitor. Peralatan MRI dapat
memberikan gambar yang cukup jelas pada organ-organ tubuh manusia seperti kepala dan tulang
belakang, dada, perut, pinggul dan juga gambaran pembuluh darah dalam tiga dimensi
(Supriyanto, 2004). 
2.2.3 Keunggulan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Ada beberapa kelebihan MRI, yaitu sebagai berikut.
1. Prosedur MRI tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan dan sebagainya.
2. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak,
sumsum tulang serta muskuloskeletal.
3. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
4. Kualitas gambar yang diperoleh biasanya mempunyai resolusi lebih baik berbanding CT
scan.
5. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan
spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
6. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi
pasien.
7. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
8. Tidak menggunakan kontras untuk sebagian besar pemeriksaan MRI.

Stark, David D. 1988. Magnetic Resonance Imaging. Toronto : The CV Mosby Company.

Supriyanto, Pawiro A. 2004. Penghantar Memahami MRI. Jakarta: Gagas Media.

Anda mungkin juga menyukai