Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

Low Back Pain

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Ilmu Saraf RSUD Dr. Soedono Madiun

Disusun oleh :

Afif Fikri Fadhlullah

Chairun Nisa’ Nuraini

Dian Muhammad Gibran

Pembimbing :

dr. Diyan Anita, Sp. N

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF

RSUD DR. SOEDONO MADIUN

2020
Low Back Pain

I. DEFINISI
Low back pain merupakan istilah medis untuk nyeri di punggung bawah
yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau
lebih tanpa nyeri punggung bawah. LBP juga bisa diartikan dengan nyeri dan
ketidak nyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin)
dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa nyeri pada daerah tungkai. LBP
termasuk salah satu dari gangguan akibat dari mobilisasi yang salah. Penyebab
umum yang sering terjadi adalah regangan otot serta bertambahnya usia yang
menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang
sehingga otot- otot pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang
belakang menjadi lemah.1,2
Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a) LBP akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi <2minggu dan pada fase akut akhir
terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba namun
dapat hilang sesaat kemudian.
b) LBP sub akut
Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu
c) LBP kronik
Keluhan pada fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang
berulang. Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama.3

II. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Mekanik Statik LBP
mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis
(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut lumbosakral
(sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30° - 40°) dan
menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan sudut lumbosakral
dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan peregangan
pada ligamen dan kontraksi otototot yang berusaha untuk mempertahankan postur
tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan
otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.3
b. Mekanik Dinamik LBP
Mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan
gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot
atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan kombinasi
(terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang
berat.3
Faktor risiko pada LBP yang paling sering terjadi adalah beban kerja fisik
yang berat seperti mengangkat kotak belanjaan, posisi tubuh membungkuk, dan
getaran seluruh tubuh. Gaya hidup juga mempengaruhi kejadian LBP.2
Terdapat beberapa faktor risiko pada LBP seperti jenis kelamin, usia,
merokok, kebugaran jasmani, kekuatan otot, antropometri. Secara fisiologis,
kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria dengan
perbandingan 3:1. Dengan demikian dapat terlihat bahwa penderita nyeri
punggung bawah lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan wanita sekitar
70-80%. Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia produktif
yaitu 25-65 tahun. Keluhan awal dirasakan pada usia 35 tahun dan meningkat
dengan bertambahnya 16 usia. Hal ini karena penurunan kekuatan dan ketahanan
otot sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Tubuh mengalami
perubahan sejalan dengan bertambahnya usia, dan diskus intervertebralis
merupakan salah satu bagian tubuh yang paling awal berubah karena suplai darah
langsung ke diskus mulai berkurang.4
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan keluhan otot, karena menurunkan
kapasitas paru-paru sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen
menurun. Hal ini mengakibatkan tingkat kebugaran tubuh juga menurun. Risiko
tersebut meningkat 20% untuk perokok dengan 10 batang rokok tiap hari, sama
halnya dengan mereka yang sudah berhenti merokok selama 1 tahun.4
Keluhan otot jarang ditemukan pada orang yang dalam aktivitas sehari-
harinya memiliki waktu yang cukup beristirahat. Sebaliknya pada orang yang
pekerjaannya memerlukan pengerah tenaga besar namun tidak memiliki waktu
cukup untuk beristirahat, berisiko untuk mengalami keluhan otot yang akan
meningkat. Kekuatan otot secara fisiologis pada orang yang memiliki kekuatan
otot rendah, bila melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga, akan
lebih rentan terhadap risiko cedera otot.4

III. PATOFISIOLOGI
Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1,
dimana pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal
kehilangan refleks sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan
kelemahan otot terjadi.5
LBP mekanik banyak disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan.
Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur
tubuh yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah
punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal
atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada
otot-otot punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan
iskemi atau inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan
menambah spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas.6 Otot
penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung, gluteus
maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam
mempertahankan sudut lumbosakral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30
derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat menimbulkan pembesaran
sudut lumbosakral.7
LBP mekanik dapat juga disebabkan karena beberapa hal, diantaranya
postur tubuh dan fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang lemah
serta exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat, seperti teknik
mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan ekstra pada punggung bawah
dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik terutama pada daerah
punggung bawah karena nyeri menjalar ke daerah lutut, paha dan pantat.7
Buruknya postur tubuh seperti sikap berdiri yang membungkuk ke depan,
tidak tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung
bawah sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini
membuat titik berat badan akan jatuh ke depan, sehingga punggung harus ditarik
ke belakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal. Fleksibilitas yang buruk
karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas sendi-sendi dan ekstensibilitas
jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah sekali mengalami penarikan
dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya kurang berarti.7
Merokok juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya LBP, akan
tetapi patofisiologi nyeri punggung bawah pada orang dengan kebiasaan merokok
tidak secara jelas diketahui. Terdapat salah satu teori yang menyatakan bahwa
kandungan nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
yang mensuplai nutrisi ke sel-sel diskus intervertebralis, bila pasokan nutrisi
terganggu sel-sel mengalami malnutrisi sehingga rentan mengalami kerusakan.
Kandungan nikotin di dalam rokok juga mengakibatkan penebalan dinding
pembuluh darah yang memperberat pasokan darah dan nutrisi ke jaringan. Selain
itu, nikotin mempunyai efek negatif terhadap sel osteoblas, yaitu memengaruhi
proliferasi dan juga metabolisme seluler osteoblas serta sintesis kolagen, sehingga
kepadatan mineral tulang berkurang. Lebih lanjut lagi, salah satu hasil akhir rokok
adalah gas beracun karbon monoksida. Karbon monoksida yang dihasilkan dari
pembakaran rokok akan berikatan dengan hemoglobin (hb), sehingga
menghambat dan juga mengurangi pelepasan oksigen (yang seharusnya berikatan
dengan hemoglobin) ke jaringan terutama jaringan selsel diskus intervertebralis
yang kekurangan nutrisi.8

IV. MANIFETASI KLINIS


Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari
patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan
umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan nyeri
dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang
gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler
yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok
otot tersebut diregangkan.9,10

Low Back Pain mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut :

1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.

2. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa

meringankan ataupun memperberat keluhan.

3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk

setelah digunakan beraktivitas.

4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan

ataupun pembengkakan.

5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.

6. Dapat terjadi morning stiffness.

7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri,

berjalan maupun duduk.

8. Nyeri berkurang bila berbaring

V. DIAGNOSIS
Anamnesis
A. Anamnesis

Hal klinis yang perlu dievluasi dari LBP meliputi riwayat dan fisik untuk
mengevaluasi tanda atau gejala yang mengindikasikan perlunya pencitraan segera
dan evaluasi lebih lanjut. Untuk kebanyakan pasien dengan nyeri punggung akut
(<4 minggu), tes laboratorium dan pencitraan tidak diperlukan dalam evaluasi
awal.

Meskipun tidak mungkin untuk menentukan penyebab pasti dari gejala


LBP, penting untuk mengevaluasi bukti etiologi spesifik dari nyeri
punggung. Anamnesis harus mencakup lokasi, durasi, dan tingkat keparahan
nyeri, riwayat nyeri punggung sebelumnya, dan bagaimana gejala saat ini
dibandingkan dengan nyeri punggung sebelumnya.

Hal yang perlu ditanyakan adalah terkait gejala konstitusional (misalnya,


penurunan berat badan yang tidak disengaja, demam, atau keringat malam),
riwayat keganasan, pencetus, terapi yang sudah digunakan, gejala neurologis
(misalnya, kelemahan, jatuh atau ketidakseimbangan saat berjalan, mati rasa atau
perubahan sensorik lainnya, atau gejala usus / kandung kemih), perkembangan
gejala, riwayat infeksi bakteri baru-baru ini, riwayat atau penggunaan obat injeksi
baru-baru ini, riwayat atau penggunaan obat kortikosteroid saat ini, dan riwayat
prosedur epidural atau spinal baru-baru ini.

Gejala yang menunjukkan penyakit sistemik yang mendasari diantaranya


riwayat kanker, usia> 50 tahun, penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan, durasi nyeri >1 bulan, nyeri malam hari, dan tidak responsif terhadap
terapi sebelumnya. Demam yang terdokumentasi, penggunaan obat suntik, infeksi
bakteri baru-baru ini (terutama bakteremia), atau instrumentasi epidural atau
spinal baru-baru ini meningkatkan kecurigaan infeksi tulang belakang. 
B. Pemeriksaan Fisik 11,12,13

Secara umum, tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi ciri-ciri


yang menunjukkan indikasi evaluasi lebih lanjut. Pemeriksaan fisik harus
mencakup komponen-komponen berikut:

● Pemeriksaan punggung dan postur - Pemeriksaan pasien pada


pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan kelainan anatomi seperti skoliosis
atau hiperkifosis.

● Palpasi / perkusi tulang belakang - Palpasi atau perkusi punggung


biasanya dilakukan untuk menilai nyeri tekan pada tulang belakang atau
jaringan lunak. Nyeri vertebra adalah hal yang sensitif, tetapi tidak spesifik,
ditemukan untuk infeksi tulang belakang, dan mungkin juga terlihat pada
pasien dengan metastasis vertebra dan fraktur kompresi osteoporosis.

● Pemeriksaan neurologis - Pasien harus menjalani pemeriksaan neurologis


termasuk pemeriksaan refleks, kekuatan, sensasi, dan gaya berjalan. 

Untuk pasien yang dicurigai menderita radikulopati, pengujian neurologis


harus fokus pada akar saraf L5 dan S1, karena kebanyakan radikulopati yang
signifikan secara klinis terjadi pada level ini. 

● Provokasi Nervus Ischiadikus - provokasi nervus ischiadikus dapat


membantu mengidentifikasi apakah gejala bersifat radikuler.

●Lain - lain - Untuk pasien dengan inkontinensia urin yang baru atau


memburuk, hal yang perlu dievaluasi adalah sisa kandung kemih post void
(misalnya, dengan ultrasound) untuk membedakan inkontinensia overflow
dari inkontinensia urgensi dan / atau stres. Jika riwayat pasien menunjukkan
keganasan, perlu dievaluasi sesuai kebutuhan (misalnya, pemeriksaan
kelenjar getah bening, pemeriksaan payudara, evaluasi prostat). Komponen
pemeriksaan fisik lainnya (misalnya pemeriksaan pinggul atau pemeriksaan
penyakit pembuluh darah perifer) harus dilakukan berdasarkan riwayat
penyakit. 

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada LBP kronis adalah pencitraan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu plain X-ray atau magnetic
resonance imaging (MRI) dan CT Scan.10 Pasien LBP kronis yang dicurigai
karena keganasan atau infeksi dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa
laju endap darah dan/atau C-Reactive Protein. Pemeriksaan dengan
electromyography (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV) membantu dalam
menentukan radikulopati akut atau kronis dan lokasi lesi patologis.13

Laboratorium - Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi,


berguna untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika
ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat) dan elektroforesis protein
serum (protein myeloma).12,13

Foto Polos - Pada pasien dengan keluhan nyeri punggang bawah, dianjurkan
berdiri saat pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior, lateral dan
oblique. Gambaran radiologis yang sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet,
penumpukan kalsium pada vertebra, pergeseran korpus vertebra (spondilolistesis),
dan infiltrasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat
spasme otot paravertebral.11

MRI - MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
jaringan lunak. Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat vertebra
dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula
spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus
post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.11

CT- Mielografi - CT- mielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga
untuk diagnosis LBP untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor.

VI. TATALAKSANA
A. Nonfarmakologi
Panas sering diterapkan dengan alasan dapat mengurangi kejang
otot. Sebuah tinjauan sistematis tahun 2006 termasuk enam penelitian tentang
nyeri punggung bawah menemukan bukti moderat bahwa pembungkus panas
dapat mengurangi rasa sakit dan kecacatan untuk pasien dengan durasi nyeri
kurang dari tiga bulan, meskipun manfaatnya kecil dan berumur pendek.14
Tidak ada bukti bahwa pijat menawarkan manfaat klinis untuk nyeri
punggung bawah akut.15 Namun, uji coba secara acak menemukan bahwa
dibandingkan dengan perawatan biasa, ketika pijat dipilih oleh pasien, itu
dikaitkan dengan peningkatan kepuasan pasien.16
Akupunktur mungkin merupakan pilihan yang masuk akal bagi pasien
yang tertarik dengan akses ke ahli akupunktur. Bukti manfaat pada nyeri
punggung bawah akut terbatas. Uji coba akupunktur secara acak cenderung kecil
dan heterogen dalam metodologi, dan kebutaan itu sulit. Tinjauan sistematis
akupunktur untuk nyeri punggung bawah akut telah menemukan hasil yang tidak
konsisten. Akupunktur aman dengan sedikit efek samping.Ada lebih banyak bukti
yang mendukung penggunaan akupunktur pada nyeri punggung bawah kronis.17
Manipulasi tulang belakang adalah suatu bentuk terapi manual yang
melibatkan gerakan sendi di dekat akhir rentang gerak klinis. Berdasarkan bukti
yang tersedia, manipulasi tulang belakang tampaknya memberikan perbaikan
sederhana pada nyeri dan fungsi. Sebuah tinjauan sistematis 2017 dan meta-
analisis terapi manipulatif tulang belakang untuk nyeri punggung bawah akut
memeriksa 26 uji coba terkontrol secara acak.18 Lima belas percobaan (1711
pasien) memberikan bukti perbaikan kualitas sedang dalam skala nyeri analog
visual, dan 12 percobaan (1381 pasien) menunjukkan bukti kualitas sedang dari
perbaikan fungsi. Kelompok pembanding heterogen dan termasuk analgesik,
olahraga, dan terapi fisik. Efek samping ringan sementara seperti nyeri yang
meningkat, otot kaku, dan sakit kepala dilaporkan pada 50 hingga 67 persen
pasien. Efek samping yang serius (misalnya, perburukan herniasi lumbal, sindrom
cauda equina) setelah manipulasi tulang belakang jarang terjadi.
Mengintegrasikan manipulasi tulang belakang ke dalam rencana terapeutik untuk
setiap pasien harus bergantung pada preferensi dan akses mereka ke jenis
intervensi ini. Ada sedikit bukti untuk memandu durasi terapi. Kebanyakan uji
klinis telah mengevaluasi kursus manipulasi dua kali seminggu selama dua hingga
tiga minggu. Tidak ada data untuk memilih tipe praktisi (misalnya, ahli tulang,
ahli osteopati, terapis pijat, ahli terapi fisik.
Terapi latihan mencakup latihan perawatan diri yang dilakukan oleh pasien
dan latihan yang diawasi dalam konteks terapi fisik. Beberapa penelitian
menunjukkan kemanjuran sederhana dari terapi olahraga dalam beberapa kasus
nyeri punggung bawah akut (<4 minggu), tinjauan sistematis belum secara jelas
menunjukkan manfaat pengobatan dari terapi olahraga umum dibandingkan
dengan pengobatan konservatif lainnya. Sebagai contoh, dalam satu tinjauan
sistematis dari 11 percobaan acak latihan pada pasien dengan nyeri punggung
bawah akut, terapi olahraga tidak lebih efektif daripada tidak ada pengobatan atau
perawatan konservatif lainnya, yang mencakup obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) / analgesik lain, program pendidikan pasien, dan / atau saran untuk tetap
aktif. Uji coba acak berikutnya pada pasien dengan nyeri punggung selama 16 hari
atau kurang dibandingkan empat sesi terapi fisik dengan perawatan biasa selama
empat minggu; intervensi menyebabkan sedikit perbaikan dalam skor indeks
kecacatan pada empat minggu yang tidak dianggap signifikan secara klinis, dan
tidak ada perbedaan pada satu tahun.19
Rujukan awal ke ahli terapi fisik mungkin bermanfaat bagi pasien dengan
nyeri punggung akut yang berisiko lebih tinggi mengalami nyeri punggung kronis,
tetapi hal ini tidak terbukti dan mungkin berkaitan dengan pendidikan yang
diberikan daripada olahraga dan terapi yang dilakukan. Sementara penelitian yang
menilai pendekatan semacam itu menunjukkan hasil yang lebih baik untuk
kecacatan dan waktu kerja yang hilang, mayoritas pasien dalam penelitian ini (>
80 persen) mengalami nyeri punggung bawah subakut atau kronis daripada nyeri
punggung bawah akut. Tindakan pembedahan dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami LBP dengan kausa HNP.20

B. Farmakoterapi
Terapi awal dengan cara uji coba pengobatan jangka pendek (dua sampai
empat minggu) dari obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Biasanya dimulai
dengan ibuprofen (400 hingga 600 mg empat kali sehari) atau naproxen (250
hingga 500 mg dua kali sehari). Dosis harus diturunkan sesuai toleransi. NSAID
memberikan bantuan gejala sederhana untuk nyeri punggung bawah akut.21
NSAID mungkin memiliki efek samping ginjal, gastrointestinal, dan
kardiovaskular yang signifikan dan dapat dikontraindikasikan pada beberapa
pasien. Semua toksisitas NSAID lebih sering terjadi pada pasien yang lebih tua.22
Acetaminophen secara historis dianggap sebagai pilihan untuk terapi lini
pertama untuk nyeri punggung bawah. Namun, bukti kemanjuran telah dicampur,
dan tinjauan Cochrane 2016 menyimpulkan bahwa ada bukti berkualitas tinggi
bahwa asetaminofen tidak menunjukkan manfaat dibandingkan dengan plasebo
pada nyeri punggung bawah akut. Ada juga bukti bahwa penambahan
asetaminofen ke terapi NSAID jangka pendek tidak memberikan manfaat lebih
lanjut. Mengingat bahwa asetaminofen memiliki risiko yang jelas dan manfaat
yang dipertanyakan, kami tidak merekomendasikannya sebagai terapi awal atau
tambahan untuk sebagian besar pasien dengan nyeri punggung bawah akut.23
Namun, pada pasien tertentu yang tidak memiliki alternatif yang aman
dan asetaminofen adalah pengobatan yang paling tidak berbahaya, kami yakin
masuk akal untuk mempertimbangkan uji coba asetaminofen sebagai terapi
awal. Asetaminofen 650 mg secara oral setiap enam jam sesuai kebutuhan
(maksimum 3 gram per 24 jam) untuk kebanyakan orang dewasa, gunakan total
dosis harian yang lebih rendah untuk pasien dewasa yang lebih tua, mereka yang
memiliki gangguan hati, dan pasien dengan faktor lain yang mempengaruhi untuk
hepatotoksisitas. 23
Untuk pasien dengan nyeri yang refrakter terhadap farmakoterapi awal,
penambahan relaksan otot nonbenzodiazepine disarankan. Pada pasien yang tidak
dapat mentolerir atau memiliki kontraindikasi terhadap relaksan otot, kombinasi
NSAID dan asetaminofen adalah pilihan lain, meskipun hanya ada sedikit data
yang mendukung penggunaan kombinasi ini.
Relaksan otot adalah kelompok obat yang beragam dengan efek fisiologis
serupa termasuk analgesia dan derajat relaksasi otot rangka atau menghilangkan
kejang otot. Mereka termasuk benzodiazepine, cyclobenzapine, methocarbamol,
carisoprodol, balcofen, chlorzoxazone, metaxalone, orphenadrine, dan tizanidine.
Nyeri parah dengan penggunaan opioid dan tramadol pada nyeri punggung
bawah akut terbatas. Agen-agen ini harus disediakan untuk pasien yang tidak
mengalami pengurangan yang memadai dari atau memiliki kontraindikasi
terhadap agen lain.24
Opioid memiliki sedikit manfaat jika ditambahkan ke terapi NSAID. Jika
opioid digunakan untuk nyeri punggung bawah akut, durasi terapi harus
singkat.24 Terapi opioid untuk nyeri akut hingga kurang dari tiga hari untuk
sebagian besar pasien kecuali keadaan jelas memerlukan terapi tambahan. Bahkan
dalam kasus tersebut, lebih dari tujuh hari jarang diperlukan.26
Tramadol adalah agonis opioid yang juga memblokir pengambilan
kembali serotonin dan norepinefrin. Dibatasi penggunaan rutin hingga beberapa
hari dan total penggunaan hingga dua minggu. Tramadol mungkin memiliki risiko
sembelit dan ketergantungan yang lebih rendah daripada opioid konvensional
tetapi membawa risiko sindrom serotonin, terutama bila dikombinasikan dengan
agen serotonergik lain.27

VII. Komplikasi
Punggung bawah terintegrasi dengan struktur tulang, sendi, ligamen, dan
otot yang kompleks. Ligamen terkilir, otot tegang, cakram pecah, sendi facet yang
teriritasi, atau patah tulang dapat menyebabkan nyeri di punggung
bawah. Ketidakseimbangan dalam struktur ini dapat menyebabkan stenosis tulang
belakang, skoliosis, linu panggul, dan radikulopati lainnya (sensasi di kaki) yang
dapat menyebabkan berbagai gejala mulai dari nyeri tumpul hingga nyeri
menusuk atau menusuk.28

Tulang belakangnya dilapisi oleh cakram seperti balon air yang


kenyal. Ketika cakram ini melemah karena penuaan atau keausan, tonjolan bisa
berkembang. Tonjolan ini dapat memberi tekanan pada akar saraf tulang belakang
atau dapat pecah, menyebabkan nyeri hebat dan / atau radikulopati. Tanda khas
dari Sciatica adalah ketika rasa sakit menjalar ke pantat dan ke belakang kaki
Anda, akhirnya menjalar ke bawah lutut.29

Nyeri punggung bawah sendiri merupakan gejala dari cedera atau masalah
yang mendasari. Jenis nyeri tergantung pada penyebabnya. Nyeri punggung
bawah bisa ringan atau parah, atau berkala atau kronis. Rasa sakitnya bisa dalam,
sakit, menusuk, atau berdenyut. Ketika saraf terpengaruh, rasa sakit dapat
menyebar ke berbagai area tubuh, misalnya, di kaki.29

Nyeri yang paling parah di pagi hari dan membaik dengan gerakan dan
peregangan sering kali merupakan indikasi cedera otot. Jika nyeri punggung
bawah Anda memburuk di malam hari, dan tidak berkurang dengan olahraga, itu
mungkin merupakan tanda nyeri punggung yang "dirujuk" ke punggung dari
beberapa organ lain atau karena masalah tulang.29

Nyeri yang menjalar ke bagian belakang salah satu atau kedua kaki adalah
tanda linu panggul. Jika saraf skiatika, atau saraf tulang belakang lainnya, sedang
tertekan, hal itu dapat menyebabkan rasa sakit yang meningkat selama batuk,
bersin, atau mengejan. Gejala lain dari kompresi saraf adalah kesulitan
mengangkat kaki Anda saat menjaganya tetap lurus. Disk yang tergelincir adalah
kemungkinan penyebab gejala ini.29

Terlalu banyak tekanan dapat merusak saraf yang menuju ke area lain dari
tubuh, menyebabkan rasa sakit dan kelemahan di area tersebut. Saraf skiatik
hanyalah satu saraf yang dapat dipengaruhi oleh kompresi. Ini memanjang dari
punggung bawah sampai ke belakang setiap kaki. Gejala linu panggul meliputi
nyeri punggung bawah, nyeri pinggul, rasa terbakar atau kesemutan di salah satu
kaki, nyeri menusuk yang membuat sulit untuk berdiri, lemas atau mati rasa, atau
kesulitan menggerakkan tungkai atau kaki.29

Berada dalam rasa sakit yang konstan mencegah seseorang untuk mencari
aktivitas. Nyeri kronis dapat menghalangi seseorang untuk berolahraga secara
teratur, yang merupakan bagian dari gaya hidup sehat. Gerakan terbatas karena
sakit punggung pasti menyebabkan seseorang menambah berat badan dan
kehilangan massa otot. Postur tubuh secara keseluruhan dapat sangat terpengaruh
dari waktu ke waktu karena tubuh menyesuaikan diri dengan satu posisi standar
yang diadakan untuk menghindari rasa sakit.29

Nyeri yang parah sering kali menyebabkan gangguan pada pola tidur
seseorang, yang dapat mengakibatkan insomnia. Kurang tidur juga dapat
menyebabkan suasana hati yang negatif, marah, dan kesulitan menghadapi
peristiwa sehari-hari.29

VIII. PROGNOSIS
Nyeri punggung bawah jarang sekali mengancam nyawa, tetapi sangat
mengganggu kualitas hidup. Nyeri punggung bawah kronis sering fluktuatif dan
memiliki episode eksaserbasi akut yang rekuren. Prognosis jumlah episode
eksaserbasi akan lebih buruk pada pasien yang memiliki riwayat serangan akut
yang sangat berat dan bertahan lama. Prognosis LBP kronis akan baik apabila rasa
nyeri dapat diatasi dan penjalaran nyeri djuga diatasi. Relaps dapat terjadi apabila
pasien melakukan aktivitas yang memberatkan kerja otot punggung dan juga
tulang belakang.30

DAFTAR PUSTAKA
1. Hasenbring Mi, Rusu Ac, Turk Dc. From Acute To Chronic Back Pain: Risk
Factors, Mechanisms, And Clinical Implications [Internet]. Oup Oxford; 2012
2. Cahyati A. Merawat Tanpa Nyeri Punggung Bawah. 2012;(April).
3. Goertz M, Thorson D, Bonsell J, Bonte B, Campbell R, Haake B, Et Al. Health
Care Guideline Adult Acute And Subacute Low Back Pain. Inst Clin Syst
Improv. 2012;15
4. Munir S. Analisis Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Final 47 Packing
Dan Part Supply Di Pt. X. 2012;46.
5. Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, Et Al.
Harrison’s Principles Of Internal Medicine, 17th Edition [Internet]. Mcgraw-Hill;
2008
6. Ramadhani Ae, Wahyudati S. Gambaran Gangguan Fungsional Dan Kualitas
Hidup Pada Pasien Low Back Pain Mekanik. Media Med Muda; Vol 4, No 4
Media Med Muda.2015
7. Jumiati J. Penambahan Core Stabilization Exercise Lebih Menurunkan
Disabilitas Dibandingkan Dengan Penambahan Latihan Metode Mckenzie Pada
Traksi Manipulasi Penderita Nyeri Punggung Bawah Mekanik Di Kota
Yogyakarta [Internet]. 2013 [Cited 2015 Dec 6].
8. Life. Spine University’s guide to low back pain and smoking. Medical
Multimedia Grup; 2003.
9. Black, D.M., Cummings, S.R., Karpf, D.B. et al.: Randomised trial of effect of
alendronate on risk of fracture in women with existing vertebral fractures.
Fracture Intervention Trial Research Group. Lancet 1996; 348: 1535–1541.
10. Steffens D, Ferreira ML, Latimer J, et al. What triggers an episode of acute low
back pain? A case-crossover study. Arthritis Care Res (Hoboken) 2015; 67:403.
11. Chou R, Qaseem A, Owens DK, et al. Diagnostic imaging for low back pain:
advice for high-value health care from the American College of Physicians. Ann
Intern Med 2011; 154:181.
12. Jarvik JG, Deyo RA. Diagnostic evaluation of low back pain with emphasis on
imaging. Ann Intern Med 2002; 137:586.
13. Chou R. In the clinic. Low back pain. Ann Intern Med 2014; 160:ITC6.
14. French SD, Cameron M, Walker BF, Reggars JW, Esterman AJ. Superficial heat
or cold for low back pain. Cochrane Database Syst Rev. 2006 Jan 25;
(1):CD004750. doi: 10.1002/14651858.CD004750.pub2. PMID: 16437495.
15. Furlan AD, Giraldo M, Baskwill A, Irvin E, Imamura M. Massage for low-back
pain. Cochrane Database Syst Rev. 2015 Sep 1;(9):CD001929. doi:
10.1002/14651858.CD001929.pub3. PMID: 26329399.
16. Eisenberg DM, Post DE, Davis RB, Connelly MT, Legedza AT, Hrbek AL,
Prosser LA, Buring JE, Inui TS, Cherkin DC. Addition of choice of
complementary therapies to usual care for acute low back pain: a randomized
controlled trial. Spine (Phila Pa 1976). 2007 Jan 15;32(2):151-8. doi:
10.1097/01.brs.0000252697.07214.65. PMID: 17224808.
17. Liu L, Skinner M, McDonough S, Mabire L, Baxter GD. Acupuncture for low
back pain: an overview of systematic reviews. Evid Based Complement Alternat
Med. 2015;2015:328196. doi: 10.1155/2015/328196. Epub 2015 Mar 4. PMID:
25821485; PMCID: PMC4364128.
18. Paige NM, Miake-Lye IM, Booth MS, Beroes JM, Mardian AS, Dougherty P,
Branson R, Tang B, Morton SC, Shekelle PG. Association of Spinal Manipulative
Therapy With Clinical Benefit and Harm for Acute Low Back Pain: Systematic
Review and Meta-analysis. JAMA. 2017 Apr 11;317(14):1451-1460. doi:
10.1001/jama.2017.3086. Erratum in: JAMA. 2017 Jun 6;317(21):2239. Erratum
in: JAMA. 2017 Nov 28;318(20):2048. PMID: 28399251; PMCID: PMC5470352.
19. Hill JC, Whitehurst DG, Lewis M, et al. Comparison of stratified primary care
management for low back pain with current best practice (STarT Back): a
randomised controlled trial. Lancet 2011; 378:1560.
20. Foster NE, Mullis R, Hill JC, et al. Effect of stratified care for low back pain in
family practice (IMPaCT Back): a prospective population-based sequential
comparison. Ann Fam Med 2014; 12:102.
21. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Noninvasive treatments for
low back pain. AHRQ Publication No. 16-EHC004-EF. February 2016.
https://effectivehealthcare.ahrq.gov/ehc/products/553/2178/back-pain-treatment-
report-160229.pdf (Accessed on March 11, 2016).
22. Roelofs PD, Deyo RA, Koes BW, et al. Non-steroidal anti-inflammatory drugs for
low back pain. Cochrane Database Syst Rev 2008; :CD000396.
23. Machado GC, Maher CG, Ferreira PH, et al. Non-steroidal anti-inflammatory
drugs for spinal pain: a systematic review and meta-analysis. Ann Rheum Dis
2017.
24. Friedman BW, Irizarry E, Solorzano C, et al. Diazepam Is No Better Than Placebo
When Added to Naproxen for Acute Low Back Pain. Ann Emerg Med 2017.
25. Dowell D, Haegerich TM, Chou R. CDC Guideline for Prescribing Opioids for
Chronic Pain - United States, 2016. MMWR Recomm Rep 2016; 65:1.
26. Abdel Shaheed C, Maher CG, Williams KA, et al. Efficacy, Tolerability, and
Dose-Dependent Effects of Opioid Analgesics for Low Back Pain: A Systematic
Review and Meta-analysis. JAMA Intern Med 2016; 176:958.
27. Grond S, Sablotzki A. Clinical pharmacology of tramadol. Clin Pharmacokinet
2004; 43:879.
28. Chou R. In the clinic. Low back pain. Ann Intern Med 2014; 160:ITC6.
29. Irwin RW, Watson T, Minick RP, Ambrosius WT. Age, body mass index, and
gender differences in sacroiliac joint pathology. Am J Phys Med Rehabil 2007;
86:37.
30. Urits I, Burshtein A, Sharma M, Testa L, Gold PA, Orhurhu W, et al. Low back
pain, a comprehensive review: pathophysiology, diagnosis, and treatment. Curr
Pain Headache Rep. 2019; 23(23):1-10.

Anda mungkin juga menyukai