Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI EPIDEMIOLOGI DAN KESALAHAN ATAU

ERROR PADA PENELITIAN

Kelompok 1 :
 Mursalina (1112101000004)
 Nurzia Ulhaq (1112101000011)
 Siti Aisyah Nainggolan (1112101000020)
 Yufa Zuriya (1112101000029)
 Nurfitria Imani D (1112101000036)
 Lilis Yuliarti (1112101000037)

KESMAS 2A
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2013

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi tentang STRATEGI
EPIDEMIOLOGI DAN KESALAHAN ATAU ERROR PADA PENELITIAN. Dan tidak lupa
sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi yang
telah diberikan dan dipercayakan kepada kami. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dosen mata kuliah tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mohon
maaf jika terdapat banyak kekuranngan adapun kelebihan makalah ini tidak lain adalah dari
Allah SWT.

Demikian atas perhatian yang telah diberikan, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Ciputat, 5 Mei 2013

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3

PENGERTIAN STRATEGI EPIDEMIOLOGI...........................................................................................4

HIPOTESIS.................................................................................................................................................4

MENENTUKAN FORMULASI HIPOTESIS............................................................................................4

CARA MENYUSUN HIPOTESIS..............................................................................................................6

MENGUJI HIPOTESIS...............................................................................................................................8

SUMBER ATAU KESALAHAN DALAM PENELITIAN EPIDEMIOLOGI..........................................10

RANDOM EROR..................................................................................................................................10

SISTEMATIK ERROR..........................................................................................................................11

ESTIMASI................................................................................................................................................12

PARAMETER...........................................................................................................................................14

KESIMPULAN.........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Setiap kejadian atau peristiwa selalu mempunyai kecenderungan untuk
diikuti oleh peristiwa berikutnya yang secara alamiah akan membentuk rantai
peristiwa yang secara alamiah akan membentuk rantai peristiwa yang
berkesinambungan. Dengan demikian maka beberapa pemikiran dasar dalam
penelitian kesehatan adalah mencari factor penyebab, factor resiko terjadinya
suatu penyakit atau gangguan kesehatan dan penyakit dalam masyarakat.

2. TUJUAN
a. Mampu menjelaskan strategi epidemiologi
b. Mampu menjelaskan perbedaan parameter dan estimasi
c. Mampu menjelaskan perbedaan kesalahan random dengan kesalahan sistematik

3. METODE PENULISAN

Penyusunan makalah ini menggunakan metode pengumpulan atau observasi data


dari beberapa sumber yang ada. Dan pada metode ini, kami membaca berbagai buku
sebagai sumber data.

3
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN STRATEGI EPIDEMIOLOGI


Strategi epidemiologi ialah suatu pola pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan untuk
mengkaji masalah kesehatan sehingga didapat kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut.
Strategi tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan yang mengoptimasi validitas.

Rancangan penelitian epidemiologi mempunyai manfaat :

1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan karena memilih satu desain berarti menetapkan
macam atau jenis penelitian yang akan di laksanakan.
2. Sebagai pedoman dalam melaksan akan penelitian karena setiap macam atau jenis
rancangan mempunyai tatalaksana sendiri.

HIPOTESIS
Hipotesis adalah pernyataan tentative mengenai parameter perubah acak. Kata hipotesis
berasal dari gabungan dua kata, yaitu (1) hipo yang berarti tersembunyi, dan (2) theses yang
berarti pernyataan. Hipotesis menurut asal katanya berarti pernyataan mengenai sesuatu yang
tersembunyi, sesuatu yang tidak diketahui kebenaran secara pasti.

Sebagai gambaran, misalnya berdasarkan teori kimia dan koloid tanah dapat disimpulkan
bahwa aplikasi kapur (CaCO3) pada tanah dapat mengatasi masalah keasaman tanah. Lebih
spesifik, dapat dinyatakan secara teoritik bahwa penambahan kapur pada pertanaman kedelai
pada tanah Podzolik Merah Kuning akan meningkatkan hasil per hektar tanaman tersebut.
Apabila nilai tengah bobot kering kedelai hasil pertanaman yang diberi kapur adalah µ, dan nilai
tengah hasil pertanaman yang tidak diberi kapur adalah µ0, maka pernyataan teoritis tadi dapat
dituliskan sebagai µ>µ0, nilai tengah hasil pertanaman kedelai dengan aplikasi kapur lebih tinggi
dari pada nilai tengah hasil pertanaman tanpa aplikasi kapur. Pernyataan mengenai parameter
peubah ini, adalah suatu hipotesis yang kebenarannya tidak dapat dipastikan.

MENENTUKAN FORMULASI HIPOTESIS


Formulasi atau perumusan hipotesis statistic dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:

a. Hipotesis nol atau hipotesis nihil


Hipotesis nol, disimbolkan H0 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan
yang diuji.

b. Hipotesis alternative atau hipotesis tandingan

4
Hipotesis alternative disimbolkan H1 atau Ha adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai
lawan atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis timbul 3 keadaan
berikut :
1. Ha menyatakan bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang
dihipotesiskan (Pengujian arah kanan).
2. Ha menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil dari pada harga yang
dihipotesiskan (pengujian arah kiri).
3. Ha menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang dihipotesiskan
(pengujian dua arah ).

Apabila hipotesis nol diterima maka hipotesis alternative ditolak. Demikian pula
sebaliknya, jika hipotesis alternative diterima maka hipotesis nol ditolak ( Hasan, 2002). Apa
yang dinyatakan oleh hiportesis penelitian disimpan sebagai H1, sedangkan H0 adalah lawannya,
kecuali jika hipotesis penelitian mengisyarakat tanda “=“, maka dimpan sebagai H o dan H1 adalah
lawannya.

Ada 3 alternatif hipotesis :

a. Ha : θ=θ0
Ha : θ≠θ0
b. H0 : θ≤θ0
Ha : θ>θ0
c. Ho : θ≥θ0
Ha : θ<θ0

Dua macam kekeliruan :

1. Jika H0 benar, tetapi berdasarkan penelitian kita menolaknya, ini berarti kita telah
menentukan untuk menerima alternative H1, maka kesimpulan yang telah diambil adalah
suatu kekeliruan. Kekeliruan ini, dalam statistika dikenal dengan kekeliruan macam 1
atau kekeliruan . jadi, kekeliruan adalah kekeliruan yang terjadi pada waktu membuat
kesimpulan mengenai sesuatu yang seharusnya diterima tetapi penelitian yang menjadi
dasar pembuatan kesimpulan menolaknya.
2. Sebaliknya, apabila H0 tidak benar sedangkan penelitian menyatakan harus menerimanya,
maka kesimpulan yang telah diambil juga merupakan suatu kekeliruan. Kekeliruan ini
dikenal dengan kekeliruan macam II atau kekeliruan . Jadi kekeliruan yang terjadi pada
waktu membuat kesimpulan kesimpulan atas sesuatu yang seharusnya ditolak, tetapi
penelitian mengatakan untuk menerimanya.

5
Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan Melalui Pengujian Hipotesis

Keadaan sebenarnya
Kesimpulan H0 benar Ha benar
H0 diterima Kesimpulan benar Kekeliruan macam II
Ha diterima Kekeliruan macam I Kesimpulan benar
Peluang melakukan kekeliruan tipe I harga ditentukan dalam
pengujian hipotesis, apabila kesimpulannya adalah H0 ditolak, maka dikatakan pengujian yang
significant.

 Bila dengan ternyata H0 ditolak maka pengujian significant.

 Bila dengan ternyata H0 ditolak maka pengujian sangat significant.

CARA MENYUSUN HIPOTESIS


Untuk menyusun hipotesis dalam epidemiologi perlu ditentukan beberapa unsur yang harus
ada dalam suatu hipotesis epidemiologi. Dalam hal ini dasar penyusunan hipotesis dalam
epidemiologi harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. Harus dicantumkan dengan jelas populasi yaitu ciri-ciri individu dimana hipotesis
tersebut diterapkan.
b. Faktor penyebab ataupun pemaparan lingkungan, termasuk faktor resiko yang sedang
atau akan diteliti.
c. Akibat yang diharapkan timbul dari penyebab tersebut yang berupa penyakit maupun
gangguan kesehatan lainnya.
d. Hubungan antara besarnya dosis pemaparan dengan responnya yaitu besarnya unsur
penyebab (kuantitatif maupun kualitatif) yang cukup untuk menimbulkan kejadian
(insiden) penyakit atau gangguan kesehatan yang diharapkan terjadi.
e. Hubungan antara waktu dengan terjadinya respon tersebut yaitu waktu yang dibutuhkan
antara terjadinya pemaparan faktor penyebab dengan timbulnya kejadian penyakit atau
masalah kesehatan.

Perumusan suatu hipotesa adalah kebalikan dari prinsip hukum yang biasa dianut yaitu
“innocent proven guilty” (azas praduga tak bersalah). Jadi seorang epidemiologist menganggap
setiap faktor mungkin “bersalah” sampai hal itu dapat dibuktikan bahwa faktor (keadaan) tesebut
memang tidak ikut memegang peranan dalam timbulnya outbreak.
Hipotesa adalah penting untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut dan berhasil atau
tidaknya penyelidikan itu tergantung dari kecermatan hipotesa yang dibuat. Mac Mahon dan
Pugh (1970) membicarakan 4 cara (metode) yang biasanya berhubungan dengan suatu
penyelidikan peristiwa letusan/wabah (out-break) investigation,yaitu :
6
1. Metode Perbedaan (method of difference)
2. Metode Persamaan (method of agreement)
3. Metode Concomitant Variation
4. Metode Analogi

Diantara ke-4 metode itu, yang paling sering digunakan adalah metode perbedaan (method
of difference) dan metode persamaan (method of agreement).

1. Metode Perbedaan (method of difference)


Metode ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila kejadian penyakit tampak secara jelas
menunjukkan adanya perbedaan pada dua kelompok populasi tertentu dimana sejumlah
faktor tertentu dijumpai pada salah satu kelompok tersebut dan tidak dijumpai pada
kelompok lainnya, maka terdapatnya atau tidak terdapatnya faktor tersebut mungkin
merupakan faktor penyebab atau faktor resiko timbulnya penyakit. Jadi, hipotesis ini
didasarkan pada adanya perbedaan yang jelas pada kelompok yang menderita terhadap
kelompok yang tidak menderita, mungkin merupakan faktor penyebab timbulnya penyakit.
Dengan kata lain :
 Frekuensi suatu penyakit berbeda pada dua keadaan yang berbeda
 Ada (beberapa) faktor terdapat pada suatu keadaan tidak ditemukan pada keadaan
lainnya
Contoh : Kejadian Ca cervix pada wanita menikah lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kejadian Ca cervix pada wanita tidak menikah. Faktor yang
terdapat pada wanita menikah adalah proses reproduksi/Hubungan
seksual.

2. Metode Persamaan (method of agreement)


Hipotesis ini didasarkan pada ketentuan bahwa apabila satu faktor atau lebih yang
sering dijumpai pada setiap penyakit tertentu, maka faktor-faktor tersebut mungkin
merupakan penyebab atau faktor resiko terjadinya penyakit yang diamati. Jadi, hipotesis ini
didasarkan pada adanya :
 Pola frekuensi suatu penyakit sama pada tempat yang berbeda
 Faktor yang sama ditemukan pada tempat tempat yang berbeda tersebut
Contoh : Kejadian Ca cervix pada wanita di beberapa tempat sama dan
berhubungan dengan hubungan kelamin pada usia muda, rekan seksual
yang banyak. Faktor yang sama kemungkinan virus yang ditularkan secara
seksual.

3. Metode Concomitant Variation

7
Hipotesis ini meliputi pencarian berbagai faktor yang frekuensi atau kekuatannya
bervariasi sesuai dengan frekuansi penyakit. Metode ini lebih bersifat kualitatif dalam
melihat masalah, serta tidak hanya melihat permasalahan itu dari dua kemungkinan saja.
Peranan faktor penyebab/faktor resiko yang bersifat jamak sangat menetukan, terutama bila
lebih dari satu faktor risiko secara bersama-sama dapat mendorong/ mempermudah
terjadinya penyakit tertentu.
Contoh : Unsur dalam diet (makanan) berubah mengakibatkan perubahan pada
frekuensi kejadian penyakit jantung koroner.

4. Metode Analogi
Dasar hipotesis ini ialah adanya persamaan suatu peristiwa penyakit dengan
penyakit lain yang sudah dikenal dengan jelas mungkin mempunyai persamaan penyebab,
maupun faktor resiko, atau persamaan proses kejadian penyakit. Dengan kata lain :
 Penyebaran suatu penyakit mungkin sangat mirip dengan penyebaran penyakit yang
lain yang sudah diketahui penyebabnya.
 Penggunaan metoda ini harus hati-hati karena dapat menimbulkan “false analogies”

Contoh : Penyakit keturunan (herediter) cenderung terdapat dalam suatu keluarga.


Analoginya: Jika ada penyakit yang cenderung terdapat dalam keluarga
maka penyakit itu dianggap herediter.

MENGUJI HIPOTESIS
Dalam pengujian hipotesis, sebelum mengadakan pengujian hipotesis kita harus memahami
dahulu asumsi yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Asumsi ini penting sebab dalam
pengujian hipotesis, perbedaan asumsi akan membedakan alat uji yang digunakan.

Contoh dalam hipotesis tentang mean adalah uji Z yang dihitung dengan rumus:

x
Z

n

Penggunaan rumus uji Z untuk menguji hipotesis mean di atas membutuhkan asumsi
bahwa deviasi standar populasi diketahui serta sampel harus berjumlah besar, sehingga jika
asumsi di atas tidak dipenuhi kita harus menggunakan alat uji yang lain berupa uji t.

Tahap-tahap dalam pengujian hipotesis


Dalam pengujian hipotesis tahap–tahap yang harus dilakukan adalah:

Tahap 1. Menentukan hipotesis null dan alternatif.

8
Dalam menentukan hipotesis null dan alternatif kita harus mengetahui tentang hipotesis
yang akan diuji. Hipotesis null adalah hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Sebagai contoh
kita ingin menguji tentang rata-rata laba perusahaan di BEJ adalah sama dengan 100 juta, maka
hipotesis null-nya adalah Ho: μ=100 juta.
Tahap 2. Memilih tingkat signifikansi.
Dalam memilih tingkat signifikansi kita harus memperhatikan hasil penelitian terdahulu
terhadap penelitian sejenis. Masing-masing bidang ilmu mempunyai standar yang berbeda dalam
menentukan tingkat signifikansi. Ilmu sosial biasanya menggunakan tingkat signifikansi antara
90% ( 10%) sampai 95% ( 5%), sedangkan ilmu-ilmu eksakta biasanya menggunakan tingkat
signifikansi antara 98% ( 2%) sampai 99% ( 1%).
Tahap 3. Mengidentifkasi uji statistik.
Setelah menentukan tingkat signifikansi langkah selanjutnya adalah menentukan uji
statistik yang akan digunakan. Hal ini karena masing-masing uji statistik memerlukan asumsi
yang berbeda dalam penerapannya.

Tahap 4. Membuat aturan keputusan


Aturan keputusan adalah sebuah pernyataan tentang kondisi di mana hipotesis ditolak
atau kondisi hipotesis tidak ditolak. Area penolakan menjelaskan lokasi dari semua nilai yang
sangat besar atau sangat kecil sehingga probabilitas kita di bawah sebuah hipotesis null
yangbenar agar jauh. Berikut adalah gambaran daerah penolakan untuk uji signifikansi

Daerah Penolakan dan Penerimaan H0

Jangan Tolak Ho Tolak Ho

1,65 1,98

0,05 probabilitas

Titik Kritis

Titik kritis adalah titik yang membagi daerah di mana hipotesis null di terima atau
hipotesis null di tolak.

SUMBER ATAU KESALAHAN DALAM PENELITIAN EPIDEMIOLOGI


Dalam konteks penelitian epidemiologi, orang harus mempertimbangkan dua kategori
kesalahan: acak dan sistematik, kesalahan acak mencerminkan fluktuasi di sekitar nilai
sebenarnya dari parameter (seperti tingkat atau risiko relatif) karena variabilitas sampling.

9
Mereka dapat terjadi sebagai akibat dari presisi, sampling error, atau variabilitas dalam
pengukuran. Kesalahan sistematis mengacu pada bias pengukuran.

RANDOM EROR
Kesalahan acak dapat terjadi ketika sistematika percobaan sudah di penuhi secara benar.
Biasanya kesalahan acak terjadi karena alat yang kurang sensitive, adanya gangguan luar, proses
statistika perhitungan, atau error pada obyek pengukuran.
Misalnya, permukaan kasar dari suatu sample dapat membuat pengukuran ketebalan
suatu benda berbeda dari suatu titik dengan titik lain. Atau tempat melakuka pengukuran seperti
timbulnya getaran dari sutu mesin yang sedang beroperasi dapat menimbulkan kesalahan acak.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan acak pada kasus sepertiitu maka semakin banyak di
lakukan suatu pengukuran semakin baik hasilnya. Kesalahan acak ini dapat di perkirakan
besarnya melalui analisa statistika, yaitu dengan memperbanyak atau mengulang-ulang
pengukuran dengan mengubah berbagai parameter pada percobaan tersebut.

Faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan acak:

a. presisi
Jenis kesalahan acak terjadi ketika faktor penelitian tidak diukur tajam.
Pertimbangkan analogi bertujuan senapan pada target yang tidak fokus. Target benar bisa
menghasilkan arah yang benar di mana salah satu harus bertujuan, tapi gambar buram
membuat sulit untuk memukul pada sasaran, menyebabkan peluru untuk menyebarkan
seluruh sasaran. Meningkatkan ukuran sampel penelitian atau jumlah pengukuran akan
menghasilkan presisi yang lebih besar.
Presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisi yang
diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Konsep
presisi diukur dengan simpangan baku.

b. Sampling error
Kesalahan sampling adalah perbedaan antara hasil sample dan karakteristik
populasi yang kita cari untuk estimasi. Pada praktiknya, kesalahan sampling jarang dapat
ditentukan karena kerakteristik-karakteristik populasi biasanya tidak diketahui. Namun,
dengan prosedur sampling yang tepat, kesalahan sampling dapat diperkecil dan besarnya
dapat dibatasi

Terdapat dua factor yang menyebabkan kesalahan sampling :


1. Bias seleksi
2. Variasi acak/ variasi random
Suatu bias seleksi adalah bias dari suatu kalangan yang tidak terwakili (tidak
dijadikan sampel) di dalam populasi. Kesalahan yang terjadi tidak dapat ditentukan.
Bahkan jika sampel dipilih dalam suatu car yang tidak bias, kita tidak dapat berharap
sampel tersebut menjadi tiruan yang sempurna dari populasi sasaran. Dalam hal ini,
kesalahan sampling memang terkait dengan kebetulan (chance), dan kita dapat
menanggap bias seleksi disebabkan oleh variasi acak yang terjadi dari satu sampel ke

10
sampel lainnya (jika pengambilan sampel dilakukan berulang-ulang pada populasi
yang sama).

SISTEMATIK ERROR
Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang selama berlangsungnya proses pengukuran
berkali-kali, besarnya selalu tetap atau berubah-ubah dengan perubahan yang dapat diramal.
Kesalahan sistematik dapat ditimbulkan oleh :

1. Gross error
Yaitu kesalahan yang di akibatkan karena si pengamat telah melakukan suatu blunder,
misalnya salah baca, salah memakai alat, salah adjustment terhadap alat, dsb.
2. Kesalahan alat
Alat tidak dapat bekerja secara konsisten sehingga hasil pengukuran tidak sama dengan
nilai yang tertulis dalam literature pembanding.
Misalnya : komponen-komponen tidak stabil, keausan, garis skala yang tidak benar ,
salah menaruh skala pada angka, kesalahan kalibrasi, dsb.
3. Faktor lingkungan
Misalnya pengaruh suhu, kelembaban, getaran mekanis, dsb. Suatu mistar baja yang
dikalibrasi pada kondisi suhu 20 ºC akan menimbulkan skala sistematik bila digunakan
pada suhu 30ºC.

Kesalahan sistematis dapat menjadi sangat rumit, anda hanya dapat memperkecil
kesalahan tersebut dengan pengukuran sebaik mungkin. Cara paling mudah untuk mengurangi
kesalahan sistematis adalah menghindari penyebabnya secara keseluruhan, yaitu dengan
menyusun instrument pengukuran secara benar dan menghindari sebanyak mungkin kesalahan
akibat pengaruh faktor lingkungan.

Mendeteksi kesalahan sistematik memerlukan pengalaman panjang dan kewaspadaan


yang tinggi bagi operator, karena tidak ada rumus untuk menentukannya. Namun demikian ada
suatu cara untuk memberikan petunjuk adanya kesalahan sistematik yaitu dengan melakukan
pengukuran dengan metode lain untuk menguji kebenaran hasil pengukuran semula. Besarnya
kesalahan sistematik adalah sama dengan perbedaan antara harga rata-rata beberapa kali
pengukuran terhadap suatu kuantitas dengan harga sebenarnya dari kuantitas tersebut.

ESTIMASI
Karakter populasi seringkali sulit diketahui secara pasti karena memiliki berbagai
keterbatasan,misalnya: tenaga,dana,waktu,dsb. Oleh karena itu digunakanlah teknik statistik
untuk menyimpulkan karakteristik populasi. Karakteristik populasi dipelajari berdasarkan data
yang diambil dari cuplikan populasi (sampel) yang representatif dan memiliki kecukupan besar

11
sampel yang sesuai. Cara pengambilan kesimpulan tentang populasi berkaitan dengan pendugaan
atau estimasi nilai parameter populasi itu sendiri.

Estimasi adalah adalah suatu statistik (harga sampel) yang digunakan untuk menduga
suatu parameter dengan memakai nilai sampel (statistik). Secara umum,parameter populasi diberi
symbol q (theta). Nilai q bisa merupakan rerata (µ),deviasi standar (),proporsi (P),dan
sebagainya. Bila q tidak diketahui nilainya,maka dapat ditaksir oleh nilai θˆ(theta-topi).

Nilai θˆ merupakan estimator parameter populasi. Sehingga estimator dapat didefinisikan


sebagai statistic sampel yang digunakan untuk menduga parameter populasi. Seharusny θˆ= q,
namun ha tersebut sulit terpenuhi,dalam kenyataannya estimasi q oleh θˆ dapat teralu tinggi atau
terlalu rendah.Sifat atau cirri estimator yang baik adalah: tidak bias,efisien dan
konsisten.Estimator dikatakan tidk bias bila ia dapat menghasilkan estimasi yang mengandung
nilai parameter yang diestimasikan.Estimator dikatakan efisien apabila hanya dengan rentang
nilai estimasi yang kecil saja cukup mengandung nilai parameter.Dan estimator dikatakan
konsisten apabila sampel yang diambil berapapun besarnya,pada rentangnya tetap akan
menganung nilai parameter yang sedang diestimasi.

 Merupakan bagian dari statistik inferensi

 Estimasi = penduga, atau menaksir harga parameter populasi dengan harga-harga


statistik sampelnya.

 Misal : suatu populasi yang besar akan diselidiki harga-harga parameternya, untuk
mengetahuinya akan dilakukan pengamatan terhadap unit-unit dalam sampel yang akan
diestimasi meskipun akan menimbulkan ketidakpastian

Dugaan (Estimate), Pendugaan (Estimation) dan


Penduga (Estimator)

 Dugaan (Estimate) :
Nilai spesifik atau kuantitas daripada sebuah statistic misalnya: nilai mean sampel,
persentase sampel, atau varians sampel
 Penduga (Estimator) :
Setiap statistik (mean sampel, persentase sampel, varians sampel, dan lain-lain) yang
digunakan untuk menduga sebuah parameter
 Penduga tak-bias (unbiased estimator) : sebuah penduga yang menghasilkan suatu
distribusi sampling yang memiliki mean sama dengan parameter populasi yang akan
diduga.
 Penduga terbaik (best estimator): penduga yang memenuhi syarat-syarat sebagai
suatu penduga tak-bias dan juga memiliki varians yang terkecil (minimum).

12
 Pendugaan (Estimation) :
Keseluruhan proses yang menggunakan sebuah penduga untuk menghasilkan sebuah dugaan
daripada parameter
 Pendugaan Tunggal (Point Estimation):
Angka tunggal yang digunakan untuk menduga sebuah parameter populasi
 Pendugaan Interval (Interval Estimation):
Sebaran nilai-nilai yang digunakan untuk menduga sebuah parameter populasi

Syarat penduga yang baik:


1. Unbiased
Suatu penduga atau estimator dikatakan unbiased jika memenuhi syarat berikut:

E( )= ;

Dengan adalah parameter dan adalah estimator parameter.


2. Minimum varian
Suatu estimator dikatakan minimum varian apabila memenuhi kriterian berikut:
Menurut Cramer Rao

Apabila adalah unbiased estimator dari dan

Maka adalah minimum variance unbiased estimator dari .

3. Konsisten
Suatu penduga atau estimator dikatakan konsisten jika memenuhi syarat:
Semakin besar sampel maka nilai varian semakin kecil atau nilai sampel semakin
mendekati populasi.

4. Relative efisiensi

13
Suatu penduga atau estimator dikatakan efisien jika memiliki varian terkecil diantara

banyak estimator unbiased lainnya.


5. Sufficiency
Suatu penduga atau estimator dikatakan sufficient jika tiap nilai parameter distribusi

bersyarat (conditional distribution) dari random variable ( X1,X2,....,Xn given )

adalah independent dari .

PARAMETER

Pendugaan adalah proses yang menggunakan sampel statistik untuk menduga


ataumenaksir hubungan parameter populasi yang tidak diketahui. Penduga adalah merupakan
suatu pernyataan mengenai parameter populasi yang diketahui berdasarkan informasi dari
sampel, dalam hal ini sampel random, yang diambil dari populasi bersangkutan. Jadi dengan
pendugaan itu, keadaan parameter populasi dapat diketahui.

Contoh:

X merupakan penduga dari parameter µ (rata-rata). Nilai,misalnya 5 merupakan penduga


statistik dari parameter µ (rata-rata). Berikut adalah tabel parameter dan penduganya:

Parameter (q) Penduga


µ (rata-rata populasi) X atau µ
P (proporsi/presentasi) P
2 (varians) S2 atau S^2
 (simpangan baku) S atau S^
r (koefisien korelasi) p atau r^
B (koefisien regresi) B atau b^

Karena penduga merupakan fungsi dari nilai-nilai sampel maka penduga termasuk variable
random dan memiliki distribusi sampling (distribusi pemilihan sampel).

14
KESIMPULAN

Strategi epidemiologi ialah suatu pola pendekatan berupa suatu rangkaian kegiatan untuk
mengkaji masalah kesehatan sehingga didapat kejelasan tentang masalah kesehatan tersebut.
Strategi tersebut d igunakan untuk menjawab permasalahan yang mengoptimasi validitas.

Hipotesis adalah pernyataan tentative mengenai parameter perubah acak. Kata hipotesis
berasal dari gabungan dua kata, yaitu (1) hipo yang berarti tersembunyi, dan (2) theses yang
berarti pernyataan. Hipotesis menurut asal katanya berarti pernyataan mengenai sesuatu yang
tersembunyi, sesuatu yang tidak diketahui kebenaran secara pasti. Formulasi atau perumusan
hipotesis statistic dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: Hipotesis nol atau hipotesis nihil , dan
Hipotesis alternative atau hipotesis tandingan

Untuk menyusun hipotesis dalam epidemiologi perlu ditentukan beberapa unsur yang
harus ada dalam suatu hipotesis epidemiologi. Dalam pengujian hipotesis, sebelum mengadakan
pengujian hipotesis kita harus memahami dahulu asumsi yang diperlukan dalam pengujian
hipotesis. Asumsi ini penting sebab dalam pengujian hipotesis, perbedaan asumsi akan
membedakan alat uji yang digunakan

Dalam pengujian hipotesis tahap–tahap yang harus dilakukan adalah: Menentukan hipotesis null
dan alternatif, Memilih tingkat signifikansi, Mengidentifkasi uji statistik, Membuat aturan
keputusan
Dalam konteks penelitian epidemiologi, orang harus mempertimbangkan dua kategori
kesalahan: acak dan sistematik, kesalahan acak mencerminkan fluktuasi di sekitar nilai
sebenarnya dari parameter (seperti tingkat atau risiko relatif) karena variabilitas sampling.
Mereka dapat terjadi sebagai akibat dari presisi, sampling error, atau variabilitas dalam
pengukuran. Kesalahan sistematis mengacu pada bias pengukuran.

Estimasi adalah adalah suatu statistik (harga sampel) yang digunakan untuk menduga
suatu parameter dengan memakai nilai sampel (statistik). Secara umum,parameter populasi diberi
symbol q (theta). Nilai q bisa merupakan rerata (µ),deviasi standar (),proporsi (P),dan
sebagainya. Bila q tidak diketahui nilainya,maka dapat ditaksir oleh nilai θˆ(theta-topi).

Pendugaan adalah proses yang menggunakan sampel statistik untuk menduga


ataumenaksir hubungan parameter populasi yang tidak diketahui. Penduga adalah merupakan
suatu pernyataan mengenai parameter populasi yang diketahui berdasarkan informasi dari
sampel, dalam hal ini sampel random, yang diambil dari populasi bersangkutan. Jadi dengan
pendugaan itu, keadaan parameter populasi dapat diketahui.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Aritonang, Arianto ,dll. 2005. Statistik. Yogyakarta: Media Mressindo


 Noor, Nur Nasry. 2008. EPIDEMIOLOGI. Jakarta: Rineka Cipta
 Maryani, Lidya & Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan Penelitian.
Yogyakarta :GrahaIlmu
 Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta
 Harianti, Asni, dkk. 2012. Statistika II. Yogyakarta : CV Andi Offset
 Morton, Richard F. 2008. Epidemiologi dan Biostatiska : Panduan Studi, Edisi 5.
Jakarta : EGC
 Saefudin, Asep, dkk. 2009. Statistika Dasar. Bogor : Grasindo

16

Anda mungkin juga menyukai