Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TRIHEKSIFENIDIL SEBAGAI TERAPI

ADJUVAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK
Wiranti Musdalifah1, Ressi Susanti2, Robiyanto3

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura


wirantimuzdhalifah@gmail.com

ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan mental kronik yang mempengaruhi bagaimana seseorang
berpikir, merasa, dan berperilaku. Terapi utama skizofrenia menggunakan antipsikotik. Berbagai efek
samping timbul dari penggunaan obat antipsikotik termasuk sindrom ekstrapiramidal. Triheksifenidil
merupakan obat antikolinergik yang sering digunakan untuk mengatasi dan mencegah efek samping
ekstrapiramidal yang diakibatkan oleh penggunaan obat antipsikotik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola penggunaan dan ketepatan penggunaan triheksifenidil di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan rancangan potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan
pada data rekam medis yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 165 pasien. Berdasarkan hasil penelitian, jenis kombinasi yang paling banyak adalah
triheksifenidil dengan kombinasi antipsikotik risperidone-clozapine-trifluoperazine (35,76%). Dosis
triheksifenidil yang paling banyak diberikan adalah sebesar 2 x 2 mg/hari (93,94%). Obat antidepresan
merupakan golongan obat tambahan yang paling banyak digunakan (38,64%). Ketepatan indikasi,
obat, dosis, rute pemberian, aturan pakai, dan waspada terhadap efek samping obat pada penggunaan
triheksifenidil berturut-turut adalah 64,25%, 100%, 100%, 100%, 100% dan 100%. Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 109 pasien (64,25%) yang memenuhi semua kriteria pengobatan yang rasional.

Kata kunci: Triheksifenidil, Skizofrenia, Evaluasi Obat, Ekstrapiramidal

PENDAHULUAN dua jenis antipsikotik, yaitu antipsikotik


Kesehatan jiwa saat ini merupakan tipikal dan antipsikotik atipikal.(3) Hasil
salah satu permasalahan kesehatan yang penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
menjadi perhatian di dunia. Menurut data penggunaan antipsikotik tipikal sebanyak
WHO tahun 2016, terdapat sekitar 21 juta (56,79%).(4) Penggunaan antipsikotik tersebut
orang di dunia terkena skizofrenia. diketahui memiliki risiko terjadinya efek
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu ekstrapiramidal (EPS).(5)
masalah di negara berkembang seperti Triheksifenidil merupakan obat
Indonesia adalah skizofrenia.(1) antikolinergik yang banyak digunakan untuk
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 mengatasi EPS.(6) Konsensus dari WHO tahun
melaporkan bahwa terjadi peningkatan 1990 menetapkan penggunaan obat
proporsi gangguan jiwa skizofrenia yang triheksifenidil dalam mengatasi efek samping
sangat signifikan jika dibandingkan tahun EPS.(7) Hasil penelitian sebelumnya
2013 yaitu naik dari 1,7 (permil) menjadi 7 menunjukkan bahwa pemberian obat
(permil). Prevalensi rumah tangga dengan triheksifenidil selalu disertakan pada sebagian
anggota yang mengalami skizofrenia di besar terapi antipsikotik untuk pasien
Provinsi Kalimantan Barat mengalami skizofrenia.(8) Namun demikian, penggunaan
peningkatan yang sangat signifikan yaitu triheksifenidil dapat menimbulkan efek
dari 0,7 (permil) menjadi 7,9 (permil).(2) antikolinergik perifer. Bentuk efek yang
Pengobatan farmakologi yang ditimbulkan berupa mulut dan hidung kering,
efektif sebagai terapi pada pasien pandangan kabur, konstipasi, dan retensi urin;
skizofrenia adalah antipsikotik. Terdapat serta efek antikolinergik sentral seperti mual,
muntah, agitasi, halusinasi sampai Jenis Data
mengeksaserbasi psikosis skizofrenia, Data rekam medik pasien skizofrenia
kejang, demam tinggi, dilatasi pupil, dan yang mendapatkan terapi obat triheksifenidil
gangguan kognitif seperti disorientasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
terhadap waktu, orang dan tempat, stupor Daerah Sungai Bangkong Pontianak.
serta koma.(5)
Terdapat dua pendapat tentang Analisis Data
penggunaan triheksifenidil, tidak diberikan Data yang diperoleh kemudian diolah
secara rutin dan diberikan rutin untuk menggunakan Microsoft Excel dan hasil
profilaksis sebelum timbul EPS.(9) Alasan diinterpretasikan dalam bentuk tabel.
memberikan triheksifenidil profilaksis
secara rutin adalah karena EPS merupakan Hasil dan Diskusi
sumber ketidakpatuhan minum obat yang Penelitian yang telah dilakukan pada
berakibat pada munculnya kekambuhan. pasien skizofrenia di Instalasi Rawat Inap
Beberapa literatur menyatakan terdapat RSJD Sungai Bangkong Pontianak diperoleh
faktor yang berpengaruh dalam 165 pasien skizofrenia yang memenuhi
menentukan penggunaan triheksifenidil, di kriteria inklusi dan eksklusi selama periode
antaranya jenis antipsikotik yang diberikan Januari- Juni 2019.
dan riwayat EPS sebelumnya.(10,11)
Berdasarkan dampak penggunaan Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
triheksifenidil yang bisa berakibat buruk Karakteristik N = 165
bagi pasien, maka perlu dilakukan Jumlah Persentase
Pasien (%)
penelitian untuk mengevaluasi penggunaan
1. Jenis Kelamin
triheksifenidil pada pasien skizofrenia di a. Laki-laki 129 78,18
RSJD Sungai Bangkong Pontianak. RSJD b. Perempuan 36 21,82
Sungai Bangkong Pontianak dipilih sebagai 2. Usia
tempat penelitian karena rumah sakit ini a. 18 – 25 tahun 27 16,36
merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa b. 26 – 35 tahun 53 32,12
c. 36 – 45 tahun 56 33,94
di Kota Pontianak dengan jumlah pasien d. 46 – 55 tahun 17 10,30
skizofrenia yang cukup tinggi. Selain itu, e. 56 – 65 tahun 12 7,27
terapi pengobatan menggunakan obat 3. Status Pasien
triheksifenidil juga sering diberikan pada a. Pasien Baru 65 39,39
pasien skizofrenia yang mendapatkan b. Pasien Lama 100 60,61
perawatan di rumah sakit ini. 4. Pendidikan
a. Tidak Sekolah 11 6,67
b. SD 56 33,94
Metode Penelitian c. SMP 32 19,39
Desain Studi d. SMA 59 35,76
Penelitian ini merupakan jenis e. Perguruan 7 4,24
Tinggi
penelitian observasional dengan rancangan
5. Pekerjaan
penelitian yang digunakan adalah potong a. Tidak 110 66,67
lintang (cross-sectional) yang bersifat Bekerja 3 1,82
deskriptif. b. Buruh 9 5,45
c. Petani 11 6,67
Sampel Penelitian d. Ibu Rumah 1 0,61
Tangga 3 1,82
Sampel dalam penelitian ini adalah e. TNI / Polri 25 15,15
pasien yang menderita penyakit skizofrenia f. PNS 3 1,82
yang menggunakan obat triheksifenidil di g. Wiraswasta
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa h. Lainnya
Daerah Sungai Bangkong Pontianak pada
periode Januari-Juni 2019 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
6. Diagnosa Kekambuhan sendiri memiliki banyak faktor
Skizofrenia seperti psikopatologi, pengalaman hidup
a. F20.0 141 85,45
b. F20.2 2 1,21
(seperti pengalaman traumatik, gangguan
c. F20.3 8 4,85 psikiatrik, dan perkembangan saat masa
d. F20.4 5 3,03 kanak-kanak), psikososial, kepribadian
e. F20.5 8 4,85 premorbid, ekspresi emosi keluarga, dan
f. F20.9 1 0,61 faktor biologis seperti genetik.(16) Pada
penelitian yang dilakukan Robinson, 74%
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel pasien tidak minum obat secara teratur
1, kejadian skizofrenia sebagian besar sehingga mengalami kekambuhan dan 71% di
terjadi pada laki-laki (78,18%) antaranya dirawat inap ulang.(17) Dalam
dibandingkan perempuan (21,82%). penelitian yang dilakukan oleh Dewi, di
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang antara pasien skizofrenia yang rawat inap di
dilakukan oleh Arisyandi dan Sira di RSJD SMF Jiwa RSU Dr Sardjito Yogyakarta,
Sungai Bangkong, didapatkan hasil sampel sekitar 75% pernah dirawat sebelumnya atau
dengan distribusi pasien berjenis kelamin merupakan pasien rawat ulang dan dari
laki-laki lebih besar daripada analisis multivariat yang didapat dari
(12,13)
perempuan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian tersebut, faktor keteraturan minum
literatur yang menyatakan bahwa prognosis obat adalah faktor yang paling berpengaruh
dan perjalanan penyakit pada laki-laki lebih dengan terjadinya kekambuhan pasien.(18)
buruk dibandingkan pada penderita Penelitian ini menunjukkan jenjang
perempuan sehingga lebih cepat terlihat. pendidikan terakhir yang diikuti pasien
Penyebabnya dapat dikarenakan oleh faktor skizofrenia di RSJD Sungai Bangkong
genetik, lingkungan atau pengaruh dari Pontianak periode Januari-Juni tahun 2019
dalam diri sendiri.(4) terbanyak adalah tingkat SMA yaitu 59 pasien
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel (35,76%). Hal ini dapat dikaitkan dengan
1, presentase usia tertinggi pertama onset dari skizofrenia, usia pertama kali
sebanyak 33,94% pasien pada usia poduktif terkena skizofrenia antara 15-25 dan 25-35
yaitu 36-45 tahun, dengan presentase tahun sehingga pendidikan yang dapat diraih
tertinggi kedua pada usia 26-35 tahun yaitu pasien juga tidak dapat tinggi bila terkena
32,12% dan terendah pada usia 56-65 tahun skizofrenia pada usia tersebut. Menurut
sebanyak 7,27%. Onset kemunculan literatur, seseorang yang menderita
skizofrenia pada pasien laki-laki adalah skizofrenia akan mengalami gangguan dalam
usia 18-25 tahun dan pada perempuan pembicaraan yang terstruktur, proses pikir dan
adalah usia 26-32 tahun.(14) Pada penelitian gerakan akan terganggu selama hidupnya.
sebelumnya yang pernah dilakukan di Gangguan tersebut tentunya akan menyulitkan
RSJD Sungai Bangkong Kota Pontianak, pasien untuk mengikuti pendidikan ke tingkat
usia pasien skizofrenia terbanyak adalah yang lebih tinggi. Banyak pasien dengan
usia 25-44 tahun, di mana puncak usia pendidikan terakhir SMA mengalami
terbanyak adalah usia 30-39 tahun yang gangguan jiwa, dengan adanya gangguan jiwa
termasuk usia produktif manusia.
(12,13) mereka tidak bisa meneruskan pendidikan ke
Faktor yang mempengaruhi tingginya
jenjang yang lebih tinggi karena mereka harus
usia produktif menjadi skizofrenia salah menjalani pengobatan yang lebih intensif,
satunya adalah stressor psikososial dimana karena jika dipaksakan untuk tetap
seseorang tidak mampu beradaptasi dengan melanjutkan pendidikan akan tidak maksimal
perubahan sosial yang terjadi dan akhirnya karena mereka tidak bisa mengikuti seperti
menjadi jatuh sakit .(15) mereka yang normal.(19)
Sebanyak 60,61% pasien skizofrenia di
Sebagian besar pasien skizofrenia yang
Instalasi Rawat Inap RSJD Sungai menjadi subjek penelitian tidak bekerja yaitu
Bangkong Pontianak pernah dirawat 66,67%. Hal ini dapat disebabkan oleh
sebelumnya atau merupakan pasien rawat penyakit skizofrenia yang diderita pasien,
ulang kembali dan 39,39% pasien yang dengan gejala yang ada berupa gangguan
baru pertama kali menjalani rawat inap.
kognitif seperti gangguan perhatian, Bangkong Pontianak dengan jumlah 141
gangguan memori, dan gangguan pasien (85,45%).Menurut International
pelaksanaan fungsi. (19) Selain motivasi diri Classification of Disease (ICD) 10 edisi revisi
yang kurang karena adanya gejala negatif tahun 2007, berdasarkan epidemiologi tipe
yang mendasarinya, stigmatisasi dan skizofrenia yang paling banyak di dunia
diskriminasi pada penyandang gangguan dijumpai adalah tipe paranoid.(20) Menurut
jiwa menghalangi mereka untuk Fahrul et al, gejala halusinasi adalah gejala
berintegrasi ke dalam masyarakat, karena yang paling banyak ditemukan yang
sering mendapatkan ejekan, serta isolasi merupakan salah satu ciri utama dari
sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, faktor skizofrenia paranoid karena terjadi
ini membatasi hak berpendapat dan hak abnormalitas dalam neurotransmiter dopamin
memperoleh pekerjaaan. dan asetilkolin yang menyebabkan
(21,22)
Tabel 1 menunjukan bahwa halusinasi.
skizofrenia tipe paranoid (F20.0)
merupakan tipe terbanyak yang diderita
oleh pasien skizofrenia di RSJD Sungai

Tabel 2. Pola Penggunaan Kombinasi Triheksifenidil dengan Antipsikotik


No Jenis Kombinasi Nama Obat N = 165
Jumlah %
1. 1 Jenis Antipsikotik Risperidone 1 0,61
Clozapine 1 0,61
Haloperidol 1 0,61
2. 2 Jenis Antipsikotik Haloperidol + Trifluoperazine 1 0,61
Tipikal
3. 2 Jenis Antipsikotik Risperidone + Clozapine 27 16,36
Atipikal
4. 2 Jenis Antipsikotik Haloperidol + Clozapine 3 1,82
Tipikal + Atipikal Haloperidol + Risperidone 10 6,06
Chlorpromazine + Risperidone 1 0,61
Trifluoperazine + Clozapine 1 0,61
Trifluoperazine + Risperidone 1 0,61
5. 3 Jenis Antipsikotik Risperidone + Haloperidol +Clozapine 49 29,7
Tipikal + Atipikal Risperidone+Chlorpromazine+ 2 1,21
Trifluoperazine
Risperidone+Clozapine+ Chlorpromazine 1 0,61
Risperidone +Haloperidol+ Chlorpromazine 2 1,21
Risperidone+Clozapine+ Trifluoperazine 59 35,76
Trifluoperazine+Haloperidol+ 1 0,61
Clozapine
6. 4 Jenis Antipsikotik Clozapine+Risperidone+ 2 1,21
Tipikal + Atipikal Trifluoperazine+Chlorpromazine
Risperidone+Haloperidol+ 1 0,61
Trifluoperazine+Chlorpromazine
Risperidone+Haloperidol+ 1 0,61
Trifluoperazine+Clozapine
Jumlah 165 100

Menurut tabel nomor 2, diketahui kombinasi dalam pengobatan skizofrenia


bahwa jumlah kasus tertinggi terdapat pada disebabkan jenis dan kelas agen yang
pasien yang mendapat triheksifenidil berbeda memiliki afinitas yang berbeda
dikombinasi dengan 3 antipsikotik tipikal pula, sehingga diharapkan dapat saling
dan atipikal (35,76%) pada kombinasi melengkapi untuk reseptor yang berbeda
risperidone – clozapine - trifluoperazine. dan dapat berperan lebih baik dalam
Pemberian terapi kombinasi kemungkinan psikosis dibandingkan penggunaan
(23)
tergantung pada tingkat keparahan gejala monoterapi. Dalam beberapa penelitian,
skizofrenia. Tingginya penggunaan terapi sebagian dari obat antipsikotik baru
termasuk klozapin, risperidon, dan dengan terapi yang diberikan pada pasien
olanzapin memperlihatkan superioritas skizofrenia di RSJD Sungai Bangkong
dibandingkan dengan haloperidol dari segi pada pasien skizofrenia, sebagian besar
respon keseluruhan.(24) Pemberian diberikan terapi farmakologi berupa
antipsikotik klasik seperti klorpromazin risperidone yaitu sebanyak 157 kali
dan tioridazin memberikan efek sedasi (95,15%) dan clozapine sebanyak 145 kali
yang lebih kuat dan dapat mengakibatkan (87,88%).
hipotensi ortostatik, sedangkan haloperidol,
perfenazin, dan tiotiksen dapat memicu
sindrom ekstrapiramidal.(25) Hal ini sejalan

Tabel 3. Pola Penggunaan Triheksifenidil


Golongan Obat Nama Obat Waktu Pasien Rawat Persentase
Pemberian Inap yang Peresepan THP
Mendapatkan (%)
THP (N=165)
Antikolinergik Triheksifenidil Sejak awal 165 100%
pengobatan

Berdasarkan tabel 3, pola yang 15 mg/hari. Jumlah kasus tertinggi


digunakan di RSJD Sungai Bangkong terdapat pada pasien yang mendapatkan
Pontianak yakni pemberian triheksifenidil triheksifenidil dengan dosis 2 x 2 mg/hari
langsung bersama dengan antipsikotik sebanyak 93,94%. Pemilihan dosis terapi
sejak awal pengobatan atau sebelum harus dimulai dari dosis terendah yang
muncul EPS. Pola tersebut memiliki direkomendasikan dan dinaikkan secara
persentase sebesar 100%. Beberapa bertahap dengan melihat kondisi klinis
penelitian mendukung pola ini dengan pasien dan adanya kejadian toleransi.
alasan meningkatkan kepatuhan berobat Triheksifenidil apabila diberikan
karena beberapa obat antipsikotik sebagai terapi tambahan pada pasien
menimbulkan EPS yang tidak skizofrenia perlu diawasi dengan
menyenangkan serta mengakibatkan pasien melakukan evaluasi. Sesuai dengan
menolak meneruskan pengobatannya. algoritma penatalaksanaan gejala
Dengan diberikannya obat triheksifenidil ekstrapiramidal di RSCM, triheksifenidil
bersama dengan obat antipsikotik secara dapat digunakan sebagai terapi profilaksis
langsung pada saat pertama berobat dan perlu dilakukan evaluasi pada hari ke-
diharapkan tidak muncul EPS sehingga 14. Sedangkan untuk terapi gejala
pasien dapat dengan sukarela meneruskan ekstrapiramidal sendiri, dapat dievaluasi
pengobatannya.(26,27) Dosis triheksifenidil setiap 3 bulan sekali. . Namun dalam
yang digunakan untuk mengatasi efek penelitian kali ini peneliti tidak dapat
samping ekstrapiramidal akibat pengobatan melihat secara detail hal tersebut
lain adalah 1-3 x 2 mg/hari dengan dosis dikarenakan data peneliti yang terbatas
awal 1 mg .(28) Literatur lain menyatakan karena hanya bersumber dari rekam medis
triheksifenidil diberikan 1-4 mg 2 kali pasien serta keterbatasan waktu penelitian.
sampai 3 kali sehari dan dosis tidak lebih Triheksifenidil dapat memperburuk gejala
dari 15 mg sehari.(29) Berdasarkan positif, memperburuk sebagai gejala
Formularium Rumah Sakit RSJD Sungai negatif, dan dihubungkan dengan fungsi
Bangkong Pontianak, triheksifenidil tidak kognitif yang rusak pada pasien
boleh diberikan lebih dari 10 mg sehari. skizofrenia.(30) Oleh sebab itu
Berdasarkan hasil penelitian, triheksifenidil seharusnya digunakan
terlihat bahwa rentang penggunaan secara bijak karena dapat merusak kognitif
triheksifenidil pada pasien skizofrenia di terutama pada pasien yang sudah berusia
RSJD Sungai Bangkong Pontianak adalah lanjut.
2-6 mg/hari, serta tidak ada yang melebihi
Tabel 4. Daftar Obat Lain yang Digunakan Bersama dengan Triheksifenidil
No. Kelas Terapi Obat yang Digunakan Bentuk Jumlah Persentase
sediaan (%)
1. Antidepresan Fluoxetine PO 15 34,09
Sertraline PO 2 4,55
2. Antikonvulsan Lorazepam PO 1 2,27
Fenitoin PO 2 4,55
Na. Divalproat PO 4 9,09
Clobazam PO 2 4,55
Diazepam PO 1 2,27
Carbamazepine PO 3 6,82
Alprazolam PO 1 2,27
3. Antiinflamasi Asam mefenamat PO 1 2,27
Deksametason PO 1 2,27
4. Antibiotik Amoxicillin PO 1 2,27
Eritromicin PO 1 2,27
Metronidazole PO 1 2,27
5. Antihistamin Cetrizin PO 1 2,27
6. Analgetik dan Parasetamol PO 1 2,27
Antipiretik
7. Vitamin dan Vitamin B6 PO 2 4,55
Mineral Vitamin B complex PO 4 9,09
Jumlah 44 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa obat dengan peningkatan resiko bunuh diri


yang paling banyak digunakan sebagai pasien pada keseluruhan evaluasi uji
terapi tambahan selama pengobatan klinik terkontrol.(31) Antidepresan lain
skizofrenia di Instalasi Rawat Inap RSJD yang digunakan yaitu sertraline sebanyak
Sungai Bangkong Pontianak adalah 2 pasien (4,55%) . Obat-obat antidepresan
fluoxetine yaitu sebanyak 15 resep digunakan untuk mengurangi gangguan
(34,09%). Fluoxetine merupakan jenis obat depresi, ansietas berat, dan depresi
antidepresan golongan SSRI yang psikosis. Mekanisme kerja obat-obat
memberikan profil keamanan dan efikasi antidepresan ini belum sepenuhnya
yang paling baik untuk mengobati gejala diketahui, tetapi telah diketahui bahwa
negatif dibandingkan antidepresan jenis obat-obat ini mengadakan interaksi
lain. Selain itu, pemberian fluoxetine juga dengan dua neurotransmitter yaitu
meningkatkan kepatuhan pasien dalam norepinefrin dan serotonin yang mengatur
minum obat. Penggunaan fluoxetine pada alam perasaan (mood), rangsangan
pasien usia lanjut dan wanita hamil juga konsentrasi, sensory processing, dan
lebih aman dan efektif. Di samping itu, nafsu.(32)
penggunaan fluoxetine juga tidak dikaitkan

Tabel 5. Ketepatan Indikasi Penggunaan Triheksifenidil


No. Riwayat EPS Gejala Jumlah Persen- Kesesuaian Kesesuaian
EPS Kasus tase (%) dengan dengan
Formularium Alogaritma
RSJD Sungai RSCM
Bangkong
1. Predisposisi Belum 21 12,73 Tepat Tepat
terjadi EPS muncul
(selama 14 hari
pertama)
2. Riwayat EPS Sudah 85 51,52 Tepat Tepat
sebelumnya/ muncul
gejala sisa EPS
3. Tidak ada riwayat Belum 59 35,76 Tidak Tepat Tidak Tepat
EPS muncul
Berdasarkan tabel 5, sebanyak 64,25% medik menunjukkan bahwa pada semua
pasien dikategorikan tepat indikasi karena pasien skizofrenia tidak mendapatkan
obat triheksifenidil diberikan sesuai adanya evaluasi terapi obat triheksifenidil setelah
gejala-gejala ekstrapiramidal yang dialami 14 hari. Hal ini dapat dilihat dari catatan
pasien, baik karena riwayat ekstrapiramidal pemberian obat kepada pasien setiap
sebelumnya maupun merupakan gejala sisa harinya dimana penggunaan obat
ekstrapiramidal. Selain itu juga, triheksifenidil terus dilanjutkan lebih dari
dikelompokan tepat indikasi karena 14 hari setelah penggunaan obat hingga
triheksifenidil diberikan kepada pasien berbulan-bulan dan tidak dilakukan
yang dianggap memiliki predisposisi evaluasi pada pasien walaupun dari rekam
terjadinya efek samping ekstrapiramidal, medik tidak didapatkan gejala EPS pada
misalnya pada pasien yang mendapatkan pasien skizofrenia tersebut.
antipsikotik tipikal. Penggunaan Pemberian antikolinergik seperti
triheksifenidil juga dikatakan tepat indikasi triheksifenidil secara rutin pada pemberian
apabila diberikan pada pasien baru yang neuroleptik tidak dibenarkan, antara lain
belum diketahui apakah memiliki gejala disebabkan kemungkinan timbulnya
ekstrapiramidal atau tidak selama akinesia. THP juga dapat menimbulkan
pemberian 14 hari. Hasil ketepatan indikasi kebutaan akibat komplikasi glaukoma
di RSJD Sungai Bangkong Pontianak lebih sudut tertutup, terutama terjadi bila dosis
rendah jika dibandingkan dari hasil harian melebihi 15-30 mg sehari.
penelitian sebelumnya. Penelitian yang Tingginya penggunaan triheksifenidil
dilakukan oleh Angkat menunjukkan pola mungkin bisa disebabkan karena
penggunaan triheksifenidil pada 86 pasien kebanyakan dokter di RSJD Sungai
skizofrenia (415 kasus) di Instalasi Rawat Bangkong sudah terbiasa memberikan
Inap Rumah Sakit Prof. Dr. Soerojo terapi adjuvan terlebih dahulu untuk
Magelang yaitu diperoleh ketepatan menghalau kejadian efek samping
indikasi sebesar 93,5%.(33)Penelitian yang ekstrapiramidal yang akan muncul setelah
dilakukan oleh Agustina (2017) di Instalasi pasien skizofrenia mengkonsumsi obat
Rawat Inap RSJD Surakarta, didapat bahwa antipsikotik untuk pertama kalinya.
sebanyak 300 pasien skizofrenia memiliki Triheksifenidil merupakan obat
ketepatan indikasi sebesar 88%.(34) antikolinergik yang banyak digunakan
Penelitian kali ini juga terdapat mengatasi efek ekstrapiramidal.
jumlah kasus yang dikategorikan tidak Konsensus dari WHO tahun 1990
tepat indikasi yaitu sebanyak 59 kasus atau menetapkan penggunaan triheksifenidil
35,76%. Dikategorikan tidak tepat indikasi dalam mengatasi efek samping
karena tidak adanya gejala ekstrapiramidal ekstrapiramidal. (35) Selain itu Swayami
yang muncul pada pasien skizofrenia tetapi juga menyatakan bahwa triheksifenidil
sudah diberikan terapi pengobatan merupakan obat yang paling sering
triheksifenidil terlebih dahulu. Pemberian digunakan jika didapatkan gejala
triheksifenidil sebagai profilaksis pada ekstrapiramidal sebagai akibat dari
awal pengobatan sebenarnya penggunaan terapi obat antipsikotik. (29)
diperbolehkan, hanya saja pada data rekam

Tabel 6. Data Penggunaan Obat Pasien Skizofrenia


Golongan Obat Nama Obat Penggunaan Kesesuaian Kesesuaiand Persentase
Obat dengan engan (%)
Formularium Alogaritma
RSJD Sungai RSCM
Bangkong
Antikolinergik Triheksifenidil 165 Tepat Tepat 100

Data tabel nomor 6 menunjukan bahwa penggunaan triheksifenidil ini


dapat dikatakan 100% tepat obat. pengobatan efek ekstrapiramidal.
Dikatakan tepat obat jika diberikan untuk Contohnya difenhidramin atau atropin
diagnosis yang tepat. Berkaitan dengan hal sulfat untuk gejala distonia atau
ini pemilihan kelas terapi dan jenis obat difenhidramin untuk gejala
harus berdasarkan pertimbangan manfaat, parkinsonisme, tetapi sebagai terapi
keamanan, harga, dan mutu. Data rekam profilaktik tetap diberikan triheksifenidil,
medik pasien skizofrenia di Instalasi Rawat jika masih terdapat gejala dapat
Inap RSJD Sungai Bangkong terdapat obat dilanjutkan pengobatan ekstrapiramidal
dengan golongan antikolinergik lain sesuai dengan algoritma terapi.(29)
sebenarnya dapat diberikan dalam

Tabel 7. Ketepatan Dosis Penggunaan Triheksifenidil


Dosis Dosis yang Kesesuaian dengan Kesesuaian Jumlah Persentase
Triheksifenidil Diberikan Formularium dengan Algoritma Terapi (%)
secara Teori Sehari RSJD Sungai RSCM 2007 yang
(mg/hari) Bangkong Tepat
1 x 2 mg Tepat Tepat 1 0,61
< 15 2 x 2 mg Tepat Tepat 155 93,94
3 x 2 mg Tepat Tepat 9 5,45
Jumlah 165 100

Berdasarkan tabel nomor 7, 100% jika dosis melebihi ambang batas dosis
jumlah kasus pada subjek penelitian ini maksimal maka dapat mengakibatkan
dikategorikan tepat dosis karena pemberian potensi timbulnya ketoksikan.
triheksifenidil sudah masuk rentang dosis Triheksifenidil dapat diberikan 4 sampai
pada semua kasus. Berdasarkan algoritma dengan 8 minggu, dan coba diturunkan
penatalaksanaan gejala EPS dan untuk melihat apakah pasien masih
formularium rumah sakit, penggunaan membutuhkan. Obat dihentikan secara
triheksifenidil dikatakan tepat dosis jika perlahan selama satu sampai dengan dua
dosis yang diberikan pada pasien sudah minggu. Namun, jika dilihat dari catatan
tepat, yaitu masuk dalam rentang dosis rekam medis pasien dari awal masuk
terapi 1-3 kali 2 mg/hari dan tidak lebih rumah sakit hingga terakhir di rawat inap,
dari 15 mg/hari. Literatur lain dosis triheksifenidil yang digunakan pada
menyebutkan jika pada terapi awal, dosis pasien tidak diturunkan untuk melihat
yang disarankan hanya 1 mg dosis tunggal. apakah pasien masih membutuhkan atau
Hari kedua dan hari selanjutnya dosis bisa tidak. Dosis triheksifenidil pada pasien
ditingkatkan menjadi 2 mg dengan interval cenderung tetap kecuali pada beberapa
1 – 3 kali sehari.(28) kasus dosis triheksifenidil dinaikkan dari 2
Dosis yang kurang dari dosis x 2 mg / hari menjadi 3 x 2 mg / hari
terapetik obat akan menyebabkan obat karena terjadinya gejala ekstrapiramidal
yang digunakan tidak berefek. Sebaliknya yang dialami pasien.

Tabel 8. Ketepatan Rute Pemberian Triheksifenidil


No. Nama Obat Rute Kesesuaian dengan Kesesuaian Jumlah Persentase
Pemberian Formularium RSJD dengan Terapi (%)
Sungai Bangkong Algoritma yang
RSCM 2007 Tepat
1. Triheksifenidil PO Tepat Tepat 165 100%

Evaluasi terhadap ketepatan rute dibandingkan dengan formularium rumah


pemberian menunjukkan bahwa rute sakit dan algoritma penatalaksanaan gejala
pemberian triheksifenidil pada pasien EPS. Berdasarkan literatur, pemberian
skizofrenia di RSJD Sungai Bangkong triheksifenidil secara oral dapat diabsorbsi
Pontianak sudah tepat 100% apabila cukup baik dan tidak terakumulasi di
jaringan. Ekskresi terutama bersama urin masih bisa diberikan melalui oral, hindari
dalam bentuk metabolitnya.(36) Pemberian pemberian melalui parenteral. Berdasarkan
intravena atau intramuskuler antikolinergik literatur tersebut, pemberian triheksifenidil
merupakan terapi yang cepat dan efektif secara oral di RSJD Sungai Bangkong
untuk distonia akut. Namun, jika obat merupakan langkah yang tepat.

Tabel 9. Ketepatan Aturan Pakai Triheksifenidil


No. Frekuensi Kesesuaian dengan Kesesuaian dengan Jumlah Persentase
Pemberian Formularium Algoritma RSCM Terapi (%)
Triheksifenidil RSJD Sungai 2007 yang
Bangkong Tepat

1. 1 x Sehari Tepat Tepat 1 0,61


2. 2 x Sehari Tepat Tepat 155 93,94
3. 3 x Sehari Tepat Tepat 9 5,45
Jumlah 165 100

Triheksifenidil dapat digunakan dalam waktu 8 jam, sebaiknya obat


sebelum, saat, atau sesudah makan, diberikan 3 kali sehari. Literatur
tergantung kondisi pasien. Triheksifenidil menyebutkan, lama kerja triheksifenidil
paling baik digunakan saat makan. sekitar 6-12 jam.(29)
Triheksifenidil digunakan sebelum makan Penggunaan triheksifenidil dapat
bila pasien mengalami xerostomia, dikatakan tepat aturan pakai jika dosis
sedangkan digunakan setelah makan bila yang diberikan pada pasien sudah tepat,
pasien mengalami mual. Namun, pada yaitu masuk dalam rentang dosis terapi 1-3
catatan rekam medik di RSJD Sungai kali 2 mg/hari dan tidak lebih dari 15
Bangkong tidak ditulis apakah pasien mg/hari. Pada terapi awal, dosis yang
mengkonsumsi triheksifenidil sebelum, disarankan hanya 1 mg dosis tunggal. Hari
saat, atau sesudah makan. kedua dan hari selanjutnya dosis bisa
Hasil penelitian didapatkan tepat ditingkatkan menjadi 2 mg dengan interval
frekuensi pemberian triheksifenidil 1 – 3 kali sehari.(28) Jika dosis
sebesar 100% dari data rekam medik yang triheksifenidil yang diberikan sudah berada
diteliti kemudian dibandingkan dengan pada rentang dosis minimal dan dosis
formularium rumah sakit dan algoritma maksimal sehari, maka penggunaan
penatalaksanaan gejala EPS. Ketepatan triheksifenidil dapat dikategorikan tepat
penentuan frekuensi atau interval aturan pakai, sebaliknya jika dosis
pemberian obat sesuai dengan sifat obat penggunaan triheksifenidil di luar rentang
dan profil farmakokinetiknya, misalnya dosis tersebut dapat dikategorikan tidak
tiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 jam atau 24 tepat aturan pakai.
jam. Jika obat dalam tubuh akan habis

Tabel 10. Data Waspada terhadap Efek Samping Triheksifenidil


Waspada Efek Samping Obat N= 165 Persentase (%)
Tepat 165 100

Pemberian obat potensial menimbulkan dampak dalam penggunaan obat baik dari
efek samping yaitu semua efek yang tidak sisi ekonomi, psikologi, dan keberhasilan
diinginkan yang timbul dan dapat terapi. Persentase penggunaan obat
membahayakan atau merugikan pasien triheksifenidil berdasarkan waspada efek
(adverse reactions) akibat penggunaan samping diperoleh nilai 100% sudah sesuai
obat dengan dosis terapi tertentu.Masalah (tidak menimbulkan efek samping). Hal ini
efek samping tidak bisa dikesampingkan dapat dilihat dari Tabel 10 dimana
karena dapat menimbulkan berbagai penggunaan triheksifenidil pada pasien
skizofrenia di RSJD Sungai Bangkong http://swww.who.int/mediacentre/factshe
Pontianak periode Januari-Juni 2019 tidak ets/fs397/en/
menimbulkan efek samping. Penggunaan 2. Kemenkes RI. Laporan nasional riset
triheksifenidil dikatakan tidak tepat apabila kesehatan dasar (Riskesdas) 2018.
menimbulkan efek samping. Efek samping Jakarta: Badan Penelitian dan
yang harus diwaspadai oleh pasien yang Pengembangan Kementerian Kesehatan
mendapatkan obat triheksifenidil ialah RI; 2018.
terjadinya efek samping perifer yang 3. Perhimpunan Dokter Spesialis
umum seperti mulut kering, kurang Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus
berkeringat, penurunan sekresi bronkhial, penatalaksanaan gangguan skizofrenia.
pandangan kabur, kesulitan buang air Jakarta: PDSKJI ; 2011.
kecil, konstipasi, dan takikardia. Efek 4. Aryani F, Sari O. Gambaran pola
samping sentral dari antikolinergik penggunaan antipsikotik pada pasien
termasuk sulit berkonsentrasi, perhatian, skizofrenia di ruang rawat inap rumah
dan memori. Penggunaan triheksifenidil sakit jiwa. Jurnal Manajemen dan
juga dapat mencetuskan asma,mencetuskan Pelayanan Farmasi. 2016;6(1):35-40.
glaukoma sudut sempit, menimbulkan 5. Brait IM, Kane JM, Marder SR. Chronic
hambatan ejakulasi, menimbulkan retrograt restlessness with antipsychotics. Am J
ejakulasi dan dapat menimbulkan delirium Psychiatry. 2007;164(11):1648-1654.
hingga koma. Efek samping ini harus 6. Guthrie SK, Manzey L, Scott D, Giordani
dibedakan dari gejala yang disebabkan B, Tandon R. Comparison of central and
oleh psikotik. Gangguan psikiatri dapat peripheral pharmacologic effects of
disebabkan pemakaian sembarangan biperiden and trihexyphenidyl in human
(sampai dosis berlebihan) berlanjut volunteers. J Clin Psychopharmacol.
menjadi euphoria.(36,29) 2000;20(1):77-83.
7. Bazire S. Psychotropic drug directory
KESIMPULAN 2000 (The professional’s pocket
handbook & aide-mémoire). London:
Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu Quay Books; 1999.
jenis kombinasi yang paling banyak 8. Rahaya, A dan Cahaya, N. Studi
diberikan pada 165 pasien skizofrenia di retrospektif penggunaan triheksifenidil
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa pada pasien skizofrenia rawat inap yang
Daerah Sungai Bangkong Pontianak adalah mendapatkan terapi antipsikotik di
triheksifenidil dengan 3 antipsikotik tipikal Rumah Sakit Jiwa Sabang Lihum.
dan atipikal yaitu kombinasi risperidone- Galenika. 2016:2(2):124 – 131.
clozapine-trifluoperazine (35,76%). Dosis 9. McInnis M, Petursson H. Withdrawal of
triheksifenidil yang paling banyak trihexyphenidyl. Acta Psychiatr Scand.
diberikan adalah sebesar 2 x 2 mg/hari 1985;71(3):297-303.
(93,94%). Terdapat 44 kasus pasien yang 10. Stanilla JK, Simpson GM. Drugs to treat
menerima obat lain, obat terapi tambahan extrapyramidal side effects. In:
yang paling banyak adalah antidepresan Schatzberg AF, Nemeroff CB, editors.
(38,64%). Ketepatan indikasi, obat, dosis, The American Psychiatric Publishing
rute pemberian, aturan pakai, dan waspada Textbook of Psychopharmacology 3rd ed.
terhadap efek samping obat pada Arlington; The American Psychiatric
penggunaan triheksifenidil berturut-turut Publishing; 2004.
adalah 64,25%, 100%, 100%, 100%, 100% 11. Marder SR, Kane JM. Schizophrenia. In:
dan 100%. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, editors.
Kaplan and Sadock’s comprehensive
REFERENSI textbook of psychiatry. 8th ed. New York:
Lippincott Williams and Wilkins; 2005.
1. WHO. Schizophrenia [Internet]. [dicitasi 12. Sira I. Karakteristik skizofrenia di Rumah
2 Oktober 2019]. Tersedia dari: Sakit Khusus Alianyang periode 1
Januari-31 Desember 2009. Pontianak : A. O. Effect of chlorpromazine and
Fakultas Kedokteran Universitas haloperidol combination on lipid profile
Tanjungpura; 2011. in Nigeria schizophrenic patients.
13. Arisyandi RR. Pengaruh kunjungan International Journal of Medical and
keluarga terhadap skor positive and Pharmaceutical Sciences. 2013; 3(12):11-
negative syndrome scale (PANSS) pada 20.
pasien skizofrenia yang dirawat inap di 24. Dewi R, Marchira CR. Riwayat gangguan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai jiwa pada keluarga dengan kekambuhan
Bangkong. Pontianak : Fakultas pasien skizofrenia di RSUP Dr Sardjito
Kedokteran Universitas Tanjungpura; Yogyakarta. Ber Kedokt Masy. 2012;
2015. 25(4):176.
14. Castle DJ, Wessely S, Murray RM. Sex 25. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ.
and schizophrenia: effects of diagnostic Farmakologi dasar dan klinik. Ed 12.
stringency, and associations with Jakarta : EGC; 2013.
premorbid variables. Br J Psychiatry. 26. MR Lavin, A Rifkin. Prophylactic
1993;162:658–64. antiparkinson drug use: II. Withdrawal
15. Hawari D. Pendekatan holistik pada after long-term maintenance therapy. J
gangguan jiwa skizofrenia. Ed ke-2. ClinPharmacol. 1991;31(8):769-77
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006. 27. Suhaimi. Gangguan jiwa dalam
16. Vaughn C, Snyder K, et al. Family factor perspektif kesehatan mental islam. Jurnal
in schizophrenic relapse a replication. Risalah. 2015 ; 26(4) : 197-205.
Rehabilitation research and training 28. Depkes RI. MIMS Indonesia petunjuk
center in mental illness. J Issues Nurs. konsultasi, Edisi 11.Jakarta :UBM
2005; 8(1). Medica Asia; 2011.
17. Robinson D. Predictors of relapse 29. Swayami, I.G. Aspek biologi
following response from first episode of trihexifenidil di bidang psikiatri.
schizophrenia or schizoaffective disorder. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Long Island : Department of Psychiatry Universitas Udayana ; 2014.
of Hillside Hospital; 2008. 30. Khaja, K.A.J., Al-Hadad, M.K., Sequeira,
18. Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. A. P., & Al-Offi, A. R. Antipsychotic and
Kalimantan Barat dalam angka 2010. anticholinergic drug prescrimbing pattern
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat ; in psychiatry: extent of evidence-based in
2011. Bahrain, Pharmacology & Pharmacy.
19. Crismon, M.L., Argo, T.R., Buckley, P.F. 2013; 3(1):409-416.
Schizophrenia, in Dipiro : 31. Rossi, A., Barraco, A., Donda, P.
pharmachoterapy a pathophysiological Fluoxetine: a review on evidence based
approach, 7th ed. New York : McGraw medicine. Ann Gen Hosp Psychiatry.
Hill; 2008. 2004; 3(2) : 1-5.
20. Dorland, WAN. Kamus saku kedokteran 32. Baradero M, Dayrit W.M, Maratning A.
Dorland. Jakarta : EGC; 2011. Kesehatan mental psikiatri: seri asuhan
21. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
& Sadock’s Comprehensive Textbook of Kedokteran EGC; 2016.
Psychiatry. 10th ed. UK : Wolters 33. Angkat , Keke Ryskinta. Evaluasi
Kulwer; 2017. penggunaan triheksifenidil pada pasien
22. Fahrul, Mukaddas A, Faustine I. skizofrenia di Instalasi Rawat Inap
Rasionalitas penggunaan antipsikotik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
pada pasien skizofrenia di Instalasi Rawat Magelang[Skripsi]. Yogyakarta :
Inap Jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Tengah periode Januari-April 2014. Mada; 2016.
Online J Nat Sci. 2014 ; 3(2):18–29. 34. Agustina, Wahyu. Evaluasi penggunaan
23. Blessing, I. O., Iyalomhe, G. B. S., obat triheksifenidil sebagai terapi adjuvan
George, E. O., Okojie, F.O., & Solomon, pada pasien skizofrenia di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang mendapat terapi antipsikotik.
tahun 2016 [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Journal of the Indonesian Medical
Farmasi Universitas Setia Budi Association. 2013;63(1):14-20.
Surakarta; 2017. 36. Martindale W. The complete drug
35. Wijono Rudy, Nasrun MW, Damping reference. United Kingdom:
CE. Gambaran dan karakteristik Pharmaceutical Press; 2011.
penggunaan triheksifenidil pada pasien

Anda mungkin juga menyukai