Anda di halaman 1dari 6

Indriasari

dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada


Anak

Indriasari Nurul Putri, Susianti
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Glomerulonefritis adalah penyakit ginjal yang menunjukan suatu inflamasi dan proliferasi sel glomerulus yang apabila
menyerang anak biasanya didahului oleh infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A dan ditandai dengan gejala nefritik.
An. T, 10 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak pada wajah terutama disekitar mata dan saat bangun tidur,
buang air kecil berwarna kemerahan seperti cucian daging, jumlah air seni berkurang, disertai mual, muntah, pusing, dan
pandangan kabur. Riwayat demam, batuk, dan sakit tenggorokan dua minggu sebelumnya. Pemeriksaan fisik ditemukan
tekanan darah 150/110 mmHg, edema di wajah, visus okuler dekstra dan sinistra (ODS) menurun. Pemeriksaan urinalisis
didapatkan laboratorium warna merah, kejernihan keruh, protein 100 mg/dl, darah samar 300 Ery/µi, sedimen eritrosit 20-
30/LP 400 x/LBP. Pemeriksaan kimia darah albumin 3,5 gr/dL, ureum 40 mg/dL, kreatinin 1,10 mg/dL, pemeriksaan anti
streptolisin O (ASTO) (+), dan CRP (+). Berdasarkan klinik tersebut pasien didiagnosis dan ditatalaksana sesuai penanganan
glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) dengan krisis hipertensi.

Kata kunci: edema, glomerulonefritis, krisis hipertensi

Acute Glomerulonephritis Post Streptococcal Infection with Hypertensive
Crisis in Young Children

Abstract
Glomerulonephritis is a kidney disease showed an inflammation and proliferation of glomerular if affects children usually
preceded by a group A beta hemolytic streptococcus infection and is characterized by symptoms of nephritic. An. T, 10
years old come to the hospital with complaints of swelling in the face, especially around the eyes after wake up, coke like-
urine, oliguria, accompanied by nausea, vomiting, dizziness and blurred vision. Previous medical history of fever, cough and
sore throat two weeks earlier. On physical examination we found the blood pressure patient about 150/110 mmHg, facial
oedema, decreased visual acuity on ocular dextra and sinistra. Urinalysis laboratory obtained a red color/gross hematuria,
proteinuria 100 mg/dl, occult blood 300 Ery/μi, erythrocyte sediment 20-30/field of view. Blood chemistry albumin 3.5
g/dL, ureum 40 mg/dL, creatinine of 1.10 mg/dL, the examination ASTO (+), and CRP (+). Based on the clinic patients were
diagnosed and treat by acute glomerulonephritis post-streptococcal infection with hypertensive crisis treatment.

Keywords: glomerulonephritis, hypertensive crisis, oedema

Korespondensi: Indriasari Nurul Putri, S.Ked., alamat Jl. Soemantri Brojonegoro LK 001 Unila, HP 085758579945, email
indriasarinp@gmail.com


Pendahuluan Gejala klinis GNAPS sangat bervariasi
Glomerulonefritis akut pasca dari bentuk asimtomatik sampai gejala yang
streptokokus (GNAPS) adalah peradangan khas. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan
glomerulus yang ditandai dengan proliferasi infeksi saluran napas atas dengan nyeri
dan inflamasi glomeruli yang didahului oleh tenggorok dua minggu mendahului timbulnya
infeksi group α β-Hemolytic Streptococci sembab. Periode laten rata-rata 10 atau 21 hari
(GABHS) dan ditandai dengan gejala nefritik setelah infeksi tenggorok atau kulit.4 Hematuria
seperti hematuria, edema, hipertensi, oligouria dapat timbul berupa gross hematuria maupun
yang terjadi secara akut.1,2 Penderita yang mikroskopik. Gejala klinik lain adalah edema
terserang infeksi kuman streptokokus grup A yang bisa berupa wajah sembab, edem
strain nefritogenik hanya 10-15% yang pretibial atau berupa gambaran sindroma
berkembang menjadi GNAPS. nefrotik seperti edema yang disertai
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan
(GNAPS) menyerang semua kelompok umur di hiperkolesterolemia. Hipertensi dapat dijumpai
mana kelompok umur 5-15 tahun (di Indonesia pada pemeriksaan fisik hampir semua pasien
antara umur 2,5–15 tahun, dengan puncak GNAPS, biasanya ringan, sedang, bahkan
umur 8,4 tahun) merupakan kelompok umur berat.5 Pada keadaan hipertensi berat yang
tersering dan paling jarang pada bayi.2,3 bersifat mengancam jiwa atau mengganggu

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 57


Indriasari dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

fungsi organ vital dapat timbul gejala yang dan CRP (+). Hasil urinalisis didapatkan warna
nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. merah, keruh, protein 100 mg/dl, darah samar
Krisis hipertensi ini dibagi menjadi dua kondisi 300 Ery/µi, sedimen eritrosit 20-30/LP.
yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi Berdasarkan klinik tersebut pasien didiagnosis
emergensi. Manifestasi klinisnya sangat GNAPS dengan krisis hipertensi.
bervariasi berupa kelaianan pada mata, Penatalaksanaan yang diberikan kepada
jantung, atau ginjal. Anak dapat mengalami pasein meliputi penatalaksanaan non
gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut, medikamentosa berupa pembatasan asupan
muntah, atau gangguan penglihatan. Gejala- protein, garam, diet cairan yang disesuaikan
gejala tersebut dapat disertai oliguria sampai dengan input dan output, serta
anuria karena penurunan laju filtrasi penatalaksanaan medikamentosa berupa
glomerulus (LFG). Berikut dilaporkan sebuah nifedipin dosis awal 3 mg dan ditingkatkan
kasus penderita GNAPS dengan manifestasi menjadi 10 mg/6 jam, captopril tablet 12,5
klinis sindroma nefritis akut dengan krisis mg/12 jam, injeksi furosemid 30 mg/8 jam, dan
hipertensi.6,7 injeksi seftriakson 1 gr/12 jam. Pengobatan
terus dilanjutkan dan pada hari keempat
Kasus perawatan, nifedipin dan furosemid
An. T, 10 tahun, datang ke rumah sakit dihentikan. Pemberian furosemid dihentikan
dengan keluhan bengkak pada wajah sejak 7 karena pada pemeriksaan fisik edema pada
hari sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya wajah sudah tidak ditemukan. Selain itu
bengkak dirasakan di kelopak mata kemudian tekanan darah pasien sudah masuk dalam
berlanjut ke seluruh wajah. Tidak didapatkan persentil 50, dengan alasan ini juga nifedipin
edema pada perut, genitalia, dan ekstremitas. dihentikan karena tekanan darah pasien sudah
Ibu pasien mengatakan bahwa mata pasien dalam nilai normal. Pengobatan captopril
makin hari makin bengkak terlebih pada pagi tablet 12,5 mg/12 jam tetap dilanjutkan
hari setiap bangun tidur. Satu hari sebelum dengan observasi tekanan darah setiap 6 jam
masuk rumah sakit pasien mengeluhkan buang untuk mengetahui apakah dosis sudah cukup.
air kecil berwarna kemerahan seperti cucian Dari hasil observasi, dengan pemberian dosis
daging, semenjak bengkak buang air kecil tersebut tekanan darah dapat dijaga dalam
pasien menjadi berkurang dalam sehari, an. T nilai normal.
buang air kecil sebanyak ½ gelas belimbing Berdasarkan keadaan klinis pasien yang
dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Tiga jam semakin membaik dan ditunjang dengan hasil
sebelum masuk rumah sakit, pasien juga urinalisis ulangan yang memberikan hasil
merasa mual dan muntah sebanyak 5 kali. Saat warna kuning, jernih, preteinuria (-), darah
di rumah sakit pasien mengeluh pusing dan samar 300 ery/µL, dan sedimen eritrosit 20-
pandangan kabur. Pasien mengaku demam, 26/LP 400 x/LPB. Maka pasien an. T dinyatakan
batuk, dan sakit tenggorokan dua minggu boleh pulang dan mendapatkan terapi
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat trauma, captopril tablet 12,5 mg/12 jam. Disarankan
nyeri pada daerah pinggang, nyeri saat buang melakukan kontrol ulang pertama 3 hari
air kecil, ataupun penurunan berat badan yang setelah pulang dari rumah sakit dan kontrol
signifikan disangkal. berikutnya minimal 4-6 minggu selanjutnya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
keadaan umum tampak sakit sedang, Pembahasan
kesadaran komposmentis, BB 33 kg, TB 145 cm, Pasien An.T datang dengan keluhan
gizi cukup, tekanan darah 150/110 mmHg, bengkak (edema) yang dirasakan pada wajah.
frekuensi nadi 88 kali/menit, pernapasan 36 Pada pasien An.T bengkak tersebut bermula
kali/ menit, suhu 36,6°C, edema di wajah, visus dari kedua kelopak mata (periorbital) setiap
ODS menurun, pemeriksaan fisik lain dalam bangun tidur yang kemudian dirasa menjalar
batas normal. keseluruh bagian wajah. Edema merupakan
Pemeriksaan laboratorium menunjukan gejala yang paling sering, umumnya pertama
hasil hemoglobin 10,9 gr/dL, leukosit 9,100/µl, kali timbul dan menghilang pada akhir minggu
trombosit 485.000/dL, pemeriksaan kimia pertama. Distribusi edema bergantung pada 2
darah albumin 3,5 gr/dL, ureum 40 mg/dL, faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan
kreatinin 1,10 mg/dL, pemeriksaan ASTO (+), jaringan lokal. Oleh sebab itu, edema pada

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 58



Indriasari dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, penyakit dahulu pasien An. T memiliki riwayat
karena adanya jaringan longgar pada daerah demam, batuk, dan sakit tenggorokan dua
tersebut dan menghilang atau berkurang pada minggu sebelum masuk rumah sakit.4 Pada
siang dan sore hari atau setelah melakukan pemeriksaan fisik kecurigaan akan adanya
kegiatan fisik. Hal ini terjadi karena gaya glomerulonefritis pada pasien An. T karena
gravitasi. Keluhan edema ini dapat menyerupai ditemukan adanya edema atau sembab pada
sindroma nefrotik, sehingga perlu dilakukan daerah wajah terutama daerah periorbital,
pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan lipid selain itu di dapatkan peningkatan tekanan
serum, albumin, dan urinalisis ulang.2,8 darah yaitu mencapai 150/110 mmHg.5
Selain bengkak, pasien An. T juga Pada pemeriksaan fisik pasien An. T
mengeluhkan urin pekat berwarna kemerahan didapatkan peningkatan tekanan darah.
seperti air cucian daging. Ada dua macam Hipertensi pada anak adalah nilai rata-rata
hematuria yaitu hematuria mikroskopik dan tekanan darah diastolik dan atau diastolik lebih
hematuria makroskopik. Hematuria dapat dari persentil ke 95+5 mmHg berdasarkan jenis
terjadi karena berbagai penyebab atau kelamin, usia, dan tinggi badan pada
kelainan di sepanjang saluran kemih. Secara pengukuran sebanyak 3 kali atau lebih.
garis besar, kelainan dikategorikan sebagai Hipertensi derajat ringan atau sedang
kelainan ekstra renal, kelainan intra renal, umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun
kelainan sistemik, dan penyakit darah. Kelainan dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan,
dalam ginjal dibagi dua, yaitu pada glomerolus kebanyakan anak yang menderita hipertensi
dan non-glomerolus. Faktor-faktor lain yang tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non
dapat menyebabkan hematuria, antara lain: spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa
olahraga yang berlebihan, aktivitas seksual, lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat
menstruasi, dan laserasi pada organ genitalia dikeluhkan. Pada keadaan hipertensi berat
pada perempuan dan disirkumsisi pada laki- yang bersifat mengancam jiwa atau
laki, infeksi saluran kemih, trauma, dan mengganggu fungsi organ vital dapat timbul
keganasan. Akan tetapi pada pasien ini tidak gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis
ditemukannya riwayat trauma, nyeri daerah hipertensi. Krisis hipertensi ini dibagi menjadi
pinggang, nyeri saat buang air kecil ataupun dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan
penurunan berat badan yang signifikan hipertensi emergensi. Manifestasi klinisnya
sehingga kemungkinan hematuria dikarenakan sangat bervariasi namun mata, jantung, atau
penyebab-penyebab lain seperti trauma, ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa
infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, dan sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah atau
keganasan dapat disingkirkan. Penyakit ginjal gangguan penglihatan.9-11
dengan manifestasi hematuria yang lain seperti Peningkatan tekanan darah An. T masuk
sindrom alport, IgA-IgG nefropati, atau Benign diatas persentil 99+5 mmHg disertai gejala
Recurrent Haematuria (BRH) juga dapat klinis seperti pusing, pandangan kabur, mual
disingkirkan karena pada keadaan tersebut dan muntah yang berarti termasuk krisis
tidak disertai dengan keluhan edema dan hipertensi. Krisis hipertensi dapat bersifat
hipertensi.1-2 emergensi yaitu peningkatan tekanan darah
Diagnosis dapat ditegakkan dengan sistolik (TDS) atau tekanan darah diastolik
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan (TDD) yang telah atau dalam proses
pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis menimbulkan kerusakan organ dalam
GNAPS yang sering ditemukan antara lain beberapa jam atau urgensi yang perlu
riwayat infeksi saluran nafas akut, riwayat diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-
infeksi kulit, anuria/oligouria, hematuria waktu dapat progresif menjadi hipertensi
mikroskopik/makroskopik, edema, dan emergensi (TDS ≥180 mmHg dan TDD ≥120
hipertensi. Kecurigaan akan adanya GNAPS mmHg). Tekanan darah diukur tiap 5 menit
pada pasien An. T dikarenakan pada anamnesis pada 15 menit pertama selanjutnya setiap 15
dijumpai keluhan berupa keluhan bengkak menit pada 1 jam pertama kemudian 30 menit
pada wajah (sembab), urin berubah warna sampai tekanan darah diastolik <100 mmHg
menjadi seperti air cucian daging yang timbul dan tiap 1-3 jam sampai tekanan darah
mendadak, dan jumlah urin yang semakin stabil.12,13
sedikit. Pada anamnesis mengenai riwayat

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 59


Indriasari dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

Pemeriksaan penunjang yang dapat setelah terjadinya inflamasi dan selama proses
dilakukan untuk menegakan diagnosis GNAPS inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga
adalah pemeriksaan urinalisis, darah lengkap, pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan
pemeriksaan serologis seperti titer ASTO dan petanda untuk mendeteksi adanya
2-4
CRP, serta pemeriksaan aktivitas komplemen inflamasi/infeksi akut.
C3. Gambaran laboratorium glomerulonefritis Penatalaksanaan GNAPS terdiri dari
akut yang sering dijumpai antara lain penatalaksanaan nonfarmakologis berupa
ditemukan proteinuria, hematuria, istirahat yang dapat dilakukan selama 10-14
leukosituria, anemia, penurunan LFG, hari dengan syarat tidak ada komplikasi dan
leukositosis, dan hipoalbuminemia. Pada diet yaitu pembatasan jumlah asupan garam
pemeriksaan penunjang urinalisis pasien, sebanyak 0,5-1 gr/hari, protein dibatasi 0,5-1
didapatkan hasil berupa warna urin merah, gr/kgBB/hari dan jumlah cairan yang harus
kejernihan keruh, proteinuria (100 mg/dL), seimbang dengan pengeluaran. Selain itu
bilirubin (1 mg/dl), dan ditemukan darah samar terapi farmakologis yang dapat diberikan
300 Ery/ui, endapan eritrosit (20-30/LP yang adalah antibiotik dan terapi simptomatik.
menunjukkan hematuria. Pemeriksaan darah Terapi simptomatik diberikan dengan tujuan
lengkap pasien An.T didapatkan hasil berupa menangani bendungan sirlukasi yaitu dengan
hemoglobin rendah (10,9 gr/dL), leukosit pemberian diuretik, penanganan hipertensi
normal (9,100/µL), eritrosit (4,6 juta/µL), dan penanganan gangguan ginjal akut seperti
trombosit meningkat (485.000/dL) dan asidosis atau hiperkalemia.3
peningkatan LED (75 mm/jam). Sedangkan Lini pertama yang dapat diberikan untuk
pada pemeriksaan kimia darah pasien An. T mengatasi hipertensi pada anak adalah
dijumpai nilai albumin (3,5 gr/dL), peningkatan nifedipin sublingual dikombinasi dengan
kadar ureum (40 mg/dL), dan kreatinin serum furosemid intravena. Nifedipin dosis 0,1
(1,1 mg/dL). mg/kgBB dinaikan 0,1 mg/kgBB/kali setiap 5
Pemeriksaan titer ASTO pada pasien An. menit pada 15 menit pertama selanjutnya
T didapatkan hasil positif. Titer ASTO setiap 15 menit pada 1 jam selanjutnya tiap 30
merupakan reaksi serologis yang paling sering menit, dosis maksimal 10 mg/kali. Furosemid
diperiksa, karena mudah dititrasi. Titer ini dosis 1 mg/kgBB/kali intravena, 2 kali sehari
meningkat 70-80% pada GNAPS. Kenaikan titer (dapat diberikan oral bila keadaan umum
ini dimulai pada hari ke-10 hingga 14 sesudah pasien baik). Bila tekanan darah belum turun,
infeksi streptokokus dan mencapai puncaknya ditambah captopril dosis awal 0,3
pada minggu ke-3 hingga ke-5 dan mulai mg/kgBB/kali, diberikan 2-3 kali sehari dosis
menurun pada bulan ke-2 hingga 6. Titer ASTO maksimal 2 mg/kgBB/hari. Bila tekanan darah
jelas meningkat pada GNAPS setelah infeksi belum turun juga, dapat dikombinasi dengan
saluran pernapasan oleh streptokokus. Titer antihipertensi lain seperti diazoksid, klonidin,
ASTO bisa normal atau tidak meningkat akibat natrium nitroprusid, dan lain-lain. Bila tekanan
pengaruh pemberian antibiotik, kortikosteroid darah dapat diturunkan dilanjutkan dengan
atau pemeriksaan dini titer ASTO. Selain nifedipin oral 0,25-1 mg/kgBB/hari, 3-4 kali
menggunakan pemeriksaan titer ASTO bukti sehari. Dapat dikombinasi dengan captopril
adanya infeksi Streptokokus dapat diketahui oral bila belum turun, selanjutnya dosis
dengan menggunakan pemeriksaan titer anti nifedipin dan captopril diturunkan secara
deoxyribonuclease-b (anti-dnase b, atau adb) bertahap dan diteruskan dengan captopril oral.
dan tes streptozyme, yang mana tes tersebut Hipertensi pada GNAPS berhubungan dengan
merupakan tes antibodi untuk ASTO. Selain ekspansi volume intravaskular dan
ASTO pemeriksaan lain yang dilakukan adalah ekstravaskular hingga vasospasme akibat
pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) dan faktor neurogenik dan hormonal. Hipertensi
didapatkan hasil nilai CRP kuantitatif +/12. CRP pada GNAPS adalah bentuk volume-dependen-
merupakan suatu protein fase akut yang hypertension sehingga retriksi cairan dan
diproduksi oleh hati sebagai respon adanya garam serta pemberian diuretik dan garam
infeksi, inflamasi, atau kerusakan jaringan. serta permberian diuretik dan vasodilator
Inflamasi merupakan proses dimana tubuh mampu mengontrol kejadian hipertensi
memberikan respon terhadap cedera. Jumlah dengan optimal. Berdasarkan teori diatas
CRP akan meningkat tajam beberapa saat penatalaksanaan krisis hipertensi pada pasien

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 60



Indriasari dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

ini sudah tepat yaitu diberikan nifedipin dosis terhadap penisilin maka direkomendasikan
awal 3 mg yang ditingkatkan menjadi dosis untuk penggunaan eritromisin. Namun
maksimal 10 mg sebanyak 4 kali sehari karena penggunaan antibiotik golongan sefalosporin
tak kunjung mengalami penurunan tekanan pada pasien An. T ini dapat dibenarkan, hal ini
darah yang berarti dalam observasi berkala, sesuai dengan AAFP yang menyebutkan jika
injeksi furosemid 30 mg/8 jam dan captopril telah terdapat beberapa penelitian yang
12,5 mg/12 jam.11-12 menyebutkan sefalosporin lebih efektif
Seftriakson merupakan golongan melawan GABHS dibandingkan penisilin.
antibiotik sefalosporin yang dapat digunakan Tingginya tingkat eradikasi terhadap GABHS
untuk mengobati beberapa kondisi akibat dan pendeknya waktu terapi memungkinkan
infeksi bakteri, seperti pneumonia, sepsis, penggunaan sefalosporin lebih bermanfaat.
meningitis, infeksi kulit, dan infeksi pada Meskipun sefalosporin lebih efektif
pasien dengan leukosit yang rendah. mengeradikasi GABHS dibandingkan penisilin
Pengobatan antibiotik pada GNAPS bertujuan namun harganya lebih mahal. Sefalosporin
untuk eradikasi infeksi kuman streptokokus memungkinkan untuk menggantikan penisilin
yang menyerang tenggorokan atau kulit sebagai terapi primer GABHS.14
sebelumnya. Pemberian antibiotika ini tidak Prognosis pada pasien ini baik jika proses
mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, pengobatan berjalan dengan baik. Menurut
melainkan mengurangi menyebarnya infeksi kepustakaan, sebagian besar pasien dengan
streptokokus yang mungkin masih ada. glomerulonefritis akan sembuh, tetapi 5%
Meskipun demikian, pengobatan antibiotik diantaranya mengalami perjalanan penyakit
dapat mencegah penyebaran bakteri. yang memburuk dengan cepat pembentukan
Beberapa klinisi memberikan antibiotik hanya kresen pada epitel glomerulus. Komplikasi yag
bila terbukti ada infeksi yang masih aktif, sering dijumpai adalah ensefalopati hipertensi
namun sebagian ahli lainnya tetap (EH), acute kidney injury (AKI), edema paru,
menyarankan pemberian antibiotik untuk dan posterior leukoencephalopathy syndrome
menghindarkan terjadinya penularan yang yang ditandai dengan keluhan sakit kepala,
meluas. Menurut Unit Kerja Koordinasi (UKK) kejang, halusinasi visual, tetapi tekanan darah
Nefrologi tatalaksana GNAPS, penggunaan masih normal. Diuresis akan kembali normal
antibiotik golongan sefalosporin untuk terapi pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit,
pada pasien An. T kurang sesuai, dimana dengan menghilangnya sembab secara
sebaiknya digunakan antibiotik golongan bertahap tekanan darah akan menjadi normal
penisilin yang diberikan untuk eradikasi kuman, kembali.15
yaitu amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi dalam 3
dosis selama 10 hari. Jika terdapat alergi Simpulan
terhadap pemberian golongan penisilin, dapat Glomerulonefritis akut pasca
diberi eritromisin dengan dosis 30 streptokokus (GNAPS) adalah suatu bentuk
mg/kgbb/hari.2 Menurut American Academy of peradangan glomerulus yang secara
Family Physicians (AAFP) efektifitas, aktivitas histopatologi menunjukkan proliferasi dan
spektrum, keamanan, jadwal pemberian dosis, inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi
biaya dan isu penyesuaian semua hal tersebut
group α β-Hemolytic Streptococci (GABHS),
sangat dipertimbangkan dalam pemilihan
antibiotik. Penisilin, penisilin congeners seperti ditandai dengan gejala nefritik seperti
ampisilin atau amoxisilin, klindamisin (cleocin), hematuria, edema, hipertensi, oligouria yang
golongan sefalosporin dan makrolid adalah terjadi secara akut dan tersering menyerang
golongan antibiotik yang efektif untuk anak usia sekolah. Manifestasi klinis yang
melawan GABHS. Dari pertimbangan seperti timbul dapat berupa gejala ringan hingga berat
yang telah disebutkan sebelumnya maka
yang bersifat mengancam jiwa.
penicilin adalah antibiotik yang paling
Penatalaksanaan yang sesuai dan segera dapat
direkomendasikan oleh AAFP, Association of
American Physicians (AAP), American Heart menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
Association (AHA), The Infectious Diseases penderita GNAPS yang memiliki perjalanan
Society of America (IDSA), dan World Health penyakit yang cepat dan progresif.
Organization (WHO). Jika pasien alergi Pemantauan juga perlu dilanjutkan minimal

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 61


Indriasari dan Susianti | Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus dengan Krisis Hipertensi pada Anak

hingga satu tahun mengingat perjalanan histologic resolution of poststreptopcpccal


penyakit yang dapat mengakibatkan glomerulonephritis with large
glomerulonefritis kronis dan keadaan gagal subendothelial deposits and kidney
failure. Am J Kidney. 2011; 58(1):113-7.
ginjal di kemudian hari.
8. Hay WW, Grothuis JR, Hayward AR, Levin
MJ, Mathews JD, Nissenson AR. Current
Daftar Pustaka pediatric diagnosis and treatment. Edisi
1. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Jakarta: ke-13. Connecticut: Appleton and Lange;
Sagung Seto; 2011. 2007.
2. Sudung O. Struktur sel sterptokokus dan 9. Flynn JT & Tullus K. Severe hypertension in
patogenesis glomerulonefritis akut pasca children and adolescents: patophysiology
streptokokus. Sari Pediatri. 2009; and treatment. Pediatr Nephrol. 2012;
11(1):55-6. 27(3):503-4.
3. Parmar MS. Acute glomerulonephritis 10. Sherly Y, Risky VP, Ninik AS, Mohammad
[internet]. Canada: Northern Ontario SN. Risk factors for hypertensive crisis in
School of Medicine; 2016 [diperbarui children with acute glomerulonephritis.
tanggal 4 Agustus 2016; diakses tanggal 25 Pediatr Indones. 2016; 56(2):101-6.
Februari 2017]. Tersedia dari: 11. Daniel SR. How to define hypertension in
http://emedicine.medscape.com/article/2 children and adolescents. Circulation.
39278-overview. 2015; 133:350-1.
4. Geetha D. Poststreptococcal 12. Rosner B, Cook N, Portman R, Daniel S,
glomerulonephritis [internet]. USA: Johns Falkner B. Determination of blood
Hopkins Bayview Medical Center; 2016 pressure percentils in normal-weight
[diperbarui 7 Agustus 2016; diakses children: some methodological issues. Am
tanggal 25 Februari 2017]. Tersedia dari: J Epidemiol. 2008; 167:653-66.
http://emedicine.medscape.com/article/2 13. Dany Hilmant. Pandangan baru
40337-overview. pengobatan glomerulonefritis. Sari
5. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Pediatri. 2007; 9(1):6-11.
Nordstand A, McShan WM, Ferretti JJ, et 14. Randel A. IDSA update guideline for
al. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke- managing group a streptococcal
16. Philadelpia: WB Saunders; 2010. pharyngitis. 2013. Am Fam Physician.
6. Gauthier B, Edelmann CM, Barnett HL, 2013; 88(5):338-40.
Perlman LV, Herdman RC, Kleinman H, et 15. Bessen DE and Lizano S. Tissue tropisms in
al. Nephrology and urology for the group A streptococcal infections. Future
pediatrician. Boston: Little Brown and Co; Microbiol. 2010; 5(4):623-38.
2012.
7. Uchida T, Oda T, Watanabe A, Izumi T,
higashi K, Kushiyama T, et al. Clinical and

J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April 2017 | 62

Anda mungkin juga menyukai