DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
REIHAN AKBAR SITOMPUL (5223530008)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat pada waktunya. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah probabilitas dan statistik.
Makalah ini telah kami persiapkan dengan maksimal dan dengan baik. Tugas ini disusun
dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua khususnya dalam hal
distribusi probabilitas diskrit. Kami sangat berharap makalah yang disusun ini dapat berguna
bagi kami dan orang lain yang membacanya .
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini untuk
kedepannya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan terima
kasih atas perhatiannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI ..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Pengujian hipotesis menjadi salah satu prosedur pengambilan keputusan yang sangat
umum digunakan. Untuk menguji hipotesis, maka dibutuhkan berbagai data dan fakta. Kerangka
pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum peneliti mengumpulkan data.
Pengujian hipotesis dilakukan secara berbeda-beda bergantung pada metode dan desain
penelitian. Walau demikian, prosesnya tetap berjalan sama seperti pada umumnya. .Proses umum
yang dimaksud adalah kombinasi dari konsep skor-z, probabilitas, dan distribusi sampel yang
digunakan untuk menyusun suatu prosedur statistika yang baru.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan pada data yang berasal dari satu sampel, dua sampel,
atau k (k ≥ 3) sampel. Pengujian hipotesis pada dua sampel adalah untuk menguji apakah kedua
sampel berasal dari populasi yang sama . Pada sampel yang diukur dengan skala nominal
(disebut data nominal atau kategori), pengujian didasarkan pada frekuensi dalam kategori.
Sedangkan untuk data ordinal, statistik yang paling cocok untuk mendeskripsikan ukuran
pemusatan data adalah median, karena median tidak terpengaruh perubahan nilai data baik itu
nilai yang berada di atas maupun di bawah median selama perubahan nilai tersebut sama untuk
setiap data (Siegel & Castellan, 1988: 27). Dengan kata lain, apabila nilai-nilai datanya berubah,
median juga akan berubah sesuai dengan perubahan nilai, akan tetapi median tetap terletak pada
pertengahan distribusi.
1.3 Tujuan
2.1.Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu proses dari pendugaan parameter dalam populasi, yang membawa kita
pada perumusan segugus kaidah yang dapat membawa kita pada suatu keputusan akhir, yaitu
menolak atau menerima pernyataan tersebut. Hipotesis dalam Statistik merupakan suatu proses
untuk menentukan apakah dugaan tentang nilai parameter/karakteristik populasi didukung kuat
oleh data sampel atau tidak.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling tinggi dan paling mungkin tingkat kebenarannya. Riduwan (2009)
mengungkapkan bahwa setiap penelitian tidak harus berhipotesis, tetapi setiap penelitian harus
dirumuskan masalahnya. Adanya hipotesis dinyatakan berdasarkan pada rumusan masalah
penelitian yang diajukan agar rumusan masalah dapat terjawab dan hipotesis teruji berdasarkan
data yang dikumpulkan oleh peneliti. Jadi, keduanya harus dirumuskan dengan menggunakan
kalimat yang jelas, tidak menimbulkan banyak penafsiran dan spesifik supaya dapat diukur.
Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya dan hipotesis dalam bentuk kalimat
pernyataan
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yang akan
menolak atau menerima hipotesis tersebut. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang diambil
mengandung ketidakpastian. Artinya keputusan bisa benar atau salah sehingga menimbulkan
resiko.
Hipotesis ada dua macam yaitu: hipotesis riset dan hipotesis statistik. Hipotesis riset merupakan
hipotesis atas hasil firasat atau kecurigaan yang berdasarkan pengamatan secara cermat dan lama
oleh peneliti. Biasanya dikemukakan oleh peneliti ahli tetapi bukan ahli statistika. Hipotesis
statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya masih
sementara atau lemah kebenarannya.
Dalam statistika, dikenal 2 macam hipotesis:
1. Hipotesis nol (H0), berupa suatu pernyataan tidak adanya perbedaan karakteristik/parameter
populasi (selalui ditandai dengan tanda =)
Data (Kuantitatif)
Hipotesis
Pengujian
Decision Rule
Keputusan
Kesimpulan
Hipotesis adalah parameter, maka notasi yang digunakan dalam hipotesis statistika adalah
parameter (untuk nilai tengah), (untuk simpangan baku), dan p (untuk proporsi).
a. Hipotesis nol (H0) Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis awal yang akan diuji. Disebut hipotesis
nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan atau mempunyai perbedaan nol dengan
hipotesis sebenarnya (Yusuf, 2005: 426). Hipotesis akan ditolak jika amatan dalam batas-batas
tertentu tidak memperlihatkan kesesuaian dengan hipotesis. Sebaliknya hipotesis diterima
apabila hasil amatan dalam batas-batas tertentu memperlihatkan adanya kesesuaian hipotesis.
b. Hipotesis alternatif (H1) Hipotesis alternatif (H1) merupakan kemungkinan tentang efek
pengamatan yang sebenarnya. Apabila hipotesis nol ditolak maka hipotesis alternatif diterima.
Diterimanya suatu hipotesis merupakan akibat logis dari kurangnya cukup bukti untuk
menolaknya dan tidak akan berimplikasi bahwa hipotesis tersebut benar (Yusuf, 2005: 426).
Menurut Hasan (2002: 142) taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima
kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata sering dinyatakan
dengan α.
3. Menentukan statistik uji yang cocok. Statistik uji merupakan rumus-rumus yang berhubungan
dengan distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis. Pertimbangan dalam memilih statistik uji:
10 a. Suatu statistik uji tersebut baik jika mempunyai kemungkinan kecil untuk menolak H0
apabila H0 benar, dan mempunyai kemungkinan besar untuk menolak H0 apabila H0 salah
( Siegel & Castellan, 1988:22).
b. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel. c. Sifat populasi yang menjadi asal usul
sampel. d. Jenis pengukuran yang dipakai dalam penentuan skor sampel.
4. Menentukan kriteria pengujian. Menurut Hasan (2002: 142) kriteria pengujian adalah bentuk
pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis nol (H0) dengan cara
membandingkan nilai hasil perhitungan dengan nilai pada tabel nilai kritis berdasarkan α yang
digunakan.
5. Melakukan penghitungan. Penghitungan dilakukan sesuai dengan statistik uji yang telah
dipilih.
a. Penerimaan H0 terjadi jika nilai statistik uji berada di luar nilai kritis.
b. Penolakan H0 terjadi jika nilai statistik uji berada di dalam nilai kritis. Hubungan antara
hipotesis, kesimpulan dan tipe kesalahan:
a. Apabila H0 benar dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan H0 diterima, maka
keputusan yang diambil tepat dengan tingkat keyakinan 11 sebesar 1-α. Artinya, jika pengujian
hipotesis ditentukan dengan taraf nyata α, berarti dari setiap 100 hipotesis yang diterima ada
100α% yang ditolak karena kita merasa yakin (1-α)100% kesimpulan yang dibuat benar.
b. Jika H0 benar tetapi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan H0 ditolak yang berarti
menerima H1, berarti keputusan yang diambil merupakan kesalahan. Kesalahan tersebut disebut
kesalahan jenis I atau galat α.
c. Bila H0 salah dan berdasarkan penelitian yang dilakukan ditolak, maka keputusan yang
diambil tepat dengan kuasa pengujian sebesar (1-β).
d. Apabila H0 salah tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan diterima, maka keputusan yang
diambil merupakan kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan jenis II atau galat β.
Statistik Uji: Z
x A −x B
=
√
2 2
Z σA σB
+
n A nB
Contoh:
Dari suatu survei di dua daerah yang masing-masing dengan contoh berukuran 30 dan 36
berturut-turut diperoleh nilai tengah pendapatan per kapita per bulan Rp 45.000 di daerah A dan
Rp 47.500 untuk daerah B. Jika diketahui bahwa ragam pendapatannya sebesar (Rp.6.000)2 dan
(Rp.7.500)2 berturut-turut, dengan taraf kepercayaan 95%, tentukan apakah pendapatan rata-rata
di A berbeda dengan di B atau tidak!
Jawab
1. Hipotesis H0 :
3. Statistik Uji
x A −x B
=
√
2 2
Z σA σB
+
n A nB
45000−47500
=
√ = - 1,504
2 2
Z 6000 7500
+
30 36
4. Daerah kritik
H0 ditolak : Z > Z/2 atau Z < -Z/2 Z > 1,96 atau Z <-1,96
5. Keputusan
Karena -Z/2 < Z < Z/2 (-1,96 < Z < 1,96), maka H0 diterima
6. Kesimpulan
1. Jika contoh A, yang diambil bebas terhadap contoh B. Artinya, kita mengambil secara acak
contoh A berukuran nA dan kita juga mengambil contoh B secara acak berukuran nB. Jenis
pengujian ini dinamakan uji t tidak berpasangan.
2. Jika pada setiap pengukuran contoh A dan B diambil secara berpasangan. Dengan demikian,
ukuran untuk contoh A dan B adalah sama, yaitu katakanlah n. Jenis pengujian ini dinamakan uji
t berpasangan
Terdapat permasalahan dalam uji t tidak berpasangan, yaitu apakah dua populasi tersebut berasal
dari ragam yang sama atau tidak? Untuk itu kita harus mengujinya apakah 2 A sama dengan
2 B atau tidak. Hipotesis untuk menguji hal itu adalah sebagai berikut:
H1 : σ 2A σ 2B (artinya kedua populasi berasal dari ragam yang sama) Statistik uji yang
digunakan adalah statistik F.
2
S 1
F= 2
S 2
di mana S2 1adalah ragam terbesar dari dua populasi tersebut (apakah S2A atau S2 B) dan S2 2
adalah ragam terkecil di antara keduanya. F tersebut dibandingkan dengan F dengan db1 = n1 –
1 dan db2 = n2 – 1. Jika F < F maka H0 diterima, artinya ragam populasi sama, sedangkan bila
F > F maka H0 ditolak, artinya ragam populasi berbeda.
Dua sampel yang diamati secara berpasangan, artinya dalam setiap pengukuran yang diukur
adalah pasangan [A,B]. Karena pengamatannya secara berpasangan maka dalam setiap
pengamatan X A dan X Btidak lagi bebas sesamanya meski bebas antara pasangan yang satu
dengan pasangan yang lain.
Sebagai contoh, X A dan X Bmasing-masing kadar auksin ruas pertama dan kedua dari pucuk
burung tanaman teh Atau X A dan X Bberturut-turut kadar vitamin C bagian ujung dan pangkal dari
sebuah buah mangga. Atau lebih ekstrim lagi, yaitu detak jantung seseorang pada saat biasa, dan
pada saat dekat dengan belahan jiwa.
Metode uji t berpasangan ini adalah sama dengan pengujian hipotesis satu populasi, yaitu data
selisih dari kedua populasi tersebut. DJ = X AJ - X JB
Pengujian hipotesis pada satu sampel biasanya menguji apakah sampel berasal dari
populasi dengan distribusi tertentu. Pengujian satu sampel memiliki arti yaitu suatu
prosedur uji statistic dengan bahan yang akan diuji hanya memiliki satu variabel dan
julahnya relative terbatas.
Pengujian ini dapat dilakukan apabila suatu penelitian mengalami hal – hal berikut :
Adanya beda rata – rata sampel dan nilai tersebut digunakan pada hipotesis
Suatu sampel yang diuji memiliki beda rata – rata dan nilai median
Suatu sampel pengujian memiliki beda rara – rata dan nilai peluangnya
Adanyanya beda statisik dari nilai yang berubah dengan titik nol
Dibawah ini merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi apabila ingin menggunakan
pengujian satu sampel yaitu :
Sedangkan Pengujian hipotesis pada dua sampel adalah untuk menguji apakah kedua
sampel berasal dari populasi yang sama.
Pengujian ini memiliki arti yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan dua
populasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah parameter dari masing –
masing populasi berbeda atau tidak, maka pengujian yang dilakukan adalah pengujian
beda dua mean. Lalu untuk pendekatan yang dapat digunakan untuk pengujian ini adalah
distribusi Z (uji Z) ataupun apat menggunakan distribusi T (uji T).
Uji Z dapat digunakan apabilan standar deviasi dari populasi tersebut diketahui dan
jumlah sampel yang digunakan besar (>30). Untuk uji T sendiri dibedakan menjadi dua
yaitu saling berpasangan (dependen) dan saling bebas (independen).
Dependent Sampel T – Test. Pengujian ini dilakukan apabila rata – rata dari kedua
dampel saling berpasangan, maksudnya adalah nilai dari salah satu sampel akan berkaitan
dengan sampel lainnya.
Independen Sampel T – Test. Pengujian memiliki sampel yang berbeda. Artinya nilai
dari masing – masing sampel tidak berkaitan sama sekali.
\
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengujian hipotesis pada dua sampel adalah untuk menguji apakah kedua sampel berasal dari
populasi yang sama . Hipotesis adalah suatu proses dari pendugaan parameter dalam populasi,
yang membawa kita pada perumusan segugus kaidah yang dapat membawa kita pada suatu
keputusan akhir, yaitu menolak atau menerima pernyataan tersebut. Pengujian hipotesis dapat
dilakukan pada data yang berasal dari satu sampel, dua sampel, atau k (k ≥ 3) sampel. engujian
hipotesis pada dua sampel adalah untuk menguji apakah kedua sampel berasal dari populasi yang
sama
DAFTAR PUSTAKA
Rosadi, D. (2015). Analisis Statistika dengan R. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University
Press.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.